Anda di halaman 1dari 4

Pejuang Subuh

namaku dewi aku berusia 18 tahun aku lahir dikota surabaya dan aku masih menginjak di bangku
menengah atas lebih tepatnya kelas XII IPS SMA Negeri 01 Surabaya

Suara kokok ayam terdengar nyaring di telingaku, aku pun bergegas bangun dari tempat tidur untuk
melaksanakan sholat subuh setelah sholat subuh aku bergegas mempersiapkan diri untuk pergi ke
sekolah,

Setelah semua sudah siap aku pergi ke kamar sahabatku yg bernama Cica kebetulan dia satu kos
denganku, saat aku berada di depan kamarnya aku pun memanggil Cica tetapi tidak ada respon sedikit
pun pintu kamar juga masih terkunci tak segan² aku mengetuk pintunya dengan keras

BRAK… BRAK… BRAK… "Ca... Cica..."

Tak lama kemudian Cica membukakan pintu dengan wajah kusut sambil menatapku

“Aduh wii. Cepetan subuhan. Udah jam 6!” gerutuku pada Cica.

“Iya iya.”

“Kamu begadang lagi ya?” tanyaku penasaran.

“Iya. Ngerjain tugas.” Jawabnya singkat, tanpa menunggu lama lagi Cica langsung pergi. Aku hanya bisa
memandangi tubuhnya yang menghilang di balik pintu kamar mandi itu sambil menggeleng-nggelengkan
kepala.

keesokan harinya, terjadi lagi kejadian serupa. Cica telat bangun lagi, padahal setiap pukul 4 pagi, alarm
alami selalu membangunkannya. Namun apalah daya manusia jika sudah dikuasasi oleh setan untuk
tidak bangun pagi.

telah menjadi kebiasaan bagiku membangunkan Cica dengan cara menggedor-nggedor pintu kamarnya.
Hingga menjadi kewajiban bagiku untuk melakukan aktifitas tersebut

Siang harinya, ketika Cica pulang dari sekolahnya aku sudah bersiap di ruang tamu kos. Aku sudah
merencanakan hari ini akan menginterogerasi Cica terkait keterlambatannya sholat Subuh dalam
beberapa minggu terakhir ini.

“Ca kamu duduk!” perintahku dengan mimik wajah serius.

“Ada apa nih Wi? Kok serius amat?” Cica duduk sesuai dengan arahanku dan meletakkan ranselnya di
atas meja.

“kamu merasa nggak ada yang aneh dari dirimu akhir-akhir ini?”

Cica bingung “Maksudnya apaan ya? Aneh gimana? Saya nggak ngerti maksud kamu.”
“huu. Kamu sadar nggak sih kalo akhir-akhir ini tuh kamu berubah. Kamu jadi sering telat bangun. Sholat
Subuh diluar waktunya. Kamu nggak ngerasa apa?”

Cica seperti mengerti arah pembicaraanku. “Ya. Saya ngerasain itu. Trus kenapa, Wi?”

Aku tak habis pikir. “Kenapa sih? Aduh. Gini ya. Aku mau tanya. Apa sih yang membuat kamu jadi sering
telat bangun? Kamu begadang atau gimana?”

“Iya. Saya lagi banyak tugas akhir-akhir ini, Wi…”

. “Aku rindu Cica yang dulu…” dengan memegang tangan Cica

“Bolehkah aku lihat cica yang dulu? Aku benar-benar kangen.” Haru. Mataku sembab, sedih merasakan
kemunduran iman yang saat ini tengah melanda sahabat terbaiknya dalam ketaatan.

Malam itu, aku tak kunjung keluar dari kamarku. Aku terus berpikir keras bagaimana caranya aku
mendapatkan dirinya kembali. Menjadi Cica si pejuang Subuh.

Aku bersimpuh di hadapanmu Ya Robb... “Ya Robbi… Maafkan kelalaian sahabatku. Kelalaian yang
berangsur-angsur tanpa dia sadari. Berikanlah dia hidayahmu Ya Robbi sehingga dia dapat kembali
melaksanakan sholat subuh pada waktu yg tepat.

keesokan harinya aku sangat tidak menyangka “Maa syaa Alloh. cica si pejuang subuh sudah kembali…”
aku sangat riang ketika nampak Cica keluar dari kamarnya tepat pukul 4 pagi. Dimana kumandang adzan
nyaring indah terdengar di telinga orang orang yang hatinya dipenuhi dengan cinta akan panggilan Rabb-
Nya.

Wajahku berseri seri tak dapat disembunyikan lagi rasa bahagianya. “Makasih Wi sudah ngingetin saya
kalau si pejuang subuh ini sudah lama hilang” sahutnya tak dapat menahan lagi rasa haru.

Aku pun memeluk sahabatku itu dengan derai air mata bahagia. “Iya. Dan aku yakin si pejuang subuh
tidak akan menghilang lagi untuk kedua kalinya.”

“Aamiin. Semoga ya ” terdengar lirih suara Cica. Tangis bahagianya tak lagi dapat terbendung.

“Yuk… Kita Jamaah berdua.” aku melepas pelukannya. Sambil mengusap air mata yang tersisa. “Eh kita
bangunin yang lain juga nggak nih?”

Cica terlihat setuju. “Ide bagus. Aku bangunin di kubu kiri. Kamu bangunin di kubu kanan. Oke?”

Cica mengangguk antusias. Keduanya pun mulai melakukan aksinya dengan mengetuk satu-persatu pintu
muslimah yang masih tertutup. Berderet kamar kos yang tak lebih dari 10 ruangan itu, saling
berhadapan.

Aku dan Cica tersenyum bahagia. cahaya dibalik wajah wajah pengagum Subuh menjadi inspirasi bagi
setiap jiwa yang menginginkan perubahan dalam hidupnya.
Unsur

1.Tema : Religiusitas

2.Alur : Maju

3.Setting : - latar tempat : rumah kos

- latar waktu : pagi, siang

- latar suasana : senang, sedih, tegang

4.Tokoh : - Dewi

- Cica

5.Penokohan : - Dewi : rajin, disiplin

- Cica : pemalas

6.Sudut Pandang : orang utama

7.Amanat : Sebagai umat Islam kita tidak boleh meninggalkan kewajiban kita, jika kita sudah
Melaksanakan kewajiban hal yg harus kita lakukan adalah mempertahankannya Jangan sampai malah
malas untuk mengerjakannya para pengagum Subuh menjadi inspirasi bagi setiap jiwa yang
menginginkan perubahan dalam hidupnya.

Struktur

1. Abstrak : namaku dewi aku berusia 18 tahun aku lahir dikota surabaya dan aku masih menginjak di
bangku menengah atas lebih tepatnya kelas XII IPS SMA Negeri 01 Surabaya

2.Orientasi : Suara kokok ayam terdengar nyaring di telingaku, aku pun bergegas bangun dari tempat
tidur untuk melaksanakan sholat subuh

Siang harinya, ketika Cica pulang dari sekolahnya aku sudah bersiap di ruang tamu kos

3.komplikasi : “Kamu begadang lagi ya?” tanyaku penasaran.

“Iya. Ngerjain tugas.” Jawabnya singkat, tanpa menunggu lama lagi Cica langsung pergi. Aku hanya bisa
memandangi tubuhnya yang menghilang di balik pintu kamar mandi itu sambil menggeleng-nggelengkan
kepala.
keesokan harinya, terjadi lagi kejadian serupa. Cica telat bangun lagi, padahal setiap pukul 4 pagi, alarm
alami selalu membangunkannya. Namun apalah daya manusia jika sudah dikuasasi oleh setan untuk
tidak bangun pagi.

4.evaluasi : Siang harinya, ketika Cica pulang dari sekolahnya aku sudah bersiap di ruang tamu kos. Aku
sudah merencanakan hari ini akan menginterogerasi Cica terkait keterlambatannya sholat Subuh dalam
beberapa minggu terakhir ini.

“Ca kamu duduk!” perintahku dengan mimik wajah serius.

“Ada apa nih Wi? Kok serius amat?” Cica duduk sesuai dengan arahanku dan meletakkan ranselnya di
atas meja.

“kamu merasa nggak ada yang aneh dari dirimu akhir-akhir ini?”

Cica bingung “Maksudnya apaan ya? Aneh gimana? Saya nggak ngerti maksud kamu.”

“huu. Kamu sadar nggak sih kalo akhir-akhir ini tuh kamu berubah. Kamu jadi sering telat bangun. Sholat
Subuh diluar waktunya. Kamu nggak ngerasa apa?”

Cica seperti mengerti arah pembicaraanku. “Ya. Saya ngerasain itu. Trus kenapa, Wi?”

Aku tak habis pikir. “Kenapa sih? Aduh. Gini ya. Aku mau tanya. Apa sih yang membuat kamu jadi sering
telat bangun? Kamu begadang atau gimana?”

“Iya. Saya lagi banyak tugas akhir-akhir ini, Wi…”

. “Aku rindu Cica yang dulu…” dengan memegang tangan Cica

“Bolehkah aku lihat cica yang dulu? Aku benar-benar kangen.” Haru. Mataku sembab, sedih merasakan
kemunduran iman yang saat ini tengah melanda sahabat terbaiknya dalam ketaatan.

5.koda : Aku dan Cica tersenyum bahagia. cahaya dibalik wajah wajah pengagum Subuh menjadi inspirasi
bagi setiap jiwa yang menginginkan perubahan dalam hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai