Generator Sinkron
Generator Sinkron
( MESIN SINKRON)
BAB I
GENERATOR SINKRON
(ALTERNATOR)
Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor sedangkan
pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 1
Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub,
sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub.
Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan
rating daya generator. Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi
50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor silinder. Sementara untuk
daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah maka digunakan rotor kutub sepatu.
Gambaran bentuk kutup silinder generator sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah
ini.
(a) (b)
Gambar 1.2 Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder), (b) penampang
rotor pada generator sinkron
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 2
tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang dihasilkan akan
sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor
diputar pada kecepatan konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin
sinkron kutub internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga
membentuk beda fasa dengan sudut 120°. Bentuk gambaran sederhana hubungan
kumparan 3-fasa dengan tegangan yang dibangkitkan diperlilhatkan pada gambar di
bawah ini.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 3
nr .p
fe (1.1)
120
yang mana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnet,
persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar rotor dengan
frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi
50Hz atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada kecepatan tetapdengan jumlah
kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk membangkitkan 60 Hz pada
mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan 3600 rpm. Untuk
membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus berputar pada 1500
rpm.
Ea = c.n. (1.2)
yang mana:
c = konstanta mesin
n = putaran sinkron
= fluks yang dihasilkan oleh IF
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus
medan (IF). Apabila arus medan (IF) diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga Ea
seperti yang terlihat pada kurva sebagai berikut.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 4
gambar 1.4 Karakteristik tanpa beban generator sinkron
yang mana:
Ea = tegangan induksi pada jangkar
V = tegangan terminal output
Ra = resistansi jangkar
Xs = reaktansi sinkron
Karakteristik pembebanan dan diagram vektor dari alternator berbeban induktif (faktor
kerja terbelakang) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 5
1.6 Rangkaian Ekuivalen Generator Sinkron
Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator sinkron. Tegangan ini
biasanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator.
Tegangan induksi sama dengan tegangan output terminal hanya ketika tidak ada arus
jangkar yang mengalir pada mesin. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan
antara tegangan induksi dengan tegangan terminal adalah:
1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada stator,
disebut reaksi jangkar.
2. Induktansi sendiri kumparan jangkar.
3. Resistansi kumparan jangkar.
4. Efek permukaan rotor kutub sepatu.
Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 6
Gambar 1.7 Karakteristik tanpa beban
Pengujian yang kedua yaitu pengujian hubung singkat. Pada pengujian ini
mula-mula arus eksitasi medan dibuat nol, dan terminal generator dihubung singkat
melalui ampere meter. Kemudian arus jangkar Ia (= arus saluran) diukur dengan
mengubah arus eksitasi medan. Dari pengujian hubung singkat akan menghasilkan
hubungan antara arus jangkar (Ia ) sebagai fungsi arus medan (IF), dan ini merupakan
garis lurus. Gambaran karakteristik hubung singkat alternator diberikan di bawah ini.
Ea
Zs Ra 2 Xs 2 (1.5)
Ia
Oleh karena Xs >> Ra, maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
Ea VOC
Xs (1.6)
Ia Iahs
Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai reaktansi sinkron
dapat diketahui. Tahanan jangkar dapat diukur dengan menerapkan tegangan DC pada
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 7
kumparan jangkar pada kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y), kemudian
arus yang mengalir diukur. Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada kumparan dapat
diperoleh dengan menggunakan hukum ohm sebagai berikut.
V DC
Ra (1.7)
2.I DC
Penggunaan tegangan DC ini adalah supaya reaktansi kumparan sama dengan nol
pada saat pengukuran.
Gambar 1.9 Diagram fasor (a) Faktor daya satu (b) faktor daya tertinggal (c) faktor
daya mendahului
Diagram fasor memperlihatkan bahwa terjadinya pebedaan antara tegangan
teminal V dalam keadaan berbeban dengan tegangan induksi (Ea ) atau tegangan
pada saat tidak berbeban. Diagram dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh
besarnya arus jangkar (Ia ) yang mengalir. Dengan memperhatikan perubahan
tegangan V untuk faktor keja yang berbeda-beda, karakteristik tegangan teminal V
terhadap arus jangkar Ia diperlihatkan pada gambar 1.9.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 8
V NL V FL
VR x100% (1.8)
VFL
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 9
Jika rangakaian untuk pararel itu benar (urutan fasa sama) maka lampu L1, L2
dan L3 akan hidup-mati dengan frekuensi fL - fG cycle. Sehingga apabila ke tiga lampu
sedang tidak bekedip berarti fL = fG atau frekuensi tegangan generator dan jala-jala
sudah sama. Untuk mengetahui bahwa fasa kedua tegangan (generator dan jala-jala)
sama dapat dilihat dari lampu L1, L2, dan L3. Frekuensi tegangan generator diatur oleh
penggerak mula, sedang besar tegangan diatur oleh penguatan medan. Jika rangkaian
untuk mempararelkan itu salah (urutan fasa tidak sama) maka lampu L1, L2 dan L3
akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi (fL + fG ) cycle. Dalam hal ini dua buah
fasa (sebarang) pada terminal generator harus kita pertukarkan.
Jika urutan fasa kedua sistem tegangan sama, maka lampu L1, L2, dan L3
akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi fL - fG cycle. Saat mempararelkan
adalah pada keadaan L1 mati sedangkan L2 dan L3 menyala sama terang, dan
keadaan ini berlangsung agak lama (yang berarti fL dan fG sudah sangat dekat atau
benar-benar sama). Dalam keadaan ini, posisi semua fasa sistem tegangan jala-jala
berimpit dengan semua fasa sistem tegangan generator.
BAB II
MOTOR SINKRON
Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada
stator dan kumparan medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama
dengan mesin induksi, sedangkan kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk
kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder). Arus
searah (DC) untuk menghasilkan fluks pada kumparan medan dialirkan ke rotor melalui
cincin dan sikat.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 10
2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron
Gambar 2.1 Terjadinya torsi pada motor sinkron (a) tanpa beban (b) kondisi berbeban
(c) kurva karakteristik torsi
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 11
arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala, dan karenanya motor bekerja pada faktor
daya
mendahului (leading). Dengan demikian, faktor daya motor sinkron dapat diatur
dengan mengubah-ubah harga arus medan (IF)
Dari gambar 2.2 dapat dibuatkan persamaan tegangan rangkaian ekuivalen motor
sinkron sebagai berikut.
V = Ea + Ia.Ra + jIa.XS (2.2)
atau :
Ea = V - Ia.Ra – jIa.XS (2.3)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 12
Gambar 2.3 Karakteristik torsi - kecepatan
Dengan mengacu kebali ke persamaan (2.3) dapat dibuatkan kembali persamaan torsi
motor sinkron sebagai berikut.
Torsi maksimum motor terjadi ketika = 90°. Umumnya torsi maksimum motor
sinkron adalah tiga kali torsi beban penuhnya. Ketika torsi pada motor sinkron melebihi
torsi maksimum maka motor akan kehilangan sinkronisasi. Dengan mengacu kembali
ke persamaan (2.1) dan (2.4), maka persamaan Torsi maksimum (pullout) motor
sinkron dapat dibuatkan sebagai berikut.
Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa semakin besar arus medan, maka torsi
maksimum motor akan semakin besar.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 13
Gambar 2.4 Pengaruh perubahan beban pada motor sinkron
Gambar 2.4 memberikan gambaran bentuk pengaruh perubahan beban pada
motor sinkron. Jika beban dihubungkan pada motor sinkron, maka motor akan
membangkitkan torsi yang cukup untuk menjaga motor dan bebannya berputar pada
kecepatan sinkron. Misal mula-mula motor sinkron beroperasi pada faktor daya
mendahului (leading). Jika beban pada motor dinaikkan, putaran rotor pada asalnya
akan melambat. Ketika hal ini terjadi, maka sudut torsi menjadi lebih besar dan
torsi induksi akan naik. Kenaikan torsi induksi akan menambah kecepatan rotor, dan
motor akan kembali berputar pada kecepatan sinkron tapi dengan sudut torsi
yang lebih besar.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 14
Gambar 2.5 Pengaruh kenaikan arus medan pada motor sinkron
Ketika nilai Ea naik, besar arus Ia mula-mula turun dan kemudian naik lagi.
Pada nila Ea rendah, arus jangkar Ia adalah lagging dan motor bersifat induktif. Ia
bertindak seperti kombinasi resitor-induktor dan menyerap daya reaktif Q. Ketika arus
medan dinaikkan, arus jangkar menjadi kecil dan pada akhirnya menjadi segaris
(sefasa) dengan tegangan. Pada kondisi ini motor bersifat resistif murni. Ketika arus
medan dinaikkan lebih jauh, maka arus jangkar akan menjadi mendahului (leading)
dan motor menjadi beban kapasitif. Ia bertindak seperti kombinasi resistor-kapasitor
menyerap daya reaktif negatif –Q (menyuplai daya reaktif Q ke sistem). Hubungan
antara arus jangkar Ia dengan arus medan IF untuk satu beban (P) yang tetap akan
merupakan kurva yang berbentuk V seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah
ini.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 15
Gambar 2.6 Kurva V hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus medan IF untuk
satu beban (P) yang tetap pada motor sinkron
Beberapa kurva V digambarkan untuk level daya yang berbeda. Arus jangkar
minimum terjadi pada faktor daya satu dimana hanya daya real yang disuplai ke motor.
Pada titik lain, daya reaktif disuplai ke atau dari motor. Untuk arus medan lebih rendah
dari nilai yang menyebabkan Ia minimum, maka arus jangkar akan tertinggal (lagging)
dan menyerap Q. Oleh karena arus medan pada kondisi ini adalah kecil, maka motor
dikatakan under excitation. Untuk arus medan lebih besar dari nilai yang menyebabkan
Ia minimum, maka arus jangkar akan mendahului (leading) dan menyuplai Q. Kondisi
ini disebut over excitation.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 16
Motor sinkron tanpa beban dalam keadaan penguatan tertentu dapat
menimbulkan daya reaktif. Perhatikan diagram vektor motor sinkron tanpa beban pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.7 Diagram vektor daya reaktif motor sinkron tanpa beban
Pada gambar (a), penguatan normal, sehingga V = E. Motor dalam keadaan
mengambang karena tidak memberikan ataupun menarik arus. V berimpit dengan E
karena dalam keadaan tanpa beban sudut daya = 0. Pada gambar (b), penguatan
berlebih, sehingga E >V. Arus kapasitif (leading current) ditarik dari jala-jala. Daya aktif
P = VI cos = 0. Jadi, motor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif yang
bersifat kapasitif (kapasitor). Pada gambar (c), penguatan berkurang, sehingga E < V.
Arus magnetisasi (lagging current) ditarik dari jala-jala. Jadi, motor berfungsi sebagai
pembangkit daya reaktif yang bersifat induktif (induktor).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 17
Gambar 2.8 Torsi motor sinkron pada kondisi start
Selama satu siklus elektrik dihasilkan torsi pertama berlawanan jarum jam
kemudian searah jarum jam, sehingga torsi rata-rata pada satu siklus adalah nol. Ini
menyebabkan motor bergetar pada setiap siklus dan mengalami pemanasan lebih.
Tiga pendekatan dasar yang dapat digunakan untuk menstart motor sinkron dengan
aman adalah.
1. Mengurangi kecepatan medan magnet stator pada nilai yang rendah sehingga rotor
dapat mengikuti dan menguncinya pada setengah siklus putaran medan magnet.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi frekuensi tegangan yang diterapkan.
2. Menggunakan penggerak mula eksternal untuk mengakselarasikan motor sinkron
hingga mencapai kecepatan sinkron, kemudian penggerak mula dimatikan
(dilepaskan).
3. Menggunakan kumparan peredam (damper winding) atau dengan membuat
kumparan rotor motor sinkron seperti kumparan rotor belitan pada motor induksi
(hanya saat start).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ismail Muchsin, ST., MT ELETRONIKA & MOTOR LISTRIK 18