1741420004/ 3B D4 TKI
2 = Reability
3 = Responsiveness
4 = Assurance
5 = Empathy
No Pertanyaan 1 2 3 4 5
9 Ketersediaan modul/diktat/buku ✓
Dalam bukunya, Noe dan Mondy (1996:237) mengatakan ada dua tipe Budaya
Organisasi, yaitu:
1. Open and Participative Culture
Budaya organisasi ini ditandai dengan pencapaian tujuan output yang tinggi
dengan didukung adanya rasa percaya pada bawahan, komunikasi yang
terbuka, kepemimpinan yang supportif dan penuh perhatian, penyelesaian
masalah secara tim, adanya otonomi pekerja, dan berbagi informasi.
b. Tahapan Sosialisasi
Adanya Inkonsistensi Informasi yang dialirkan oleh Atasan pada bawahan dalam
sosialisasi sistem sembilan alur kerja (encounter)
Dalam alur kerja seorang karyawan baru harus melalui beberapa tahapan
untuk pada akhirnya bertemu dengan direktur utama atau pemilik perusahaan
dalam proses rekruitmen, namun yang terjadi tidak begitu pada diri Troy
Andreas. Hal ini sangat dapat menimbulkan kebingungan pada diri karyawan
perusahaan. ketidak konsistensian akan dapat mengganggu jalannya alur-alur
yang lain yang telak dibentuk. Dalam alurnya melibatkan front office,
departemen terkait dimana pelamar tersebut mendaftar. namun yang terjadi
adalah AAA yang menghandel sendiri dari awal hingga keputusan karyawan
tersebut diterima atau tidak. Kepala Departemen yang terkaitpun tidak tahu-
menahu mengenai mengenai proses perekrutan karyawan, yang tejadi adalah
secara tiba-tiba ada karyawan baru yang ditempatkan pada suatu departemen.
Faktor kepercayaan sangat penting dalam hal ini, khususnya dalam hal
pembentukan suatu perusahaan. lepas dari pengalaman yang pernah terjadi,
ada baiknya AAA tidak menjadikan pengalaman yang ia alami sebagai caranya
dalam menutup pintu kepercayaan pada setiap orang yang bekerja pada
perusahaannya. Inkonsistensi yang terjadi dalam perusahaan dapat
menimbulkan kebingungan pada kinerja karyawan.
Proses sosialisasi yang baik tidak akan terjadi ketika kata-kata kasar
dikeluarkan, hal tersebut akan sangat mengganggu proses komunikasi antara
komunikan dan komunikator, dalam hal ini perusahaan dan karyawan
begitupula sebaliknya. Kata-kata kasar hanya akan memperkeruh komunikasi
yang terjadi antara komunikan dan komunikator dan sosialisasi tidak akan
dapat terjalin dengan baik.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai siklus PDCA (PDCA Cycle) :
PLAN (MERENCANAKAN)
Tahap PLAN adalah tahap untuk menetapkan Target atau Sasaran yang
ingin dicapai dalam peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin
dipecahkan, kemudian menentukan Metode yang akan digunakan untuk
mencapai Target atau Sasaran yang telah ditetapkan tersebut. Dalam Tahap
PLAN ini juga meliputi pembentukan Tim Peningkatan Proses (Process
Improvement Team) dan melakukan pelatihan-pelatihan terhadap sumber
daya manusia yang berada di dalam Tim tersebut serta batas-batas waktu
(Jadwal) yang diperlukan untuk melakukan perencanaan-perencanaan yang
telah ditentukan. Perencanaan terhadap penggunaan sumber daya lainnya
seperti Biaya dan Mesin juga perlukan dipertimbangkan dalam Tahap PLAN
ini.
DO (MELAKSANAKAN)
CHECK (MEMERIKSA)
ACT (MENINDAK)
Tahap ACT adalah tahap untuk mengambil tindakan yang seperlunya
terhadap hasil-hasil dari tahap CHECK. Terdapat 2 jenis Tindakan yang harus
dilakukan berdasarkan hasil yang dicapainya, antara lain :
Tindakan Perbaikan (Corrective Action) yang berupa solusi terhadap masalah
yang dihadapi dalam pencapaian Target, Tindakan Perbaikan ini perlu diambil
jika hasilnya tidak mencapai apa yang telah ditargetkan.
b.
Studi kasus yang membahas penerapan PDCA cycle sebagai sistem manajemen baru
di PT Bakrieland Development Tbk. PT Bakrieland Development adalah Perusahaan
pengembang properti di Indonesia yang memiliki fokus pada bidang USAha yaitu city
property, landed residential, dan hotel and resort. Pada Juni 2012 PT Bakrieland
Development Tbk mengalami Perubahan tim manajemen, salah satunya
menyebabkan Perubahan sistem manajemen Perusahaan. Sistem manajemen yang
dipilih adalah PDCA cycle yang memiliki falsafah perbaikan berkesinambungan. Fokus
studi kasus ini adalah PDCA cycle sebagai salah satu alat dalam sistem manajemen
yang dijalankan oleh PT Bakrieland Development Tbk pada tingkat Perusahaan induk.
Studi kasus ini menggunakan metode kualitatif dengan kerangka pemikiran berupa
analisis gap antara teori yang berkaitan dan praktiknya serta identifikasi bidang
perbaikan potensial dalam penerapan PDCA cycle tersebut. Berdasarkan studi yang
dilakukan, praktik PDCA cycle telah dijalankan sesuai dengan prosedur. Gap antara
teori dan praktik yang terjadi teridentifikasi pada proses Plan dan Check. PT
Bakrieland Development Tbk tidak melakukan penjelasan pola kontrolvariance pada
kegiatan pengukuran proses yang sedang berlangsung di tahap Plan dan belum
mempelajari dampak Perubahan pada tahap Check. Sistem manajemen yang baru
tersebut menyebabkan beberapa Perubahan pada Perusahaan seperti resistensi dari
para pemangku kepentingan. Peranan pemangku kepentingan sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan sistem tersebut sehingga diperlukan komitmen dan sikap
proaktif untuk mendukungnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi
yang tepat dan komunikasi yang aktif antara pemangku kepentingan dengan fasilitator.