Pengertian Perencanaan
Pengertian Perencanaan
PENGERTIAN PERENCANAAN
Perencanaan menurut Abe (2001) dalam Ovalhanif (2009) adalah susunan (rumusan) sistematik
mengenai langkah-langkah mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa depan,
dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi, faktor-faktor eksternal
dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Tjokroamidjojo (1995) dalam Ovalhanif (2009) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu cara
bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maksimum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya
lebih efisien dan efektif. Selanjutnya dikatakan bahwa, perencanaan merupakan penentuan tujuan yang
akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Menurut Terry (1960) dalam Mardikanto (2010), perencanaan diartikan sebagai suatu proses pemilihan
dan menghubung-hubungkan fakta, serta menggunakannya untuk menyusun asumsi-asumsi yang diduga
bakal terjadi di masa datang, untuk kemudian merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan demi
tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan.
Perencanaan juga diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta,
mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau yang
dikehendaki.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, maka Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup lima pendekatan yaitu: (1)
politik, (2) teknokratik, (3) partisipatif, (4) atas-bawah (top-down), (5) bawah-atas (bottom-up).
Ahli-ahli teori perencanaan publik mengemukakan beberapa proses perencanaan (1) perencanaan
teknokrat; (2) perencanaan partisipatif; (3) perencanaan top-down; (4) perencanaan bottom up
(Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 1996).
1. Perencanaan teknokrat
Menurut Suzetta (2007) adalah proses perencanaan yang dirancang berdasarkan data dan hasil
pengamatan kebutuhan masyarakat dari pengamat professional, baik kelompok masyarakat yang terdidik
yang walau tidak mengalami sendiri namun berbekal pengetahuan yang dimiliki dapat menyimpulkan
kebutuhan akan suatu barang yang tidak dapat disediakan pasar, untuk menghasilkan perspektif akademis
pembangunan. Pengamat ini bisa pejabat pemerintah, bisa non-pemerintah, atau dari perguruan tinggi.
Menurut penjelasan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, “perencanaan teknokrat dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka pikir ilmiah
oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu”.
2. Perencanaan partisipatif
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (1996) adalah proses perencanaan yang diwujudkan dalam
musyawarah ini, dimana sebuah rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku
pembangunan (stakeholders). Pelaku pembangunan berasal dari semua aparat penyelenggara negara
(eksekutif,legislatif, dan yudikatif), masyarakat, rohaniwan, dunia usaha, kelompok profesional,
organisasi-organisasi non-pemerintah.
Menurut Sumarsono (2010), perencanaan partisipatif adalah metode perencanaan pembangunan dengan
cara melibatkan warga masyarakat yang diposisikan sebagai subyek pembangunan.
Menurut penjelasan UU. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional:
“perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap
pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki”.
Dalam UU No. 25 Tahun 2004, dijelaskan pula “partisipasi masyarakat” adalah keikutsertaan untuk
mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan.
TUJUAN PERENCANAAN
Tujuan perencanaan menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter dalam Wikipedia adalah (1)
memberikan pengarahan yang baik; (2) mengurangi ketidakpastian; (3) meminimalisir pemborosan; (4)
menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya yaitu proses pengontrolan dan
evaluasi.
4. Perencanaan bottom up
Tujuan adalah untuk menghimpun masukan dari “bawah”, karena menurut Sumarsono (2010), apabila di
Indonesia perencanaan bottom up dimulai dari tingkat desa, yang biasanya dihadiri oleh mereka yang
ditunjuk peraturan perundangan ataupun kebijakan lain, misalnya melalui kegiatan Musyawarah
Pembangunan Desa (Musbangdes) atau Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes).
PRINSIP PERENCANAAN
Secara umum prinsip perencanaan menurut Abe dalam Ovalhanif (2009) adalah:
1. Apa yang akan dilakukan, yang merupakan jabaran dari visi dan misi;
2. Bagaimana mencapai hal tersebut;
3. Siapa yang melakukan;
4. Lokasi aktivitas;
5. Kapan akan dilakukan, berapa lama;
6. Sumber daya yang dibutuhkan.
Menurut Ovalhanif (2009), “filsafat perencanaan” adalah suatu studi tentang prinsip-prinsip dalam proses
dan mekanisme perencanaan secara mendalam, luas, dan menyeluruh berdasarkan filsafat antologis,
epistemologis, dan aksiologis.
Filsafat perencanaan juga diharapkan akan dapat menguraikan beberapa komponen penting perencanaan
dalam sebuah perencanaan yakni tujuan apa yang hendak dicapai, kegiatan tindakan-tindakan untuk
merealisasikan tujuan dan waktu kapan bilamana tindakan tersebut hendak dilakukan.
Filosofi perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan
yang realitas dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.
PEMBANGUNAN BERKEADILAN
Posted: 22 Juni 2011 by artmefa in Artikel
Tag:Inpes 3, Pembangunan Berkeadilan
0
Inpres tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan para
pejabat terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan
masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan, yang
meliputi program prorakyat, keadilan untuk semua, dan pencapaian tujuan pembangunan millennium
(MDG’s).
Dalam Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan disebutkan bahwa program
prorakyat difokuskan pada program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga; program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; dan program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil.
Sementara program keadilan untuk semua fokus pada program keadilan bagi anak; program keadilan
bagi perempuan; program keadilan di bidang ketenagakerjaan; program keadilan di bidang bantuan
hukum; program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan; dan program keadlan bagi kelompok
miskin dan terpinggirkan.
Untuk program pencapaian tujuan pembangunan millennium fokus pada sejumlah program. Antara lain,
program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan; program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; program penurunan angka
kematian anak; dan program kesehatan ibu.
Pengambilan langkah-langkah pelaksanaan program itu berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010-2014, dan merujuk pada hasil Rapat Kerja Presiden dengan Menteri Kabinet
Indonesia Bersatu II, Gubernur dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi se-Indonesia, serta
hasil diskusi yang mendalam dengan para pakar, perwakilan dunia usaha, dan pemangku kepentingan
lainnya pada 19-21 April 2010 di Istana Tampak Siring, Bali.
Inpres yang berlaku mulai 21 April 2010 itu menginstruksikan para Menteri Koordinator (Menko) untuk
mengoordinasikan program-program kementerian/lembaga yang berada di bawah ruang lingkup tugas
dan koordinasi masing-masing.
Para Menko itu melaporkan secara berkala hasil koordinasi pelaksanaan program-program kepada
Presiden dalam Sidang Kabinet.
Sementara para Menteri dan Kepala Lembaga yang bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan
program-program, diinstruksikan mengoordinasikan pelaksanaan program-program tersebut sesuai tugas
dan tanggung jawab masing-masing.
Sedangkan para gubernur diinstruksikan untuk melaksanakan program-program yang menjadi tanggung
jawabnya, dan mengoordinasikan bupati/walikota dalam pelaksanaan program –program di wilayahnya
masing-masing. (ra)
Masyarakat akan makmur bila pembangunan merata. Agar memenuhi unsur keadilan, pembangunan
tersebut haruslah pembangunan berkeadilan. Hal itu mendapat perhatian serius Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam Rapat Kerja Presiden, yang berlangsung sejak Senin (19/4) hingga Rabu (21/4).
Ada tiga arahan SBY menyangkut pembangunan berkeadilan tersebut. Pertama, mengatasi masalah sosial
dari sisi hulu. Ada prakondisi yang membuat berbagai persoalan itu muncul ke permukaan seperti
kemiskinan yang absolut, masalah kerusakan lingkungan hidup, dan juga keterbelakangan wilayah. “Kita
harus mengatasi masalah riil masyarakat agar tak menimbulkan persoalan baru,” kata Presiden.
Kedua, sisi pencegahan juga sangat penting. Pendidikan harus menjamah seluruh rumah tangga di
Indonesia. tak hanya pendidikan melalui pusat-pusat pendidikan seperti sekolah, melainkan juga
pendidikan melalui berbagai bimbingan dan penyuluhan agar ada perubahan gaya hidup.
“Keluarga Berencana juga harus sukses dan kita hidupkan kembali,” ucapnya.
Dia mengingatkan, jangan sampai keluarga-keluarga yang terus tumbuh tanpa rencana pada akhirnya
nanti malah menghasilkan anak telantar, anak yang bermasalah dengan hukum, atau juga anak yang
terjerat narkoba. Selain meningkatkan penghasilan, aparat Pemerintah juga harus mengusahakan supaya
keluarga di Indonesia mengetahui gaya hidup yang benar.
Ketiga, membuat langkah-langkah efektif untuk mengatasi masalah yang sudah banyak di Indonesia.
“Anggaran Pemerintah harus didistribusikan dengan tepat sasaran dan tepat tujuan untuk menangani
masalah secara efektif,” kata Presiden.
Pembangunan ekonomi juga harus menyentuh sampai ke desa-desa. Dukungan pada usaha kecil dan
menengah, misalnya, bisa menjadi langkah awal untuk memperbaiki situasi.
“Jangan lupa ada juga program-program kemanusiaan dari dunia usaha yang bisa berperan,” Presiden
menjelaskan.
Menurut SBY, ketiga arahan itu penting agar pembangunan kita tidak sekadar mengejar angka-angka
makro seperti pendapatan per kapita. Harus ada intervensi negara untuk menghasilkan pembangunan
yang berkualitas dan berkeadilan.
“Kita harus membuat program yang tepat karena masih banyak warga negara yang memiliki masalah
sosial. Ini adalah amanah bagi kita untuk menanganinya dengan baik. Kita harus memotret secara lebih
tajam ke dalam kelompok-kelompok yang tertinggal dan bermasalah,” SBY memaparkan.
Selain ketiga arahan tersebut, Presiden juga memberi 10 arahan di bidang pembangunan ekonomi.
Pertama, pertumbuhan ekonomi Asia Timur sedang tinggi, bahkan yang tertinggi di dunia. “Yang saya
maksud di sini adalah Asia Timur dalam arti luas, termasuk India, ASEAN, Australia, dan Selandia
Baru,” kata Presiden SBY.
Kedua, ekonomi indonesia sudah terintegrasi dengan kawasan yang sedang tumbuh pesat tadi. “Ini
adalah pendekatan geo-ekonomi,” Presiden menambahkan.
Ketiga, Indonesia punya modal yang luar biasa berupa daya tahan ekonomi yang sangat kuat. Itu terbukti
pada saat dunia mengalami krisis ekonomi kita masih tetap tumbuh positif sebesar 4,5% tahun 2009 lalu.
Keempat, kapasitas dan potensi ekonomi secara nasional yang masih besar. Potensi kewilayahan,
industri, pertanian, dan sektor jasa di Indonesia masih bisa berkembang lebih tinggi lagi.
Kelima, kita bisa menikmati pertumbuhan di masa sulit kendati masih ada banyak masalah internal yang
menghambat atau bottlenecking. Berbagai masalah internal itu termasuk pula ekonomi biaya tinggi
maupun iklim investasi yang belum optimal.
“Artinya, masih ada ruang untuk tumbuh lebih besar. Maka saya optimistis jika masalah internal itu bisa
kita atasi, Indonesia akan tumbuh lebih cepat lagi,” tutur Presiden. (ra)
PEMBANGUNAN BERKEADILAN
Posted: 22 Juni 2011 by artmefa in Artikel
Tag:Inpes 3, Pembangunan Berkeadilan
0
Inpres tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan
Jakarta, MINDCOMMONLINE.COM – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan para
pejabat terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan
masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan, yang
meliputi program prorakyat, keadilan untuk semua, dan pencapaian tujuan pembangunan millennium
(MDG’s).
Dalam Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan disebutkan bahwa program
prorakyat difokuskan pada program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga; program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; dan program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil.
Sementara program keadilan untuk semua fokus pada program keadilan bagi anak; program keadilan
bagi perempuan; program keadilan di bidang ketenagakerjaan; program keadilan di bidang bantuan
hukum; program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan; dan program keadlan bagi kelompok
miskin dan terpinggirkan.
Untuk program pencapaian tujuan pembangunan millennium fokus pada sejumlah program. Antara lain,
program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan; program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; program penurunan angka
kematian anak; dan program kesehatan ibu.
Pengambilan langkah-langkah pelaksanaan program itu berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010-2014, dan merujuk pada hasil Rapat Kerja Presiden dengan Menteri Kabinet
Indonesia Bersatu II, Gubernur dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi se-Indonesia, serta
hasil diskusi yang mendalam dengan para pakar, perwakilan dunia usaha, dan pemangku kepentingan
lainnya pada 19-21 April 2010 di Istana Tampak Siring, Bali.
Inpres yang berlaku mulai 21 April 2010 itu menginstruksikan para Menteri Koordinator (Menko) untuk
mengoordinasikan program-program kementerian/lembaga yang berada di bawah ruang lingkup tugas
dan koordinasi masing-masing.
Para Menko itu melaporkan secara berkala hasil koordinasi pelaksanaan program-program kepada
Presiden dalam Sidang Kabinet.
Sementara para Menteri dan Kepala Lembaga yang bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan
program-program, diinstruksikan mengoordinasikan pelaksanaan program-program tersebut sesuai tugas
dan tanggung jawab masing-masing.
Sedangkan para gubernur diinstruksikan untuk melaksanakan program-program yang menjadi tanggung
jawabnya, dan mengoordinasikan bupati/walikota dalam pelaksanaan program –program di wilayahnya
masing-masing. (ra)
Masyarakat akan makmur bila pembangunan merata. Agar memenuhi unsur keadilan, pembangunan
tersebut haruslah pembangunan berkeadilan. Hal itu mendapat perhatian serius Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam Rapat Kerja Presiden, yang berlangsung sejak Senin (19/4) hingga Rabu (21/4).
Ada tiga arahan SBY menyangkut pembangunan berkeadilan tersebut. Pertama, mengatasi masalah sosial
dari sisi hulu. Ada prakondisi yang membuat berbagai persoalan itu muncul ke permukaan seperti
kemiskinan yang absolut, masalah kerusakan lingkungan hidup, dan juga keterbelakangan wilayah. “Kita
harus mengatasi masalah riil masyarakat agar tak menimbulkan persoalan baru,” kata Presiden.
Kedua, sisi pencegahan juga sangat penting. Pendidikan harus menjamah seluruh rumah tangga di
Indonesia. tak hanya pendidikan melalui pusat-pusat pendidikan seperti sekolah, melainkan juga
pendidikan melalui berbagai bimbingan dan penyuluhan agar ada perubahan gaya hidup.
“Keluarga Berencana juga harus sukses dan kita hidupkan kembali,” ucapnya.
Dia mengingatkan, jangan sampai keluarga-keluarga yang terus tumbuh tanpa rencana pada akhirnya
nanti malah menghasilkan anak telantar, anak yang bermasalah dengan hukum, atau juga anak yang
terjerat narkoba. Selain meningkatkan penghasilan, aparat Pemerintah juga harus mengusahakan supaya
keluarga di Indonesia mengetahui gaya hidup yang benar.
Ketiga, membuat langkah-langkah efektif untuk mengatasi masalah yang sudah banyak di Indonesia.
“Anggaran Pemerintah harus didistribusikan dengan tepat sasaran dan tepat tujuan untuk menangani
masalah secara efektif,” kata Presiden.
Pembangunan ekonomi juga harus menyentuh sampai ke desa-desa. Dukungan pada usaha kecil dan
menengah, misalnya, bisa menjadi langkah awal untuk memperbaiki situasi.
“Jangan lupa ada juga program-program kemanusiaan dari dunia usaha yang bisa berperan,” Presiden
menjelaskan.
Menurut SBY, ketiga arahan itu penting agar pembangunan kita tidak sekadar mengejar angka-angka
makro seperti pendapatan per kapita. Harus ada intervensi negara untuk menghasilkan pembangunan
yang berkualitas dan berkeadilan.
“Kita harus membuat program yang tepat karena masih banyak warga negara yang memiliki masalah
sosial. Ini adalah amanah bagi kita untuk menanganinya dengan baik. Kita harus memotret secara lebih
tajam ke dalam kelompok-kelompok yang tertinggal dan bermasalah,” SBY memaparkan.
Selain ketiga arahan tersebut, Presiden juga memberi 10 arahan di bidang pembangunan ekonomi.
Pertama, pertumbuhan ekonomi Asia Timur sedang tinggi, bahkan yang tertinggi di dunia. “Yang saya
maksud di sini adalah Asia Timur dalam arti luas, termasuk India, ASEAN, Australia, dan Selandia
Baru,” kata Presiden SBY.
Kedua, ekonomi indonesia sudah terintegrasi dengan kawasan yang sedang tumbuh pesat tadi. “Ini
adalah pendekatan geo-ekonomi,” Presiden menambahkan.
Ketiga, Indonesia punya modal yang luar biasa berupa daya tahan ekonomi yang sangat kuat. Itu terbukti
pada saat dunia mengalami krisis ekonomi kita masih tetap tumbuh positif sebesar 4,5% tahun 2009 lalu.
Keempat, kapasitas dan potensi ekonomi secara nasional yang masih besar. Potensi kewilayahan,
industri, pertanian, dan sektor jasa di Indonesia masih bisa berkembang lebih tinggi lagi.
Kelima, kita bisa menikmati pertumbuhan di masa sulit kendati masih ada banyak masalah internal yang
menghambat atau bottlenecking. Berbagai masalah internal itu termasuk pula ekonomi biaya tinggi
maupun iklim investasi yang belum optimal.
“Artinya, masih ada ruang untuk tumbuh lebih besar. Maka saya optimistis jika masalah internal itu bisa
kita atasi, Indonesia akan tumbuh lebih cepat lagi,” tutur Presiden. (ra)
Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta (13,33 persen), turun 1,51 juta
dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang sebesar 32,53 juta (14,15 persen).
Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,81 juta (dari
11,91 juta pada Maret 2009 menjadi 11,10 juta pada Maret 2010), sementara di daerah perdesaan
berkurang 0,69 juta orang (dari 20,62 juta pada Maret 2009 menjadi 19,93 juta pada Maret 2010).
Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah selama periode
ini. Pada Maret 2009, 63,38 persen penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sedangkan pada Maret
2010 sebesar 64,23 persen.
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi
bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2010, sumbangan Garis
Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,5 persen, sedangkan pada Maret 2009
sebesar 73,6 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek
filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, bawang merah, kopi, dan tahu. Untuk komoditi bukan
makanan adalah biaya perumahan, listrik, angkutan, dan pendidikan.
Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.