0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan18 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Gagal nafas dan syok septik merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan cepat; (2) Pemeriksaan dan terapi yang tepat dapat meningkatkan hasil akhir pasien; (3) Resusitasi cairan, oksigenasi, dan antimikroba merupakan langkah awal penting dalam penanganan kondisi ini.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Gagal nafas dan syok septik merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan cepat; (2) Pemeriksaan dan terapi yang tepat dapat meningkatkan hasil akhir pasien; (3) Resusitasi cairan, oksigenasi, dan antimikroba merupakan langkah awal penting dalam penanganan kondisi ini.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Gagal nafas dan syok septik merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan cepat; (2) Pemeriksaan dan terapi yang tepat dapat meningkatkan hasil akhir pasien; (3) Resusitasi cairan, oksigenasi, dan antimikroba merupakan langkah awal penting dalam penanganan kondisi ini.
Pendahuluan • Gagal nafas dan syok septik merupakan kondisi darurat yang perlu penanganan cepat dan tepat • Angka kematian meningkat dengan bertambahnya usia dan banyaknya faktor komorbid • Pengenalan dan tindakan segera sangat menentukan hasil akhir Definisi • Gagal nafas adalah suatu kondisi terjadinya kegagalan pertukaran gas karena fungsi yang tidak memadai dari satu atau lebih komponen penting dari sistem pernapasan • Syok septik adalah terjadinya kegagalan sirkulasi pada sepsis, meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat. Gagal Nafas • PaO2 <60 • PaCO2 >50
Patofisiologi
Akut Kronis
Hipoksemia (Tipe I) Hiperkapnia (Tipe II)
Manifestasi klinis hipoksia dan hiperkapnia Hipoksia Hiperkapnia Ansietas Somnolen Takikardia Takipnea Letargi Diaforesis Koma Aritmia Asteriks Perubahan status mental Tremor Bingung Bicara kacau Sianosis Hipertensi Sakit kepala Hipotensi edema papil Kejang Asidosis laktat Kriteria Bone Untuk Pengenalan Sepsis dan Spektrum Penyakitnya Pemeriksaan Penunjang • Analisa gas darah • Darah lengkap • Kultur darah • Elektrokardiografi • Rontgen dada Penatalaksanaan • Inisial Resusitasi (Pendekatan ABCDE) • A = Airway assessment, maintenance and oxygen • B = Breathing and ventilation assessment • C = Circulation assessment, intravenous (IV) access and fluids • D = Disability, assess the neurological status • E = Exposure and environmental control Target Resusitasi • CVP 8–12 mmHg • MAP ≥ 65 mmHg • UOP ≥0.5 mL/kg/jam • SpO2 ≥90% • Eliminasi Sumber Infeksi • Bertujuan untuk menghilangkan patogen penyebab, oleh karena antibiotik pada umumnya tidak mencapai sumber infeksi seperti abses dan implan prostesis yang terinfeksi. • Tindakan dilakukan secepat mungkin mengikuti resusitasi yang adekuat • Terapi Antimikroba • Terapi antibiotik intravena sebaiknya dimulai dalam jam pertama sejak diketahui sepsis berat, setelah kultur diambil. • Berikan satu atau lebih obat yang aktif terhadap bakteri atau jamur dengan mempertimbangkan kuman penyebab • Evaluasi ulang antimikroba setelah 48-72 jam • Pertimbangkan terapi kombinasi untuk pasien dengan netropenia dan yang dengan infeksi Pseudomonas • Stop terapi antimikroba jika bukan kasus infeksi • Terapi Suportif A. Oksigenasi • Kanul nasal • Masker • Ventilator B. Terapi cairan • Resusitasi cairan menggunakan Kristaloid (NS, RL) atau Koloid • Target CVP 8-12 mm Hg (≥ 12 mmHg jika dengan ventilasi mekanik) • Gunakan teknik challenge cairan sambil menilai perbaikan hemodinamik • Berikan 1000 ml cairan kristaloid dan 300-500 ml cairan koloid dalam 15-30 menit (bisa diulang beberapa kali, maksimal 60 ml/kgBB untuk kristaloid atau 30 ml/kg untuk koloid). • Pemberian cairan harus dikurangi jika didapatkan tanda- tanda peningkatan tekanan pengisian jantung tanpa adanya perbaikan dari hemodinamik. C. Vasopressor dan Inotropik • Pertahankan MAP ≥ 65 mm Hg • Norepinefrin (0,05-1,5 mcg/kgBB/mnt) dan dopamin (5-20 mcg/kgBB/mnt) sebagai inisial vasopressor pilihan • Gunakan epinefrin (0,1-1 mcg/kgBB/mnt) sebagai alternatif pertama pada septik syok jika tidak respon dengan norepinefrin dan dopamin • Jangan gunakan dopamin dosis rendah sebagai proteksi renal • Gunakan dobutamin (5-20mcg/kgBB/mnt) pada pasien dengan disfungsi miokard D. Steroid • Pertimbangkan hidrokortison intravena pada syok septik jika tidak respon dengan resusitasi cairan dan vasopressor. • Hidrokortison lebih dianjurkan dibanding deksametason • Dosis hidrokortison sebaiknya ≤ 300mg/hari • Jangan berikan kortikosteroid apabila tidak ada tanda- tanda syok septik E. Transfusi Darah • Berikan transfusi PRC jika Hb <7 g/dL, s/d target Hb 7-9 g/dL • Jangan menggunakan eritropoetin untuk mengobati anemia yang berhubungan dengan sepsis • Jangan berikan FFP untuk memperbaiki gangguan koagulasi kecuali ada perdarahan dan ada rencana tindakan bedah • Berikan transfusi trombosit jika <5.000/mm3 tanpa ada perdarahan dan <30.000/mm3 jika ada perdarahan • Berikan transfusi trombosit s/d ≥50.000/mm3 jika ada rencana pembedahan. F. Kontrol Gula Darah • Pertahankan gula darah < 150 mg/dL • Gunakan drip insulin dan infus gula • Monitor kadar gula darah tiap 30-60 menit s/d stabil, kemudian monitor tiap 4 jam G. Terapi Bikarbonat • Secara empirik bikarbonat diberikan bila pH <7.15 atau serum bikarbonat <9 mEq/L dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik. H. Nutrisi • Berikan nutrisi sedini mungkin baik secara oral maupun parenteral I. Profilaksis Stress Ulcer • Berikan inhibitor reseptor H2 untuk mencegah stress ulcer J. Profilaksis DVT • Berikan UFH dosis rendah atau LMWH • Gunakan alat profilaksis mekanik seperti kompresi stocking atau alat kompresi intermitten jika ada kontraindikasi heparin • Gunakan terapi kombinasi obat dan mekanik pada kasus dengan DVT risiko sangat tinggi Thank you for your kind attentions ...