Anda di halaman 1dari 18

Gagal Nafas Pada Syok Septik

Dr. Rully Noviyan, SpPD


Pendahuluan
• Gagal nafas dan syok septik merupakan
kondisi darurat yang perlu penanganan cepat
dan tepat
• Angka kematian meningkat dengan
bertambahnya usia dan banyaknya faktor
komorbid
• Pengenalan dan tindakan segera sangat
menentukan hasil akhir
Definisi
• Gagal nafas adalah suatu kondisi terjadinya
kegagalan pertukaran gas karena fungsi yang
tidak memadai dari satu atau lebih komponen
penting dari sistem pernapasan
• Syok septik adalah terjadinya kegagalan
sirkulasi pada sepsis, meskipun sudah
dilakukan resusitasi cairan yang adekuat.
Gagal Nafas
• PaO2 <60
• PaCO2 >50

Patofisiologi

Akut Kronis

Hipoksemia (Tipe I) Hiperkapnia (Tipe II)


Manifestasi klinis hipoksia dan hiperkapnia
Hipoksia Hiperkapnia
Ansietas Somnolen
Takikardia
Takipnea
Letargi
Diaforesis Koma
Aritmia Asteriks
Perubahan status mental Tremor
Bingung Bicara kacau
Sianosis
Hipertensi
Sakit kepala
Hipotensi edema papil
Kejang
Asidosis laktat
Kriteria Bone Untuk Pengenalan Sepsis dan Spektrum Penyakitnya
Pemeriksaan Penunjang
• Analisa gas darah
• Darah lengkap
• Kultur darah
• Elektrokardiografi
• Rontgen dada
Penatalaksanaan
• Inisial Resusitasi (Pendekatan ABCDE)
• A = Airway assessment, maintenance and oxygen
• B = Breathing and ventilation assessment
• C = Circulation assessment, intravenous (IV) access and fluids
• D = Disability, assess the neurological status
• E = Exposure and environmental control
Target Resusitasi
• CVP 8–12 mmHg
• MAP ≥ 65 mmHg
• UOP ≥0.5 mL/kg/jam
• SpO2 ≥90%
• Eliminasi Sumber Infeksi
• Bertujuan untuk menghilangkan patogen penyebab,
oleh karena antibiotik pada umumnya tidak mencapai
sumber infeksi seperti abses dan implan prostesis yang
terinfeksi.
• Tindakan dilakukan secepat mungkin mengikuti
resusitasi yang adekuat
• Terapi Antimikroba
• Terapi antibiotik intravena sebaiknya dimulai dalam jam
pertama sejak diketahui sepsis berat, setelah kultur
diambil.
• Berikan satu atau lebih obat yang aktif terhadap
bakteri atau jamur dengan mempertimbangkan kuman
penyebab
• Evaluasi ulang antimikroba setelah 48-72 jam
• Pertimbangkan terapi kombinasi untuk pasien dengan
netropenia dan yang dengan infeksi Pseudomonas
• Stop terapi antimikroba jika bukan kasus infeksi
• Terapi Suportif
A. Oksigenasi
• Kanul nasal
• Masker
• Ventilator
B. Terapi cairan
• Resusitasi cairan menggunakan Kristaloid (NS, RL) atau
Koloid
• Target CVP 8-12 mm Hg (≥ 12 mmHg jika dengan ventilasi
mekanik)
• Gunakan teknik challenge cairan sambil menilai perbaikan
hemodinamik
• Berikan 1000 ml cairan kristaloid dan 300-500 ml cairan
koloid dalam 15-30 menit (bisa diulang beberapa kali,
maksimal 60 ml/kgBB untuk kristaloid atau 30 ml/kg untuk
koloid).
• Pemberian cairan harus dikurangi jika didapatkan tanda-
tanda peningkatan tekanan pengisian jantung tanpa adanya
perbaikan dari hemodinamik.
C. Vasopressor dan Inotropik
• Pertahankan MAP ≥ 65 mm Hg
• Norepinefrin (0,05-1,5 mcg/kgBB/mnt) dan dopamin
(5-20 mcg/kgBB/mnt) sebagai inisial vasopressor
pilihan
• Gunakan epinefrin (0,1-1 mcg/kgBB/mnt) sebagai
alternatif pertama pada septik syok jika tidak respon
dengan norepinefrin dan dopamin
• Jangan gunakan dopamin dosis rendah sebagai proteksi
renal
• Gunakan dobutamin (5-20mcg/kgBB/mnt) pada pasien
dengan disfungsi miokard
D. Steroid
• Pertimbangkan hidrokortison intravena pada syok
septik jika tidak respon dengan resusitasi cairan dan
vasopressor.
• Hidrokortison lebih dianjurkan dibanding
deksametason
• Dosis hidrokortison sebaiknya ≤ 300mg/hari
• Jangan berikan kortikosteroid apabila tidak ada tanda-
tanda syok septik
E. Transfusi Darah
• Berikan transfusi PRC jika Hb <7 g/dL, s/d target Hb 7-9
g/dL
• Jangan menggunakan eritropoetin untuk mengobati
anemia yang berhubungan dengan sepsis
• Jangan berikan FFP untuk memperbaiki gangguan
koagulasi kecuali ada perdarahan dan ada rencana
tindakan bedah
• Berikan transfusi trombosit jika <5.000/mm3 tanpa ada
perdarahan dan <30.000/mm3 jika ada perdarahan
• Berikan transfusi trombosit s/d ≥50.000/mm3 jika ada
rencana pembedahan.
F. Kontrol Gula Darah
• Pertahankan gula darah < 150 mg/dL
• Gunakan drip insulin dan infus gula
• Monitor kadar gula darah tiap 30-60 menit s/d stabil,
kemudian monitor tiap 4 jam
G. Terapi Bikarbonat
• Secara empirik bikarbonat diberikan bila pH <7.15 atau
serum bikarbonat <9 mEq/L dengan disertai upaya untuk
memperbaiki keadaan hemodinamik.
H. Nutrisi
• Berikan nutrisi sedini mungkin baik secara oral maupun
parenteral
I. Profilaksis Stress Ulcer
• Berikan inhibitor reseptor H2 untuk mencegah stress ulcer
J. Profilaksis DVT
• Berikan UFH dosis rendah atau LMWH
• Gunakan alat profilaksis mekanik seperti kompresi stocking
atau alat kompresi intermitten jika ada kontraindikasi
heparin
• Gunakan terapi kombinasi obat dan mekanik pada kasus
dengan DVT risiko sangat tinggi
Thank you for
your kind
attentions ...

Anda mungkin juga menyukai