Anda di halaman 1dari 60

Case Report

Syok Sepsis

Tri Azki Qara Muliani


2008437644
Pembimbing : dr. Asrizal, Sp.PD. FINASIM
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
3. LAPORAN KASUS
4. PEMBAHASAN

• Click icon to add picture


PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
• Syok terjadi ketika suplai oksigen ke mitokondria jaringan tidak mencukupi oleh
sistem peredaran darah dan dapat muncul karena beberapa alasan.
• Syok dihasilkan dari empat mekanisme patofisiologis potensial, yakni hipovolemia ,
faktor kardiogenik, obstruksi atau faktor distributif
• Sepsis merupakan disfungsi organ yang mengancam nyawa akibat disregulasi atau
ketidak seimbangan respon tubuh terhadap adanya infeksi.
• syok sepsis merupakan hipotensi yang menetap yang disebabkan oleh sepsis meskipun
telah mendapatkan resusitasi cairan yang adekuat
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA

• Syok merupakan suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan


hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.
Hipovolemik

Kardiogenik
Syok
Obstruktif

Distributif
TINJAUAN PUSTAKA

Syok Sepsis
• Sepsis merupakan disfungsi organ Sepsis dapat diidentifikasi dengan
yang mengancam nyawa akibat menggunakan kriteria SIRS. Dimana
disregulasi atau ketidak seimbangan terdapat dua atau lebih dari tanda berikut:
respon tubuh terhadap adanya • Suhu >38oC atau <36oC
infeksi. • Takikardia (HR>90x/menit),
• syok sepsis merupakan hipotensi • Takipnea (RR>20x/menit)
yang menetap akibat sepsis
• Leukositosis (Leukosit 12.000/mm3) /
meskipun telah mendapatkan
resusitasi cairan yang adekuat. leukopenia (Leukosit <4.000/mm3).
TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan kriteria Sequencial Organ


Failure Assesment (SOFA) sebagai
kriteria klinis untuk sepsis di ICU
dengan ≥ 2 kriteria.
TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria quick SOFA direkomendasikan Terdapat 2 atau lebih kriteria berikut :


sebagai alat skrining, dengan nilai
qSOFA ≥ 2 dikatergorikan pasien
berisiko tinggi Frekuensi nafas ≥ 22x/menit

Penurunan kesadaran GCS < 15

Tekanan darah sistolik ≤100 mmHg


TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI

• Sepsis penyebab kematian paling umum pada rawat inap.


• 25% pasien dengan sepsis berat dan 50% pasien dengan syok septik mengalami kematian.
• kematian secara keseluruhan dari sindrom sepsis dapat bervariasi tergantung pada faktor demografi
• Organisme gram negatif > gram positif
• Staphylococcus aureus (20,5%), spesies Pseudomonas (19,9%), Enterobacteriacae (E. coli,
16,0%), dan jamur (19%).
• Berdasarkan wilayah 3,7% di Amerika Utara dan 19,2% di Asia
TINJAUAN PUSTAKA
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Penyebab sepsis adalah Infeksi mikroorganisme

Faktor risiko :
• Usia
• Penyakit kronik
• Faktor risiko lain
TINJAUAN PUSTAKA
MEKANISME INFLAMASI
Terdapat tiga fase respon inflamasi dalam
sepsis:
• pelepasan toksin bakteri;
• pelepasan mediator (sitokin) sebagai
respon terhadap infeksi; dan
• efek dari mediator spesifik yang
berlebihan.
TINJAUAN PUSTAKA
MEKANISME IMUNOSUPRESI
TINJAUAN PUSTAKA
DISFUNGSI ENDOTEL
TINJAUAN PUSTAKA
KOAGULASI
TINJAUAN PUSTAKA
DISFUNGSI ORGAN

• Deposisi fibrin mikrovaskular pada DIC sering dihubungkan


dengan berkembangnya disfungsi multi organ (multiorgan
dysfunction syndrome - MODS) yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi.
• Vasodilatasi, hipotensi, berkurangnya deformabilitas
eritrosit, dan trombosis mikrovaskular berkurangnya
hantaran O2
• Organ yang pertama terlibat : Paru-paru, Jantung, otak dan
ginjal
Diagnosis
Temuan laboaratorium pada sepsis, sepsis
berat, dan syok septik adalah sebagai
Awal terjadinya sepsis, pasien datang dengan berikut:
perubahan tanda vital berikut: • Hiperglikemia
• suhu ≥ 38oC, atau ≤ 36oC • Leukositosis atau leukopenia
• Takikardia dengan denyut jantung ≥90 dpm • Bandemia (>10%)
• Protein C-reaktif atau prokalsitonin >2
SD di atas normal
Tanda dan gejala sepsis berat: • PaO2: FiO2 <300
• Status mental yang berubah • Azotemia pra-ginjal
• Oliguri atau anuria • Koagulopati
• Hipoksia • Trombositopenia
• Sianosis • Hiperbilirubinemia
• Ileus

Syok sepsis ditandai gejala sepsis berat dengan hipotensi yang menetap sehingga membutuhkan
vasopressor dan peningkatan nilai laktat >2 mmol/L
TATALAKSANA Sepsis Bundle
Harus dilengkapi dalam 3 jam kedatan-
Surviving sepsis campaign (SSC) gan:
• Hitung nilai awal laktat
menjelaskan tata laksana sepsis • Ambil kultur darah sebelum pemberian
sebagai berikut : antibiotik
• Berikan antibiotik spektrum luas
• Berikan kristaloid 30cc/kgbb pada
Resusitasi awal hipotensi atau kadar laktat > 4 mmol/l
• Skrining dan manajemen infeksi
• Identifikasi disfungsi organ dan Harus dilengkapi dalam 6 jam kedatan-
gan:
adanya sepsis • Berikan vasopressor
• Identifikasi dan manajemen • Pada hipotensi yang menetap setelah
hipotensi awal pemberian cairan yang adekuat atau
nilai laktat ≤4 mmol/L nilai ulang
• Lengkapi sepsis bundle status volume dan perfusi jaringan
pasien
• Nilai ulang laktat
TATALAKSANA
Terapi antimikroba Vasopresor
• Terapi antimikroba empirik • Norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kb/menit,
• Terapi kombinasi pada pasien syok • epinefrin 0,1-0,5 mcg/kgbb/menit,
sepsis, netropenia dan infeksi • dopamine >8 mcg/kgbb/menit.
pathogen MDR (multi drug resistant)
• Evaluasi Inotropik
• dobutamin 2-28 mcg/kgbb/menit,
Terapi cairan • dopamine 3-8 mcg/kgbb/menit,
• Kristaloid dan koloid • epinefrin 0,1-0,5 mcg/kgbb/menit
• Lini pertama cairan kristaloid • inhibitor fosfodieterase
• Pemberian sebanyak 30cc/kgbb
TATALAKSANA
Oksigen
Terapi pengganti ginjal
• Oksigen aliran tinggi melalui ventilasi
• Continuous renal replacement therapy (CRRT)
non-invasif
dan hemodialisa intermiten
Bikarbonat
Nutrisi
• Koreksi asidemia pada sepsis
• Sebaiknya mulai dari dosis rendah 500 kkal/
hari
Kortikosteroid
• Kecukupan kalori diberikan sedini mungkin
• Hanya diberikan dengan indikasi insufisiensi
adrenal

Kontrol gula darah


• Berikan insulin IV jika kadar gula darah
> 180 mg/dl pada 2 kali pemerikasan.
Kanker Kolonorektal

• Kanker kolonorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor lingkungan
dan faktor genetik
• Faktor lingkungan berupa pola makanan yang berpengaruh pada karsinogenesis.
• Kanker kolonorektal terjadi sebagai akibat kerusakan genetik lokus yang mengontrol
pertumbuhan sel
Kanker Kolonorektal

Pendekatan diagnosis pada pasien Pemeriksaan lanjutan :


dengan gejala dan tanda: • Pemeriksaan laboratorium,
• Anemia mikrositik, • Radiologi,
• Hematokezia, • Barium enema,
• Nyeri perut, • Kolonoskopi
• Berat badan turun • Histologi.
• Perubahan defekasi
Kanker Kolonorektal

Klasifikasi
Kanker Kolonorektal

Klasifikasi
Kanker Kolonorektal
Tatalaksana
Stadium Terapi
Stadium 0  Eksisi lokal atau polipektomi sederhana
(TisN0M0)  Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang tidak memenuhi syarat eksisi
lokal

Stadium I  Wide surgical resection dengan anastomosis tanpa kemoterapi ajuvan


(T1,T2N0M0)
Stadium II  Wide surgical resection dengan anastomosis
(T3N0M0, T4a-T4bN0M0)  Terapi ajuvan setelah pembedahan pada pasien dengan risiko tinggi

Stadium III  Wide surgical resection dengan anastomosis


(T apapun N1-N2M0  Terapi ajuvan setelah pembedahan
Stadium IV  Reseksi tumor primer pada kasus kanker kolorektal dengan metastasis
(T apapun N apapun M1) yang dapat direseksi
 Kemoterapi sistemik pada kasus kanker kolorektal dengan metastasis
yang tidak dapat direseksi dan tanpa gejala
 
Sepsis pada pasien kanker
• Imunosupresi pada kanker yang meningkatkan risiko infeksi dan sepsis
• Pengobatan dengan kemoterapi dan radioterapi mengubah aktivitas fagositosis neutrofil
dan monosit dengan menurunkan jumlah sirkulasi dan merusak kapasitasnya untuk
kemotaksis dan fagositosis
• Obat-obatan tersebut menyebabkan disregulasi pleiotropik dari respon imun bawaan
dan adaptif serta penurunan aktivitas neutrofil, monosit, makrofag, dan limfosit
(terutama sel T CD4+)
• Kemoterapi dan radioterapi dapat merusak fungsi organ dan jaringan lain, membatasi
kapasitasnya untuk menangani agresi awal.
LAPORAN KASUS
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN

• Nama Pasien : Ny. HRS

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Umur : 42 Tahun

• Alamat : Jl. Manga Robean, Payung Sekaki, Pekanbaru

• MR : 01006718

• Tgl MRS : 29 Maret 2022, 02.45 WIB

• Tgl Periksa : 29 Maret 2021, 15.20 WIB


ANAMNESIS
Keluhan Utama

Tidak ada BAB sejak 2 hari SMRS


ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan tidak ada BAB sejak 2 hari SMRS, pasien ada rasa ingin BAB tetapi tidak bisa
keluar, pasien juga tidak ada buang angin sejak 2 hari SMRS, keluhan tersebut disertai nyeri perut, perut terasa
membesar, tegang dan menyesak. Nyeri perut dirasakan pada perut bagian bawah, nyeri muncul tiba-tiba dan
hilang timbul, rasa nyeri sulit dijelaskan, nyeri dirasakan ≥ 10 menit setiap kali muncul, nyeri tidak menjalar ke
punggung, dada ataupun ke tungkai, nyeri tidak dipengaruhi aktivitas ataupun perubahan posisi, nyeri tidak
berkurang dengan istirahat. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah, mual dirasakan setiap kali perut diisi,
kemudian diikuti oleh muntah, muntah ±4 kali dalam sehari, berjumlah sekitar 1 gelas belimbing setiap kali
muntah, berisi cairan berwarna kekuningan. Pasien juga mengeluhkan badan lemas dan tidak mau makan, lemas
dirasakan diseluruh tubuh, memberat dengan aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien kemudian datang ke IGD RSUD AA pukul 2.50 WIB, di IGD dilakukan
pemeriksaan didapat tanda-tanda vital dalam batas normal, pada pemeriksaan fisik
konjungtiva tampak anemis, perut distensi dan nyeri tekan. Kemudian pasien
diberikan infus RL, injeksi ketorolac untuk meredakan nyeri, injeksi omeprazole
untuk keluhan mual muntah, dan pronalges suposituria untuk keluhan tidak bisa
BAB. Namun, keluhan pasien tidak berkurang.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pukul 09.00 WIB keluhan pasien semakin memberat, nyeri perut dirasakan pada
seluruh bagian perut, terus menerus, tidak berkurang dengan perubahan posisi ataupun
istirahat, nyeri hebat hingga membuat pasien sesak nafas. Pasien kemudian dilakukan
pemeriksaan dan diberikan tatalaksana primary survey. Pada airway didapatkan airway
clear, tidak didapatkan obstruksi jalan napas. Pada breathing didapatkan frekuensi
pernafasan 28x/menit, regular, tidak ditemukan suara nafas tambahan seperti wheezing
dan ronki, saturasi 65%. Pasien kemudian diberikan oksigen dengan NRM 10 lpm. Pada
circulation didapatkan tekanan darah pasien tidak terukur dan nadi pasien 120x/menit,
regular, teraba halus, kulit berwarna pucat dan akral teraba dingin. Tidak ditemukan adanya
perdarahan pada pasien. Kemudian pasien dipasang jalur intravena dengan cairan RL serta
dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium. Namun, pengambilan darah
tidak bisa didapatkan. Pasien dipasang kateter dan diadapatkan urin 100cc pasien tidak ada
BAK sebelumnya
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang

Pada disability didapatkan GCS pasien 13. Pada exposure ditemukan suhu pasien 35,4 oc. pasien
kemudian dihangatkan dan diberikan selimut. Pasien juga diberikan drip norepinephrine 0,05
mg/kg/menit, injeksi omeprazole 40 mg, injeksi ketorolac 30 mg. kemudian pasien dievaluasi
setiap 15 menit, tekanan darah pasien terus meningkat hingga mencapai 89/76 mmHg pada
pukul 12.30 WIB dan keluhan nyeri sedikit berkurang, namun pasien masih belum buang angin
dan BAB.
Pada pukul 14.50 WIB, keluhan pasien kembali memberat, nyeri perut dirasakan semakin hebat
diseluruh bagian perut terutama perut bagian bawah. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak
berkurang dengan istirahat atau perubahan posisi. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas
semakin hebat. Pasien kembali ditatalaksana primary survey.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada airway didapatkan airway clear, tidak didapatkan obstruksi jalan napas. Pada breathing
didapatkan frekuensi pernafasan 36x/menit, regular, tidak ditemukan suara nafas tambaha
seperti wheezing dan ronki, saturasi 36%. Pasien kemudian diberikan oksigen dengan NRM 10-
15 lpm. Pada circulation didapatkan tekanan darah pasien tidak terukur dan nadi pasien
126x/menit, regular, teraba halus, kulit berwarna pucat dan akral teraba dingin. Tidak
ditemukan adanya perdarahan pada pasien. Akses intravena masih hanya didapatkan 1 jalur
dan pengambilan darah masih tidak bisa didapatkan, urin pasien didapatkan 300cc. Pada
disability didapatkan GCS pasien 12. Pada exposure tidak ditemukan suhu pasien 35,2oc.
pasien kemudian dihangatkan dan diberikan selimut. Pasien juga diberikan drip norepinefrine
0,05 mg/kg/menit, injeksi omeprazole 40 mg, injeksi ketorolac 30 mg, dan pronalges
suposituria. Pasien dievaluasi setiap 15 menit dan dikonsultasikan untuk perawatan di ruang
ICU.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS pasien mengeluhkan nyeri perut, nyeri seperti di tusuk-tusuk
pada perut bagian, nyeri tidak menjalar ke punggung, dada ataupun tungkai,
nyeri memberat dengan aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Keluhan
disertai demam, mual dan muntah serta penurunan nafsu makan. Demam
dirasakan turun naik, tidak terlalu tinggi, demam muncul tiba-tiba, namun
pasien tidak melakukan pengukuran suhu dan tidak mengonsumsi obat
penurun panas. Mual dan muntah dirasakan setiap setelah makan, muntah
berisi sisa makanan dan air, berjumlah sebanyak kurang lebih setengah gelas
belimbing setiap kali muntah dan muntah sebanyak 2-3x dalam sehari. Pasien
biasanya makan teratur 3x sehari dengan porsi cukup. Namun, karena
menurunnya nafsu makan pasien hanya makan 3-4 sendok makan setiap kali
makan.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien kemudian berobat ke RSUD AA. Di IGD RSUD AA pasien dilakukan pemeriksaan didapatkan
tanda-tanda vital dalam batas normal, perut distensi dan nyeri tekan pada perut bagian bawah. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit pasien sedikit meningkat. Pasien kemudian diberikan
infus RL 20 tpm, injeksi omeprazole , ondancetron, ketorolac, dan pronalges suposituria. Keluhan
pasien berkurang dan pasien dipulangkan.

4 hari SMRS pasien mengeluhakan nyeri perut bagian tengah, nyeri muncul tiba-tiba, seperti
ditusuk-tusuk, nyeri tidak menjalar, nyeri memberat dengan aktivitas dan sedikit berkurang dengan
istirahat. Keluhan nyeri perut disertai perut terasa membesar, tidak nyaman pada perut bagian
bawah, mual dan muntah. Muntah sebanyak 2x dengan jumlah sedikit berisi sisa makanan dan
cairan, tampak berwarna kehitaman. Pasien juga mengeluhkan sudah tidak BAB dan buang angin
sejak 7 hari SMRS. Pasien kemudian berobat ke RSUD AA, dilakukan pemeriksaan dan diberikan
obat injeksi ketorolac 30 mg, injeksi omeprazole dan dulcolax. Keluhan pasien berkurang dan
pasien dipulangkan.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien terdiagnosis kanker usus sejak ±10 tahun yang lalu. Awalnya pasien merasakan perut terasa
nyeri, kembung dan kebas, sulit buang air besar diikuti penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan namun pasien tidak ingat seberapa banyak. Pasien telah dilakukan operasi pada tahun 2012 dan
menyelesaikan kemoterapi 6 siklus pada bulan Juli 2019. Pasca kemoterapi pasien berobat ke
Malaysia. Namun, 1 tahun terakhir Pasien juga rutin kontrol setiap 3 bulan sekali ke poli
hematoonkologi RSUD AA. Kontrol terakhir dilakukan pada bulan Januari 2022 didapatkan pasien
dengan kondisi baik dan pada pemeriksaan CT Scan tidak tampak massa.

Keluhan lain, seperti BAB berwarna kehitaman, nyeri kepala, nyeri menelan, nyeri dada, nyeri
pinggang, nyeri sendi, pedarahan, batuk, sulit BAK disangkal. Pasca kemoterapi, sebelum keluhan
kembali muncul pasien sudah dapat melakukan aktivitas dan pekerjaan rumah dengan baik, setelah
keluhan muncul kembali pasien hanya beristirahat dirumah.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat Keganasan (+) Ca Colon sejak ± 10 tahun lalu.


• Riwayat penyakit paru (-)
• Riwayat penyakit ginjal (-)
• Riwayat penyakit hati (-)
• Riwayat penyakit kencing manis (-)
• Riwayat tekanan darah tinggi (-)
• Riwayat penyakit autoimun (-)
ANAMNESIS
Riwayat sosial kebiasaan dan ekonomi

• Pasien belum menikah


• Pasien tidak bekerja. Pasien hanya mengerjakan pekerjaan
rumah, namun seminggu terakhir pasien sudah tidak
melakukannya lagi
• Pasien tinggal bersama kedua orang tua
• Pasien tidak merokok dan minum alkohol
PEMERIKSAAN FISIK
Primary survey

Airway :
Objektif : Suara nafas tambahan, Snoring (-), gurgling (-), stridor (-)
Assesment: Airway clear
Action : O2 via NRM 10 Lpm

Breathing & Ventilation :


Objektif : nafas spontan, pengembangan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi (+), penggunaan
otot bantu nafas (+), Frekuensi nafas 41x/menit, jejas di dinding dada (-)
Assesment: Gangguan pada ventilasi
Action : O2 dilanjutkan
PEMERIKSAAN FISIK
Primary survey
Circulation :
Objektif : Akral dingin, CRT > 3 detik, Nadi 159x/menit, tekanan darah 31/14 mmHg
Assesment: sirkulasi terganggu
Action : Pasang IVFD RL diguyur, Norepinefrin 0,05 mg/kb/menit
Evaluasi : produksi urin, frekuensi nadi dan tekanan darah

Disability :
Objektif : GCS 10 (E3V2M5), Refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)
Assesment: Penurunan kesadaran
Action :Observasi kesadaran

Exposure :
Objektif : Suhu 35,2oC
Assesment: Hipotermi
Action : Hangatkan pasien
PEMERIKSAAN FISIK
Umum

Kesadaran : Somnolen
Keadaan umum : Sakit Berat
Tekanan darah :31/14 mmHg
Nadi : 159 x/menit, reguler, teraba halus.
Pernapasan : 41 x/menit
Suhu : 35,2 0C
VAS : 8-9
BB : 37,5 kg
TB : 156 cm
IMT :15,40 (underweight)
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan Leher

• Kepala : Normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut


• Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya
(+/+), palpebral edema (-/-)
• Telinga : Liang telinga lapang (+/+), serumen (-/-), keluar cairan dan darah (-/-)
• Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), nafas cuping hidung (+)
• Mulut : Mukosa bibir pucat (+), sianosis (+)
• Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-) JVP 5 + 2 cmH­2O
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax (Paru)

Inspeksi : Dinding dada kanan dan kiri simetris, retraksi (+), spider
nevi (-), penggunaan otot bantu nafas (+)
Palpasi : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris. Vokal
fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax (Jantung)

Thoraks jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di linea midklavikularis SIK V
Perkusi : Batas kanan jantung di Linea parasternalis dekstra SIK IV.
Batas kiri jantung di linea midclavicularis dekstra SIK V
Auskultasi : HR 156 x/menit, M1>M2, A2>A1, P1>P2, A2>P2, regular. Mumur (-),
Gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen

Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit, distensi (+), vena kolateral (-), caput medusa (-),
spider nevi (-)
Auskultasi : Bising usus (+), 4 kali per menit.
Palpasi : Nyeri tekan pada seluruh regio abdomen(+). Hepar dan Lien sulit dinilai.
Undulasi (-)
Perkusi :Timpani (+) pada semua regio, kecuali pada region epigastrium, umbilikal dan
suprapubis pekak (+), shifting dullness (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Ekstremitas

Ekstremitas
Superior : Akral dinging, kulit tampak pucat, sianosis (+), CRT >3 detik, edema
(-/-), palmar eritem (-/-)
Inferior :Akral dingin, Kulit tampak pucat, sianosis (+), CRT >3 detik, pitting
edema(-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(28/03/2022)

Darah Rutin Hitung Jenis leukosit Elektrolit dan kimia klinik

Na+ : 135 mmol/L


Hemoglobin : 15,1 g/dl Basofil : 0,8% K+ : 3,9 mmol/L
Leukosit :11,01/uL (H) Eosinofil : 0,6% (L) Cl- : 91 mmol/L (L)
Trombosit : 289.000/uL Neutrofil : 73,6% (H) Albumin : 4,4 g/dl
Eritrosit :5.090.000/uL Limfosit : 6,9% (L) GDS: 87 mg/dl
Hematokrit : 44,3% Monosit : 18,1% (H)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(29/03/2022)

1. Identitas Nn.ZN 18 tahun


2. Posisi PA
3. Marker R
4. Kekerasan foto cukup
5. Jaringan lunak < 2 cm
6. Klavikula, skapula, costae vertebrae intak
7. Trakea midline
8. Sudut costofrenicus kanan dan kiri lancip
9. Diafragma kanan dan kiri licin
10. Corakan bronkovaskular normal.
11. Tidak tampak konsolidasi di kedua lapangan paru
12. Kedua hilus tidak melebar
Cor: tidak membesar, CTR <50%
Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(29/03/2022)

• Lemak peritoneal jelas kiri dan kanan


• Psoas Line baik
• Terdapat air fluid level di lumen usus
• Distensi usus tidak ada
RESUME
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis • Kesadaran: Somnolen Hematologi
• Pasien perempuan usia 42 tahun • KU : Sakit Berat • Leukosit: 11.100 u/L
• Tidak BAB sejak 2 hari SMRS. • TD : 31/14 mmHg
• Nadi: 159 x/menit, reguler,
(Leukositosis)
• Keluhan disertai nyeri perut,
teraba halus. • Eosinofil:0,6%, Neutrofil:
perut membesar, tegang, mual,
• RR : 41 x/menit 73,6%, Limfosit: 6,9%,
muntah, penurunan nafsu makan.
• Suhu : 35,2 0C Monosit: 18,1% (Eosinope-
• Riwayat Ca Colon sejak ± 10
• VAS : 8-9 nia, neutrofilia, limfositopenia,
tahun lalu, pasca operasi dan • Konjungtiva anemis monositosis)
kemoterapi 6 siklus. • Mukosa bibir pucat, sianosis
• Abdomen distensi, nyeri tekan
(+)
• Akral dingin
• Kulit ekstremitas tampak pu-
cat, sianosis (+)
• CRT > 3 detik
Daftar Masalah

• Klinis : Nyeri Perut


• Grading : Acute abdomen
• Etiologi : Ca Colon
• Penyerta : Konstipasi, nausea, vomitus, anoreksia.
Rencana pemeriksaan lanjutan

• AGD
• Kadar Laktat
• Kultur darah
• Faal Ginjal
• Faal Hati
• Hemostasis
Tatalaksana
Non Farmakologi Farmakologi
• Bed rest Inf RL guyur
• Rawat ICU Medical Norepinephrine 0,05mg/kgBB/hari
Inj. Omeprazole 2x40 mg
• NRM 10-15 lpm
Inj. Ketorolac 2x30 mg
Pronalges 2x1
PEMBAHASAN
Pembahasan

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini dicurigai mengalami syok sepsis. Pasien
didapati mengalamai tanda-tanda syok berupa hipotensi yang menetap dan tidak membaik meskipun
telah diberikan terapi cairan yang adekuat, suhu < 36oC, denyut nadi >90 x/menit, dan frekuensi
nafas >20 x/menit. Berdasarkan kriteria qSOFA pasien memenuhi 3 kriteria dan kriteria SOFA
didapatkan skor 5, dan didapatkan tanda disfungsi organ berupa hipotensi yang menetap.
Pembahasan
• Sepsis merupakan respon inflamasi sistemik disertai dengan fokus infeksi. Pada awalnya
akan terjadi perubahan tanda-tanda vital, kemudian akan terjadi disfungsi organ.
• Syok sepsis ditandai gejala sepsis berat dengan hipotensi yang menetap sehingga
membutuhkan vasopressor
• Kriteria SOFA digunakan untuk kriteria klinis pada pasien spesis dan qSOFA untuk skrining
pasien berisiko tinggi
Pembahasan

• Pasien juga diketahui menderita kanker usus sejak ±10 tahun lalu, dimana keganasan merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya sepsi dan syok sepsis.
• Tatalaksana pada pasien ini bertujuan untuk memperbaiki hemodinamik dan mencegah kerusakan
organ lebih lanjut. Penatalaksanaan awal dimulai pada fase akut di IGD.
KESIMPULAN
• Syok merupakan suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik
• Kompleksnya perubahan imunopatologi dan sistem koagulasi bertangung jawab terhadap
morbiditas dan mortalitas pasien sepsis dan syok septik
• Definisi dan kriteria klinis yang diperbarui diharapkan dapat memfasilitasi penatalaksanaan
pasien berisiko sepsis dengan lebih tepat waktu.
Terimakasih
Mohon Arahan dan Bimbingannya Dokter

Anda mungkin juga menyukai