2. Hastomo Prabowo 0761050037 gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa terjadi hipoksia. Syok kardiogenik (kegagalan kerja jantungnya sendiri): Syok hipovolemik (berkurangnya volume sirkulasi darah): Syok obstruktif (gangguan kontraksi jantung akibat di luar jantung) Syok distributif (berkurangnya tahanan pembuluh darah perifer Sistem Kardiovaskuler - Gangguan sirkulasi perifer (pucat, ekstremitas dingin) - Nadi cepat dan halus. - Tekanan darah rendah - Vena perifer kolaps. - CVP rendah. Sistem Respirasi - Pernapasan cepat dan dangkal. Sistem saraf pusat - Perubahan mental pasien syok Sistem Saluran Cerna - Bisa terjadi mual dan muntah. Sistem Saluran Kencing - Produksi urin berkurang. Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Sepsis sindroma klinik yang ditandai dengan: Hyperthermia/hypothermia (>38°C; <35,6°C) Tachypneu (respiratory rate >20/menit) Tachycardia (pulse >100/menit) 10% >cell imature Suspected infection Biomarker sepsis adalah prokalsitonin (PcT); C- reactive Protein (CrP). 1. Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), ditandai dengan 2 gejala sebagai berikut: a. Hyperthermia/hypothermia (>38,3°C; <35,6°C) b. Tachypneu (resp >20/menit) c. Tachycardia (pulse >100/menit) d. Leukocytosis >12.000/mm atau Leukopenia <4.000/mm e. 10% >cell imature 2. Sepsis : Infeksi disertai SIRS 3. Sepsis Berat : Sepsis yang disertai MODS/MOF, hipotensi, oligouri bahkan anuria. 4. Sepsis dengan hipotensi : Sepsis dengan hipotensi (tekanan sistolik <90 mmHg atau penurunan tekanan sistolik >40 mmHg). 5. Syok septik Syok septik adalah subset dari sepsis berat, yang didefinisikan sebagai hipotensi yang diinduksi sepsis dan menetap kendati telah mendapat resusitasi cairan, dan disertai hipoperfusi jaringan. Sindroma Sepsis Syok Sepsis Takipneu, respirasi 20x/m Sindroma sepsis ditambah dengan gejala: Takikardi 90x/m Hipotensi 90 mmHg Hipertermi 38 C Tensi menurun sampai 40 Hipotermi 35,6 C mmHg dari baseline dalam waktu 1 jam Hipoksemia Membaik dengan pemberian Peningkatan laktat plasma cairan dan penyakit shock Oliguria, Urine 0,5 cc/kgBB hipovolemik, infark miokard dan emboli pulmonal sudah dalam 1 jam disingkirkan Diabetes melitus Sirosis hati Alkoholisme Leukemia Limfoma Keganasan Obat sitotoksis dan imunosupresan Nutrisi parenteral dan sonde Infeksi traktus urinarius dan gastrointestinal. Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, fungi atau riketsia. Umumnya disebabkan kuman gram negatif. Insidensnya meningkat, antara lain karena pemberian antibiotik yang berlebihan, meningkatnya penggunaan obat sitotoksik dan imunosupresif, meningkatnya frekuensi penggunaan alat-alat invasive seperti kateter intravaskuler, meningkatnya jumlah penyakit rentan infeksi yang dapat hidup lama, serta meningkatnya infeksi yang disebabkan organisme yang resisten terhadap antibiotik. Pada bakteri gram negatif yang berperan adalah lipopolisakarida (LPS). Suatu protein di dalam plasma, dikenal dengan LBP (Lipopolysacharide binding protein) yang disintesis oleh hepatosit, diketahui berperan penting dalam metabolisme LPS. Sebagian LPS berikatan dengan LPS masuk ke dalam sirkulasi LBP sehingga mempercepat ikatan dengan CD14.
transduksi sinyal intraseluler melalui
sebagian akan diikat oleh faktor nuklear factor kappaB (NFkB), tyrosin inhibitor dalam serum kinase(TK), protein kinase C (PKC)
aktivasi intrasel melalui toll like
dimetabolisme receptor-2 (TLR2) Pada bakteri gram positif, komponen dinding sel bakteri berupa Lipoteichoic acid (LTA) dan peptidoglikan (PG) merupakan induktor sitokin. Bakteri gram positif menyebabkan sepsis melalui 2 mekanisme: eksotoksin sebagai superantigen dan komponen dinding sel yang menstimulasi imun. Superantigen berikatan dengan molekul MHC kelas II dari antigen presenting cells dan Vβ-chains dari reseptor sel T, kemudian akan mengaktivasi sel T dalam jumlah besar untuk memproduksi sitokin proinflamasi yang berlebih. Fase dini: terjadi deplesi volume, selaput lendir kering, kulit lembab dan kering. Post resusitasi cairan: gambaran klinis syok hiperdinamik: takikardia, nadi keras dengan tekanan nadi melebar, precordium hiperdinamik pada palpasi, dan ekstremitas hangat. Disertai tanda-tanda sepsis. Tanda hipoperfusi: takipnea, oliguria, sianosis, mottling, iskemia jari, perubahan status mental. DIC FDP≥ 1:40 atau D-dimers ≥2,0 dengan rendahnya platelet Memanjangnya waktu: - protrombin - partial thromboplastin - Perdarahan
Respirotary Distr.Syndrome Hipoksemia
Acute Renal Failure Kreatinin > 2,0 ug/dl
Na. Urin 40 mmol/L Kelainan prerenal sudah disingkirkan
Harga alk. Fosfatase, SGOT, SGPT dua kali harga normal
Central Nervous System Disf.. GCS < 15
Untuk pengobatan shock sepsis perlu diperhatikan obat yang esensial (hemodinamik, antibiotik, vasopressor), kontroversial (kortikosteroid, heparin dan opiat antagonis), masa mendatang (antibodi monoklonal). Untuk mencapai cairan yang adekuat pemberian pertama 1 L-1,5 L dalam waktu 1-2 jam. Jika tekanan darah tidak membaik dengan pemberian cairan maka perlu dipertimbangkan pemberian vasopressor seperti dopamin dengan dosis 5-10 ug/kgBB/menit Dopamin diberikan bila sudah tercapai target terapi cairan, yaitu MAP 60mmHg atau tekanan sistolik 90-110 mmHg. Setelah diagnose sepsis ditegakkan, antibiotik harus segera diberikan, dimana sebelumnya harus dilakukan kultur darah, cairan tubuh, dan eksudat. Pemberian antibiotik tak perlu menunggu hasil kultur. Untuk pemilihan antibiotik diperhatikan dari mana kuman masuk dan dimana lokasi infeksi, dan diberikan terapi kombinasi untuk gram positif dan gram negatif. Indikasi : 1. Sebagai terapi pertama sebelum hasil kultur diketahui 2. Pasien yang dapat imunosupresan, khususnya dengan netropeni 3. Dibutuhkan efek sinergi obat untuk kuman yang sangat pathogen (pseudomonas aureginosa, enterokokus) Pemberian HA-1A Human monoclonal antibody sebaiknya dipertimbangkan pada pasien sepsis yang penyebabnya dicurigai bakteri Gram negative, terutama pada sumber infeksi saluran cerna dan saluran kemih yang sering disebabkan kuman Gram negatif. Memperbaiki asidosis metabolik dengan natrium bikarbonat sampai pH normal dan memperbaiki gangguan elektrolit dengan pemberian elektrolit. Keseluruhan angka kematian pada pasien dengan syok septik menurun dan sekarang rata-rata 40% (kisaran 10 to 90%, tergantung pada karakteristik pasien). Hasil yang buruk sering mengikuti kegagalan dalam terapi agresif awal.
PA DAMU PEMILIK HATI YANG TAK PERNAH KUMILIKI YANG HADIR SEBAGAI BAGIAN DARI KISAH HIDUPKU ENGKAU AKU CINTA DENGAN SEGENAP RASA DIHATI SELALU KUMENCOBA MENJADI SEPERTI YANG ENGKAU MINTA KAU SEMBUNYIKA