Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua manusia dibumi ini pasti diciptakan dengan dibekali akal pikiran dari sang
pencipta. Diberi kemampuan untuk mengingat apa yang dilihat atau yang ditangkap melalui
persepsinya. Membicarakan tentang ingatan sebenarnya juga berbicara mengenai kelupaan.
Karena ingatan dan kelupaan dapat diibaratkan sebagai sekeping mata uang yang bermuka
dua, satu sisi dengan sisi yang lain tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara apa yang diingat
dengan apa yang dilupakan merupakan perbandingan yang terbaik. Ini berarti bahwa makin
banyak yang dapat diingat, akan makin sedikit yang dilupakan, begitu sebaliknya.
Selain itu, hal yang dapat membedakan antara manusia dengan makhluk lain yaitu,
adanya kemampuan manusia untuk berfikir. Proses dalam pemecahan masalah itulah
yang disebut dengan proses berfikir. Manusia dapat berkreasi dan berinovasi sesuai dengan
apa yang dipikirkannya. Orang yang berfikir kreatif akan menciptakan sesuatu yang baru,
timbulnya atau munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan
dengan insight (pemahaman).
Hal-hal tersebut yang akan menjadi kajian pada pembahasan dalam makalah ini,
diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih. Dan mampu
memberikan referensi serta pengetahuan yang lebih luas dan memberikan manfaat yang
positif bagi semua.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ingatan itu?
2. Bagaimanakah proses terjadinya kelupaan?
3. Bagaimana fungsi penyimpanan itu?
4. Bagaimanakah proses berfikir itu?
5. Bagaimanakah berfikir kreatif itu?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa ingatan itu.
2. Untuk mengidentifikasi proses terjadinya kelupaan.
3. Untuk mengidentifikasi bagaimana terjadinya fungsi penyimpanan.
4. Untuk menjelaskan bagaimana proses berfikir.
5. Untuk mengetahui bagaimana berfikir kreatif .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ingatan
Ingatan merupakan alih bahasa dari memory. Pada umumnya para ahli memandang
sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Hal ini menunjukkan bahwa
manusia mampu menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman
yang pernah dialaminya.
Orang dapat mengingat suatu kejadian, ini berarti kejadian yang diingat itu pernah
dialami, atau dengan kata lain kejadian itu pernah dimasukkan kedalam jiwanya, kemudian
simpan dan pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dengan
demikian, maka ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan
untuk menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan
kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau (Woodworth dan Marquis, 1957).
Istilah lain yang juga sering digunakan untuk memasukkan (encoding), menyimpan (storage),
dan untuk menimbulkan kembali (retrieval).
Sifat ingatan antara lain sebagai berikut:
1). Ingatan yang cepat dan mudah; artinya seseorang dapat dengan mudah dalam menerima
kesan-kesan, misal ada orang yang dengan cepat dapat mengingat suatu lagu dan ada pula
yang lambat.
2). Ingatan yang luas; artinya sekaligus seeorang dapat menerima banyak kesan-kesan dalam
daerah yang luas.
3). Ingatan yang teguh; artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah,
melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya atau tidak mudah lupa.
4). Ingatan yang setia; artinya artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah,
melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya.
5). Ingatan mengabdi atau patuh; artinya bahwa kesan yang pernah dicamkan dapat dengan
mudah direproduksi secara lancar.
Tahapan atau stage tertentu dalam mengingat: stimulus yang merupakan sensory input
dipersepsi melalui alat indera (sensory register). Untuk mengadakan persepsi perlu adanya
perhatian. Apa yang dipersepsi itu masuk dalam ingatan, dan dalam waktu yang singkat apa
yang persepsi itu dapat ditimbulkan kembali sebagai memory output. Ini yang disebut short-
term memory atau short-term store. Namun ada juga yang tidak segera ditimbulkan sebagai
output memory, tetapi disimpan dalam ingatan melalui encoding. Dan baru pada suatu waktu
apabila dibutuhkan untuk ditimbulkan kembali (retrival) sebagai memory output. Inilah yang
disebut long-term memory atau long-term store.
Dengan demikian, dapat dibedakan antara short-term memory, long-term memory dan
sensory memory. Perbedaan antara ketiga macam ingatan tersebut terletak pada waktu antara
masuknya stimulus untuk dipersepsi dn ditimbulkannya kembali sebagai memory output.
Apabila jarak waktu antara pemasukan stimulus dan penimbulan kembali sebagai memory
output berkisar antara 20-30 detik merupakan short-term memory, sedangkan selebihnya
merupakan long-term memory, dan untuk sensory memory waktunya lebih pendek lagi, kira-
kira 1 detik.
Beberapa eksperimen mengenai ingatan, tokoh yang mempelopori eksperimen mengenai
ingatan adalah Ebbinghaus. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ingatan dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1) Metode dengan melihat waktu atau usaha belajar (the learning time method)
Metode ini merupakan penelitian ingatan dengan melihat sampai sejauh mana waktu yang
diperlukan oleh S (subjek) untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik,
misalnya dapat mengingat kembali materi tersebut tanpa kesalahan.
2) Metode belajar kembali (the relearning method)
Metode ini merupakan metode yang berbentuk S (subyek) disuruh mempelajari kembali
materi yang pernah dipelajari sebelumnya sampai pada suatu kriteria tertentu, seperti pada S
mempelajari materi tersebut pada pertama kali. Misalnya S mempelajari syair sampai hafal
betul membutuhkan waktu 10 menit, kemudian pada saat mempelajari yang kedua kalinya
hanya membutuhkan waktu 8 menit. Jadi, ada waktu 2 menit yang dihemat dan disimpan.
3) Metode rekonstruksi
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mengkonstruksi
kembali suatu materi yang diberikan kepadanya. Misalnya seperti permainan puzzle, subyek
disuruh untuk menggabungkan kembali sesuai dengan bentuk semula.
4) Metode mengingat kembali
Metode ini digunakan untuk mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek
disuruh untuk mempelajari suatu materi kemudian diberikan materi untuk mengetahui samapi
sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar salah atau dengan pilihan ganda.
5) Metode asosiasi berpasangan
Metode ini mengambil bentuk subyek disuruh secara berpasang-pasangan. Misalnya
mengingat nama seseorang beserta nomor teleponnya.

B. Kelupaan
Berbicara mengenai ingatan sebenarnya juga berbicara mengenai kelupaan. Karena
ingatan dan kelupaan dapat diibaratkan sebagai sekeping mata uang yang bermuka dua, satu
sisi dengan sisi yang lain tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara apa yang diingat dengan
apa yang dilupakan merupakan perbandingan yang terbaik. Ini berarti bahwa makin banyak
yang dapat diingat, akan makin sedikit yang dilupakan, begitu sebaliknya.
Terdapat beberapa teori tentang kelupaan :
1. Teori atropi
Teori ini juga sering disebut teori disense atau teori disuse, yaitu suatu teori mengenai
kelupaan yang menitikberatkan pada lama interval. Menurut teori ini kelupan terjadi karena
jejak-jejak ingatan atau memory traces telah lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam
kesadaran, hingga pada akhirnya orang akan mengalami kelupaan. Teori ini lebih bersumber
pada aspek fisiologis, apabila otot-otot lama tidak digunakan, otot tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik/mengalami kelumpuhan, demikian pula halnya dengan ingatan.
2. Teori interferensi
Teori ini lebih menitikberatkan pada isi interval. Menurut teori ini kelupaan itu terjadi
karena memory traces saling bercampur satu dengan yang lain dan saling mengangggu, saling
berinterferensi sehingga hal ini dapat menimbulkan kelupaan. Teori interferensi dapat
dibedakan (1) interferensi yang proaktif, dan (2) interferensi yang retroaktif.
Interferensi yang proaktif adalah interferensi yang terjadi bahwa materi yang
mendahului akan mengganggu materi yang kemudian dan ini dapat menimbulkan kelupaan.
Apabila ini diformulasikan dalam bentuk diagram maka bentuknya sebagai berikut.
Kelompok eksperimen : belajar A, belajar B, tes B
Kelompok kontrol : belajar B, tes B
Dalam hal ini maka materi A yang dipelajari oleh kelompok eksperimen akan dapat
mengganggu pada waktu S (subjek) melakukan tes B, sehingga hal tersebut dapat
menimbulkan kelupaan pada materi B. Ini yang disebut dengan interferensi proaktif.
Interferensi retroaktif adalah inteferensi yang terjadi bahwa materi yang dipelajari
kemudian dapat menginterferensi materi yang dipelajari lebih dahulu. Apabila ini
diformulasikan dalam bentuk diagram, maka bentuknya sebagai berikut.
Kelompok eksperimen : belajar A, belajar B, tes A
Kelompok kontrol : belajar A, tes A

Dalam hal ini materi B yang dipelajari oleh kelompok eksperimen akan dapat
menggamggu S (subjek) pada waktu subjek mengerjakan tes A, materi B akan
menginterferensi materi A. Ini yang dimaksud dengan interferensi retroaktif.
Dengan demikian akan jelaslah kedua teori mengenai sebab-sebab terjadinya kelupaan
itu. Tetapi kalau diteliti lebih lanjut keduanya mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
kelupaan. Dengan adanya kelupaan menunjukkan bahwa kemampuan mengingat manusia itu
terbatas.
Maka langkah praktis agar yang disimpan dalam ingatan itu tetap baik, diperlukan
ulangan-ulangan dari bahan-bahan yang pernah dipelajari. Seperti hukum Jost: belajar empat
kali a 2 jam, akan lebih baik hasilnya apabila dibanding dengan belajar 8 jam sekaligus,
sekalipun waktunya sama yaitu 8 jam.
C. Fungsi Menyimpan
Fungsi kedua dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang dipelajari
atau apa yang dipersepsi. Problem yang timbul berkaitan dengan fungsi ini ialah bagaimana
agar yang telah dipelajari atau yang telah dimasukkan dapat disimpan dengan baik, sehingga
suatu waktu dapat ditimbulkan apabila dibutuhkan.
Setiap proses belajar akan menimbulkan jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang, dan
jejak ini untuk sementara disimpan dalam ingatan yang pada suatu waktu dapat ditimbulkan
kembali, disebut sebagai memory traces.
Tetapi tidak semua memory traces akan tetep tetap tinggal dengan baik, karena pada suatu
waktu memory traces dapat hilang, dalam hal ini orang mengalami kelupaan.
Disamping memory traces dapat hilang, juga dapat berubah tidak seperti semula,
sehingga apabila ditimbulkan kembali untuk diingat, apa yang muncul tidak seperti pada
waktu dipelajari hal tersebut. Hal ini yang disebut bahwa ingatan ingatan orang tersebut tidak
setia, apa yang diingat dapat berubah atau berkurang dari keadaan pada waktu dipelajari. Ada
bagian yang hilang atau tidak dapat diingat kembali.
Sehubungan dengan masalah penyimpanan (retensi) dan juga mengenai masalah
kelupaan, suatu persoalan yang timbul ialah soal interval, yaitu jarak waktu antara
memasukkan atau mempelajari dan menimbulkan kembali apa yang telah dipelajari.
Mengenai interval dapat dibedakan antara lain sebagai berikut:
1). Lama interval, yaitu berkaitan dengan lamanya waktu antara waktu pemasukan bahan (act
of learning) sampai ditimbulkan kembali bahan itu. Lama interval berkaitan dengan kekuatan
retensi. Makin lama interval, makin kurang retensinya, ataundengan kata lain kekuatan
retensinya turun.
2). Isi interval, yaitu berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat atau mengisi interval.
Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan merusak atau mengganggu memory traces
sehingga kemungkinan individu akan mengalami kelupaan.
D. Proses Berfikir
Proses dalam pemecahan masalah itu disebut proses berfikir. Dalam pemecahan
masalah timbullah dalam jiwa kita berbagai kegiatan, antara lain:
1. Kita menghadapi suatu situasi yang mengandung masalah. Pertama-tama kita mengetahui
lebih dulu apa masalahnya, atau apakah yang kita hadapi itu suatu masalah.
2. Bagaimanakah masalah itu dapat dipecahkan.
3. Hal-hal manakah yang sekiranya dapat membantu pemecahan masalah tersebut.
4. Apakah tujuan masalah itu dipecahkan.
Dari bermacam-macam masalah, ada pula bermacam-macam cara pemecahan antara
lain:
• Dengan insting
• Dengan kebiasaan-kebiasaan
• Dengan aktivitas pikir
Dalam proses berfikir juga timbul berbagai kegiatan-kegiatan jiwa antara lain:
• Membentuk pengertian
• Membentuk pendapat
• Membentuk kesimpulan

D. Berfikir Kreatif
Orang yang berfikir kreatif akan menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau
munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight.
Dalam berfikir kreatif ada beberapa tingkatan sampai seseorang memperoleh sesuatu hal
yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatan-tingkatan tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
1.Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah dan
mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh
pemecahan yang baru.
2.Tingkatan inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang, karena
individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
3.Tingkat masalah atau iluminasi, yaitu tingkatan dimana mendapatkan pemecahan masalah,
seseorang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba akan memperoleh pemecahan masalah tersebut.
4.Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah permasalahan yang diperoleh pada tingkat
iluminasi itu cocok atau tidak.
5.Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.
Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berfikir dapat disebabkan antara
lain karena (1) data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus
diperoleh, (2) data yang ada belum dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan
dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berfikir.
Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatan dalam proses
berfikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain, misalnya
dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet tidaknya sesuatu masalah, lengkap tidaknya
data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berfikir seseorang.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau
memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering)
hal-hal yang telah lampau.
2. Hubungan antara apa yang diingat dengan apa yang dilupakan merupakan perbandingan
yang terbaik. Makin banyak yang dapat diingat, akan makin sedikit yang dilupakan, begitu
sebaliknya.
3. Fungsi kedua dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang dipelajari atau
apa yang dipersepsi.
4. Proses dalam pemecahan masalah itu disebut proses berfikir.
5. Berfikir kreatif akan menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru
tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight.

B. Saran
Jika ingin ingatan kita masih tetap jernih, diharuskan untuk mengulang lebih sering tentang
hal-hal yang telah kita pelajari sebelumnya, agar tidak terdelete memori-memori tersebut dari
pikiran kita.

DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 2004 . Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.


Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Sabri, M. Alisuf.(1993).Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan.Jakarta:Pedoman Ilmu
Jaya.

Azhari, Akyas.(2004).Psikologi Umum dan Perkembangan.Jakarta:Penerbit Teraju.

Rakhmat, Jalaludin.(1991).Psikologi Komunikasi.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sarlito Wirawan Sarwono.(1976).Pengantar Umum Psikologi.Jakarta:Bulan Bintang

Anda mungkin juga menyukai