Laporan Manajemen RS Labuang Baji Gel. 2 PDF
Laporan Manajemen RS Labuang Baji Gel. 2 PDF
OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Profesi Apoteker di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. Salam dan
Shalawat juga senantiasa tercurah kepada Nabiullah Muhammad Shallallahu
„Alaihi wa Sallam yang telah membebaskan manusia dari alam jahiliyah ke jaman
yang kaya akan ilmu pengetahuan.
Praktik Kerja Profesi Apoteker di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan merupakan salah satu tahapan pendidikan di Fakultas Farmasi Program
Studi Profesi Apoteker. Selain itu, Praktik Kerja Profesi Apoteker di RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan juga memberikan pengalaman kepada
mahasiswa mengenai pelayanan dan manajemen suatu Rumah Sakit sehingga
mahasiswa dapat mengetahui peran apoteker di Rumah Sakit.
Penulis menyadari bahwa Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat
terlaksana dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Bapak Dr. H. Andi Mappatoba, M.B.A., DTAS selaku direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Ibu Dra. Ermina Pakki, Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
4. Prof.Dr.H.M.Natsir Djide, MSi.,Apt., selaku Koordinator PKPA Farmasi
Rumah Sakit Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin.
5. Ibu Rosdiana, S.Si., Apt., selaku kepala Instalasi Farmasi RSUD Labuang
Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
6. Bapak Agung Prasetyo, S.Farm., Apt., selaku koordinator pembimbing PKPA
di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
7. Seluruh staf dan karyawan RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
iii
8. Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan.
9. Rekan-rekan peserta Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di
RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan ini masih kurang dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dari
penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan Praktik Kerja Profesi
Apoteker ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak khususnya dalam
pengembangan ilmu kefarmasian.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul ................................................................................................... i
Lembar Pengesahan .............................................................................................. ii
Kata Pengantar ...................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................ v
Daftar Tabel .........................................................................................................vii
Daftar Lampiran………………………………………………………………...viii
BAB I. Pendahuluan ............................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
I.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker ........................................................... 2
I.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker ......................................................... 2
BAB II. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 3
II.1 Gambaran Umum Rumah Sakit ..................................................................... 3
II.2 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ........................................... 18
II.3 Gambaran Umum RSUD Labuang Baji ......................................................... 36
II.4 Instalasi Farmasi RSUD Labuang Baji........................................................... 44
BAB III. Central Sterilization Supply Department (CSSD) ................................. 57
III.1 Tinjauan Umum CSSD ................................................................................. 57
III.2 Tinjauan CSSD di RSUD Labuang Baji ....................................................... 65
BAB IV.Pengolahan Limbah ................................................................................ 72
IV.1 Definisi Limbah Rumah Sakit ...................................................................... 72
IV.2 Macam-macam Limbah Rumah Sakit .......................................................... 72
IV.3 Mekanisme Pengolahan Limbah Padat ......................................................... 73
IV.4 Mekanisme Pengolahan Limbah Cair ........................................................... 79
IV.5 Mekanisme Pengolahan Limbah Gas............................................................ 81
IV.6 Teknologi Pengolahan Limbah ..................................................................... 81
IV.7 Penanganan Limbah di RSUD Labuang Baji ............................................... 82
BAB V. Pembahasan ............................................................................................. 84
v
BAB VI. Penutup .................................................................................................. 89
VI.1 Kesimpulan. .................................................................................................. 89
VI.2 Saran ……………………………………………………………………….89
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 90
Lampiran............................................................................... ................................ 92
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Tenaga Kerja RSUD Labuang Baji .......................... 56
Tabel 2. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya ........ 74
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Labuang Baji .......... 92
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
rumah sakit harus menjawab empat pernyataan utama, seperti apa fungsi yang
dilakukan rumah sakit, untuk siapa rumah sakit melaksanakan fungsi itu,
bagaimana cara rumah sakit memenuhi fungsi itu, dan mengapa rumah sakit itu
ada. Jadi, fokus misi harus internal rumah sakit, sedangkan fokus visi adalah
eksternal untuk stakeholder (3).
satu lokasi ke lokasi lain yang.Rumah Sakit bergerak dapat berbentuk bus,
kapal laut, karavan, gerbong kereta api, atau kontainer.
c. Rumah Sakit Lapangan
Rumah Sakit lapangan merupakan Rumah Sakit yang didirikan di lokasi
tertentu selama kondisi darurat dalam pelaksanaan kegiatan tertentu yang
berpotensi bencana atau selama masa tanggap darurat bencana. Rumah
Sakit lapangan dapat berbentuk tenda di ruang terbuka, kontainer, atau
bangunan permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit.
2. Berdasarkan Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan
menjadi (5):
a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Umum
diklasifikasikan menjadi:
i. Rumah Sakit Umum Kelas A
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas A paling
sedikit meliputi:
1. Pelayanan medik paling sedikit terdiri dari:
a. Pelayanan gawat darurat yang harus diselenggarakan 24 (dua
puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
b. Pelayanan medik spesialis dasar yang meliputi pelayanan
penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan
ginekologi.
c. Pelayanan medik spesialis penunjang yang meliputi pelayanan
anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan
rehabilitasi medik.
d. Pelayanan medik spesialis lain yang meliputi pelayanan mata,
telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah,
kulit dan kelamin kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah
syaraf bedah plastik, dan kedokteran forensik.
6
b. Jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
swasta.
c. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas A terdiri atas:
a. Tenaga medis paling sedikit terdiri atas: 18 (delapan belas) dokter
umum untuk pelayanan medik dasar, 4 (empat) dokter gigi umum
untuk pelayanan medik gigi mulut, 6 (enam) dokter spesialis untuk
setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar, 3 (tiga) dokter spesialis
untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang, 3 (tiga)
dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain, 2
(dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis dan 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut.
b. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas: (satu) apoteker
sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit, 5 (lima) apoteker yang
bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh)
tenaga teknis kefarmasian, 5 (lima) apoteker di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis kefarmasian, 1
(satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal
2 (dua) tenaga teknis kefarmasian, 1 (satu) apoteker di ruang ICU
yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis kefarmasian, 1
(satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik dirawat inap
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit dan 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi
yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat
inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian
8
a. Jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah.
b. Jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
swasta.
c. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri atas:
a. Tenaga medis paling sedikit terdiri atas: 12 (dua belas) dokter umum
untuk pelayanan medik dasar, 3 (tiga) dokter gigi umum untuk
pelayanan medik gigi mulut, 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap
jenis pelayanan medik spesialis dasar, 2 (dua) dokter spesialis untuk
setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang, 1 (satu) dokter
spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain, 1 (satu)
dokter sub spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik sub spesialis
dan1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut.
b. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas: (satu) apoteker
sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit, 4 (empat) apoteker
yang bertugas di rawat jalan yang dibantu olehpaling sedikit 8
(delapan) tenaga teknis kefarmasian, 4 (empat) apoteker di rawat
inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) tenaga teknis
kefarmasian, 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang
dibantu oleh minimal 2 (dua) tenaga teknis kefarmasian, 1 (satu)
apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua)
tenaga teknis kefarmasian, 1 (satu) apoteker sebagai koordinator
penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik dirawat inap atau rawat jalan dan dibantu
oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan
11
b. Jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
swasta.
c. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas C terdiri atas:
a. Tenaga medis paling sedikit terdiri atas: 9 (sembilan) dokter umum
untuk pelayanan medik dasar, 2 (dua) dokter gigi umum untuk
pelayanan medik gigi mulut, 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap
jenis pelayanan medik spesialis dasar, 1 (satu) dokter spesialis untuk
setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang dan 1 (satu) dokter
gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi
mulut.
b. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas: (satu) apoteker
sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit, 2 (dua) apoteker yang
bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 4 (empat)
tenaga teknis kefarmasian, 4 (empat) apoteker di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) tenaga teknis kefarmasian, 1
(satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik
dirawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
c. Tenaga keperawatan dimana kebutuhan tenaga keperawatan dihitung
dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur.
d. Tenaga kesehatan lain dimana Jumlah dan kualifikasi tenaga
kesehatan lain disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah
Sakit.
e. Tenaga non kesehatan dimana Jumlah dan kualifikasi tenaga non
kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
14
Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai
kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar
dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit :
a. Membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik
Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik.
b. Mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi.
c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi,
jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar.
d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan
Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan
balik.
e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF.
f. Menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit.
g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi.
h. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan
melakukan monitoring.
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit :
a. Mengutamakan penggunaan Obat generik.
b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-riskratio) yang paling
menguntungkan penderita.
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
f. Menguntungkandalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak lansung.
20
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga
yang terjangkau.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah
Sakit, maka Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan
penambahan atau pengurangan Obat dalam Formularium Rumah Sakit dengan
mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
a. Anggaran yang tersedia
b. Penetapan prioritas
c. Sisa persediaan
d. Data pemakaian periode yang lalu
e. Waktu tunggu pemesanan
f. Rencana pengembangan
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaankebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
21
kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan
kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obatdan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa oleh pasien disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara
benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu :
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya .
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan
tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup
demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkankelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
24
Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First
Out (FEFO) dan First In First Out(FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA,Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaankhusus untukmencegah
terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat
emergensiuntuk kondisi kegawat daruratan. Tempat penyimpananharus mudah
diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan obat emergensi harus menjamin:
a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah
ditetapkan.
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain.
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.
d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.
e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan
cara :
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh Instalasi Farmasi.
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
25
obat yang digunakan oleh pasien baik resep maupun obat bebas termasuk herbal
harus dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan
akan digunakan. Discrepancy atau ketidak cocokan adalah bilamana ditemukan
ketidak cocokan/perbedaan diantara data-data tersebut.
Ketidak cocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada
rekam medik pasien. Ketidak cocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional)
oleh dokter pada saat penulisan resep maupun tidak disengaja (unintentional)
dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24
jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
1) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja.
2) Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti.
3) Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi obat.
d. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau
perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab
terhadap informasi obat yang diberikan.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah
Sakit.
Kegiatan PIO meliputi:
a. Menjawab pertanyaan.
b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.
32
berdirinya pada tanggal 12 Juni 1938 Rumah Sakit Labuang Baji telah mengalami
beberapa kali pergantian direktur yaitu (6):
1. Dr. Ong Yang Hang
2. Prof. Dr. Warouw
3. dr. G. J. Hoc Kartra
4. dr. Hiberlein
5. dr. A. W. F.Rulgrep
6. dr. P. Roott
7. dr. R. A. Tini Iswary, sampai tahun 1967
8. dr. Ny. Th. Sumantri Tulong, pada tahun 1967-1987
9. dr. B. Tjahjadi, pada tahun 1978 – 1981
10. dr. A. Wahid Baelang, pada tahun 1981 – 1991
11. dr. H. Mustafa Djide,SKM, dari tahun 1991 – 30 Desember 1995
12. dr. H. Jasmine Abu Mattimu, dari 30 Desember 1995–17 Januari 1997
13. dr. H. Nurfiah A. Patiroi, MHA, dari 17 Januari 1997 – 13 Juni 1998
14. dr. H. Muh. Basir Palu, Sp. A., MHA, 13 Juni 1998 – 13 Agustus 2001
15. dr. H. Sofyan Muhammad, M.Si., 13 Agustus 2001 – 14 Agustus 2006
16. dr. H. Muh. Talib Suyuti,M.Kes, 5 Oktober 2006 – 21 Agustus 2008
17. dr. H. Bambang Arya, M.Kes, 21 Agustus 2008-17 Juni 2011.
18. Dr. Drs. H. Azikin Solthan, M.Si, 18 Juli 2011-12 September 2011
19. dr. Enrico Merentek,Sp.PD, 12 September 2011 – 2016
20. dr.H. Andi Mappatoba, M.B.A., DTAS 2016 - sekarang
II.3.2 Visi, Misi, Falsafah, Tujuan, Motto dan Nilai Rumah Sakit Labuang
Baji (6)
1. Visi :
Menjadi Rumah Sakit Unggulan Se-Sulawesi Selatan
2. Misi:
- Mewujudkan Profesionalisme SDM
- Meningkatkan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
- Memberikan Pelayanan Prima
38
m. Tahap XII
Gedung ruang perawatan HD (1 lantai) pada tahun 2009.
n. Tahap XIII
Gedung ruang perawatan dan poliklinik TB MDR (1 lantai) pada tahun
2010.
o. Tahap XIV
Pembangunan rehabilitasi ruang perawatan pada tahun 2012
p. Tahap XV
Rencana pembangunan tower (7 lantai) pada tahun 2014
2. Daya Tampung (15)
Instalasi – Instalasi Perawatan :
Instalasi Rawat Darurat (IRD) dan Instalasi Rawat Intensive
Instalasi Rehabilitasi Medik dan Instalasi Bedah Sentral
3. Fasilitas Pelayanan (15)
Pelayanan Medik:
Instalasi Rawat Jalan
Poliklinik Mata
Poliklinik Bedah
Poliklinik Paru, TB dan DOTS
Poliklinik Kebidanan dan Kandungan/KB
Poliklinik KIA dan Laktasi
Poliklinik Penyakit Dalam
Poliklinik Saraf
Poliklinik Kardiologi
Poliklinik Gigi dan Mulut
Poliklinik Fisioterapi
Poliklinik Endokrin
Poliklinik THT
Poliklinik Kulit dan Kelamin
Poliklinik Konsultasi Gizi
42
Poliklinik Jiwa
Poliklinik Anak
Poliklinik Perjanjian
Poliklinik Bedah Saraf
Poliklinik General Chack Up
Poliklinik Jantung
Poliklinik Bedah Ortopedi
Poliklinik Bedah Urologi
Pelayanan Penunjang Medik :
Instalasi Radiologi
Instalasi Patologi Klinik
Instalasi Patologi Anatomi
Instalasi Rawat Intensif
Instalasi Farmasi
Pelayanan Penunjang Non Medik:
Instalasi Gizi
Instalasi Pemeliharaan Sarana RS
Instalasi Sanitasi Lingkungan
Instalasi forensik & pemulasaran jenazah
Instalasi Rekam Medik
Ruang Rawat Inap
14 ruang perawatan umum
6 (enam) ruang perawatan khusus (Ruang Bedah Sentral,Bedah
Kebidanan/Kandungan, Perawatan Khusus/RPK, Rawat Intensif,
Hemodialisa, Kamar Bersalin, Rawat Infeksi), dan Perawatan CVCU
(Cardio Vaskuler Care Unit)
Fasilitas Tempat Tidur (7):
VVIP : 7 tempat tidur
VIP : 7 tempat tidur
Kelas I : 49 tempat tidur
43
II.4.3 Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Instalasi Farmasi RSUD Labuang Baji
Adapun visi, misi, dan falsafah instalasi farmasi RSUD Labuang
Bajiadalah sebagai berikut (6):
1. Visi
Memberikan pelayanan kefarmasian berstandar Nasional dengan tanpa
komplain.
2. Misi
Misi instalasi farmasi RSUD Labuang Baji Makassar yaitu:
a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) yang
berorientasi pada tercapainya hasil pengobatan yang maksimal bagi pasien.
b. Melaksanakan pelayanan farmasi yang bertanggungjawab dengan
berpedoman pada kode etik Apoteker.
c. Menciptakan suasana aman dan nyaman bagi petugas instalasi farmasi,
petugas kesehatan lain di Rumah Sakit, pasien dan keluarganya.
d. Menata unit pelayanan instalasi farmasi menjadi lebih mandiri, kredibel,
efektif, dan efisien.
e. Meningkatkan kesejahteraan karyawan instalasi farmasi.
Nilai-Nilai:
Jujur
Tanggung Jawab
Visioner
Disiplin
Kerjasama
Peduli
Ikhlas
3. Falsafah
Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah pengelolaan dan
penggunaan obat secara rasional yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari seluruh sistem pelayanan kesehatan secara menyeluruh, dilaksanakan secara
48
II.4.4 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi RSUD Labuang
Baji Provinsi Sulawesi Selatan
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,
koordinasi dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal
mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan, perbekalan, pelayanan farmasi
klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang
dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Disesuaikan
dengan situasi dan kondisi rumah sakit (6).
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Labuang
Baji Provinsi Sulawesi Selatan No. 01/IFRS-LB/IV/2015 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulawesi Selatan, IFRS dipimpin oleh seorang Kepala instalasi. Dalam
melaksanakan kegiatan IFRS, kepala instalasi dibantu oleh koordinator Farmasi
Manajerial dan Gudang, sub bagian perencanaan, koordinator farmasi klinik dan
mutu, serta 4 koordinator depo (Depo Rawat Inap, Depo Rawat Jalan, Depo OK,
dan Depo Instalasi Rawat Darurat) (6).
49
57
58
3. Indikator biologi
Indikator biologi ini berupa sediaan yang berisi populasi mikroorganisme
dalam bentuk spora hidup dan disertai media pertumbuhan yang sesuai.Ada yang
dimasukkan dalam autoklaf dan ada yang di luar untuk kontrol positif.Bila spora
indikator yang di dalam autoklaf tidak tumbuh setelah diaktifkan, maka
diasumsikan semua kemasan dalam kondisi steril. Mikroorganisme yang
digunakan untuk indikator ini adalah Bacillus stearothermophyllus (sterilisasi
uap) dan Bacillus subtilis (sterilisasi etilen oksida dan sterilisasi panas kering).
d. Melipat duk lubang besar dengan digulung dan diberi steam indikator
tapes
e. Melipat duk setengah lebar dengan cara empat persegi panjang, diikat
lima dan menggunakan S.I.T
f. Melipat sarung meja dengan cara empat persegi dan diberi steam
indikator tapes
g. Melipat alas meja dengan cara empat persegi panjang, disusun lima dan
menggunakan S.I.T
5. Memasukkan linen bersih ke dalam tromol:
a. Tromol besar digunakan untuk memasukkan jas operasi
b. Tromol sedang digunakan untuk memasukkan duk lubang besar, duk
lubang kecil, dan duk setengah lebar
c. Tromol kecil digunakan untuk memasukkan sarung meja dan alas meja.
6. Memasukan tromol kedalam chamber autoclave:
a. Temperatur chamber 121oC
b. Power usage 9 KW / 9000 watt
c. Operating pressure 2 kg/cm2
d. Dioperasikan selama 45 – 60 menit dalam keadaan dingin (start awal)
e. Jika autoclave dalam posisi panas (start kedua) proses sterilisasi
membutuhkan waktu relative singkat intervalnya 15 – 30 menit
f. Mengeluarkan tromol yang sudah mengalami proses sterilisasi
g. Penyusunan kembali tromol yang telah steril
h. Pengaturan tromol antara IBS dan IRD, CYTO ataupoliklinik/bangsal
7. Menyimpan tromol di tempat steril:
a. Penyimpanan tromol di tempat yang disediakan
b. Menunggu petugas dari ruangan masing-masing untuk mengambil
tromol.
8. Pengambilan bahan danalat steril oleh petugas masing-masing ruangan
a. Dari kamar operasi
1. OK, OK THT
2. OK Mata
68
3. OK CYTO
b. Dari poliklinik
1. Poli Bedah
2. Poli Mata
3. Poli THT
4. Poli Kandungan
5. Dari ruang perawatan
b. Kebijakan Distribusi Alat dan Bahan Steril
1. Bahan atau alat steril diantar dan diserahkan kepada petugas ruangan
sterilisasi.
2. Proses serah terima dan pengambilan alat dan bahan steril dicatat dalam
buku register.
3. Jadwal serah terima alat dan bahan steril dicatat dalam buku register
a. Hari Senin – Jumat : Jam 07.30 – 14.00
b. Hari Sabtu : Jam 08.00 – 13.00
c. Kebijakan Sterilisasi Linen
1. Semua linen yang akan disterilkan diantar ke instalasi sterilisasi oleh
petugas laundry.
2. Semua linen yang akan disterilkan dipasang steam indicator tapes.
3. Setiap saat disiapkan linen steril yang siap pakai.
4. Semua linen yang rusak akibat proses sterilisasi langsung dilaporkan kepada
pimpinan
d. Kebijakan Sterilisasi Instrumen
1. Alat pra steril diantar ke instalasi sterilisasi oleh petugas ruangan.
2. Alat yang akan disterilkan dipasang steam indicator tapes.
3. Alat dan bahan yang sudah disterilkan dan tidak diambil di instalasi
sterilisasi selama 3 hari harus disterilkan ulang.
4. Instalasi sterilisasi siap setiap saat, bahkan hari minggu/ hari raya bekerja
e. Kebijakan Penerimaan Bahan/Alat Pra Steril
1. Bahan atau alat pra steril diantar dan diserahkan kepada petugas sterilisasi.
2. Proses serah terima dicatat dalam buku register.
69
f. Kebijakan Pengorganisasian
1. Tersedia struktur organisasi instalasi sterilisasi.
2. Penempatan pimpinan dan staf.
3. Tersedianya uraian tugas kepala instalasi unit sterilisasi dan staf.
g. Kebijakan Administrasi
1. Seluruh kegiatan operasional di unit instalasi sterilisasi tercatat secara
administrasi.
2. Tersedianya perangkat administrative.
3. Buku penerimaan linen bersih.
4. Buku penerimaan dan pengeluaran barang steril.
5. Buku permintaan barang.
6. Daftar inventaris terlampir
72
73
3. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
4. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
5. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik.
6. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
7. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan
sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah
diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
8. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
supaya lebih aman dan mengurangi resiko terjadinya cedera. Setelah limbah alat
suntik dan benda tajam lainnya sudah dirasa aman, kemudian dimasukkan dakam
kontainer benda tajam (13).
2. Pewadahan Limbah Medis
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah padat non-medis. Limbah benda tajam harus
dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau
tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk
dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya atau
ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman
(9).
Tabel 2.Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
fiberglass. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3
bagian telah terisi limbah. Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan
sitotoksisyang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan
dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk
kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut
tidak boleh digunakan lagi. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang
kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksis” (13).
3. Pemanfaatan Kembali atau Daur Ulang
Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
stearo thermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus
subtilis (9).
Peralatan benda tajam dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses
sterilisasi. Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah proses
sterilisai meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol,dan
wadah kaca. Setelah pemakaian, peralatan tersebut harus dikumpulkan di tempat
yang terpisah dari tempat peralatan sekali pakai, kemudian dicuci dengan hati-
hati, kemudian disterilkan. Sterilisasi dapat dilakukan secara kimiawi, dibakar
atau dengan autoclaving (13).
Proses autoclaving merupakan proses desinfeksi termal basah yang efisien.
Peralatan ini hanya dapat mengolah sedikit limbah sehingga umumnya digunakan
untuk limbah yang sangat infeksius seperti benda tajam. Mesin ini hanya
memerlukan waktu 60 menit pada suhu dan tekanan masing-masing 121ºC dan 1
bar (100 kPa) sehingga memungkinkan uap untuk berpenetrasi secara maksimum
kedalam materi limbah (13).
4. Pengumpulan dan Pengangkutan Limbah Medis
Staf keperawatan dan staf klinis lainnya harus memastikan bahwa kantong
limbah tertutup atau terikat dengan kuat apabila sudah dua pertiga penuh.
Kontainer limbah medis yang sudah ditutup harus dimasukkan dalam kantong
kuning berlabel untuk limbah medis infeksius. Pengumpulan dari tiap ruangan
76
penghasil limbah harus dilakukan setiap hari dan diangkut ke lokasi penampungan
dengan menggunakan gerobak atau troli khusus yang tertutup (13).
Alat pengangkut tidak diperbolehkan memiliki sudut yang tajam yang dapat
merusak kantong atau kontainer limbah. Kantong atau kontainer harus diganti
segera dengan yang baru dan harus selalu tersedia di setiap lokasi penghasil
limbah benda tajam. Penyimpanan pada musim hujan maksimal 48 jam dan
musim kemarau maksimal 24 jam (9).
5. Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Medis
Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan
teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan menggunakan autoklaf atau dengan pembakaran menggunakan
insenerator (9).
a. Pengolahan Limbah Medis Infeksius dan Benda Tajam
Limbah benda tajam harus diolah dengan insenerator bila memungkinkan, dan
dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Tipe insenerator sangat
banyak, mulai dari pembangkit bersuhu tinggi yang sangat mutakhir sampai unit
pembakaran yang sangat sederhana dengan suhu rendah. Jika dioperasikan dengan
benar, dapat memusnahkan patogen dari limbah dan mengurangi kuantitas limbah
menjadi abu. Perlengkapan insinerasi harus diperhatikan dengan cermat
berdasarkan sarana dan prasarana dan situasi di rumah sakit. Insenerator untuk
limbah medis rumah sakit dioperasikan pada suhu antara 900ºC dan 1200ºC (13).
b. Pengolahan Limbah Farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insenerator pirolitik
(pirolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang
kesarana air limbah atau di insenerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus
menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi
dalam drum logam,dan insenerasi. Limbah farmasi dalam jumlah yang besar harus
dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak
77
kerja air diperlukan dalam jumlah banyak, dan sedikit sekali pada malam hari.
Flow regulator juga dapat mengendalikan fluktuasi kualitas air limbah yang tidak
sama selama 24 jam dengan menggunakan teknik mencampur dan mengencerkan
(14).
Dengan dibantu oleh diffuser, air limbah dari berbagai sumber teraduk dan
bercampur menjadi homogen dan siap diolah. Selain itu, diffuser juga dapat
menghilangkan bau busuk pada air limbah. Setelah itu, proses pengolahan secara
biologis terjadi di dalam aeration tank dengan bahan-bahan organik yang terdapat
dalam air limbah didekomposisikan oleh mikroorganisme menjadi produk yang
lebih sederhana sehingga menyebabkan bahan organik semakin lama semakin
berkurang. Dalam hal ini bahan buangan organik diubah dan digunakan untuk
perkembangan sel baru (protoplasma) serta diubah dalam bentuk bahan-bahan
lainnya seperti karbondioksida, air, dan ammonia. Massa dari protoplasma dan
bahan organik baru yang dihasilkan, mengendap bersama-sama dengan endapan
dalam activated sludge(14).
Proses oksidasi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CHNOS + O2 + nutrien bakteri CO2 + H2O + NH3 + penambahan sel microbial
NH3 + HO2 + Penambahan sel-sel nitratN O2 +NH3 + H2O +sel-sel nitrat.
Kemudian air limbah beserta lumpur hasil proses biologis tadi dialirkan
kedalam clarifier tank agar dapat mengendap. Lumpur yang sudah mengendap di
bagian paling bawah dipompakan kembali ke bak aerasi dan lumpur pada air
limbah yang baru datang dibiarkan turun mengendap ke bawah sehingga terjadi
pergantian. Lumpur yang telah mengendap pada dasar bak clarifier dikembalikan
ke bak aerasi tanpa ada yang diambil keluar atau dilakukan pengolahan lumpur
lebih lanjut (14).
Air limbah dari bak clarifier yang sudah lebih jernih dialirkan ke bak
effluent. Sebelum masuk ke effluent tank, air limbah diberikan khlorin untuk
mengendalikan jumlah populasi bakteri pada ambang yang tidak membahayakan.
Sebagai mata rantai terakhir, air limbah ditampung di dalam effluent tank yang
pada akhirnya akan dibuang ke parit dan bermuara ke sungai (14).
81
b. Ruang bakar sekunder: untuk membakar gas dari hasil pembakaran pada ruang
bakar primer, suhu pada ruang ini harus lebih tinggi yaitu sekitar 800-1000oC,
agar terjadi pembakaran yang sempurna dan gas yang keluar tidak berbahaya.
c. Ruang abu: ruangan untuk menampung abu hasil pembakaran, pada ruangan
ini diperlengkapi dengan alat pemanas (burner) untuk membakar kembali abu
agar tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan berbahaya.
Proses pembakaran dengan insinerator berlangsung pada suhu tinggi (600-
o
800 C), pada suhu tersebut limbah padat organik sudah dapat hancur terbakar dan
abu yang dihasilkan akan dalam keadaaan bersih/steril. Gas hasil pembakaran
limbah tersebut dibakar juga pada suhu yang lebih tinggi yaitu antara 800-1000
o
C, gas buangnya yang bersih dan emisinya terkendali berada dibawah ambang
batas. Keunggulan pemusnahan sampah dengan teknik insinerasi adalah: sampah
dapat dimusnahkan dengan cepat, terkendali dan insitu, serta tidak memerlukan
lahan yang luas seperti halnya proses landfill. Tetapi insinerator juga bukan
berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan teknik
insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian
terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker
pada tubuh (16).
Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang
dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang
membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai,
sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat medis . Saat ini
telah ditemukan teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah
satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United
States Environmental Protection Agency (USEPA) pada tahun 1999 (15).
jenisnya, seperti limbah klinis, limbah cair rumah sakit dan limbah padat rumah
sakit.
a. Penanggulangan Limbah Klinis di RSUD Labuang Baji
Limbah klinis di RSUD Labuang Baji di percayakan kepada pihak ke 3 (tiga)
yaitu salah satu perusahaan pengolahan limbah klinis di Kota Makassar karena,
alat pengolahan limbah klinis RSUD Labuang Baji belum memenuhi syarat dalam
pengolahan Limbah klinis. Limbah yang diperoleh dari seluruh kegiatan medis di
RSUD Labuang Baji, kemudian dikumpulkan dalam satu tempat khusus dan
ditimbang berat limbah tersebut. Kemudian diserahkan kepada pihak perusahaan
pengelolah limbah klinis di RSUD Labuang Baji. Proses pembayaran biaya
pengolahan limbahnya dihitung berdasarkan berat limbah klinis dan dibayarkan
tiap bulan oleh pihak RSUD Labuang Baji.
b. Penanggulangan Limbah Cair di RSUD Labuang Baji
Limbah cair di RSUD Labuang Baji dikelolah oleh pihak rumah sakit, dengan
sarana yang digunakan sama dengan pengolahan limbah cair pada umumnya dan
telah sesuai dengan ketentuan pengolahan limbah cair rumah sakit yang telah
ditetapkan oleh departemen kesehatan.
c. Penanggulangan Limbah Padat di RSUD Labuang Baji
Limbah padat di RSUD Labuang Baji, merupakan hasil dari berbagai kegiatan
penunjang di rumah sakit. Limbah padat tersebut dikumpulkan dalam satu tempat
khusus dan terpisah dengan pembuangan sampah umum masyarakat dan
pengolahan limbah padat tersebut diserahkan kepada dinas kebersihan kota
Makassar.
BAB V
PEMBAHASAN
Kegiatan PKPA dilakukan mulai bulan Januari hingga April yang terbagi
dalam 3 gelombang. Di awal PKPA, dilakukan penerimaan dan pembekalan
dilakukan oleh pihak RSUD Labuang Baji khususnya Instalasi Farmasi. Pada
pembekalan ini, mahasiswa diberikan materi mengenai RSUD Labuang Baji dan
juga peraturan-peraturan yang harus diikuti selama melaksanakan PKPA di
Rumah Sakit. Setelah dilakukan penerimaan di Instalasi Farmasi selanjutnya
dilakukan penerimaan dan pembekalan oleh pembimbing teknis secara umum
selama PKPA di RSUD Labuang Baji. Pada pembekalan ini, mahasiswa PKPA
diberikan materi mengenai RSUD labuang baji, aturan selama PKPA dan
pelayanan farmasi klinik di beberapa depo, setelah itu mahasiswa di arahkan ke
tiap-tiap depo untuk memulai melaksanakan PKPA.
Selama PKPA di RSUD Labuang Baji mahasiswa mempelajari mengenai
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Labuang Baji. Rumah sakit labuang baji
melakukan 2 kegiatan pelayanan kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan
kefarmasian rumah sakit yaitu pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan
farmasi klinik. Pada pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan
sampai administrasi sedangkan pada pelayanan farmasi klinik yang dilakukan
yaitu mulai dari pengkajian resep sampai evaluasi penggunaan obat. Pelayanan
farmasi klinik berupa Dispensing sediaan steril dan Pemantauan kadar obat dalam
darah tidak dilakukan di RSUD labuang baji karena alat yang tidak memadai.
Pada tahap pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di RSUD Labuang Baji dilakukan berdasarkan Formularium Rumah
Sakit yang disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah
Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh
Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Perencanaan dilakukan oleh kepala Instalasi Farmasi dengan
mengumpulkan data pelayanan resep dan jumlah kunjungan pasien. Rekap
84
85
Pemakaian lembar resep dan pemakaian obat generik, obat paten serta alat
kesehatan.
Berdasarkan ketetapan yang berlaku pengadaan obat-obatan, alat
kesehatan dan bahan kimia bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Sumber keuangan dari Rumah Sakit Labuang Baji berasal dari
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Instalasi Farmasi menerima dan membeli
perbekalan farmasi dengan tidak mengeluarkan uang. Sistem pengadaan yang
dilakukan di RSUD labuang baji yaitu melalui pembelian dan dropping/hibah
(untuk obat-obat HIV-AIDS dan obat-obat TB-MDR).
Untuk penerimaan perbekalan farmasi di RSUD Labuang Baji dilakukan
oleh panitia pemeriksa barang dan panitia penerimaan barang yang telah
ditetapkan. Barang yang telah diterima terlebih dahulu diperiksa oleh panitia
pemeriksa barang sebelum diserahkan ke panitia penerimaan barang. Panitia
pemeriksa barang bertugas melakukan pemeriksaan terhadap mutu dan jumlah
barang, kemudian dibuat Berita Acara Penerimaan Barang untuk selanjutnya
diserahkan kepada instalasi farmasi untuk digudangkan.
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi, selanjutnya dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamanan perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First
Out (FEFO) dan First in First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA,Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Distribusi perbekalan farmasi dilakukan dari gudang ke beberapa depo
yaitu depo rawat inap, rawat jalan, rawat darurat, dan depo OK. Penanggung
jawab setiap depo farmasi mengisi formulir permintaan barang farmasi kepada
gudang, kemudian bagian gudang akan mengecek ketersediaan barang yang
86
pelayanan farmasi klinik di setiap depo (IRD, Rawat jalan, Rawat Inap, OK) yaitu
pada saat pasien/keluarga pasien datang membawa resep maka dilakukan
pengkajian resep, setelah dilakukan pengkajian resep maka dilakukan penyiapan
obat/alkes sesuai dengan resep, setelah itu dilakukan pemeriksaan
ulang/mencocokkan obat/alkes yang telah disiapkan dengan obat/alkes yang
diresepkan, selanjutnya dilakukan penyerahan obat/alkes disertai pemberian
informasi berupa indikasi obat, aturan pakai, dan informasi tambahan yang
diperlukan oleh pasien/keluarga pasien. Setelah penyerahan obat/alkes dilakukan
pencatatan pada kartu stock manual. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah
pengeluaran obat/alkes. Pencatatan pada kartu stock juga dilakukan jika ada
obat/alkes yang masuk dari gudang.
Selain pelayanan farmasi klinik di beberapa depo, pelayanan farmasi
klinik lain yang dilakukan di RSUD Labuang Baji yaitu Visite dan Konseling.
Visite dilakukan ke beberapa ruang perawatan inap bersama apoteker di RSUD
Labuang Baji maupun secara mandiri untuk melihat secara langsung keadaan
pasien dan mengetahui rekam medik pasien. Pada saat visite dilakukan konseling
kepada pasien/keluarga pasien untuk meningkatkan pemahaman/kepatuhan pasien
dalam mengkonsumsi obat dan meningkatkan semangat pasien untuk cepat
sembuh.
Pelayanan Farmasi Klinik berupa Pemantauan terapi obat dan Monitoring
efek samping obat juga dilakukan terhadap pasien dimana pasien sebelumnya
dimintai keterangan mengenai data diri pasien seperti alamat dan nomor telepon
untuk memudahkan melakukan monitoring kepada pasien, selain itu pasien juga
diberikan informasi mengenai indikasi dan kemungkinan efek samping yang dapat
terjadi setelah mengkonsumsi obat yang telah diresepkan oleh dokter. Setelah
beberapa hari penggunaan obat maka pasien kembali di hubungi melalui telepon
atau dapat secara langsung mendatangi rumah pasien untuk melihat/memonitoring
efek terapi ataupun efek samping penggunaan obat.
Selain melakukan pelayanan kefarmasian dilakukan juga pemaparan
materi dari beberapa apoteker dan dokter di RSUD Labuang Baji kepada
mahasiswa, hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan
88
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan melakukan dua standar
pelayanan kefarmasian yaitu mengelola perbekalan farmasi dan pelayanan
farmasi klinik serta Pengelolaan Perbekalan Farmasi yang dilakukan yaitu
mulai dari pemilihan sampai proses administrasi.
2. Pelayanan Farmasi Klinik yang dilakukan yaitu mulai dari pengkajian resep
sampai Evaluasi penggunaan obat. Pelayanan Farmasi Klinik yang tidak
dilakukan di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Dispensing
Sediaan Steril dan Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah.
3. RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan melaksanakan manajemen
rumah sakit berupa Central Sterilization Supply Department (CSSD) dan
Pengolahan Limbah Rumah Sakit.
VI.2 Saran
Sebaiknya diterapkan sistem farmasi klinik dengan ikut sertanya apoteker
dan tenaga kesehatan lainnya setiap dokter visite ke pasien sehingga terbentuk
kolaborasi profesi kesehatan guna menjamin sepenuhnya pelayanan yang
berorientasi pada pasien serta mengutamakan kepentingan dan kenyamanan
pasien dalam melakukan pelayanan kesehatan.
89
DAFTAR PUSTAKA
3. Siregar, C.J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Penerbit
EGC. Jakarta.
10. Sabayang P, Muljadi, Budi. 1996. Konstruksi dan Evaluasi Insinerator Untuk
Limbah Padat Rumah Sakit. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat
Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan. Bandung.
90
91
14. Djaja, Made I dan Dwi Manik sulistya. 2006. Gambaran Pengolahan Limbah
Cair di Rumah Sakit X Jakarta Februari 2006. Makara Kesehatan. 10 (2) :
60-63.
15. Harper. 1986. Hospital Waste Disposal System. United States Patent. USA.
16. Christiani. 2002. Pemanfaatan Substrat Padat Untuk Imobilisasi Sel Lumpur
Aktif Pada Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit. Buletin Keslingmas.
Lampiran 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Labuang Baji
DIREKTUR
Dr.H.Andi Mappatoba, M.B.A., DTAS
WAKIL DIREKTUR
Medik dan Keperawatan
PejabatTeknis BLUD
Pemasok (BadanLayananUmum Daerah)
PejabatKeuangan BLUD
Unit LayananPengadaan
KPA
(KuasaPenggunaAnggar
an)/Direktur
PemeriksaanBarang PenerimaBarang
1
94
Tanggal …………………..
(………………………………..) (……………………………..)
NIP.
95
Lampiran 5. Form 2 Rencana Pelaksanaan Pengadaan Obat Diluar E-Catalogue Obat
Tanggal …………………..
(……………………..) (………………………..)
NIP.
96
Lampiran 6. Prosedur Penerimaan Barang Farmasi Instalasi Farmasi Bp-RSUD Labuang Baji
CATAT DALAM
BUKUBESAR BERITAACAR BERITAA
SESUAI KIRIM KE RS.
A CARA
INPUT KOMPUTER
SERAHKAN RETUR
KEGUDANG
SELESAI
97
Lampiran 7. Prosedur Pelayanan Resep Rawat Jalan dan Rawat Darurat IFRS Labuang Baji
MENERIMA RESEP
DOKTERMENULIS USULKAN
RESEP UNTUKDIADAKAN
PASIEN / KELUARGA Ya
MENGANTARRESEP KE PJU
APOTEK MENGECEK OBAT MENGECEK OBAT
BARANG FARMASI
Ya
COPY BAYAR
MEREKAP PENGELUARAN
BARANG
98
99
bara
MULAI
PETUGAS FARMASI
DEPOR. JALAN, R. INAP, OK, & R. DARURAT SELESAI
Menyiapkan permintaan barang Menerima barang
farmasi farmasi
PETUGAS GUDANG
INSTALASI FARMASI
Melakukan klarifikasi farmasi Menyerahkan barang farmasi
Mencatat di buku pengeluaran
Permintaan
Ya
Cito ?
Tidak