“HIPERTENSI”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
makalah ini. Kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
Penulis,
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan..............................................................................................1
1.2 Epidemiologi.............................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 GEJALA KLINIS....................................................................................3
2.2 PATOFISIOLOGI...................................................................................5
2.2.1 Definisi Hipertensi.............................................................................5
2.2.2 Etiologi...............................................................................................5
2.2.3 Tanda dan Gejala................................................................................7
2.2.4 Klasifikasi Hipertensi.........................................................................7
2.2.5 Komplikasi.........................................................................................8
2.3 TUJUAN TERAPI...................................................................................8
2.4 PENATALAKSANAAN TERAPI..........................................................9
2.4.1 Terapi Non Farmakologi...................................................................9
2.4.2 Terapi Farmakologi..........................................................................10
BAB III
KASUS DAN PENYELESAIAN
3.1 KASUS....................................................................................................30
3.1.1 Kasus no. 1.......................................................................................30
3.1.2 Kasus no. 2.......................................................................................30
3.2 ANALISIS SOAP..................................................................................32
3.2.1 Penyelesaian Kasus no. 1.................................................................32
3.2.2 Penyelesaian Kasus no. 2.................................................................34
DAFTAR PUSTAKA 42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Namun penyakit kardiovaskuler adalah hasil dari sebuah proses sepanjang hidup
manusia. Kejadian penyakit kardiovaskuler pada usia dewasa tersebut tidak lepas
dari interaksi terus menerus dari masa kanak – kanak hingga remaja. Beberapa
pada remaja secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum
contohnya hipertensi ditentukan melalui interaksi dua atau lebih faktor risiko
merupakan silent killer dan perannya terhadap gangguan jantung serta otak tidak
diragukan lagi. Gejala dari hipertensi dapat bervariasi pada masing – masing
individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala – gejalanya
adalah sakit kepala / rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar – debar,
(INFODATIN).
1
1.2 Epidemiologi
pada daerah urban dan rural berkisar antara 17 – 21% dan hanya 4% yang
antara orang dewasa yang menderita hipertensi tidak menyadari sebagai penderita
diatas 20 tahun penderita hipertensi telah mencapai angka hingga 64,5 juta jiwa
umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun,
s/d 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa diantaranya sudah
Hipertensi
Merokok
Obesitas (BMI ≥30)
Immobilitas
DislipidemiaDiabetes mellitus
Mikroalbuminuria atau perkiraan GFR<60 ml/min
Umur (>55 tahun untuk laki-laki, >65 tahun untuk perempuan)
Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur (laki-laki < 55
koroner
Gagal jantung
Otak : Stroke atau TIA
Penyakit ginjal kronis
Penyakit arteri perifer
Retinopathy
BMI = Body Mass Index; GFR= glomerular Filtration Rate; TIA = transient
ischemic attack
Pemeriksaan laboratorium2
terapi antihipertensi adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit; kalium,
kreatinin, dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 – 12 jam) termasuk
3
HDL, LDL, dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan opsional
revaskularisasi koroner
Ginjal: penyakit ginjal kronisPenyakit arteri perifer
2.2 PATOFISIOLOGI
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa
killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita
4
hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi
dkk., 2004).
2.2.2 Etiologi
a) Hipertensi primer
dan sistem saraf simpatik serta sensitivitas garam terhadap tekanan darah.
yaitu konsumsi garam, obesitas dan gaya hidup yang tidak sehat serta
5
garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
b) Hipertensi sekunder
6
Tabel 1. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi (Depkes RI, 2006)
Penyakit Obat
Penyakit ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH
Hiperaldosteronisme primer Estrogen (biasanya pil KB dengan
kadar estrogen tinggi)
Penyakit renovaskular NSAID, cox-2 ihibitor
Sindroma cushing Fenilpropanolamin dan analog
Phaeochromocytoma Siklosforin dan takromilus
Koarktasi aorta Eritropoietin
Penyakit tiroid atau paratiroid Sibutramin
Antidepresan (terutama venlafaxine)
1. Sakit kepala
2. Nyeri dada
3. Mudah lelah
4. Palpitasi (jantung berdebar)
5. Hidung berdarah
6. Sering buang air kecil (terutama malam hari)
7. Tinnitus (telinga berdenging)
8. Dunia terasa berputar (vertigo)
persisten. Peningkatan tekanan darah sistolik pada umumnya >140 mmHg atau
tekanan darah diastolik >90 mmHg, kecuali bila tekanan darah sistolik ≥210
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥120 mmHg (Depkes RI, 2006).
7
Darah (mmHg) (mmHg)
2.2.5 Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
jantung (Dosh,2001).
Target nilai tekanan darahnya adalah kurang dari 140/90 untuk hipertensi
tidak komplikasi dan kurang dari 130/80 untuk penderita diabetes mellitus
8
TDS merupakan indikasi yang baik untuk risiko kardiovaskuler daripada
Hypertension),
mengurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol tiap hari (2,4 gram
9
Tabel 3. Rekomendasi obat hipertensi untuk penyakit penyerta
Penyakit penyerta Rekomendasi obat hipertensi
Diuretik β-B ACEI ARB CCB Aldo Ant
Gagal jantung
Pasca infark miokard
Risiko tinggi penyakit
coroner
Diabetes mellitus
Penyakit ginjal kronik
Pencegahan stroke
berulang
Keterangan : BB = Beta blocker, ACEI = Angiotensin converting enzyme
10
tahap 1 sebaiknya terapi diawali dengan diuretik tiazid. Penderita hipertensi tahap
2 pada umumnya diberikan terapi kombinasi, salah satu obatnya diuretik tiazid
4. Menstimulasi Susunan Saraf Pusat: agonis alfa-2 sentral seperti klonidin dan
yaitu:
Obat yang lazim digunakan untuk pengobatan awal lini pertama (first line
11
ARB), antagonis kalsium (CCB). Selain itu obat yang digunakan untuk
pengobatan lini kedua dikenal 4 kelompok obat yaitu, penyekat reseptor alfa
Obat hipertensi yang digunakan untuk terapi hipertensi dapat dibagi dalam
beberapa kelompok:
1. Diuretik
dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibat
dari efek diuretik tersebut adalah penurunan curah jantung dan tekanan darah.
diuretik belum terkalahkan oleh obat lain sehingga diuretik dianjurkan untuk
12
Pada umumnya diuretik dibagi menjadi beberapa kelompok:
lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan tiazid
dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum lebih dari 2,5 mg/dL)
atau gagal jantung. Waktu paruh diuretik kuat umumnya pendek sehingga
345).
b. Golongan Tiazid
13
1) Dapat meningkatkan efektivitas antihipertensi lain dengan
kadar renin yang rendah, misalnya pada orang tua. Pada kebanyakan
terjadi retensi natrium dan air yang akan mengurangi efek hampir
14
mellitus, tiazid dapat menyebabkan hiperglikemia karena dapat
344).
15
Contoh obat golongan diuretik hemat kalium: amilorid, triamteren
Zat-zat ini memiliki sifat kimia yang sangat mirip dengan zat beta-
noradrenalin (NA). Reseptor-β terdapat dalam dua jenis, yaitu (Tjay dan Rahardja,
2007 : 546) :
a. Reseptor β-1
b. Reseptor β-2.
hipoglikemia).
16
Mekanisme kerja penyekat β adrenoreseptor terhadap penurunan tekanan
darah dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β-1, antara lain (Mardjono,
2007 : 346):
a. Kardioselektivitas
metoprolol.
17
Sifat ini berhubungan dengan keasaman struktur kimianya dengan beta
adrenergik.
Efek stabilisasi membran juga disebut efek lokal anastetis yang terjadi
efektif pada pasien usia muda dan kurang efektif pada pasien usia lanjut.
diberikan per oral berlangsung lambat. Efek ini mulai terlihat dalam 24
jam sampai 1 minggu setelah terapi dimulai dan tidak diperoleh penurunan
tekanan darah lebih lanjut setelah 2 minggu bila dosisnya tetap. Obat ini
18
Kontraindikasi penyekat β adrenoreseptor adalah pada pasien dengan
dan belum terbukti efektif untuk pasca infark miokard. Pada pasien dengan
Bila harus diberikan pada pasien dengan diabetes atau dengan gangguan
lebih baik dibandingkan dengan beta bloker non selektif, karena efek
pada pasien dengan riwayat asma bronkial atau penyakit paru obstruktif
berupa depresi, mimpi buruk, halusinasi dapat terjadi dengan beta bloker
19
seksual sering terjadi akibat pemakaian penyekat β adrenoreseptor,
terjadi bila digunakan secara bersamaan, antara lain (Tjay dan Rahardja,
2007 : 550):
ekskresi air dan natrium, sedangkan kalium mengalami retensi sehingga ada
20
Merintangi enzim ACE dapat mempertahankan keberadaan zat lain yang disebut
Efek penghambat ACE pada gagal jantung akan sangat mengurangi beban
jangka panjang tidak menimbulkan toleransi dan penghentian obat ini biasanya
sehingga sangat baik untuk hipertensi pada diabetes, dislipidemia, dan obesitas.
2007 : 354):
benazepril, dan fosinopril. Obat ini dalam tubuh diubah menjadi bentuk aktif
penghambat ACE diekskresi melalui ASI dan berakibat buruk terhadap fungsi
ginjal bayi. Dalam JNC VII, penghambat ACE diindikasikan untuk hipertensi
dengan penyakit ginjal kronik. Namun harus hati-hati terutama bila ada
kreatinin darah perlu dipantau selama pemberian penghambat ACE. Bila terjadi
21
dikontraindikasikan pada stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada
a. Hipotensi dapat terjadi pada awal pemberian penghambat ACE, terutama pada
pada pasien dengan deplesi cairan dan natrium, gagal jantung atau yang
b. Batuk kering merupakan efek samping yang paling sering terjadi dengan
insiden 5 - 20 %, lebih sering pada wanita dan lebih sering terjadi pada malam
hari. Diduga efek samping ini ada kaitannya dengan peningkatan kadar
c. Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau
pada pasien yang juga mendapat diuretik hemat kalium, AINS, suplemen
d. Rash dan gangguan pengecapan lebih sering terjadi dengan kaptopril, tapi juga
terjadi dengan penghambat ACE yang lain. Diduga karena adanya gugus
sulfhifril (SH) pada kaptopril yang tidak dimiliki oleh penghambat ACE yang
mendapat kaptopril.
di dinding, bibir, tenggorokan, laring dan sumbatan jalan napas yang bisa
22
berakibat fatal. Efek samping ini terjadi dalam beberapa jam pertama setelah
f. Gagal ginjal yang akut yang reversibel dapat terjadi pada pasien dengan
stenosis arteri renalis bilateral atau pada satu-satunya ginjal yang berfungsi.
Hal ini disebabkan dominasi efek penghambat ACE pada arteriol eferen yang
kehamilan yang dapat menimbulkan gagal ginjal fetus atau kematian fetus.
Interaksi obat penghambat ACE dengan obat lain dapat terjadi bila
hiperkalemia.
alfa yang terdapat di otot polos pembuluh, khususnya di pembuluh kulit dan
mukosa.
23
a. Penghambat adrenoseptor alfa tidak selektif: fentolamin yang hanya
terhadap lipid darah (menurunkan LDL dan trigliserida, meningkatkan HDL) dan
dislipidemia dan diabetes mellitus. Penghambat adrenoseptor alfa juga sangat baik
untuk pasien hipertensi dengan hipertrofi prostat karena hambatan reseptor alfa-1
akan merelaksasi otot polos prostate dan sfingter uretra sehingga mengurangi
yang terjadi khusus pada permulaan terapi dan setelah peningkatan dosis. Efek
samping ini dapat dihindari bila dimulai dengan dosis rendah , menaikkan dosis
24
secara berangsur-angsur dan minum dosis pertama sebelum tidur. Efek lain yang
dapat terjadi berupa pusing, nyeri kepala, pilek, gangguan tidur, udema, debar
jantung dan perasaan lemah. Kombinasi dengan beta bloker dan antagonis kalsium
penghambat ACE lebih sering menimbulkan pusing (Tjay dan Rahardja, 2007 :
545).
kalsium ekstrasel ke dalam sel vaskuler otot polos sehingga tegangan vaskuler
menurun dan terjadi vasodilatasi perifer (Goodman dan Gilman, 2008 : 865).
kelompok, yaitu:
ringan. Daya vasodilatasi kedua zat ini lebih lemah daripada zat
25
obat hipertensi. Bepridil tidak bekerja antihipertensi dan khusus digunakan
Efek samping antagonis kalsium: pusing, nyeri kepala, dan rasa panas di
gagal jantung, hipotensi, bradikardi, infark miokard akut, dan penyakit ginjal
terdapat di dalam tubuh, antara lain: di miokard, dinding pembuluh, susunan saraf
pusat, ginjal, anak ginjal, dan hati. Efek-efek angiotensin II diblokir seperti
peningkatan tekanan darah dan ekskresi kalium, retensi natrium, dan air. Efek lain
serta berkurangnya ekskresi kalium. Kombinasi dari kedua jenis obat kini mulai
digunakan untuk lebih efektif menurunkan tekanan darah (efek aditif ringan).
darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi seperti renovaskuler
dan hipertensi genetik, tapi kurang efektif pada hipertensi dengan aktivitas renin
26
yang rendah. Pada pasien dengan hipovolemia, maka dosis penghambat reseptor
II yang bekerja selektif pada reseptor angiotensin I. Pemberian obat ini akan
vasopresin, rangsangan haus), stimulasi jantung, efek renal serta efek jangka
panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh darah dan miokard. Penghambat
maka obat ini dilaporkan tidak memiliki efek samping batuk kering dan
trisemester 2 dan 3, wanita menyusui, stenosis arteri renalis bilateral atau stenosis
27
Efek samping penghambat reseptor angiotensin II berupa hipotensi yang
dapat terjadi pada pasien dengan kadar renin yang tinggi seperti hipovolemia,
terjadi dalam keadaan tertentu, seperti: insufisiensi ginjal, atau bila dikombinasi
dengan obat-obat yang cenderung meretensi kalium seperti diuretik hemat kalium,
antiinflamasi non steroid dan juga bila asupan kalium berlebihan (Mardjono, 2007
: 356-357).
adrenergik yang banyak sekali terdapat di susunan saraf pusat (otak dan medulla).
tekanan darah. Agonis alfa-2 adrenergik digunakan pada semua bentuk hipertensi
dan biasanya dikombinasi dengan diuretik. Zat ini bukan merupakan pilihan
pertama, melainkan hanya sebagai obat cadangan bila obat-obat hipertensi lainnya
kurang efektif.
Efek samping yang sering terjadi berupa efek sentral, antara lain: sedasi,
mulut kering, sukar tidur, hidung mampat, pusing, penglihatan kurang, bradikardi,
impotensi, depresi, dan gelisah. Pada umumnya efek ini sering terjadi pada
rebound dapat terjadi pada penghentian mendadak, terutama pada klonidin dan
reserpin.
28
Metildopa dapat digunakan oleh wanita hamil dengan hipertensi, sedangkan
8. Vasodilator.
karena efek samping vasodilator berupa takikardi dan retensi garam dan air
Efek samping vasodilator adalah pusing, nyeri kepala, muka merah, hidung
mampat, debar jantung dan gangguan lambung. Biasanya efek ini bersifat
sementara.
sedangkan dari dihidralazin dan minoxidil belum tersedia cukup data. Hidralazin,
dapat mencapai air susu ibu (Tjay dan Rahardja, 2007 : 562).
29
BAB III
3.1 KASUS
Ny. TG 47 thn, BB ± 155 cm, MRS dengan keluhan mual, muntah, pusing.
2x850 mg. Pasien juga mengaku tidak meminum obat secara rutin, karena diet
DM. Pada pemeriksaan awal dijumpai kadar gula acak 578 mg/dl, BP 170/110
medis umum reguler Anda untuk meninjau pasien dan memberikan saran farmasi.
Mr.HA adalah akuntan berusia 50 tahun yang telah dirawat 2 hari yang lalu di
rumah sakit setelah whist padam menonton pertandingan sepak bola dengan
putranya.
paha atasnya yang telah diresepkan parasetamol 1 g empat kali sehari dan sesuai
menunjukkan bahwa ia tidak dalam pengobatan dan tampaknya pria yang cukup
30
Pada pemeriksaan dia sedikit kelebihan berat badan di 81 kg, dia merokok
20 batang per hari dan minum sekitar 30 unit alkohol per minggu. Tekanan
darahnya saat masuk adalah 165/80 mmHg dengan denyut jantung 90 detak per
menit. Tingkat tekanan darah dan detak jantung yang meningkat ini telah
hipertensi.
yang jelas untuk saran anda dan jelaskan risiko yang terkait apabila tidak
Bagaimana pilihan pengobatan ini akan terpengaruh jika pasien berasal dari
Afro-Karribbean?
6. Untuk salah satu kelas obat yang disebutkan dalam pertanyaan 4,
31
3.2 ANALISIS SOAP
a) Subjective
b) Objective
mmHg.
c) Asessment
dengan tingginya kadar A1C yaitu 8.6 %. kadar glukosa darah acak 578
32
menurunkan tekanan darah untuk menghindari terjadinya faktor risiko
penyakit lain.
d) Planing
Terapi Farmakologi :
awal 2 x 12.5mg.
mencegah hipertensi.
Monitoring :
a) Subjective
Identitas Penderita
Nama : Mr. HA
33
Umur : 50 Tahun
dan paha atasnya yang telah diresepkan parasetamol 1 g empat kali sehari
dan sesuai kebutuhan ibuprofen 400 mg tiga kali sehari. Riwayat medis
tampaknya pria yang cukup sehat untuk usianya tanpa ada kondisi medis
yang didiagnosis.
merokok 20 batang per hari dan minum sekitar 30 unit alkohol per
minggu.
b) Objective
Data Pemeriksaan :
Kelebihan berat badan 81 Kg
Tekanan darah 165/80 mmHg (denyut nadi 90 detak
per menit)
c) Asessment
mmHg dengan denyut jantung 90 detak per menit. Tingkat tekanan darah
dan detak jantung yang meningkat ini telah dipertahankan selama 48 jam
d) Plan
34
Hipertensi (pada orang tanpa diabetes) didefinisikan sebagai tekanan
diberikan pada:
Berhenti merokok
Menurunan berat badan dengan melakukan diet dan olahraga
Tidak mengkonsumsi alkohol
Berikan alasan yang jelas untuk saran anda dan jelaskan risiko yang
Group, 2006).
Ada bukti bahwa diet sehat, olahraga teratur, dan moderasi asupan
35
untuk pengobatan obat antihipertensi jangka panjang Menggabungkan
setiap minggu
b) Konsumsi alkohol moderat ke level yang disarankan (kurang dari
21 unit per minggu untuk pria; dan kurang dari 14 unit per minggu
untuk wanita)
c) Batasan garam natrium makanan menjadi kurang dari 6 g per hari
rendah natrium
d) Penurunan berat badan pada orang yang kelebihan berat badan
direkomendasikan).
g) Menurut NICE, 2006
Penurunan berat badan Hingga 30% dari semua kematian akibat
36
sehat. Pada 1980, 8% wanita mengalami obesitas dan 6% pria.
tekanan darah yang dicapai dalam uji coba dan tidak jelas
uji klinis.
Penghentian merokok
Tidak ada hubungan kuat antara merokok dan tekanan darah.
37
bahwa strategi penghentian merokok berbiaya efektif (NICE,
2006).
4. Apa lini pertama dari obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi
Diuretik Thailandzide, penghambat saluran kalsium, penghambat
Blocker (CCB)
5. Kelas obat mana yang akan menjadi pengobatan lini pertama yang
menjadi pilihan awal yang tepat pada pasien ini. Jika pasien tersebut
berasal dari Afro Karibia maka diuretik thiazide atau calcium channel
angiotensin II.
6. Untuk salah satu kelas obat yang disebutkan dalam pertanyaan 4
angioedema),
38
b) pasien dengan penyakit reno vaskular yang diketahui atau diduga,
dan kehamilan.
Tiga efek samping yang umum adalah:
c) hiperkalemia.
tekanan darah atau lipid harus ditinjau secara oportunistik. Pasien <40
dan pasien harus menjadi sasaran saran untuk mengurangi risiko ini
39
Untuk menghitung risiko kardiovaskular untuk pasien
valid.
40
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Info DATIN Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. KEMENKES RI : Jakarta
Chobanian, A.V., Bakris, J.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo, Jr,
J.L., Jones, DW., et al., 2003. The seventh report of The Joint National
Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high
blood pressure. http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/42/6/1206,
diakses 28 April 2009.
Goodman dan Gilman. 2008. Dasar Farmakologi Terapi Vol 1. Edisi 10. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
ISFI. 2007. Pembekalan Tenaga Farmasi Rumah Sakit Tentang Penyakit Jantung,
Diabetes Mellitus, dan Hipertensi. Media Informasi Farmasi Indonesia.
MEDISINA. 1. (3) : 57.
Robbins, S.L., Cotran, R.S., Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi Vol 2. Edisi 7.
Diterjemahkan oleh Pendit, B.U. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Tjay, T.H, dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Edisi VI. Cetakan Pertama.
Jakarta : PT Elex Media Komputindo Gramedia.
41