Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

(LIMFOMA)

Dosen : Ns. Efris Kartika Sari, M. Kep

Oleh :
Afin Alamei Reihana
(185070200111019)
REGULER 1 PSIK 2018

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
1. DEFINISI
Limfoma merupakan istilah umum untuk keganasan dari sistem limfatik
(kelenjar getah bening, limpa, kelenjar timus di leher, dan sumsum tulang).
Kelenjar getah bening merupakan suatu kumpulan limfosit berukuran sebesar
kacang yang tersebar di seluruh tubuh. Pada limfoma Hodgkin, sel-sel dari
sistem limfatik bertumbuh secara abnormal dan dapat menyebar ke luar sistem
limfatik. Jika penyakit ini semakin berkembang, maka akan mempengaruhi fungsi
pertahanan tubuh penderitanya. Pada penyakit ini ditemukan perkembangan sel
B abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg (sel B adalah salah satu jenis
sel limfe yang berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh yang memproduksi
antibodi). Nama Hodgkin diambil dari nama penemu penyakit ini pada tahun
1832, yaitu Thomas Hodgkin.
2. PATOFISIOLOGI
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah
bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi
dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam.
Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan
yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut
hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis
limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh
meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di
bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya
timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
3. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Jenis Kelamin : Limfoma hodgin merupakan penyakit yang relative jarang
dijumpai, hanya merupakan 1% dari seluruh kanker. Dinegara barat dinyatakan
insidennya 3,5 / 100000/ tahun pada laki laki, dan 2,6 / 100000 / tahun pada
wanita. Di indonesia belum ada laporan kejadian limfoma hodgin, berdasarkan
jenis kelamin Limfoma Hodgin lebih banyak pada laki laki dengan perbandingan
1:2, Sedangkan untuk limfoma non hodkins lebih dari 45.000 klien didiagnosa
sebagai limfoma non hodgins (LNH) setiap tahun di amerika serikat. Di indonesia
frekuensi relatif tinggi dibandingkan dengan limfoma hodgins.
Usia : Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda
yaitu 18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun.

Pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan resiko tinggi


terkena limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal
ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.

B. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien yaitu dengan limfoma maligna biasanya adalah
demam yang berkepanjangan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelum sakit,
tetapi pasien mengatakan bahwa kondisi tubuhnya sangat kelelahan dan daya
tubuhnya kurang.

D. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien Mengatakan bahwa ada benjolan pada daerah leher yang bisa
digerakkan dan semakin membesar serta dibarengi dengan demam tinggi yang
berkepanjangan dan sering berkeringat di malam hari.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Pada kelainan limfoma maligna faktor keturunan merupakan faktor yang bisa
menyebabkan penyakit ini.
4. ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. Ds : Pasien Virus epstein barr
mengatakan bahwa |
tubuhnya demam Melemahkan limfosit
Do : |
- Pembesaran kelenjar Menyererang imunitas
limfe |
- Perdarahan Kerusakan organ
Resiko tinggi
-Suhu 380C |
infeksi
-Nadi 102 x/mnt Kelainan su-tul
|
Anemia
|
Malnutrisi
|
Resiko infeksi
2. Ds: Pasien Virus epstein barr
mengatakan bahwa |
pasien demam Melemahkan limfosit
Do: |
Suhu tubuh 38 C Menyererang
Hipertermi
Nadi imunitas
Nadi 102 x/mnt |
- RR 22x/mnt. Inflamasi
|
Hipertermi
3. Ds: Pasien Virus epstein barr
mengatakan bahwa |
badan cepat lelah dan Melemahkan limfosit
nyeri |
Do: Menyererang imunitas
- Mata terlihat kuyu |
- Menarik napas Kerusakan organ Nyeri
panjang |
- Nyeri skala 8 Hepatomegali
|
Interupsi sel saraf
|
Nyeri
4. Ds: Pasien Virus epstein barr
mengatakan bahwa |
tidak mengerti tentang Melemahkan limfosit B,T
pengobatan |
Do: Menyererang imunitas
- Kegelisahan | Ansietas
- Disstres Kerusakan organ
- Perasaan tidak |
adekuat Kurang pengetahuan
- Takut |
- Khawatir Ansietas
5. Ds: Pasien Virus epstein barr
mengatakan bahwa |
Nafsu makan Melemahkan limfosit
menurun |
Do: Menyererang imunitas
Nutrisi kurang
Berat badan menurun |
dari kebutuhan
dari 59 kg jadi 45 kg Kerusakan organ
Badan lemah |
Kelainan su-tul
|
Anemia
|
Intake dalam tubuh
kurang
|
Nutrisi kurang dari
Kebutuhan

5. PRIORITAS DIAGNOSIS
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(BERDASARKAN PRIORITAS)
Ruang :
Nama Pasien : Tn. S
Diagnosa :
No. Tanggal Muncul Diagnosa Keperawatan Tanda
Dx Tangan
1. 5 September 2019 Resiko tinggi infeksi b.d imunosupresi
08.00 WIB dan malnutrisi

2. 5 September 2019 Hipertermia b.d ketidakefektifan


08.00 WIB termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi
3. 5 September 2019 Nyeri b.d interupsi sel saraf
08.00 WIB
6. RENCANA INTERVENSI
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan No. 1
Resiko infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan terapi selama 1x 24 jam pasien terhindar dari
resiko infeksi
Kriteria Hasil : - Status imun baik
- Pengendalian tentang infeksi baik
- Deteksi resiko tidak ada
- Pengendalian resiko baik
- Suhu tubuh bayi 36,80C
NOC
No. Indikator Berat Agak Sedang Ringan Tidak
berat ada

1. Status imun v

2. Pengetahuan: pengendalian v
infeksi

3. Deteksi Risiko v

4. Pengendalian Risiko v

5. Suhu : 36,5-37 C v

6. Nadi : 80-100x/mnt v

NIC:
NO. INTERVENSI RASIONAL
1. Pengkajian: 1. Mengetahui resiko infeksi
1. Pantau tanda / gejala infeksi 2. Mengetahui resiko infeksi
(misalnya, suhu tubuh, denyut 3. Mengurangi faktor terjadinya
jantung, pembuangan, penampilan infeksi
luka, sekresi, penampilan urine,
suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan
malaise)
2. Kaji faktor yang meningkatkan
serangan infeksi (misalnya tanggap
imun rendah dan malnutrisi)
3. Amati penampilan praktik hygiene
pribadi

2. Pendidikan untuk keluarga/pasien: 1. Mengurangi rasa kecemasan


1. Jelaskan kepada pasien/ keluaraga orang tua
mengapa sakit dan pengobatan 2. Mengurangi faktor resiko
meningkatkan resiko terhadap 3. Mengurangi faktor resiko
infeksi 4. Mengurangi faktor resiko
2. Intrusikan untuk menjaga hygiene terjadinya infeksi
pribadi 5. Mengurangi adanya faktor
3. Informasikan pada orang tua infeksi yang di bawa oleh
mengenai jadwal imunisasi untuk keluarga
difteri, 6. Mengurangi adanya faktor
tetanus,pertusi,polio,campak,paroti infeksi yang di bawa oleh
s, dan rubella keluarga
4. Jelaskan alas an/keuntungan dan 7. Memantau terjadinya infeksi
efek samping imunisasi
5. Ajarkan pada pasien teknik
mencuci tangan yang benar
6. Ajarkan kepada pengunjung untuk
mencuci tangan sewaktu masuk
dan mengingalkan ruang pasien
7. Ajarkan kepada pasien dan
keluarganya tanda/ gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkannya ke pusat
kesehatan

3. Aktifitas kolaboratif: 1. Mengurangi terjadinya faktor


1. Ikuti petunjuk pelaporan terhadap resiko infeksi
infeksi yang dicurigai dan/ budaya 2. Menghilangkan bakteri yang
yang positif menginfeksi pasien
2. Pengendalian infeksi (NIC):
berikan terapi antibiotik, bila
diperlukan

4. Aktivitas lain: 1. Mengetahui faktor dari


1. Bantu pasien/keluarga untuk terjadinya infeksi sehingga
mengidentifikasi faktor di bisa melanjutkan intervensi
lingkungan mereka, gaya hidup dan
2. Menghilangkan infeksi yang
praktik kesehatan yang
telah di timbulkan
meningkatkan resiko infeksi
3. Pasien tidak terinfeksi oleh
2. Bersikan lingkungan dengan benar
pengunjung lain
setelah dipergunakan pasien
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan No. 2
Hipertermi
NOC
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Nadi (80-100 x/mnt) v
2. Suhu (36,5-37,5) v

3. Mual v
4. RR (18-24 x/mnt) v
5. Tekanan Darah (120-110/80- v
70 mmHg)
1: Sangat menyimpang sekali dari rentang yang diharapkan
2: Sangat menyimpang dari rentang yang diharapkan
3: Menyimpang dari rentang yang diharapkan
4: Agak menyimpang dari rentang yang diharapkan
5: Tidak menyimpang dari rentang yang diharapkan
NIC:
NO. Aktivitas INTERVENSI RASIONAL
1. Pengkajian Pantau aktivitas kejang 1. Memantau aktivitas
Pantau hidrasi(Misalnya, turgor kejang
kulit, kelembapan membrane2. Memantau
mukosa) hidrasi(Misalnya,
Pantau tekanan darah, nadi, dan turgor kulit,
pernafasan kelembapan
Pantau tanda hipertermia ( membrane mukosa)
misalnya, demam, takipnea,3. Memantau tekanan
aritmia,perubahan tekanan darah, darah, nadi, dan
bercak pada kulit,kekakuan dan pernafasan
berkeringat banyak 4. Memantau tanda
Pantau suhu minimal setiap dua hipertermia ( misalnya,
jam, sesuai dengan kebutuhan demam, takipnea,
Pantau suhu basal secara aritmia,perubahan
kontinu, sesuai dengan kebutuhan tekanan darah, bercak
Pantau warna kulit dan suhu pada kulit,kekakuan
Untuk pasien medical bedah dan berkeringat
dapatkan riwayat pribadi dan banyak)
keluarga terhadap hipertemia5. Memantau suhu
maligna, kematian akibat ansietas minimal setiap dua
atau demam pasca operasi, jam, sesuai dengan
Pantau tanda hipertemia maligna kebutuhan
(misalnya 6. Memantau suhu
demam,takipnea,aritmia,perubahan basal secara kontinu,
tekanan darah, bercak pada kulit, sesuai dengan
kekakuan, dan berkeringat banyak) kebutuhan
7. Memantau warna
kulit dan suhu
2. Pendidikan1. Ajarkan pasien/keluarga dalam Mengajarkan
untuk mengukur suhu untuk mencegah pasien/keluarga dalam
pasien dan dan mengenali secara dini mengukur suhu untuk
keluarga hipertermia( misalnya, sengatan mencegah dan
panas, dan keletihan karena panas) mengenali secara dini
2. Ajarkan indikasi keletihan karena hipertermia( misalnya,
panas dan tindakan kedaruratan sengatan panas, dan
yang diperlukan, sesuai dengan keletihan karena
kebutuhan panas)
Mengajarkan indikasi
keletihan karena
panas dan tindakan
kedaruratan yang
diperlukan, sesuai
dengan kebutuhan
3. Aktivitas 1. Berikan obat antisepiretik, sesuai Memberikan obat
Kolaboratif dengan kebutuhan antisepiretik, sesuai
2. Gunakan matras dingin dan mandi dengan kebutuhan
air hangat untuk mengatasi Untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh, sesuai gangguan suhu tubuh,
dengan kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan
4. Aktivitas 1. Lepaskan pakaian yang 1. Melepaskan pakaian
Lain berlebihan dan tutupi pasien yang berlebihan dan
dengan hanya selembar pakaian tutupi pasien dengan
2. Gunakan waslap dingin ( atau hanya selembar
kantong es yang dibalut dengan pakaian
pakaian ) pada aksila, kening, . Menggunakan
leher, dan lipat paha. waslap dingin (atau
3. Ajarkan asupan cairan oral. kantong es yang
4. Gunakan kipas yang berputar di dibalut dengan
ruangan pasien. pakaian) pada aksila,
5. Gunakan selimut pendingin kening, leher, dan lipat
paha.
3. Mengajarkan asupan
cairan oral.
4. Menggunakan kipas
yang berputar di
ruangan pasien.
5. Menggunakan
selimut pendingin
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan No. 3
Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan terapi selama 1x24 jam nyeri pada pasien
akan menghilang
Kriteria Hasil :
-Tingkat kenyamanan sangat nyaman
- Periolaku pengendalian nyeri tidak ada
- Nyeri efek merusak tidak ada
- Tingkat nyeri membaik
Agak Tidak
No. Indikator Berat Sedang Ringan
berat ada
1. Tingkat kenyamanan v
2. Perilaku mengendalikan v
nyeri
3. Nyeri : efek merusak v
4. Tingkat Nyeri v
NOC
NO. Aktivitas INTERVENSI RASIONAL
1. Pengkajian 1. Gunakan laporan dari pasien1. Mengumpulkan data-
sendiri sebagai pilihan pertama data tentang nyeri
untuk mengumpulkan informasi pasien
pengkajian 2. Mengetahui tingkat
2. Minta pasien untuk menilai nyeri pasien
nyeri/ ketidaknyamanan pada skala3. Mengetahui seberapa
0-10 besar bnyeri dan akibat
3. Lakukan pengkajian nyeri yang yang ditimbulkan
komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, atau
keparahan nyeri, dan faktor
prespitasinya
2. Pendidikan 1. Intruksikan pasien untuk 1. Melakukan
untuk menginformasikan kepada perawat tindakan selanjutnya
pasien/ jika pengurang nyeri tidak dapat 2. Mengurangi rasa
keluarga dicapai nyeri pada pasien
2. Informasikan kepada pasien/ 3. Membangun rasa
keluarga tentang prosedur yang percaya pasien kepada
dapat meningkatkan nyeri dan perawat
tawarkan saran koping 4. Membuat pasien
3. Berikan informasi tentang nyeri, lupa terhadap nyeri
seperti penyebab nyeri, seberapa yang dialami
lama akan berlangsung dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
4. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (seperti : terapi
music, relaksasi, terapi bermain,
terapi aktivitas, kompres
hangat/dingin, dan masase)
sebelum, setelah dan jika
memungkinkan, selama aktivitas
yang menyakitkan, sebelum nyeri
terjadi/ meningkat dan selama
pengguanaan tindakan
pengurangan nyeri yang lain
3. Aktivitas 1. Kelola nyeri pascaoperasi awal 1. Mengurangi rasa
kolaboratif dengan pemberian opiat yang nyeri yang diderita
terjadwal ( misalnya setiap 4 jam pasien pasca operasi
atau 36 jam ) atau PCA 2. Menentukan
2. Laporkan kepada dokter jika tindakan selanjutnya
tindakan tidak berhasil / jika
keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari
pengalaman nyeri pasien di masa
lalu
4. Aktivitas 1. Bantu pasien untuk 1. Mengurangi rasa
lain mengidentifikasi tindakan cemas dan nyeri yang
memenuhi kebutuhan rasa nyaman dialami
yang telah berhasil dilakukannya 2. Melupakan nyeri
seperti, relaksasi atau kompres yang telah dialami
hangat/ dingin
2. Bantu pasien untuk lebih
berfokus pada aktivitas daripada
nyeri/ ketidaknyamanan dengan
melakukan penalihan melalui
televise, radio, tape, dan
kunjungan

7. PENELITIAN MENGENAI LIMFOMA


Pendahuluan
Limfoma Maligna didefinisikan sebagai sebuah penyakit keganasan yang
menyerang limfosit yang berada pada jaringan-jaringan limfoid contohnya seperti
nodus limfe. Penyakit ini pertama kali di deskripsikan oleh Thomas Hodgkin pada
tahun 1832 di London Inggris, Pada umumnya limfoma maligna diklasifikasikan
menjadi 2 kelompok yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin
berdasarkan ada tidaknya sel ReedSternberg pada pemeriksaan histopatologis.
Pada tahun 2002, tercatat 62.000 kasus limfoma Hodgkin di seluruh dunia.
Limfoma Hodgkin lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dengan distribusi
usia antara 15-34 tahun dan di atas 55 tahun. Berbeda dengan limfoma hodgkin,
limfoma non Hodgkin lima kali lipat lebih sering terjadi dan menempati urutan ke-
7 dari seluruh kasus penyakit kanker di seluruh dunia. Secara keseluruhan,
limfoma non Hodgkin sedikit lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.
Rata-rata untuk semua tipe limfoma non Hodgkin terjadi pada usia di atas 50
tahun. Di Indonesia sendiri, limfoma nonHodgkin bersama-sama dengan limfoma
Hodgkin dan leukemia menduduki urutan keenam tersering. Sampai saat ini
belum diketahui sepenuhnya mengapa angka kejadian penyakit ini terus
meningkat.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif. Bertempat di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada bulan Juni sampai Agustus 2016.
Instrumen penelitian menggunakan data sekunder dari rekam medis di Instalasi
Rekam Medis RSUP Sanglah. Sampel yang diikutkan sebanyak 50 orang yang
sudah terdiagnosis Limfoma Maligna dan tercatat di rekam medis pasien RSUP
Sanglah Denpasar pada tahun 2015.
Hasil
1. Usia yang paling banyak menderita limfoma maligna adalah dari rentangan
umur 41-50.
2. Jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki.
3. Jenis pekerjaan yang paling banyak adalah tanpa pekerjaan.
4. Stadium limfoma maligna menurut klasifikasi Ann Arbor paling banyak didapat
adalah Stadium IIIB.
5. Penderita limfoma Hodgkin keluhan lemas mendominasi.
6. Leher melupakan lokasi tumor paling banyak yang didapat baik pada pasien
limfoma Hodgkin maupun pada pasien limfoma non-Hodgkin dengan proporsi
masing-masing.
Simpulan
Dari hasil penelitian terhadap profil karakteristik pasien limfoma maligna di RSUP
Sanglah tahun 2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, pada
karakteristik dasar sosiodemografi didapat rentangan usia produktif yaitu pada
20-60 tahun adalah yang terbesar, jenis kelamin jumlah terbesar adalah laki-laki,
pada pekerjaan terbanyak didapat adalah tanpa pekerjaan. Jenis limfoma yang
terbesar didapat adalah limfoma non Hodgkin. Keluhan utama yang terbanyak
adalah keluhan demam, lemas dan penurunan berat badan. Stadium terbesar
menurut klasifikasi Ann Arbor adalah stadium IIIB. Lokasi tumor terbanyak ada
pada regio leher. Rata-rata Hb pada pasien limfoma maligna adalah 11,0 g/dl
dan rata-rata WBC 9.13x103 /mm3 dengan didominasi neutrofil, rata-rata platelet
adalah 229x103 /mm3 . Pada hasil histopatologi didominasi oleh Diffuse Large B
cell type dengan klasifikasi histopatologi high grade adalah yang terbanyak.
DAFTAR PUSTAKA
Armitage JO, Weisenburger DW. New approach to classifying non-Hodgkin’s
lymphomas: clinical features of the major histologic subtypes. Non-
Hodgkin’s Lymphoma Classification Project. J Clin Oncol. 1998; 16: 2780-
95.

Morton LM, Wang SS, Devesa SS, dkk. Lymphoma incidence patterns by WHO
subtype in the United States, 1992–2001. Blood. 2006; 107: 265–76.

Morrow TJ, Volpe S, Gupta S, dkk. Anemia of cancer in intermediate-grade non-


Hodgkin’s lymphoma. South Med J. 2002; 95: 889 – 96.

Neeravari VS; Bannigidad D. Clinical Spectrum of non-Hodgkin Lymphoma: A


Hospital Based Study of 410 cases. AABS. 2016; 3(1): A88-A93.

Paramartha, Kadek Adi; Rena, Renny A, dkk. 2017. Karakteristik Pasien Limfoma
Maligna Di Rsup Sanglah Tahun 2015. E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.2,
FEBRUARI, 2017

Anda mungkin juga menyukai