Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA DI DESA PUJI


MULYO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

Dosen Pengampu: Gartima Sitanggang, M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Nama :
Fahri Maulana 4182220019
Oliani Halawa 4182220009
Terry Williem Sihaloho 4183220040
Siti Raudah Solin 4185020004
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pengampu : Gartima Sitanggang, M.Si

UPT MKWU PENDIDIKAN PANCASIlA


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan ini yang berjudul “Implementasi Nilai Persatuan Dalam
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara Di Desa Puji Mulyo Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan tugas
rekayasa ide ini diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Penulisan rekayasa ide ini dibuat berdasarkan buku-buku dan jurnal-jurnal yang
mengenai analisis Nilai Persatuan Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan
Bernegara. Penulisan ini menyampaikan bagaimana implementasi Nilai Persatuan Dalam
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara Di Desa Puji Mulyo Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang dalam relitas menjalankan di daerah tersebut.
Terselesaikannya ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang mendukung dan
mendorong kami baik dengan tenaga, ide-ide,maupun pemikiran. Kami berterimakasih
kepada kedua orangtua yang telah membantu kami baik secara materi, dukungan maupun
do’a agar kami dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan akhirnya dapat menyelasaikan
tugas ini dengan baik pula. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. HALKING,
M.Si selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan pengarahan
kepada kami tentang tugas yanga akan di kerjakan. Kami juga berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Di laporan penulisan rekayasa ide ini masih banyak terdapat kecukupan dan laporan
ini masih belum sempurna, untuk itu kami mohon masukan saran dan kritik yang
membangaun demi menyempurnakan penulisan ini. Akhir kata , kami sampaikan banyak
terimakasih pada seluruh pihak yang bersangkutan dalam penyusunanan tugas ini.

Universitas Negeri Medan, 03-Mei-2019

Kelompok 3

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, budaya, dan bahasa
sudah sejak dulu memiliki sikap saling menghormati. Hal itu telah terbukti dengan kelahiran
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Namun saat ini bangsa Indonesia sedang diuji
kedewasaan dan keragamannya dengan maraknya kasus
intoleransi dan berbagai kasus SARA. Salah satu perekat nasionalisme adalah kebhinekaan.
Sayang semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang diagungkan dan digaungkan sejak dahulu oleh
para pendiri bangsa, tampaknya mulai tidak dipahami dan hanya sebatas ucapan.
Secara sosiologis dan kultural masyarakat Indonesia memang merupakan masyarakat
plural yang memiliki potensi besar bagi munculnya konflik dan perpecahan jika tidak
dilandasi oleh multikulturalisme. Konsep ini serupa dengan “Bhinneka Tunggal Ika”.
Meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang pluralistik dari sisi ras, etnis,
bahasa, status sosial, kepercayaan, dan sebagainya, namun merupakan suatu kesatuan guna
mencapai tujuan bersama dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
berdasar Pancasila dan UUD 1945. Paradigma multikulturalisme yang menekankan dialog,
toleransi, dan kesediaan untuk koeksistensi dalam keberagaman sesuai dengan
salah satu pilar kebangsaan Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika1
Kondisi realitas masyarakat Indonesia sekarang ini masih ada anggapan dari sebagian
kelompok masyarakat bahwa perbedaan itu adalah musuh yang harus dikalahkan, perbedaan
itu adalah suatu ancaman yang harus dihilangkan. Kelihatannya terlalu berlebihan,
keberagaman suku, agama, budaya, ras dan antar golongan bukanlah suatu ancaman dan
potensi konflik yang berakibat terjadinya disintegrasi bangsa. Tetapi justru perbedaan itu
adalah jalan menuju pengintegrasian bagi bangsa Indonesia. Artinya, kondisi masyarakat
yang sangat multikultural itu bisa mendorong masyarakat untuk secara otomatis melakukan
pengintegrasian secara menyeluruh. Sejarah sudah membuktikan bahwa bangsa Indonesia
dibentuk berdasarkan atas perbedaan- perbedaan yang membentang dari sabang sampai
merauke, dan tidak ada sedikitpun kekhawatiran akan terjadinya suatu disintegrasi bangsa.
Disintegrasi bangsa terjadi ketika diantara masyarakat tidak dapat dan tidak mampu
mengaransemen perbedaan kemajemukan dan multikultural itu dengan baik. Selain itu
anggapan adanya kelompok mayoritas dan minoritas, superior dan inferior harus dihilangkan2
Minimnya pengetahuan masyarakat terkait apa itu yang dimaksud dengan Pancasila
menjadi tantangan baru dalam alam reformasi. Setelah runtuhnya rezim
orde baru yang terkenal dengan P-4 nya (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
kini konsepsi tuntunan bahan ajar untuk masyarakat semacam itu tidak muncul lagi dalam
permukaan bumi Indonesia. Pancasila adalah sebuah ideologi pemersatu bangsa sudah

1
Endang Susilowati Dan Noor Naelil Masruroh, Merawat Kebhinekaan Menjaga Keindonesiaan:
Belajar Dari Nilai Keberagaman Dan Kebersatuan Masyarakat Pulau. Jurnal Sejarah Citra Lekha,
Vol. 3 , No. 1, 2018, Hlm. 13-19.
2
Abd Mu’id Aris Shofa, Memaknai Kembali Multikulturalisme Indonesia Dalam Bingkai Pancasila.
Jpk: Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 1, Juli 2016 Issn 2527-7057
selayaknya diadakan instrumen baru dalam rangka reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat Indonesia.
Maka dari itu perlunya suatu pemahaman nilai persatuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam menjalankannya. Pembangunan rasa
kewarganegaraan ataupun kelompok diperlukan kesamaan nilai Nilai-nilai dasar mengikat
sebuah bangsa yang dalam konteks Indonesia adalah Pancasila yang nilainya sudah
disepakati. Sebagai sebuah nilai, falsafah dasar negara ini menjadi sifat-sifat yang dianggap
penting untuk diinternalisasi masyarakat Indonesia. Melalui penanaman nilai Pancasila dalam
kurikulum sekolah diharapkan rasa kewarganegaraan terpupuk dalam diri remaja, sehingga
kelak dapat terbentuk masyarakat negara yang ideal. Hal ini penting mengingat
kewarganegaraan adalah sebuah status yang disematkan pada anggota utuh komunitas yang
diformulasikan ke dalam bentuk hak dan tugas warga negara sehingga diharapkan dengan
kewarganegaraan yang baik, seseorang dapat memenuhi kewajibannya dengan baik. 3
Dengan demikian penulisan ini mengkaji bagaimana implementasi tingkat
pemahaman masyarakat mengenai nilai persatuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara khususnya diambil lokasi Di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang. Dalam menjalan kehidupan bermasyarakat bagaimana masyarakat
menyikapi nilai persatuan guna menunjukan pemahamannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang dimuat maka dapat disimpulkan rumusan masalah yang
akan dibahas selanjutnya yaitu sebagai berikut:

1. Apa saja makna dari nilai Persatuan Indonesia ?


2. Bagaimana realitas Implementasi nilai persatuan Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan Bernegara di Desa Pujimulyo Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang
3. Bagaimana solusi perbaikan dalam Implementasi nilai persatuan Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan Bernegara di Desa Pujimulyo Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang

3
Eko A Meinarno Dan Sri Fatmawati Mashoedi, Pembuktian Kekuatan Hubungan Antara Nilai-Nilai
Pancasila Dengan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th.
1, Nomor 1, Juni 2016
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan Masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan mengenai tingkat pemahaman nilai-nilai pancasila terutama
nilai persatuan indonesia di Desa Pujimulyo Kecamatan sunggal kabupaten Deli
Serdang.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pemahaman terhadap nilai persatuan Indonesia
di Desa Pujimulyo Kecamatan sunggal kabupaten Deli Serdang.

BAB II

URAIAN MATERI TENTANG MAKNA NILAI PERSATUAN


INDONESIA

A. Pengertian Nilai Pancasila


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan, nilai didefinisikan sebagai
sifat atau hal yang dianggap penting atau berguna bagi masyarakat. Rokeach mengatakan
bahwa nilai merupakan tujuan yang ingin dicapai (endstate of existence) dan juga sebagai
cara bertingkah laku. Bertens menyebutkan bahwa nilai merupakan hal-hal yang diinginkan
dan senantiasa berkonotasi baik. Dapat dikatakan, nilai adalah pedoman bertingkah laku yang
keberadaannya diharapkan muncul pada anggota suatu kelompok. Pancasila merupakan
kumpulan lima nilai unidimensional yang dijadikan acuan tingkah laku bangsa Indonesia.
Kelima nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah ketuhanan (sila 1), kemanusiaan (sila
2), patriotisme (sila 3), demokrasi (sila 4), dan keadilan sosial (sila 5). Merujuk pada sejarah
jauh sebelum Soekarno menggali nilai Pancasila yang dikenal saat ini, konsep Pancasila
sudah lebih dahulu terdokumentasi dalam kitab Sutasoma milik Mpu Tantular. Kitab tersebut
merumuskan lima karma, yaitu tidak boleh melakukan kekerasan, tidak boleh mencuri, tidak
boleh berjiwa dengki, tidak boleh berbohong, dan tidak boleh mabuk minuman keras.
Dijadikannya lima poin Pancasila sebagai landasan bernegara bukan tanpa alasan.
Kelima nilai tersebut dianggap sudah menjadi nilai yang berkembang di masyarakat sejak
dahulu. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Soetarto bahwa para tokoh
perumus Pancasila bukanlah pencipta, tetapi mereka adalah penggali nilai-nilai yang ada dari
bangsa Indonesia dan disarikan menjadi Pancasila. Oleh karena itu, sudah tentu Pancasila
merefleksikan nilai-nilai yang diharapkan muncul pada masyarakat Indonesia.4
Pancasila sebagai Weltanschauung berarti nilai-nilai pancasila merupakan etika
kehidupan bersama bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut atau praksis kehidupan di dalam
masyarakat bangsa Indonesia diatur oleh nilai-nilai pencasila. Dengan kata lain setiap
anggota masyarakat Indonesia mewujudkan di dalam kehidupan sehati-harinya nilai-nlai
pancasila seperti di dalam kegiatan berketuhanan yang maha esa yang meminta toleransi serta
menghargai sesama yang berbeda keyakinan agamanya. Dia mempunyai rasa nasionalisme
yang kuat untuk menunjukkan bahwa dia adalah orang Indonesia yang menjunjung tinggi
kedaulatan bangsa Indonesia dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa yang lain. Selanjutnya
dia mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi dalam menghargai akan nilai-nilai yang
dimilikinya tetangganya sesamanya dan umat manusia di seluruh dunia. Demikian pula dia
mempunyai sikap yang demokratis yang tidak memutlakkan pendapatnya sendiri tetapi
mencari jalan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan akhirnya dia adalah seorang
yang mempunyai rasa keadilan sosial yang menghargai akan nilai-nilai hidup manusia yang
setara. Nilai-nilai yang ada dalam adat-istiadat masyarakat sejak zaman Kutai sampai
Majapahit semakin mengkristal pada era sejarah perjuangan bangsa yang ditandai dengan
perumusan Pancasila sebagai dasar negara oleh para pendiri (founding fathers).5
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan mengajarkan cara berfikir dan
bertindak yang sesuai dengan ideologi negara. Banyaknya pengaruh negatif terhadap suatu
negara salah staunya adalah lunturnya nilai-nilai luhur yang melakat disuatu negara, dan
inipun yang terjadi di Indonesia saat ini, dengan banyaknya pengaruh gelobalisasi salah
satunya adalah pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
Permasalahan tersebut dihawatirkan masyarakat Indonesia akan lupa terhadap jati diri
bangsanya sendiri yang menjungjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai bentuk warga negara
yang baik (Good Citizen) yang merupakan aplikasi karakter bangsa Indonesia ini sendiri.6

4
Eko A Meinarno Dan Sri Fatmawati Mashoedi, Pembuktian Kekuatan Hubungan Antara Nilai-Nilai Pancasila
Dengan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 1, Nomor 1, Juni
2016.
5
Yudistira, Aktualisasi & Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menumbuh Kembangkan
Karakter Bangsa. Seminar Nasional Hukum Volume 2 Nomor 1 Tahun 2016, 421-436
6
Damanhuri, Wika Hardika L, Febrian Alwan B, Ikman Nur Rahman. Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila Sebagai Upaya Pembangunan Karakter Bangsa (Studi Kasus Di Kampung Pancasila Desa
Tanjung Sari Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang). UCEJ, Vol. 1, No. 2, Desember 2016, Hal.
185-198 Untirta Civic Education Journal ISSN : 2541-6693
Pancasila berkar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa, sehingga
memenuhi prasyarat suatu ideologi terbuka. Sekalipun ideologi ini bersifat terbuka, tidak
berarti bahwa keterbukaannya adalah sebegitu rupa sehingga dapat memusnahkan atau
meniadakan ieologi itu sendiri, hal mana merupakan suatu yang tidak logis atau nalar. Suatu
ideologi sebagai rangkuman gagasan-gagasan dasar yang terpadu dan bulat tanpa kontradisi
atau saling bertentangan dalam aspek-aspeknya, pada hakikatnya berupa suatu tata nilai, di
mana nilai dapat kita rumuskan sebagai hal ihwal buruk baiknya sesuatu, yang dalam hal ini
ialah apa yang dicita-citakan. Keterbukaan ideolog Pancasila ditujukan dalam penerapannya
yang berbentuk pola piker yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Kita mengenal
ada tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental sebagai sarana
mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan keadaan, dan nilai praksis berupa
pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya.
Nilai-nilai Pancasila dijabarkan dalam norma-norma dasar Pancasila yang terkandung
dan tercermin dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai atau norma dasar yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 ini tidak boleh berubah atau diubah, karena itu adalah pilihan dan
hasil kesepakatan (consensus) bangsa. Perwujudan dan pelaksanaan nilai-nilai instrumental
adalah pasal-pasal dari UUD 1945 yang dapat mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan
jaman, seperti yang telah dilaksanakan oleh MPR dengan melakukan amandemen UUD 1945
di era reformasi ini. Contoh dari perubahan instrumental itu adalah pemilihan Presiden yang
berubah dari MPR kepada rakyat yang langsung memilih. Sedangkan nilai-nilai praksis
tercermin dan undang-undang, peraturan pemerintah dan seterusnya yang berhubungan
dengan kenyataan kehidupan dalam masyarakat. Baik nilai-nilai instrumental maupun nilai
praksis harus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya, yaitu
Pancasila atau Pembukaan UUD 1945.
Sekalipun Pancasila memiliki sifat keterbukaan, namun ada batas-batas keterbukaan
itu yang tidak boleh di langgar, yaitu sebagai berikut:
a. Stabilitas nasional yang dinamis,
b. Larangan terhadap ideology marxisme, Lenninisme dan komunisme.
c. Mencegah berkembangnya paham liber.
d. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang mengelisahkan kehidupan bermasyarakat. 7
Secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah bersifat objektif dan juga bersifat
subyektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah bersifat universal, yaitu Ketuhanan,

7
Muhammad Rahmad, Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan. Bandung: CV. Warta Bagja
Office Residence, 2015.
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Sehingga dimungkinkan dapat
diterapkan pada negara lain, walaupun barangkali namanya bukan pancasila. Artinya, jikalau
suatu negara menggunakan prinsip filosofi bahwa negara harus Berketuhanan,
Berprikemanusiaan, Berpartuan, Berkerakyatan dan Berkeadilan, maka negara tersebut pada
hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai-nilai Pancasila. Pengertian nilai-nilai
pancasila bersifat objektif, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bahwa Rumusan dari sila-sila Pancasila itu pada hakikat maknanya yang terdalam
adalah menunjukan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak, karena dia
merupakan suatu nilai.
2. Bahwa inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia, dan mungkin juga pada bangsa lain, baik dalam adat kebiasaan,
dalam kebudayaan, dalam kenegaraan, maupun dalam kehidupan keagamaan.
Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental negara sehingga merupakan suatu
sumber hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu dalam herarkhi tertib hukum di
Indonesia, dia berkedudukan sebagai tertib hukum yang paling tinggi. Sehingga dia tidak bisa
diubah secara hukum. Konsekuensinya andai saja nilainilai Pancasila yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 itu
diubah maka sama saja dengan pembubaraan negara proklamasi 1945. Hal tersebut
sebagaimana telah ditetapkan dalam ketetapan MPR, yaitu: Ketetapan MPRS Nomor
XX/MPRS/1966; diperkuat dengan Ketetapan MPR nomor : V/MPR/ 1973, dikuatkan lagi
dengan Ketetapan MPR nomor : IX/MPR/1978. (yaitu ketetapan MPR yang menetapkan
secara yuridis formal bahwa Pancasila menjadi dasar negara Republik Indonesia. Dan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau tertib hukum Indonesia). Kemudian
dalam era reformasi ini MPR telah mengeluarkan ketetapan Nomor XVIII/MPR/1998, yang
mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republkik Indonesia. Sementara
pengertian nilai-nilai Pancasila bersifat subyektif adalah dapat dijelaskan sebagai berikut:
Maksudnya bahwa penilaian terhadap nilai-nilai Pancasila itu terlekat kepada bangsa
Indonesia sendiri, dengan pengertian sebagai berikut:
1. Bahwa nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, pemikiran kritis,
serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
2. Bahwa nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia
sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagi nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan, dan kebijaksanaan, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Bahwa dalam nilai-nilai Pancasila terkandung tujuh nilai-nilai kerokhanian, yaitu:
Nilai Kebenaran, Nilai Keadilan, Nilai Kebaikan, Nilai Kebijaksanaan, Nilai Etika,
Nilai Estetis, dan Nilai Religius. Yang menifestasinya sesuai dengan budi nurani
bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.8
Di samping itu bahwa nilai-nilai pancasila adalah merupakan das sollen atau cita-cita
tentang kebaikan, yang menjadi suatu kenyataan das sein. Dengan demikian berarti bahwa
Pancasila itu bagi bangsa Indonesia dia menjadi landasan dasar, serta motivasi atas segala
perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan kenegaraan.

B. Nilai Persatuan Dalam Sila Pancasila


Berfokus pada nilai persatuan, maka dapat diterangkan pemahaman nilai persatuan
berikut. Poin mengenai persatuan dicantumkan pada sila ketiga Pancasila. Persatuan sebagai
nilai ini berusaha dicapai dengan dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
nasional. Penggunaan Bahasa Indonesia di berbagai kegiatan, misalnya dalam kegiatan
akademis, perdagangan, pergaulan, diharapkan dapat menjadi pemersatu masyarakat di
Indonesia meskipun mereka berasal dari suku atau agama yang berbeda. Dengan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar, akan terpupuk rasa persatuan bagi masyarakat Indonesia
karena adanya kebakuan yang dipahami secara bersama-sama
Sila ketiga ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi
seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan budaya,
sehingga kemudian dapat disatukan melalui sila ini. tujuannya jelas yaitu meski berbeda-beda
tetapi tetap satu atau dapat disebut dengan Bhinneka Tunggal Ika.Persatuan Indonesia
mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara dari pada kepentingan golongan pribadi
atau kelompok seperti partai, ras, agama dan golongan. Hal yang dimaksudkan dari hal
tersebut adalah sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan nama
Indonesia. Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada rakyat
Indonesia. Sila ini juga dimaksudkan untuk memelihara ketertiban yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Persatuan
Indonesia adalah satu untuk Indonesia walaupun keadaan di masyarakat sangat penuh
perbedaan tetapi harus menjadi satu darah Indonesia dan rela mengorbankan kepentingan
golongan demi negara Indonesia, meskipun diketahui bahwa dalam masyarakat Indonesia

8
Alwi Kaderi, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin: Antasi Press, 2015. Hlmn: 90-93.
sangat kental dengan berbagai budaya yang berbeda, namun tetap harus rukun menjaga
kedamaian Bhineka Tunggal Ika itu sendiri.
Sila Persatuan Indonesia, di dalamnya terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang
membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok agama.
Oleh karena itu perbedaan adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan
ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara.
Sila Persatuan Indonesia merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak terpecah belah
atau bersatunya bermacam-macam perbedaan suku, agama, antar golongan dan lain-lain yang
berada di wilayah Indonesia. Persatuan ini terjadi karena didorong keinginan untuk mencapai
kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat,
memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan
perdamaian abadi. Sila Persatuan Indonesia merupakan kristalisasi sejarah bangsa Indonesia
yang pernah dibuktikannya pada masa penjajahan setelah perjuangan kedaerahan dirasa tidak
berhasil.
Sila ketiga Pancasila yaitu “Persatuan Indonesia”, yang terdiri atas 2 (dua) kata yaitu
Persatuan (S) dan Indonesia (ket). Kata persatuan terdiri atas akar kata “satu” + imbuhan per-
/-an kemudian menjadi “persatuan”. Secara morfologi kata persatuan berarti suatu hasil dari
perbuatan (nomina). Sedangkan dari sudut dinamikanya pengertian persatuan yaitu suatu
proses yang dinamis “Indonesia” adalah merupakan suatu kuantitas yaitu persatuan untuk
wilayah, bangsa dan negara.
Sila ketiga dari falsafah pancasila ini semula dalam konsepsi Bung Karno yang
dinamakan Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme. Sila ini merupakan suatu formulasi
yang mencermikan faham hidup yang dikenal dengan faham individualisme, yaitu faham
yang manakala berdiri sendiri tanpa didampingi oleh faham lainnya akan menjadi dasar titik
tolak lahirnya faham liberlisme. Sila ini semula dimaksudkan untuk menjadi pengimbang
terhadap” internasionalisme tidak dapat hidup subur jika tidak berakar dalam
buminya yaitu nasionalisme”.
Menurut Notonegoro Prinsip-prinsip Nasionalisme Indonesia (Persatuan Indonesia)
tersusun dalam kesatuan majemuk tunggal yaitu:
Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang dalam suatu
proses sejarah, sejak zaman prasejarah, Sriwijaya, Majapahit, Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928 dan sampai Proklamasi 1945 dan kemudian membentuk negara Republik Indonesia.
Kesatuan nasib, yaitu berada dalam satu proses sejarah yang sama dan mengalami
nasib yang sama yaitu dalam penderitaan penjajahan dan kebahagiaan bersama.
Kesatuan kebudayaan, yaitu keanekaragaman kebudayaan tumbuh menjadi suatu
bentuk kebudayaan nasional.
Kesatuan wilayah, yaitu keberadaan bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan
wilayah tumpah darah Indonesia.
Kesatuan asas kerokhanian, yaitu adanya ide, cita-cita dan nilai-nilai kerokhanian
yang secara keseluruhan tersimpul dalam Pancasila.
Dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea II disebutkan suatu negara yang
merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Yang dimaksud dengan negara Indonesia yang bersatu
yaitu suatu negara persatuan. Maka kesatuan dan persatuan bangsa adalah merupakan suatu
sendi negara. Negara Indonesia bukanlah negara yang terbagibagi dalam kalimat “Negara
melindungi segenap bangsa Indonesia” dan “seluruh tumpah darah Indonesia”. Tujuan yang
demikian mengandung arti bahwa negara Indonesia, bangsa Indonesia dan wilayah tanah air
Indonesia adalah merupakan suatu kesatuan.
Pengertian “Persatuan Indonesia” juga dijelaskan dalam penjelasan resmi Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945 yang termuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun ke II, No.7,
bahwa mendirikan negara Indonesia, digunakan aliran pengertian “Negara Persatuan” yaitu
negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, jadi bukan negara
berdasar individualisme, dan juga bukan negara yang mengutamakan klass staat (negara
klasa) yang mengutamakan satu golongan. Maka negara Indonesia adalah negara yang
berdasarkan asas kekeluargaan, tolong menolong, menolong atau dengan dasar keadilan
sosial. Maka dapat dipahami bahwa tujuan mendirikan negara Indonesia antara lain adalah
mengutamakan seluruh bangsa Indonesia.
Persatuan Indonesia Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, Mengembangkan rasa
kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia, Memelihara ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, Mengembangkan persatuan
Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, Memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa. Implementasi Sila ketiga diharapkan sebagai berikut :
1. Menempatkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Berkorban demi negara: bekerja keras, taat membayar pajak, tidak KKN.
3. Cinta tanah air: meningkatkan prestasi di segala bidang.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia: percaya diri sebagai Orang Indonesia.
Pada hakekatnya sifat dan keadaan bangsa dan negara Indonesia adalah “satu” yaitu
dapat diartikan mutlak dan tidak dapat terbagi oleh apapun. Meskipun keberagaman yang
didalamnya banyak terdapat unsur perbedaan bukanlah menjadi penghalang bangsa Indonesia
untuk terus memperkuat rasa yang satu yaitu semangat persatuan Indonesia (nasionalisme).
yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan serta yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Nilai persatuan sebagai sebuah konsep ketrampilan dalam konteks Indonesia artinya
dari pemahaman nilai substansialnya sebagai pandangan hidup bangsa, yaitu nilai persatuan
sebagai sebuah konsep yang mengandung kebaikan yang luhur harus diterapkan oleh generasi
baru bangsa ini. Nilai persatuan bukanlah sebagai sebuah cerita rakyat yang terbatas sebagai
sesuatu yang utopis. Nilai persatuan bukanlah sebagai suatu hal yang berkutat pada retorika
belaka. Namun nilai persatuan merupakan suatu nilai yang memiliki tafsir nyata dalam
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Secara kontekstual positif seharusnya nilai nilai yang
tercermin pada Sila Persatuan Indonesia dapat teraplikasi secara utuh dalam kehidupan
manusia Indonesia baik bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Realita di lapangan
menunjukkan konsep – konsep terkait nilai-nilai yang terkandung dalam Sila ketiga ini masih
belum dapat dipahami secara utuh yang sejatinya harus menjadi jati diri bangsa Indonesia itu
sendiri.
Nilai yang ada dalam Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.Kelima nilai tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dimana mengacu dalam tujuan yang satu. Nilai-nilai dasar Pancasila
seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal,
objektif, artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain,
walaupun tidak diberi nama Pancasila.Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai
pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai pancasila itu sendiri, yaitu
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu
pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan
hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber pada kepribadian bangsa.Nilai-nilai
Pancasila ini menjadi landasan dasar, serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam kenegaraan.Dalam kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai
Pancasila harus tampak dalam suatu peraturan perundangan yang berlaku di
Indonesia.Karena dengan tampaknya Pancasila dalam suatu peraturan dapat menuntun
seluruh masyarakat dalam atau luar kampus untuk bersikap sesuai dengan peraturan
perundangan yang disesuaikan dengan Pancasila.
Nilai persatuan dalam sila persatuan Indonesia sila ketiga Pancasila memiliki nilai
instrumentalnya yaitu; Persatuan, Cinta Tanah Air, Rela Berkorban, dan Kebanggaan. Bentuk
praktis dalam masing-masing nilai instrumental tersebut banyak, semisalnya dengan; Nilai
Instrumental dalam pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memilki perasaan keinginan bersatu dengan orang dan teman lain.


2. Rukun dengan seluruh anggota keluarga.
3. Rukun dengan teman di sekolah.
4. Rukun dengan teman bermain.
5. Kompak dalam mengerjakan tugas kelompok.
6. Kompak dalam mengerjakan tugas piket.
7. Mencintai bangsanya sendiri.
8. Mencintai keluarganya sendiri.
9. Hidup rukun dengan tetangga.
10. Bergaul dengan teman tanpa memilih.
11. Dsb.9
Nilai-nilai budaya asli tentang persatuan dan kesatuan sebenarnya telah dimiliki dan
dijunjung tinggi oleh masing-masing suku bangsa di Indonesia. Kondisi seperti ini dibuktikan
dengan keadaan yang damai, tenteram dan hubungan yang harmonis di antara sukubangsa
pada masa lalu. Keadaan baru berubah, ketika penjajah datang di bumi nusantara ini. Nilai-
nilai kerukunan, persatuan dan kesatuan cenderung dikaburkan agar bangsa Indonesia
terpecah belah, lemah dan mudah dijajah. Politik yang sangat terkenal yang digunakan
penjajah adalah ‘Politik De Vide et Impera’. Akibatnya berbagai ajaran yang mengandung
nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang dimiliki oleh sukubangsa yang ada di Indonesia
merupakan barang langka dan kurang dikenal oleh generasi muda khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu nilai-nilai persatuan dan kesatuan perlu terus digali,
dikembangkan, dan disosialisasikan agar integrasi nasional dapat diwujudkan.
Akhirnya setelah mempelajari konsep makna substansial (hakikat) dari Sila Persatuan
Indonesia, maka nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia ini pun dengan
demikian sangat didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila

9
Halking, Pendidikan Pancasila (Panduan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintik Dan Enam
Macam Penugasan Dalam Mata Kuliah). Medan: Universitas Negeri Medan, 2019. Hlmn: 160-161.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal tersebut dikarenakan bahwa nasionalisme
Indonesia adalah nasionalisme religious yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang
Maha Esa. Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin
dalam segala aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam era globalisasi dewasa ini.
Proses demokrasi tanpa mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan, dan memegang
teguh persatuan dan kesatuan maka bukan tidak mungkin akan membawa kehancuran bagi
bangsa Indonesia seperti halnya telah terbukti pada bangsa lain misalnya negara-negara
Balkan atau negaranegara di Afrika dan lain sebagainya.10

BAB III

PEMBAHASAN TENTANG REALITAS IMPLEMENTASI NILAI


PERSATUANN DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,
BERBANGSA, DAN BERNEGARA DI DESA PUJI MULYO
KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

Puji Mulyo merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Sunggal,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Tepat tujuan sasaran penelitian
ini dikawasan daerah sekitar Desa Puji Mulyo yang berada pada Kantor Kepala Desa Puji
Mulyo, Jalan Kompos No.252, Dusun III Medan Krio, Sunggal, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara dengan kode 20352. Kampung Puji Mulyo berdiri setelah melalui proses dan
persyaratan-persyaratan yang memadai hingga sekarang saat ini dengan sebutan Puji Mulyo,
dahulunya kampung Puji Mulyo merupakan daerah desa pertanian yang penduduknya rata-
rata bertani dan mengelola lahan yang luas milik sendiri namun lambat laun adanya
perpindahan penduduk dari Kota Medan dan sekitarnya serta beberapa pengusaha membeli
lahan dan membuka usahanya maka lahan pertanian terus menerus berkurang karena
dibangun pemukiman penduduk masyarakat dan perusahaan
Pada bagian ini akan menjelaskan bagaiamana realitas implementasi nilai persatuan
dalam kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan penelitian yang

10
Hanafi, Hakekat Nilai Persatuan Dalam Konteks Indonesia (Sebuah Tinjauan Kontekstual Positif
Sila Ketiga Pancasila). JIPPK, Volume 3, Nomor 1, Halaman 56-63
ISSN: 2528-0767 (p) dan 2527-8495 (e) http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk
sudah dilakukan di Desa Puji Mulyo Kecamatan Sungga; Kabupaten Deli Serdang bahwa
keadaannya masih tergolong minimnya pengetahuan masyarakat terkait apa itu yang
dimaksud dengan Pancasila menjadi tantangan baru. Permasalahan tersebut dihawatirkan
masyarakat Indonesia akan lupa terhadap jati diri bangsanya sendiri yang menjungjung tinggi
nilai-nilai Pancasila sebagai bentuk warga negarayang baik (Good Citizen) yang merupakan
aplikasi karakter bangsa Indonesia ini sendiri. Namun menjadi point baiknya nilai persatuan
yang diterapkan di desa Puji Mulyo kabupaten deli serdang kecamatan sunggal yang paling
terlihat dengan adanya kegiatan gotong royong yang selalu dilaksanakan rutin, gotong royong
yang dilaksanakan di kampong pancasila mencerminkan masyarakat yang penuh rasa
semangat kebersamaan dan kekeluargaan dalam melaksanakan suatu hal.
Dalam pelaksanaan penelitian ketika diberikan angket pertanyaan seputar “Nilai
Pancasila” masih tergolong kurang memahami. Mengingat pendidikan masyarakat sekitar
menempuh pendidikan SLTA dan sebagian besar berkerja sebagai buruh industri. Namun
dalam mengisi angket mengeai sikap dala pelaksanaan nilai pancasila tersebut masyarakat
sangat mengapresiasikan nilai persatuan tersebut. Masih ada kultur budaya kental saling
gotong dalam desa tersebut. Dalam observasi di desa tersebut terdapat kegiatan menarik
perhatian yaitu masyarakat membersihkan wilayah desanya dengan membersihkan aliran air
di desa tersebut serta menanam beberpa jenis tumbuhan di pinggiran jalan tersebut.
Dalam hal keamanan sangat signifikan perbedaan antara masyarakat kota dengan desa
ini khususnya disalah satu tempat kami teliti. Berbeda dengan kehidupan di wilayah kota,
semua jenis keamanan sudah terjamin karena rata-rata menggunakan jasa keamanan. Pola
komunikasi pun cendrung individualistik, tidak mengenal satu dengan tetangga yang lainnya.
Sementara didesa ,tanggung jawab keamanan ada di setiap penghuni kampung. Ronda malam
merupakan kegiatan keamanan satu sama lain yang dilaksanakan masyarakat tersebut,
khususnya dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah perkampungannya masing-
masing.
Mengingat desa pujimulio ini memilki beberapa dusun jadi kami sebagai peneliti
mengobservasikan beberapa dusun tersebu semisalnya salah dusun kami kujungi,
pelaksanaan nilai persatuan dilihat : kegiatan di salah satu dusun tersebut dalam
implementasinya masyarakat masih banyak yang kurang berpartisipasi dan belum ada
kesadaran akan tanggung jawab sebagai masyarakat yang menanamkan nilai persatuan.
Barangkali hal ini tidak terlaksana karena masyarakat tersebut sudah terkena kebiasaan-
kebiasaan orang kota yaitu individualis. Mengingat negara kita adalah pelaksanaaan
pembangunan bersifat sentralistik (dari pusat tanpa melibatkan orang daerah).
Ketidakmerataan pemahaman nilai Persatuan dalam Persatuan Indonesia di wilayah
desa Pujimulyo kecamatan sunggal kabupaten sunggal menunjukkan masih banyak
masyarakat tidak menyadari betapa pentingnya hidup saling bersatu diantar beragam tersebut.
Sebagian besar masyarakat lupa dengan pemahaman Pancasila yang sejak dari dulu dipelajari
di bangku sekolah. Untuk pelaksanaannya masih terdapat sebagian masyarakat di beberapa
dusun tidak menyikapi struktural dari nilai instrumental pada nilai dasar Persatuan.
Untuk yang dirasakan secara keseluruhan di negara Indonesia sangat mengancam nilai
persatuan dalam persatuan Indonesia. Selama beberapa dekade terakhir media sosial telah
mengalami perkembangan sangat signifikan. Bahkan keberadaannya pada era milenium ini
semakin liberal. Komunikasi antar individu kian tak terbendung dan tak terhalangi
disebabkan mudahnya akses berbagai informasi dari tidak sedikit media. Tentu saja informasi
yang ada di dalamnya sangat beragam, mulai berupa informasi yang benar hingga informasi
yang tidak benar (hoax). Namun ternyata kemudahan akses informasi tersebut tidak
diimbangi dengan filter secara kuat pada masing-masing individu terhadap konten atau
informasi yang tersaji, sehingga seringkali menyebabkan permasalahan yang tak
berkesudahan di dalam masyarakat.
Yang menjadi ironis, saat ini aktor-aktor pembuat informasi bernuansa negatif
semakin menggurita, yang kapan dan di mana saja siap melakukannya. Dan sangat
disayangkan, isu-isu yang bernuansa suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) menjadi
lahan yang paling diminati. Sebab, permasalahan serupa sangat mudah untuk dipertontonkan.
Disebabkan permasalahan yang sangat sepele, yang kemudian dibumbui dengan isu SARA,
permasalahan menjadi besar hingga bahkan seperti tak ada jalan keluarnya. Akibatnya,
masyarakat menjadi korban realitas virtual.
Pada era demokrasi sebagaimana sekarang ini, yang paling rawan dijadikan basis
munculnya isu SARA adalah Pemilu, termasuk di antaranya Pilkada serentak yang Juni
mendatang akan dilaksanakan. Diakui maupun tidak, tidak jarang ditemukan ketika Pemilu
berlangsung, setiap calon pasangan menggunakan magisnya untuk berebut tahta kekuasaan.
Salah satu magis ampuh yang dijadikan alat adalah isu SARA. Apalagi saat ini didukung oleh
media, yang realitas virtualnya sangat mengena hingga ke pelosok nusantara.
Keadaan ini tentu menjadi ironi dalam sebuah negeri, karena ekskalasi negatifnya
sangat besar. Jika berkaca pada kasus-kasus SARA yang telah lalu, khususnya yang terjadi
dalam pergelaran Pilkada, konflik horizontal di dalam masyarakat menjadi buktinya. Hanya
karena berbeda pilihan politik, masyarakat satu dengan yang lain menjadi tidak rukun,
bahkan hingga bertahun-tahun. Sekali lagi, ini disebabkan aroma isu SARA yang ditampilkan
dalam Pilkada, dibarengi oleh akses media yang semakin tak terkendali.
Hingga saat ini pun masih banyak ditemukan ujaran kebencian dan nyinyiran antara
pendukung satu dengan yang lain di berbagai media, meskipun Pilkada telah terlaksana satu
tahun lalu. Aroma permusuhannya masih sedap hingga sekarang, dan tidak tahu, kapan
permusuhan tersebut akan berakhir, jika antara pihak yang satu dengan pihak yang lain masih
menyimpan ego yang tinggi. Harapannya, pada Pilkada mendatang, hal-hal semacam ini tidak
terjadi lagi, karena masyarakat sangat dirugikan. bahwa sejatinya ketidaksukaan kelompok
satu terhadap kelompok lain merupakan alamiah. Hal itu akan menjadi masalah besar jika
ketidaksukaan justru direspon secara tidak sewajarnya alias berlebihan, apalagi ketika momen
politik berlangsung. Lanjutnya, fenomena demikian sebenarnya juga terjadi di negara-negara
lain, tidak hanya di Indonesia. Dan tidak heran lagi, pemicunya adalah media sosial yang kian
liberal.
Nilai persatuan yang semakin melengser dipicu juga karena kurangnya pemahaman
beberapa nilai pancasila tersebut sehingga pelaksanaanya juga tidak terkendali yang dipicu
tidak didasari ilmu pemahamannya tersebut. Pada dasarnya untuk menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harusnya terlebih dahulu banyak belajar untuk
memahami artinya nilai-nilai Pancasila. Indonesia sangat unik dibandingkan negara lain
karena ada Pancasila sebagai ideologi yang besar maknanya jika dihayati. Mengingat juga
sejarah berdirinya bangsa Indonesia tidak lepas dengan para Founding Fathers sebagai
pembentuk negara Indonesia. Sama halnya jika kita melupakan makna nilai-nilai pancasila
artinya juga kita melupakan makna sejarah yang dulu pernah ada.

BAB IV

PEMBAHASAN TENTANG SOLUSI PERBAIKAN DALAM


IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DI DESA PUJI MULYO
KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

Pembahasan tentang solusi untuk perbaikan dalam implementasi realitas nilai


persatuan di Desa Puji Mulio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Perubahan-
perubahan yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
berlangsung cepat serta untuk menghadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi, dan
Seni. Untuk menghadapi hal terserbut semua pihak dituntut untuk mengantisipasinya, agar
dapat menjadi warganegara yang Indonesia yang baik (good citizen). Mengaktualisasikan
nilai Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara adalah suatu
keniscayaan, agar Pancasila tetap selalu relevan dalam fungsinya memberikan pedoman bagi
pengambilan kebijaksanaan dan pemecahan masalah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Agar loyalitas warga masyarakat dan warganegara terhadap Pancasila tetap tinggi.
Di lain pihak, apatisme dan resistensi terhadap Pancasila bisa diminimalisir. Substansi dari
adanya dinamika dalam aktualisasi nilai Pancasila dalam kehidupan praksis adalah selalu
terjadinya perubahan dan pembaharuan dalam mentransformasikan nilai Pancasila harus di
implementasikan ke dalam norma dan praktik kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
menjaga konsistensi, relevansi, dan kontekstualisasinya.
Solusi atau cara yang efektif dalam menerapkan nilai Persatuan dalam persatuan
Indonesia sila ketiga Pancasila sebagai upaya pembangunan karakter bangsa di desa
Pujimulio kabupaten Deli serdang Kecamatan Sunggal yaitu dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat desa dalam dalam ber bangsa dan ber negara
serta kesadaran bela negara melalui semangat gotong royong dan Wawasan
Kebangsaan
2. Menanamkan semangat nasionalisme NKRI adalah harga mati
3. Penyuluhan tentang pentingnya menerapkan/mengamalkan Pancasila
4. Memperkenalkan nilai-nilai Pancasila melalui media massa.
5. Warga dari anak-anak dan orang tua diharuskan menghafal pancasila

6. Penyuluhan tentang Bahaya latin Komunis

7. Dialog interaktif oleh Tokoh masyarakat, Tokoh daerah dan Mahasiswa.

8. Menanamkan budaya Paguyuban (gotong-royong, silaturahmi, kekeluargaan dll)

9. Menjunjung tinggi toleransi kehidupan antar umat beragama, bersuku dan berbudaya
antar masyarakat
Dengan demikian untuk masyarakat harus menanam kuat nilai persatuan dalam
persatuan Indonesia Sila Ketiga Pancasila. Implementasi nilai-nilai Persatuan Indonesia (sila
ketiga Pancasila) juga harus ditempuh melalui beberapa muatan perilaku sebagaimana
berikut:
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara atas
kepentingan pribadi atau golongan. muatan ini menghendaki warga negara Indonesia
menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Oleh sebab
itu, perang antar suku, dan agama tidak perlu lagi terjadi, kita harus saling menghormati
dan bersatu demi Indonesia. Pemain politik dan ekonomi tidak boleh mengorbankan
kepentingan negara demi kelompoknya seperti penjualan aset negara dan masyarakat
dirugikan. Oleh sebab itu, setiap warga negara harus melakukan pengawasan yang bersifat
aktif terhadap penyelamatan kepentingan negara.
b. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Muatan ini menghendaki setiap
warga negara rela memberikan sesuatu sebagai wujud kesetiaan kepada negara.
Pengorbanan kepada negara ini dapat dilakukan dengan menjadi militer sukarela, menjaga
keamanan lingkungan, menegakkan disiplin, dan sebagian besar warga negara dilakukan
dengan bekerja keras dan taat membayar pajak sebagai kewajiban warga negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa. Muatan ini menghendaki setiap warga negara mencintai atau
adanya keinginan setiap warga negara memiliki rasa ke-Indonesiaan. Kecintaan akan
Indonesia dapat dilakukan dengan mengagungkan nama Indonesia dalam berbagai
kegiatan seperti Olimpiade olahraga maupun Ilmu Pengetahuan, meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia, dan melestarikan kekayaan alam dan budaya
Indonesia.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia. Muatan ini menghendaki adanya
suatu sikap yang terwujud dan tampak dari setiap warga negara Indonesia untuk
menghargai tanah air Indonesia, mewarisi budaya bangsa, hasil karya, dan hal-hal yang
menjadi milik bangsa Indonesia. Sikap bangga ini ditunjukan dengan berani dan percaya
diri menunjukan identitas sebagai warga negara Indonesia baik lewat budaya, perilaku,
dan teknologi yang berkembang di Indonesia, mencintai produk Indonesia adalah wujud
rasa bangga bertanah air Indonesia
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal
Ika. Muatan ini menghendaki adanya pergaulan, dan hubungan baik ekonomi, politik, dan
budaya antar suku, pulau dan agama, sehingga terjalin masyarakat yang rukun, damai, dan
makmur. Kemakmuran terjadi karena pada dasarnya setiap suku, agama, dan pulau
mempunyai kekhususan yang bernilai tinggi, dan hal ini juga bermanfaat bagi yang lain,
sehingga tukar-menukar ini akan meningkatkan nilai kesejahteraan bagi manusia.
Hal diatas tersebut harus diperkuatkan masing-masing pribadi, dengan memperrkuat
itu mampu mengelakkan isu SARA yang beredar di Indonesia saat-saat ini. Oleh karena itu,
untuk menyelesaikan perkara isu SARA, yang harus dilakukan masyarakat di
antaranya; Pertama, jangan mudah terpengaruh. Pendirian masyarakat kurang stabil, sehingga
ketika terdapat isu maupun berita tentang segala hal, mereka percaya secara keseluruhan.
Padahal banyak oknum yang secara berjamaah atau berkelompok telah membuat situs web
atau semacamnya untuk menggiring masyarakat dengan pemberitaan yang dipoles sesuai
yang diinginkan. Selama pendirian masyarakat tidak kuat, permasalahan serupa tidak akan
pernah sirna.
Kedua, bersikap curiga terhadap konten berita. Sikap curiga dalam hal ini perlu
ditekankan kepada setiap individu terhadap setiap informasi dan berita yang didapatkan.
Mereka harus mampu memfilter setiap informasi yang mengandung unsur negatif dan
penebar kebencian. Seringkali masyarakat tidak mau tahu terhadap muatan informasi, tetapi
justru langsung share berita kepada orang lain, yang tentunya menyebabkan lingkaran setan
penyulut isu-isu negatif semakin tidak terbendung.
Ketiga, berusaha untuk berkata hanya yang benar dan baik. Nabi Muhammad Saw
telah mengajarkan kepada umatnya: “Bicaralah yang benar, atau lebih baik diam”. Pun di
dalam al-Qur’an dan Hadits, tidak ada ajaran: “Berbicaralah sesukamu”. Panduan tersebut
layaknya selalu ditanamkan dalam setiap jiwa dan raga, agar tidak terjadi permusuhan sesama
saudara satu bangsa. Jika ada berita atau informasi yang kiranya dapat menyebabkan konflik,
terutama yang bermuatan isu SARA, usahakan agar tidak dibagikan kepada orang lain,
karena ini merupakan sebagian dari memberantas isu SARA yang dapat mengancam
persatuan bangsa.
Selain beberapa upaya yang perlu dilakukan di atas, negara juga harus andil
memberikan perhatiaan secara maksimal terhadap masalah yang ditimbulkan isu SARA,
demi menjaga persatuan bangsa Indonesia. Selama ini negara belum fokus membahas isu
SARA yang sangat massif di dalam masyarakat. Perlu ditekankan bahwa isu SARA adalah
lumbung provokasi yang harus dibumihanguskan. Jika negara belum hadir untuk mengatasi
hal itu, dan hanya memberantas provokasi yang sifatnya hanya sementara, dikhawatirkan
permasalahan isu SARA semakin menggurita. Isu SARA adalah basis, sedangkan masalah
provokasi adalah cabangnya. Dengan membumihanguskan isu SARA, secara langsung
masalah provokasi yang ada di masyarakat akan hilang dengan sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL
Abd Mu’id Aris Shofa, Memaknai Kembali Multikulturalisme Indonesia Dalam Bingkai
Pancasila. Jpk: Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 1, Juli 2016 Issn
2527-7057.
Damanhuri, Wika Hardika L, Febrian Alwan B, Ikman Nur Rahman. Implementasi
Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya Pembangunan Karakter Bangsa (Studi
Kasus Di Kampung Pancasila Desa Tanjung Sari Kecamatan Pabuaran Kabupaten
Serang). UCEJ, Vol. 1, No. 2, Desember 2016, Hal. 185-198 Untirta Civic Education
Journal ISSN : 2541-6693.
Endang Susilowati Dan Noor Naelil Masruroh, Merawat Kebhinekaan Menjaga
Keindonesiaan: Belajar Dari Nilai Keberagaman Dan Kebersatuan
Masyarakat Pulau. Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 3 , No. 1, 2018, Hlm. 13-19.
Eko A Meinarno Dan Sri Fatmawati Mashoedi, Pembuktian Kekuatan Hubungan Antara
Nilai-Nilai Pancasila Dengan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Th. 1, Nomor 1, Juni 2016.
Hanafi, Hakekat Nilai Persatuan Dalam Konteks Indonesia (Sebuah Tinjauan
Kontekstual Positif Sila Ketiga Pancasila). JIPPK, Volume 3, Nomor 1, Halaman
56-63 ISSN: 2528-0767 (p) dan 2527-8495 (e) http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk.

Tashadi, Nilai–Nilai Kesatuan Dalam Keragaman Suku bangsa. Jantra Vol. I, No. 1,
Juni 2006 ISSN 1907 – 9605.
Yudistira, Aktualisasi & Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menumbuh
Kembangkan Karakter Bangsa. Seminar Nasional Hukum Volume 2 Nomor 1
Tahun 2016, 421-436.
BUKU
Alwi Kaderi, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin: Antasi
Press, 2015.
Deni Setiawan, Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: Madenatera, 2017.
Halking, Pendidikan Pancasila (Panduan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintik
Dan Enam Macam Penugasan Dalam Mata Kuliah). Medan: Universitas Negeri
Medan, 2019.
Muhammad Rahmad, Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan. Bandung: CV.
Warta Bagja Office Residence, 2015.
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Solo: Bumi Aksara, 2016

Anda mungkin juga menyukai