Anda di halaman 1dari 5

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 331

Artikel Penelitian

Identifikasi Dermatofita Pada Sisir Tukang Pangkas Di


Kelurahan Jati Kota Padang

1 2 2
Hifzil Husni , Ennesta Asri , Rina Gustia

Abstrak
Tinea kapitis merupakan kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Jamur dermatofita dapat ditularkan secara langsung dari manusia, hewan, tanah dan secara tidak langsung melalui
benda seperti handuk, topi dan sisir yang digunakan bergantian. Alat pangkas dapat menjadi sumber penularan infeksi
secara tidak langsung. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dermatofita pada sisir tukang pangkas di
kelurahan Jati Padang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh sisir yang digunakan tukang pangkas di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur Kota Padang. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling sebanyak 20 sampel. Penelitian ini dilaksanakan dari
Agustus 2017 sampai Maret 2018. Hasil penelitian ditemukan dua spesies dermatofita yaitu Trichophyton
Mentagrophytes (10%) dan Trichophyton Schoenleinii (5%). Simpulan penelitian ini adalah sebagian kecil sisir tukang
pangkas di Kelurahan Jati terdapat dermatofita, oleh karena itu sisir tukang pangkas dapat menjadi media transmisi
sumber infeksi yang baik pada masyarakat.
Kata kunci: dermatofita, sisir, tukang pangkas

Abstract
Tinea capitis is an infection caused by dermatophyte fungi of scalp hair follicles and the surrounding skin.
Dermatophytes are spread by direct contact from other people, animals, soil, as well as indirectly from fomites that
infected exfoliated skin or hair in towels, caps and combs. The barber’s tools could serve as a potential source and
transmision of fungal infection indirectly. The objective of this study was to identify the species of dermatophyte on
barber’s comb in Jati Padang. This study used descriptive observational method. Population in this research were all of
comb that used by barbers in Jati. The sampling technique was total sampling and the entire population was the
research subject. This research was held from August 2017 until March 2018. This study found Trichophyton
Mentagrophytes (10%) and Trichophyton Schoenleinii (5%) on examination of fungal culture. The conclusion of this
study showed that 15% barber’s comb in Jati have found dermatophytes. Barber’s comb are important sources and
may play an important role in spreading dermatophyte infections among people.
Keywords: dermatophyte, comb, barber

Affiliasi penulis: 1. Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran makanannya. Jaringan yang mengandung keratin ialah
Universitas Andalas Padang (FK Unand), 2. Bagian Kulit dan Kelamin
jaringan seperti stratum korneum kulit, kuku, dan
FK Unand/RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Korespondensi: Hifzil Husni, Email: hifil.husni@gmail.com Telp: rambut pada manusia. Kemungkinan besar terjadinya
085271169499 infeksi pada daerah tersebut pada manusia. Selain
menyerang jaringan keratin pada manusia dermatofita
PENDAHULUAN juga menyerang kulit hewan, sehingga penularan
Dermatofita merupakan golongan jamur yang jamur dermatofita dapat terjadi jika berkontak dengan
1
melekat dan tumbuh pada jaringan keratin, jamur hewan yang terinfeksi. Saat sekarang ini sudah
menggunakan jaringan keratin sebagai sumber ditemukan 41 spesies dermatofita, terdiri dari 17

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 332

spesies Microsporum, 22 spesies Trichophyton, 2 Benda atau alat yang digunakan bergantian sering
2
spesies Epidermophyton. ditemukan di tempat umum seperti tempat pangkas,
8,9
Pertumbuhan jamur sangat mudah sesuai toilet dan sarana umum lainnya.
dengan kecocokan dengan sel inang dan Tinea kapitis atau yang sering dikenal sebagai
lingkungannya. Pada umumnya jamur tumbuh dan kurap kulit kepala merupakan kelainan kulit pada
berkembang baik pada lingkungan dengan suhu 25- daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur
0
28 C begitu juga dengan dermatofita. Selain faktor dermatofita. Tinea kapitis dapat disebabkan oleh
9
lingkungan, infeksi pada kulit manusia dipengaruhi genus Trichophyton dan Microsporum.
oleh beberapa faktor seperti; higiene individu yang Tukang pangkas (barber) adalah salah satu
rendah, tempat tinggal atau pemukiman yang padat, profesi penting di kalangan masyarakat. Tukang
pakaian yang tidak menyerap keringat, atau bagian pangkas memanfaatkan instrumen seperti pisau,
tubuh yang sering tertutup lama oleh pakaian, sepatu, gunting dan sisir yang membuatnya perlu evaluasi
maupun topi. Biasanya infeksi jamur sering terjadi bahaya kesehatan dan mengidentifikasi terkait
pada populasi dengan tingkat sosioekonomi yang transmisi infeksi. Penyakit yang paling penting terkait
rendah, hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dengan praktik tukang pangkas adalah tinea kapitis,
dan sikap individual terhadap resiko timbulnya infeksi infestasi kutu kepala, infeksi stafilokokus, scabies,
3 10
dan transmisi dari jamur. hepatitis dan HIV. Alat pangkas dapat menjadi
Penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan sumber penularan infeksi secara langsung maupun
jamur dermatofita ini disebut dengan dermatofitosis. tidak langsung dan beberapa infeksi dapat terjadi
Dermatofitosis disebut juga dengan tinea dan memiliki dengan atau tanpa merusak kulit, oleh karena itu
variasi sesuai dengan lokasi anatominya seperti tinea peralatan harus dibersihkan sebelum dan sesudah
11
kapitis, tinea barbae, tinea kruris, tinea pedis dan tinea digunakan.
1
korporis. Kota Padang dengan rata-rata suhu udara
0
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak (26,8 C) dan kelembaban (83%) yang tinggi dapat
dengan usia dominan 3 sampai 7 tahun, dapat juga menjadi tempat pertumbuhan dan perkembangan
4 7
mengenai neonatus dan dewasa. jamur yang baik.
Pada profil dermatofitosis di RSUP Prof. dr. RD. Penelitian yang dilakukan oleh Enemuor et al
Kandou Manado tahun 2012, didapatkan tinea kruris tahun 2012 menyimpulkan bahwa alat pangkas dapat
55,38%, tinea korporis 26,16%, selanjutnya tinea menyebarkan penyakit infeksi kulit seperti scabies,
5 12
kapitis 9,23%. dermatitis dan dermatofitosis. Pada peralatan tukang
Berdasarkan profil kesehatan Kota Padang pangkas di Mubi Adamawa State-Nigeria dalam
tahun 2014, penyakit infeksi kulit merupakan sepuluh penelitian David et al tahun 2010 juga ditemukan
6
penyakit terbanyak di Kota Padang tahun 2014. adanya Microsporum audouinii dan Candida
13
Dalam data publikasi Kota Padang, penyakit infeksi albicans. Di Medan, penelitian Benny tahun 2015
kulit berada pada urutan ke dua penyakit terbanyak di ditemukan Penicillium sp pada sisir tukang pangkas
7
Kecamatan Padang Timur. yang memiliki proporsi terbesar yaitu 26,7%,
Penularan dermatofitosis dapat secara sedangkan jamur dari golongan dermatofita memiliki
14
langsung dari manusia ke manusia (anthropophilic proporsi 20%.
organisms), dari tanah ke manusia (geophilic
organisms), dan dari hewan ke manusia (zoophilic METODE
organisms). Transmisi dermatofita juga dapat terjadi Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
secara tidak langsung melalui benda lain yang dapat rancangan cross sectional yaitu subyek penelitian
berperan menjadi media penularan agen infeksi seperti diobservasi sebanyak satu kali dan variabel diukur
handuk, topi, dan sisir yang digunakan bergantian. langsung pada pemeriksaan tersebut. Penelitian telah

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 333

dilakukan dari bulan Agustus 2017 – Maret 2018 di Tabel 3. Distribusi hasil kultur
Kelurahan Jati, Padang, Sumatera Barat. Golongan f %

Populasi penelitian ini adalah sisir yang Tidak tumbuh koloni 0 0

digunakan tukang pangkas pria di Kelurahan Jati, Tidak teridentifikasi 1 5


Dermatofita 3 15
Kecamatan Padang Timur, Padang. Sampel penelitian
Jamur lain 16 80
yang dipilih adalah populasi yang memenuhi kriteria
Jumlah 20 100
inklusi. Kriteria inklusi subjek: Sisir yang telah
digunakan dan masih digunakan, tukang pangkas
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari
bersedia menjadi subjek penelitian dengan
20 sampel sisir yang diteliti, terdapat 3 sampel (15%)
menandatangani lembar persetujuan ikut serta yang
terdapat dermatofita, sebanyak 16 sampel (80%)
telah disediakan. Spesimen diambil menggunakan lidi
terdapat jenis jamur lain, dan satu sampel (5%) tidak
dan dimasukkan kedalam amplop.
dapat diidentifikasi. Pada pemeriksaan kultur, semua
Data diperoleh dengan pemeriksaan KOH dan
sampel tumbuh dan berkoloni di Sabouraud Dextrose
kultur untuk identifikasi dermatofita yang tumbuh.
Agar (SDA).
Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
FK Unand.

Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan spesies jamur


HASIL
Spesies jamur f %
Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan riwayat sisir
Tidak tumbuh koloni 0 0
dibersihkan dengan air dan sabun
Tidak teridentifikasi 1 5
Riwayat sisir dibersihkan f %
Aspergillus fumigatus 5 25
Pernah 6 30
Aspergillus niger 5 25
Tidak pernah 14 70
Jumlah 20 100
Candida Sp 2 10
Penicillium Sp 3 15

Berdasarkan Tabel 1 terlihat sebagian sisir Rhizopus Sp. 1 5

yang digunakan tukang pangkas di kelurahan jati tidak Trichophyton mentagrophytes 2 10

pernah dibersihkan yaitu sebanyak 14 sisir, sedangkan Trichophyton schoenleinii 1 5

jumlah sisir yang pernah dibersihkan dengan air dan Jumlah 20 100

sabun sebanyak 6 sisir.


Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa jamur

Tabel 2. Distribusi hasil pemeriksaan KOH terbanyak dari hasil kultur sisir adalah Aspergillus

Hasil KOH f % niger dan Aspergillus fumigatus yang merupakan


Positif (+) 0 0 golongan Jamur lain dengan kontaminasi sisir masing-
Negatif (-) 20 100 masing sebanyak 25%. Golongan jamur lain yaitu
Jumlah 20 100 Penicillium sp (15%), Rhizopus sp (5%) dan Candida
sp (10%), sedangkan dermatofita didapatkan pada 3
Tabel 2 menunjukkan bahwa 20 sampel (100,%) sampel, yaitu dua Trichophyton mentagrophytes
mendapatkan pemeriksaan KOH negatif. (10%) dan satu Trichophyton schoenleinii (5%).

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 334

PEMBAHASAN sebanyak satu sampel (5%). Hal ini sejalan dengan


Berdasarkan pemeriksaan terhadap 20 sampel penelitian di Medan dimana didapatkan
sisir tukang pangkas yang diambil dari tempat pangkas T.mentagrophytes (6,7%), T.Rubrum (6,7%), T.
di kelurahan Jati, ditemukan 3 sampel terdapat jamur Schoenleinii (3,3%), dan T. Violaceum (3,3%) pada
14
dermatofita, sedangkan 16 sampel lainnya terdapat sisir tukang pangkas. Penelitian yang dilakukan di
jamur bukan dermatofita. Sehingga dapat disimpulkan Mubi, Nigeria pada tahun 2010 mendapatkan M.
bahwa 85 % sampel sisir yang diteliti dalam penelitian Audouinii dan Candida albicans pada alat tukang
13
ini bebas dari dermatofita. Temuan jamur dermatofita pangkas (Gunting, sisir, dan clippers). Pada
pada 3 dari 20 sampel yang diteliti menunjukkan penelitian ini tidak ditemukan dermatofita dari genus
bahwa sisir dapat berperan sebagai transmisi sumber Microsporum, ini menunjukkan bahwa jenis jamur pada
infeksi dermatofita. benda dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
Hasil pemeriksaan KOH 20% didapatkan epidemiologi pada setiap daerah, kontak dengan
bahwa semua sampel (100%) tidak ditemukan hifa sumber infeksi, suhu lingkungan, kebersihan dan
16
maupun spora. Hasil ini berbeda dengan penelitian di sebagainya.
Medan tahun 2016 yang mendapatkan hasil KOH Sampel yang diteliti juga dilihat dari riwayat sisir
positif pada semua sampel sisir (100%), sedangkan dibersihkan. Pada penelitian didapatkan 70% sisir
penelitian yang dilakukan pada 3 kota di Nigeria yang digunakan tidak pernah dibersihkan, 30% sisir
dengan peneliti yang berbeda tidak menggunakan dibersihkan dengan cara dicuci dengan air dan sabun.
pemeriksaan KOH dalam penelitiannya. Pemeriksaan Berdasarkan hasil pengamatan riwayat sisir
mikroskopik sediaan langsung KOH memiliki dibersihkan, didapatkan 3 sampel sisir yang ditemukan
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah sehingga dermatofita merupakan sampel yang tidak pernah
sering didapatkan hasil negatif palsu Penelitian di dicuci. Pada 17 sampel yang tidak ditemukan
Palembang tahun 2013 mendapatkan sensitivitas dermatofita, 6 diantaranya pernah dicuci dan 11
pemeriksaan KOH pada onikomikosis sebesar 54% sampel lainnya tidak pernah dicuci. Hal ini
dan spesifisitas KOH sebesar 44%. Hal ini berarti menjelaskan bahwa kurangnya kebersihan dapat
kemampuan pemeriksaaan KOH untuk memberikan menjadi salah satu faktor yang baik untuk
hasil positif sebesar 54%. Hasil ini berbeda dengan pertumbuhan jamur, selain itu pemakaian sisir yang
penelitian yang telah dilakukan dimana hasil tidak dibersihkan pada tempat pangkas dapat
pemeriksaan KOH pada semua sampel negatif. Faktor meningkatkan resiko penularan infeksi kulit oleh jamur
yang mempengaruhi hasil pemeriksaan KOH dari satu pelanggan ke pelanggan lainnya.
diantaranya yaitu pengalaman yang dimiliki oleh
pemeriksa, cara pengambilan sampel yang tidak tepat SIMPULAN
yaitu pemilihan area, pengambilan jumlah spesimen, Dermatofita yang ditemukan pada sisir tukang
dan membersihkan area yang akan diambil dengan pangkas di kelurahan Jati berasal dari genus
3,12,13,15
alkohol. Trichophyton yaitu Trichophyton mentagrophytes dan
Jamur dermatofita terdiri dari tiga genus yaitu Trichophyton schoenleinii.
Epidermophyton (E), Microsporum (M), dan
Trichophyton (T). Dermatofita yang biasanya DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan tinea kapitis yaitu Microsporum 1. Kurniati, Cita Rosita SP. Etiopatogenesis
audouinii, M. Canis, T. mentagrophytes, T. tonsurans, dermatofitosis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
4
T. rubrum, dan T. Schoenleinii. Dalam penelitian ini, Kelamin. 2008;20(3):243-249.
jamur golongan dermatofita yang dijumpai adalah 2. Budimulja U, Bramono K, Widaty S. Mikosis,
golongan Trichophyton. Jenis Trichophyton yang Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor
ditemukan pada penelitian ini yaitu T.mentagrophytes (penyunting). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
sebanyak dua sampel (10%) dan T. Schoenleinii ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2011:103-16.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 335

3. Agustine R, Perbandingan sensitivitas dan 10. Chanda SK, Khan KH. Sharing of razor blade in
spesifisitas pemeriksaan sediaan langsung KOH salons and risks of spreading HIV in Bangledesh.
20% dengan sentrifugasi dan tanpa sentrifugasi Poster exhibition. The 3rd IAS conference on HIV
pada tinea kruris (tesis). Padang: Andalas pathogenesis and treatment; 2004.10(5): 02.
University; 2012. 11. Salami KK, Titiloye MA, Brieger WR, Otusanya SA.
4. Verma S, Hefferman MP. Superficial Fungal Observations of barbers’ activities in Oyo State,
Infection: Dermatophytosis, Onichomycosis, Tinea Nigeria: implications for HIV/AIDS transmission. Int.
Nigra, Piedra. Dalam: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Quart Comm. Health Edu. 2006; 24:319- 30.
Gilchrest B, Paller A, Leffell O, editor (penyunting). 12. Enemuor SC, Atabo AR, Oguntibeju OO,
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Evaluation of microbiological hazards in
Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill; 2008. barbershops in a university setting. Nigeria:
hlm.1807-21. Academic Journals. 2012;7(9):1100-2.
5. Bertus NVP, Pandaleke HEJ, Kapantow GM. Profil 13. David DL, Edward A, Zaruwa MZ, Addas PA.
dermatofitosis di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Barbing saloon associated fungal disease infection
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari - in Mubi, Adamawa State-Nigeria. World Journal of
Desember 2012. Jurnal e-Clinic. 2015;3(2):733. Medical Sciences. 2010;5(1):17-21.
6. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan 14. Benny, Identifikasi dermatofita pada sisir tukang
kota Padang tahun 2014. Padang: Dinas pangkas di Kelurahan Padang Bulan (skripsi).
Kesehatan Kota Padang; 2014. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
7. Badan Pusat Statistik Kota Padang. Kecamatan Utara; 2016.
Padang timur dalam angka. Padang: Badan Pusat 15. Devianty L. Nilai diagnostik pemeriksaan pulasan
Statistik Kota Padang; 2016. periodic acid Schiff pada onikomikosis di RSUP
8. Hainer BL, Dermatophyte infections. Charleston: Dr.Mohammad Hoesin Palembang (tesis).
American Family Physician. 2003;67(1):101-7. Palembang: Fakultas kedokteran Universitas
9. James WD, Berger TG, Elston DM. Clinical Sriwijaya; 2013.
Dermatology. Edisi ke-9. Kanada: WB Sounders 16. Siregar RS, Hartanto H, editor (penyunting).
Company; 2000. Penyakit jamur kulit. Jakarta: EGC; 2005.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)

Anda mungkin juga menyukai