Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
“TEKHNIK PEMBUATAN AMILUM”

OLEH :

KELOMPOK : SATU (I)


KELAS : STIFA D
ASISTEN : HAMDAYANI L.A S.Si., Apt

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam
air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan
sumber energi utama bagi tubuh dan juga sebagai bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Pada proses fotosintesis,
tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat. Hasil dari
metabolisme primer turunan dari karbohidrat berupa senyawa-senyawa
polisakarida yaitu amilum. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat,
amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa
memberikan sifat keras sedangkan amilopektin menyebabkan sifat
lengket.
Amilosa merupakan bagian dari pati yang larut dalam air,
Amilopektin merupakan bagian dari pati yang tidak larut dalam air.
Komposisi kandungan amilosa dan amilopektin ini akan bervariasi dalam
produk pangan, dimana produk pangan yang memiliki kandungan
amilopektin tinggi akan semakin mudah untuk dicerna.
Di alam, pati banyak terkandung dalam beras, gandum, jagung, biji-
bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan banyak juga
terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong, kentang
atau ubi. Dalam bidang farmasi, amilum digunakan sebagai bahan
tambahan dalam pembuatan tablet, sebagai bahan pengisi, bahan
pengikat, dan bahan penghancur.
Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri
farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti
daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga
hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai
daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan
tablet cara granulasi basah. Sementara suspensi amilum dapat diberikan
secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dan amilum
gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk
supositoria.
I.2. Maksud Dan Tujuan Percobaan
I.2.1. Maksud
Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui proses
pembuatan amilum dan cara mengidentifikasi amilum.
I.2.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan amilum
2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi amilumpada ubi jalar
(Ipomoea batatas L.) secara organoleptik dan uji kualitatif.
I.3. Prinsip Percoban
Prinsip dari percobaan ini yaitu pembuatan amilum dari sampel ubi
jalar (Ipomoea batatas L.) yang akan diuji dengan cara kualitatif dengan
menggunakan Iodium dan Identifikasi organoleptikdengan cara mengambil
sampel ubi jalar (Ipomoea batatas L.) kemudian diamati bentuk, rasa, bau,
dan warna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I. Teori umum
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-
bijian (Poedjiadi.A, 2009). Amilum merupakan suatu senyawa organik
yang tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari
dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari
produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan
cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit
batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65%
berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang
(Gunawan.D, 2004).
Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan
sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang
meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur.
Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai
antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa
digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria
(Gunawan.D, 2004).
Pati atau amilum merupakan karbohidrat kompleks yang dihasilkan
oleh tumbuhan, dimana didalamnya terkandung kelebihan glukosa
(produk fotosinetesis). Kandunga pati yang cukup tinggi pada ubi jalar
yaitu 20-30% (Michelle dkk, 2016). Amilum terdiri dari dua macam
polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu
amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.Menurut banyaknya
hilus dalam amilum, amilum dibedakan menjadi (Poedjiadi. 2009) :
a. Butir amilum tunggal: pada sebutir amilum terdapat sebuah hilus
b. Butir amilum setengah majemuk: terdapat dua hilus yang masing-
masing dikelilingi oleh lamella, tetapi kemudian terbentuk lagi lamella
yang mengelilingi seluruhnya.
c. Butir amilum majemuk : tiap butir mempunyai lebih dari satu hilus dan
hilus-hilus ini dikelilingi oleh lamella masing-masing.
Berdasarkan letak hilusnya, butir pati dibedakan atas (Poedjiadi.
2009) :
a. Amilum konsentris, yaitu amilum yang hilusnya berada di tengah.
b. Amilum eksentris, yaitu amilum yang hilusnya berada di pinggir/ tepi.
Lamela adalah lapisan pada amilum. Lamela terbentuk karena
pemadatan molekul dan perbedaan kadar air pada awal pertumbuhan
amilum. Amilum merupakan salah satu bagian dari sel yang bersifat non
protoplasmik yang ada di dalam plastida. Hilus atau hilum adalah titik
permulaan (initial) terbentuknya amilum(Trifena.H, 2009).
Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu tanaman
pangan tropis yang banyak terdapat diindonesia. Pada tahu 2005, luas
lahan ubi jalar diindonesia mencapai 178.336 ha dengan produksi sebesar
1.856.969 ton (Trifena.H, 2009).
Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman
semusim (berumur pendek). Tanaman ubi jalar hanya satu kali
berproduksi dan setelah itu tanaman mati. Tanaman ubi jalar tumbuh
menjalar pada permukaan tanah dengan panjang tanaman dapat
mencapai 3 meter, tergantung pada varietasnya (Cahyono, 2000).
Deskripsi dari Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)(Cahyono,
2000) :

Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan teras
bagian tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang ruas
antara 1-3 cm. setiap ruas ditumbuhi daun, akar dan tunas atau cabang.
Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat runcing,
tergantung pada vareatasnya. daun ubi jalar memiliki tulang-tulang
menyirip, kedudukan daun tegak agak mendatar, dan bertangkai tunggal
yang melekat pada batang. Ukuran daun (lebar dan panjang) bervariasi,
tergantung pada vareatasnya (Cahyono, 2000).
Daun ubi jalar dalam satu tanaman berjumlah banyak dan daun ubi
jalar bewarna hijau tua dan hijau kuning. Sedangkan warna tangkai daun
dan tulang daun bervariasi, yakni antara hijau dan ungu sesuai dengan
warna batangnya. Bunga tanaman ubi jalar berbentuk terompet yang
panjangnya antara 3-5 cm dan lebar bagian ujungnya antara 3-4 cm. buah
ubi jalar berkotak tiga dan umbi tanaman ubi jalar merupakan bagian yang
dimanfaatkan untuk bahan makanan. Umbi tanaman ubi jalar memiliki
ukuran, bentuk, warna kulit, dan warna daging bermacam-macam
(Cahyono, 2000).
Khasiat ubi jalar didapatkan dari kandungan kimia yang ada
didalamnya. Kandungan meliputi protein, lemak, karbohidrat, kalori, serat,
abu, kalsium, fosfor, zat besi, karoten, vitamin B1, B2, C, dan asam
nikotinat. Dari kandungan tersebut ubi jalar berkhasiat sebagai tonik dan
menghentikan perdarahan. Daun ubi jalar juga dapat digunakan sebagai
obat untuk mengatasi berbagai penyakit seperti keseleo, luka terpukul,
bisul, dan herpes (Sunarti, 2018).
II.2 Klasifikasi Sampel
1. Jagung (Zea mays L.) (Hartono, 2009) :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
2. Kentang (Solanum tuberosum L.) (Setiadi, 2009) :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
3. Padi (Oryza sativa L.) (Setiadi, 2009) :
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
4. Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) (Cahyono, 2000) :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea batatas L.
5. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz sin. M.) (Rukmana.R, 1997) :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz sin. M.
II.3 Uraian Bahan
1. Aquadest (FI Edisi V)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Aquadest, Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2. Alkohol (FI Edisi V)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol / Alkohol
RM/BM : C2H6O/-
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang berasap.
Kegunaan : Untuk memurnikan amilum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; ditempat sejuk jauh dari nyala api.
BAB III
METODE KERJA
III.1. Alat Dan Bahan
III.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu baskom,
kain flanel,parut, pisau,tissue, dan toples.
III.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
alkohol, aquadest, dan ubi jalar(Ipomoea batatas L.).
III.2 Prosedur Kerja
III.2.1 Prosedur kerja dalam pembuatan amilum yaitu :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dicuci ubi jalar dengan air hingga bersih, kemudian diparut.
3. Dilarutkan hasil parut ubi jalar dengan aquadest 1 : 2 b/v dan
disaring.
4. Dimasukkan hasil saringan di dalam toples, sedangkan ampasnya
dibuang.
5. Didiamkanhasil saringan yang berada di dalam toples (1 kali 24
jam) hingga terbentuk endapan.
6. Dibuang aquadest dan dilarutkan kembali endapan ubi jalar
dengan aquadest 1:2 b/v selama 1 kali 24 jam.
7. Dibuang aquadest dan dilarutkan kembali endapan ubi jalar
dengan alkohol 1:2 b/v selama 30 menit.
8. Dibuang alkohol jika telah mencapai 30 menit pengendapan.
9. Dikeringkan endapan diatas aluminium foil.
III.2.2 Prosedur Kerja Pengamatan Mikroskop
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil butiran amilum secukupnya menggunakan jarum
preparat
3. Ditaruh diatas de glass dan diberikan medium air
4. Ditutup menggunakan objek de glass
5. Ditaruh diatas meja preparat dan diamati menggunakan
perbesaran 40X
III.2.3 Prosedur Kerja Uji Iodium
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diambil secukupnya butiran amilum.
3. Dimasukan dalam tabung reaksi dan dilarutkan menggunkan
aquadest.
4. Digojok hingga homogen.
5. Dipanaskan menggunakan api bunsen dan didiamkan setelah
sampel mendidih
6. Diberikan pereaksi iodium
7. Diamati perubahan sampel
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan Secara Kualitatif
Penambahan larutan Iodium
Gambar
Sesaat/sebelum Setelah Didinginkan
dipanaskan dipanaskan

Terjadi (+) Iodium berubah


Warna larutan perubahan warna menjadi biru
putih warna menjadi kehitaman
tidak berwarna

IV.2 Tabel Hasil Pengamatan Secara Mikroskopik


Medium : Aquadest
Perbesaran : 40 x
Perbandingan struktur
Gambar
amilum

1.Struktur sel rapat

2. Lamela

3. Hilus

4.Butir amilum bulat


(amilum majemuk)

1. (amilum majemuk)
Deskripsi : Butir amilum ubi jalar yaitu berbentuk bulat(amilum majemuk)
dan tidak beraturan , struktur sel rapat, hilus tidak terlihat jelas dan
lamela terlihat di bagian tepi butir amilum.
IV.3 Perhitungan % Rendamen (Analisis Kadar Amilum)
Dik: Nama simplisia : Amilum Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
Bobot teoritis sampel : 1,8 kg
Bobot amilum :26,66 gram
Dit : % Rendamen : …….?
Penyelesaian :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑚𝑖𝑙𝑢𝑚
% Rendamen = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑥 100%
26,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
% Rendamen = 𝑥 100%
1,8 𝑘𝑔
26,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
% Rendamen =1,800 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%

% Rendamen = 1,48 %
IV.4 Organoleptis
Bentuk : Serbuk halus
Bau : Tidak berbau
Warna : Putih
Rasa : Tidak berasa
IV.5 Reaksi
CH2OH
I CH2OH HI
I H H
O 5. ( O
H H 2. ( 4.O
( 3. (7. (
O OH 8. (a 10. O
H ( OH6. ( H
a 9.a( a
a 11. a ( 13. (
am 18. a ( 12. ( (
H m OH 20.i 19. ( a 17. (
m OH16.m( 14. ( a 15.m(m
m a H
m a
ai a am ia i a a m i ai
il m i m
biru m 22. m l 21. l m (
(+) warnaml i 24. ( lm ( mi 23. mi l(
lu i l
IV.6 Pembahasan a ail ui u ia ai l u i
u
ui i
um l u l
m m m lm ml u m l
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak
l
m m u
l terdapat m l
u
m
dialam, uyaitu
l m
i u i um u
u u i m u ui
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, mdaun,
m batang, dan m biji-
l m mm
m ma m
l lm m m ml
m m
m
bijian (Poedjiadi.A, 2009).Amilum merupakan suatu usenyawa um organik
a a uyang u m a
a
a aj a m
m
m j j m j m
tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum m m dihasilkan mam mdari dalam
mm m a j
j je a j a
aj e e a j e a
ae a a a e
daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan emsementara
jm e dari produk
m
j
m m j
jm u j mje m
j jm j e m
m e m e
fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalame bahan a makanan am e u
e cadangan
u ea
aem u e
u
u uk e u m
m
j k k j mu k m
yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari km k) m teras,j ukulit m
k
batang,mjuakar
m k
ue ) ) ue e uk ) u
)u ) u e u
k u )
km ) k
m k) k
k k mk) k km
)u )
u) )
) ) u) ) )u
k k
k k
) )
) )
tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji
gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan.D, 2004).
Pada praktikum pertama dilakukan proses pembuatan amilum
dengan sampel yang digunakan yaitu ubi jalar (Ipomoea batatas L.)
sebanyak 1,8 kg. Sehingga hasil yang didapat dari proses pembuatan
amilum yaitu 200 mg dalam bentuk serbuk halus, putih dan tidak berbau
dan % rendamen ubi jalar yaitu 1,48 %.
Pada proses pengamatan mikroskop dengan sampel yang diamati
yaitu amilum ubi jalar dengan menggunakan medium aquadest dan
perbesran 40x. Didapatkan hasil yaitu amilum ubi jalar memliki struktur
sel amilum rapat dan bulat tidak beraturan, gumpalan-gumpalan amilum
dalam jumlah banyak, hilus tidak terlihat sedangkan lamela berda dibagian
tepi butir amilum.Berdasarkan literatur Batoro (2017) amilum ubi jalar
memiliki konsentrasi tinggi dan kerapatan sel yang mengandung butir
amilum tinggi. Terdapat dua tipe butir pati yaitu ukuran butir paling kecil
(5-10 µm) dan ukuran butir pati besar yaitu (25-40 µm) dan butir amilum
pada ubi jalar termasuk dalam tipe besar dengan bentuk butir oval, bulat
dan segiempat.
Menurut Petrus (2013),terdapat dua macam tipe amilum berdasarkan
posisi hilusnya, yaitu kosentris dan eksentris. Tipe amilum kosentris
adalah amilum yang posisi hilusnya berada ditengah sedangkan tipe
amilum eksentris adalah amilum yang posisi hilusnya berada ditepi.
Amilum konsentris biasanya berbentuk bulat sedangkan amilum
eksentrisumumnya berbentuk lojong. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
amilum ubi jalar pada hasil pengamatan mikroskop termasuk tipe amilum
konsentris.
Untuk identifikasi amilum menggunakan uji kualitatif dengan sampel
yang digunakan yaitu amilum ubi jalar dan kemudian dilarutkan dengan
aquadest lalu dipanaskan diatas api bunsen setelah itu diberikan dua tetes
larutan iodiumdan terjadi reaksi yang ditandai dengan perubahan warna
amilum menjadi biru kehitaman.
Berdasrkan literatur Destiarti (2013) identifikasi kandungan kimia
amilosa dan amilopektin dilakukan dengan uji kualitatif. Hasil analisis
didapat bahwa amilosa yang ditetesi pereaksi iodium akan memberikan
warna biru keunguan, sedangkan amilopektin yang ditetesi pereaksi
iodium akan memberikan warna coklat kemerehan pada sampel ubi jalar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa amilum ubi jalar pada percobaan ini
lebih banyak mengandung amilosa.
Perubahan warna larutan pada uji ini terjadi karena dalam larutan
pati terdapat uni-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena
adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini
yang menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul
iodium yang dapat masuk kedalam spiralnya (Petrus, 2013).
Menurut ikhsan (1996), amilosa merupakan komponen pati yang
mempunyai rantai lurus dan larut dalam air, sedangkan amilopektin
mempunyai rantai cabang dan tidak larut dalam air tetapi larut dalam n-
butanol. Hal ini dikarenakan amilosa tersusun dari rantai lurus D-glukosa
yang berikatan dengan α-14. Selain itu dipengaruhi oleh ikatan hidrogen
yang terjadi antara gugus OH pada amilosa dengan gugus OH atau H
pada air. Ketika pati dipanaskan dalam air pada temperatur gelatinisasi,
energi panas menyebabkan ikatan hidrogen pati menjadi lemah. Ikatan
lemah memudahkan air masuk kedalam granula dan memungkikan sedikit
melarutnya dan terjadi pertukaran molekul amilosa ke air.
Amilopektin yang memiliki sifat nonpolar akan lebih mudah larut
dalam pelarut nonpolar dibandingkan air sedangkan amilosa yang
memiliki sifat polar akan lebih mudah larut dalam air. Hal ini sesuai
dengan prinsip like disolve like, dimana senyawa polar akan lebih mudah
larut dalam pelarut yang polar dan senyawa yang nonpolar akan lebih
cenderung larut dalam pelarut nonpolar (Destiarti, 2013). Sehingga
amilum yang lebih banyak mengandung amilosa cenderung lebih mudah
larut dalam air dibandingkan amilum yang lebih banyak mengandung
amilopektin akan sukar larut dalam air.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu :
1. Pembuatan amilum dilakukan dengan beberapa langkah yaitu
dimulai dari penimbangan sampel, dicuci, diparut atau diblender
kemudian dilarutkan dalam aquadest (1 kali 24 jam ) hinggan
menghasilkan endapan. Setelah itu amilum kembali dilarutkan
dengan alkohol 70% yang bertujuan untuk mempercepat proses
penguapan air dan sebagai pengawet pada sampel agar saat
dikeringkan sampel tidak berjamur. Kemudian sampel yang telah
dilarutkan dalam aklohol di keringkan dengan cara dioven selama
1 jam.
2. Pada proseses identifikasi organoleptik sampel ubi jalar,
digunakan melalui pengamatan mikroskop yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kerapatan sel amilum, bentuk, dan tekstur
pada sampel ubi jalar. Uji kulitatif ubi jalar dilakukan dengan
penambahan iodium yang bertujuan untuk mengetahui kandungan
amilum pada ubi jalar yang ditandai dengan hasil reaksi bewarna
biru keunguan dan coklat kemerehan.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat yang rusak dapat di perbaiki agar mempercepat
praktikum.
V.2.2 Saran Untuk Dosen
Untuk dosen sebaiknya bisa mendampingi pada saat
praktikum berlangsung.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Untuk para asisten tetap sabar dalam mendampingi kami baik
pada saat asistensi maupun praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Batoro. J. dkk. 2017. Keragaman Butir Struktur Amilum, Kadar Tepung


Dan Clustering Delapan Taksa Tanaman Berumbi Di Desa Simo
Kendal Kabupaten Ngawi. FMIPA Universitas Brawijaya; Malang.
Destiarti. L dkk. 2013. Studi Awal Pemisahan Amilosa Dan Amilopektin
Pati Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Dengan Variasi Konsentrasi
N-Butanol. Universitas Tanjungpura; Pontianak. Vol 2(3).
Dirjen POM. 1997Farmakope Indonesia Edisi V. DEPKES RI; Jakarta.

Gunawan. D. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Penebar Swadaya;


Jakarta.
Hartono.R dan Purwono. 2009. Bertanam Jagung Unggul. Seri Agribisnis;
Jakarta.

Ikhsan. M. 1996. Pemakaian Amilum Termodifikasi Sebagai Sediaan


Bahan Pembantu Pembuatan Tablet Asam Askorbat Secara
Cetak Langsung. Sarjana Farmasi FMIPA Universitas Andalas;
Padang.

Michelle ddk. 2016. Kajian Sifat Fungsional Pati Ubi Jalar Melalui
Perlakuan Modifikasi Heat Moisture Treatment Sebagai Sediaan
Pangan Darurat. Universitas Padjadjaran; Bandung. Vol.5, No. 2.

Poedjiadi. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press;


Jakarta.

Petrus. L. dan Tellusa. I. 2013. Analisa Kandungan Pati Resisten Dari


Beberapa Jenis Pati Sagu Di Maluku Dengan Variasi Suhu
Pemanasan. Universitas Pattimura; Ambon.
Rukmana. R. 1997. Ubi Kayu Budi Daya Dan Pascapanen. Kanisius;
Yogyakarta.

Setiadi. 2009. Budi Daya Kentang. Penebar Swadaya; Jakarta.

Sunarti. 2018. Serat Pangan Dalam Penanganan Sindrom Metabolik.


UGM Press; Yogyakarta.

Trifena. H. 2009. Karakteristik Fisiko-Kimia Tepung Ubi Jalar (Ipomoea


Batatas L) Varietas Suku Dengan Variasi Proses Penepungan.
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan; Fateta IPB. Vol.20, No.
2.
LAMPIRAN

Proses penimbangan ubi jalar Proses pelarutan ubi jalar


(1,8 kg) dengan aquadest

Proses pelarutan ubi jalar Pengamatan mikroskop amilum


dengan alkohol 70% ubi jalar perbesaran 40x

Proses pemanasan amilum Proses pendinginan amilum


+ Aquadest + Aquadest

Penambahan pereaksi iodium


Hasil reaksi (+ warna biru kehitaman)

Anda mungkin juga menyukai