Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 1, Januari 2011

SISTEM SEWA TANAH DALAM UPAYA PENGHAPUSAN FEODALISME


DI JAWA ABAD XIX
( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa )
Rosalina Ginting & Agus Sutono*

ABSTRAK

Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama masa sistem sewa tanah berlaku dibawah
kekekuasaan Raffles (kolonial Inggris ) maupun Belanda dibawah para Komisaris Jenderal dan
Gubernur Jenderal Van der Capellen menunjukkan bahwa usaha untuk mengesampingkan para
bupati dan kepala-kepala desa tidak berhasil baik. Struktur feodal mau tidak mau masih terus
berjalan di masyarakat tradisional Jawa. Gengsi sosial yang tinggi para bupati dan kepala desa
dimobilisasi lagi oleh pemerintah kolonial untuk mencapai tujuan untuk mendorong petani
menanam tanaman perdagangan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut gambaran yang
didapat dari pelaksanaan sistem sewa tanah tidaklah merata. Pada satu daerah terdapat
penanaman secara bebas namun di daerah lain penanaman bebas hanyalah formalitas karena
penanamn secara paksa sejatinya masih berlangsung. Secara politik, sosial dan ekonomi sstem
tertentu telah berpengaruh pada masyarakat Jawa,
sewa tanah pada batas-batas
utamanya dalam hal penurunan atau pengalihan pengaruh bupati dan kepala desa
atas para petani. Meski begitu ikatan-ikatna tradisional yang telah lama ada
tidak mampu secar penuh menghapuskan pengaruh-pengaruh tersebut.

Kata Kunci: sewa tanah, feodalisme

A. Pendahuluan sangat penting membicarakan sejarah


Sejarah perkembangan Indonesia perkembangan kehidupan sosial dan
tidak dapat dilepaskan begitu saja politik ini melalui sistem ekonomi yang
tanpa melihat perkembangan politik dikembangkan Raffles pada masa awal
yang menyangkut kehidupan sosial abad ke 19 ini di Indonesia. Melalui
masyarakat yang menyertainya. sejarah yang panjang penguasaan
Sistem-sistem ekonomi yang ada wilayah di Indonesia oleh kolonial
dalam masa ini menjadi fondasi Belanda dan Inggris , faktor kehidupan
dasar perkembangan ekonomi dan politik dan sosial masyarakat Jawa
kehidupa sosial masyarakat Jawa mengalami pasang surut dan dinamika
pada waktu itu. Melalui sistem yang berarti.
ekonomi yang diperkenalkan oleh
Raffles yang memeiliki visi revolusi
Perancis telah memberikan pengaruh Sistem Sewa Tanah ( 1811-1830)
dalam hal paradigma yang lebih
modern dan menghapus ideologi Pada tahun 1811 Jawa diduduki
feodal yang telah mendarah daging oleh Inggris setelah kepergian Gubenur
dalam masyarakat Jawa dalam abad Jenderal Daendels dari Indonesia.
19 dan sebelumnya. . Untuk itu akan Meski singkat pendudukan Inggris yang
terjadi selama lebih kurang 5 tahun
yaitu antara tahun 1811-1816 namun
Sistem Sewa Tanah Dalam Upaya Penghapusan Feodalisme Di Jawa Abad XIX
( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa)

52
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 1, Januari 2011

dalam masa yang pendek tersebut telah Untuk memberikan kepastian


diletakkan dasar-dasar kebijakan hukum bagi para petani tersebut Raffles
ekonomi yang sangat mempengaruhi menegakkan suatu kebijakan kolonial
sifat dan arah kebijaksanaan yang baru. Kebijakan Raffles
pemerintahan kolonial Belanda yang mendasarkan pada 3 prinsip yaitu :
dalam tahun 1816 mengambil alih
kembali kekuasan dari pemerintahan 1. Segala bentuk dan jenis
kolonial Inggris. penyerahan wajib maupun
pekerjaan rodi perlu dihapuskan
Peletak dasar dari asas-asas dan kebebasan penuh diberikan
pemerintahan sementara Inggris kepada rakyat untuk
ditentukan oleh Gubernur Raffles yang menentukan jenis tanaman apa
memiliki banyak pengalaman Inggris di yang hendak ditanam tanpa
India. Raffles memiliki pandangan unsur paksaan apapun juga.
bahwa sistem ekonomi yang baik 2. Peranan para bupati sebagai
dikembangkan di Jawa adalah sistem pemungut pajak dihapuskan dan
ekonomi yang bebas dari segala unsur sebagai penggantinya mereka
paksaan yang dahulu melekat kuat dijadikan bagian yang integral
pada sistem rodi Kolonial Belanda dari pemerintahan kolonial
dalam setiap kerja samanya dengan dengan fungsi-fungsi
raja-raja dan bupati. pemerintahan yang sesuai
dengan asas-asas pemerintahan
Raffles ingin menghapuskan segala dinegara-negera Barat. Para
bentuk penyerahan wajib dan pekerjaan bupati dan kepala – kepala
rodi yang membebani rakyat, dan pemerintahan tingkat rendah
khususnya petani. Raffles ingin harus memusatkan perhatiannya
memberikan kepastian hukum dan pada proyek-proyek umum yang
kebebasan berusaha bagi kelompok dapat meningkatkan
petani . Berdasarkan hal itu pula, kesejahteraan penduduk.
sesungguhnya semangat revolusi 3. Berdasarkan anggapan bahwa
Perancis tengah dicoba jalankan di pemerintah kolonial adalah
Indonesia yang mengedepankan sikap pemilik tanah, maka para petani
kebebasan, persamaan dan persaudaraan yang menggarap tanah dianggap
dan bukan penjajahan semata-mata. sebagai penyewa. Untuk
Ia melihat bahwa sistem feodal penyewaan tersebut para petani
yang selama ini diterapkan telah diwajibkan membayar sewa
mematikan kesempatan berusaha rakyat tanah atau pajak atas pemakaian
dan petani pada umumnya. Ia tanah pemerintah. Sewa tanah
menganjurkan agar kekuasaan , inilah yang selanjutnya
khususnya hak kuasa atas tanah para dijadikan dasar kebijaksanaan
bupati atas tanah rakyat dibatasi. ekonomi pemerintahan Inggris
di bawah Raffles dan kemudian

Sistem Sewa Tanah Dalam Upaya Penghapusan Feodalisme Di Jawa Abad XIX
( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa)

53
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 1, Januari 2011

dari pemerintahan Belanda maupun di Parahyangan tidak


sampai tahun 1830 ( Sartono, dilaksanakan sistem ini mengingat
1977: 67) kepemilikan tanah yang kebanyakan
dikuasai oleh swasta. Di Parahyangan
Landelijk stetsel atau sewa tanah pemerintah kolonial keberatan untuk
ini diharapkan akan memberikan menghapus sistem tanam paksa kopi
kebebasan dan kepastian hukum bagi yang memberi keuntungan yang besar (
para petani dan merangsang mereka Sartono,1977: 68).
untuk menanam tanaman dagangan dan
juga menjamin arus pendapatan negara Karena keterbatasan waktu dan
yang mantap. biaya serta kecakapan pegawai-pegawai
kolonial pada masa itu maka sistem ini
Konsekuensi atas kebijakan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna.
dapat dikatakan sangat revolusioner jika Namun begitu pandangan-pandangan
dilihat dari hubungan antara kebijakan ini sangat mempengaruhi
pemerintah kolonial dengan rakyat penerus Rafles, bahkan pada kelompok
Indonesia dan dengan penguasa- orang-orang Belanda sekalipun.
penguasanya di lain pihak.
Penghilangan unsur paksaan atas rakyat Kebijakan Raffles diteruskan
dan digantikan dengan suatu sistem oleh pemerintahan kolonial Belanda
dimana hubungan ekonomi antara yang baru yaitu Komisaris Jenderal
pemerintah pada satu pihak dengan Elout, Buyskes dan Van de Capellen
rakyat dipihak lain didasarkan atas (1816-1819) dan kemudian di bawah
kontrak yang diadakan secara sukarela Gubernur Jenderal Van der Capellen
oleh kedua belah pihak. (1819-1826) dan Komisaris Jenderal du
Bus de Gisignies (1826-1930). Namun
Perubahan ini pada akhirnya pada masa Gubernur Jendral Van den
menjadi perubahan ekonomi dan juga Bosch tahun 1830 sistem sewa tanah
sosial budaya yang menggantikan dihapuskan dan dihidupkannya kembali
ikatan-ikatan adat tradisional dengan unsur-unsur paksaan dalam penanaman
ikatan kontrak yang belum pernah tanaman dagang dan bentuk yang lebih
dikenal sebelumnya. Dasar kehidupan keras dan efisien oleh VOC.
masarakat Jawa yang tradisional hendak
digantikan dengan dasar kehidupan Lebih jauh penyelenggaraan sistem
masyarakat seperti di Barat . Ekonomi sewa tanah didasarkan pada 3 buah
masyarakat Jawa yang tradisional dan aspek sistem yaitu :
feodal hendak diganti dengan sistem 1. Penyelenggaraan suatu sistem
ekonomi yang didasarkan atas lalu pemerintahan atas dasar sistem
lintas pertukaran yang bebas. pemerintahn yang maju dan
Sistem sewa tanah dilaksanakan modern.
tidak diseluruh pulau Jawa. Daerah- 2. Pelaksanaan pemungutan sewa
daerah di sekitar Jakarta ( Batavia) tanah

Sistem Sewa Tanah Dalam Upaya Penghapusan Feodalisme Di Jawa Abad XIX
( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa)

54
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 1, Januari 2011

3. Penanaman tanaman dagangan diperoleh tetapi menurut kebiasaan adat


untuk keperluan eksport. mereka dapat pula menuntut penyerahan
wajib hasil-hasil pertanian dan
pekerjaan dari penduduk yang tinggal di
Dalam pandangan Raffles , atas tanah itu. Di bawah Raffles
penyelenggaraan sistem pemerintahan kebiasaan ini dihapus dan para bupati
yang modern adalah pergantian kemudian mulai diberikan gaji dalam
pemerintahan-pemerintahan yang tidak bentuk uang sebagai penghargaan atas
langsung , dimana dahulu kerja dan jasa mereka. Melalui Raffles
diselenggarakan melalui raja-raja dan pula maka putuslah hubungan antara
kepala tradisional dengan suatu para bupati dan tanah, hilang pula
pemerintahan yang langsung. kewajiban rakyat untuk melakukan
Kekuasaan raja-raja tradisional dan penyerahan wajib dan pekerjaan rodi
kepala-kepala tradisional sangat untuk para bupati.
dikurangi dan bahkan sumber-sumber
penghasilan mereka yang tradisional
dihilangkan. Fungsi-fungsi pemerintah
yang mereka lakukan sampai waktu itu , Sewa (Pajak) Tanah
kemudian dilakukan oleh pegawai- Tradisi kewajiban pajak telah
pegawai Eropa, yang jumlahnya lama dimulai pada masa kolonial
bertambah banyak. Oleh Raffles belanda sebelum Raffles berkuasa.
diadakan fungsi-fungsi asisten-residen . Pajak yang diberikan rakyat pada masa
Yang bertugas untuk mendampingi dan kolonial Belanda adalah berupa pajak
mengawasi para bupati. Pengawas beras yang ditetapkan secara kolektif
penghasilan yang diperoleh dari tanah untuk seluruh desa. Kepala Desa oleh
kemudian disebut pengawas pamong Pemerintah Kolonial Belanda diberikan
praja ( Sartono,1977: 69). kekebasan untuk menentukan besaran
Pengaruh para bupati pribumi jumlah yang harus dibayar oleh masing-
semakin berkurang dari waktu ke masing petani yang sangat rawan
waktu. Ide tentang penghapusan penyimpangan dan kesewenang-
jabatan-jabatan bupati juga sangat wenangan.
meresahkan mengingat pada masa Atas dasar hal tersebut Raffles
sebelum kekuasaan Raffles bupati menentangnya dengan memberikan
memiilki gengsi dan kelas sosial yang suatu kepatian hukum yang membrikan
sangat tinggi. Pemerintah kolonial pertimbangan penetapan pajak secara
Belanda pada waktu itu memanfaatkan perorangan dengan propsorsional.
mereka sebagai bagian dari sistem Peraturan mengenai penetapan pajak
penarikan pajak dan penyerahan hasil- berupa pajak tanah yang harus dibayar
hasil pertanian maupun pekerjaan . oleh perorangan dan bukan lagi oleh
Atas jasa-jasa yang diberikan tersebut desa sebagai keseluruhan yang
maka mereka mendapatkan tanah-tanah dikeluarkan pada tahun 1814.
sebagai imbalan. Bukan saja tanah yang
Sistem Sewa Tanah Dalam Upaya Penghapusan Feodalisme Di Jawa Abad XIX
( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa)

55
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 1, Januari 2011

Pelaksanaan aturan ini ditingkat


lapangan menemui beberapa hambatan.
Tidak adanya bahan keterangan yang Kesimpulan
akurat untuk penetapan jumlah pajak Pengalaman-pengalaman yang
yang harus dibayarkan oleh orang diperoleh selama masa sistem sewa
perorang menjadi salah satu faktor tanah berlaku dibawah kekekuasaan
penting. Salah tafsir terhadap penetapan Raffles (kolonial Inggris ) maupun
jumlah pajak malahan memberikan Belanda dibawah para Komisaris
beban yang lebih berat bagi rakyat dan Jenderal dan Gubernur Jenderal Van der
justru tidak memperingan seperti apa Capellen menunjukkan bahwa usaha
yang dicita-citakan oleh Raffles untuk mengesampingkan para bupati
Pada masa kekuasaan setelah dan kepala-kepala desa tidak berhasil
tahun 1816 , kebijakan ini tidak lagi baik. Struktur feodal mau tidak mau
diterapkan oleh pemerintah Kolonial masih terus berjalan di masyarakat
Belanda yang kembali berkuasa. Asas tradisional Jawa. Gengsi sosial yang
penetapan pajak dikembalikan kepada tinggi para bupati dan kepala desa
kewajiban kolektif desa. dimobilisasi lagi oleh pemerintah
kolonial untuk mencapai tujuan untuk
mendorong petani menanam tanaman
perdagangan yang diharapkan.
Penanaman Tanaman Dagangan
untuk Eksport Berdasarkan hal tersebut
gambaran yang didapat dari
Kegiatan promosi penaman pelaksanaan sistem sewa tanah tidaklah
tanaman-tanaman perdagangan untuk merata. Pada satu daerah terdapat
eskport digalakkan oleh Rafffles penanaman secara bebas namun di
sebagai bagian dari sistem sewa tanah daerah lain penanaman bebas hanyalah
ini. Tanaman yang dicoba promosikan formalitas karena penanamn secara
meliputi tanaman kopi, gula, tebu tidak paksa sejatinya masih berlangsung.
memberikan hasil yang baik . Hal ini
disebabkan karena kurangnya Secara politik, sosial dan
pengalaman petani dalam menjual ekonomi sstem sewa tanah pada batas-
tanaman-tanaman mereka dipasaran batas tertentu telah berpengaruh pada
bebas, sehingga penjualan diserahkan masyarakat Jawa, utamanya dalam hal
kepada kepala-kepala desa mereka yang penurunan atau pengalihan pengaruh
sering disertai dengan penipuan baik bupati dan kepala desa atas para petani.
kepada si petani maupun pembeli. Hal Meski begitu ikatan-ikatna tradisional
ini membawa konsekuensi bahwa yang telah lama ada tidak mampu secar
pemerintah kolonial terpaksa campur penuh menghapuskan pengaruh-
tangan lagi dengan mengadakan lagi pengaruh tersbut.
penanaman paksa bagi tanaman-
tanaman perdagangan. Dalam hal usaha untuk
meningkatkan tingkat kemakmuran
Sistem Sewa Tanah Dalam Upaya Penghapusan Feodalisme Di Jawa Abad XIX
( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa)

56
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 1, Januari 2011

penduduk Jawa dan merangsang Sartono Kartodirdjo, 1959, Tjatatan


produksi tanaman perdagangan, sistem tentang segi-segi messianistis
ini di nilai gagal. Usaha untuk dalam Sejarah Indonesia,
mnghapuskan struktur masyarakat yang Jogjakarta.
tradisional dan memberikan kepastian
hukum yang lebih besar kepada
penduduk tidak membuahkan hasil. *) Rosalina Ginting & Agus Sutono,
Dengan demikian upaya Dosen FPIPS IKIP PGRI Semarang
perombakan sistem feodalisme pada
masyarakat jawa pada abad XIX
melalaui politik sistem sewa tanah oleh
Raffle tidak memberikan hasil yang
maksimal meskipun pengaruhya tetap
ada. Masyarakat mulai dikenalkan
dengan istem kontrak dan penghapusan
secara signifikan peran-peran pejabat
publik seperti bupati dan kepala desa
mulai melonggarakn ikatan-ikatan
anatar mereka dengan rakyat
kebanyakan. Gengsi sosial yang
tercerabut pada masa Raffles telah
memberikan pola hubungan baru yang
sedikit lebih lunak antar pejabat feodal
dengan rakyat mereka pada pihak yang
lain . Namun bagaimanapun juga
peristiwa ini menajdi bagian dari
fragmen sosio-kultural yang pernah
terjadi dalam struktur masyarakat di
Jawa.

Daftar Pustaka

Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoened


Poesponegoro, Nugroho
Notosusanto, 1977, Sejarah
Nasional Indonesia IV, Editor
F.A. Sutjipto, Balai Pustaka,
Jakarta

Burger, DH., 1957, Sejarah Ekonomis-


Sosiologis Indonesia ,
terjemahan Prof. Parjudi
Atmosudirjo, Jakarta
Sistem Sewa Tanah Dalam Upaya Penghapusan Feodalisme Di Jawa Abad XIX
( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa)

57

Anda mungkin juga menyukai