Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

BIOLOGI UMUM I
RESPON (PERILAKU) MAKHLUK HIDUP TERHADAP SUATU
STIMULAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Rheznandya Puteri Diaz (19312244001)
Rumanti Ngesti M. (19312244010)
Naili Fauziah (19312244025)

PENDIDIKAN IPA C 2019

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI TOGYAKARTA
2019
A. JUDUL
Perilaku cicak saat melakukan autotomi dan perilaku melilitya tumbuhan
telang.
B. TUJUAN
1. Mengetahui proses autotomi pada cicak.
2. Mengetahui proses melilitnya tumbuhan telang.

C. DASAR TEORI
Perilaku adalah bertindak, bereaksi, atau berfungsi dalam suatu cara
tertentu sebagai respon terhadap beberapa rangsangan (stimulus). Perilaku
dihasilkan oleh gen dan faktor-faktor lingkungan (Asri,2019:19).
Gerak pada hewan dalam menanggapi (merespon)perubahan faktor-faktor
lingkungan. Menurut Karmadibrata (2009:20) dikenal tiga macam respon
dasar hewan untuk menanggapi kondisi faktor lingkungan yaiturespon
pengaturan, penyesuaian, dan perkembangan. Ketiga macam respon itu
beroperasi menurut mekanisme sistem umpan balik negatif
(Sukarsono,2009:20).
Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap
kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan
peranan reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon
(Ginanjar,2012:21).
Perilaku pada hewan adalah seluruhnya ditentukan secara genetik, bersifat
khas, terjadi secara otomatis. Berikut merupakan perilaku hewan :
a. Taksis
Taksis adalah berbagai perilaku invertebrata dan vertebrata rendah,
berupa gerakan ditempat maupun berpindah tempat dengan jalan
berkerut, merenggang, membelokkan tubuh dan sebagainya
(Ginanjar,2012:10).
b. Refleks
Refleks merupakan gerakan otomatis yang terjadi akibat beroperasinya
mekanisme reseptor sederhana dan proporsional terhadap besarnya
stimulus. Pada hewan rendah, berbagai aktivitas penting terjadi sebagai
seurutan refleks-refleks (Ginanjar,2012:54).
c. Naluriah
Perilaku naluriah didefinisikan sebagai perilaku yang rumit, khas
spesies, terstereotipe,hereitas, dan terjadi otomatis oleh induksi
stimulus kunci atau stimulus syarat. Respon ini bersifat tidak
proporsional dengan intensitas stimulus (Sukarsono,2009:35).
Menurut Ginanjar (2012:36) makhluk hidup melakukan penyesuaian diri
terhadap lingkungan di sekitar habitat tempat hidupnya tidak terkecuali
manusia. Adaptasi yang dilakukan makhluk hidup bertujuan untuk dapat
bertahan hidup dari kondsi lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan.
a. Mimikri
Mimikri adalah teknk manipulasi warna kulit pada binatang.
b. Hibernasi
Hibernasi adalah teknk bertahan hidup pada lingkungan yang keras
dengan cara menonaktifkan dirinya.
c. Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan
salah satu bagian tubuh.
d. Estivasi
Estivasi adalah menonaktifkan dorman pada saat kondisi lingkungan
tdak bersahabat.
Setiap organisme mempunyai cara - cara tertentu menghindarkan diri dari
serangan luar atau dari musuhnya. Dalam penelitian ini kami mencoba untuk
meneliti hewan reptilia yaitu pada Cicak.
Hewan ini dapat dijumpai di berbagai habitat yang berbeda dari daerah
hutan hingga ke perumahan. Beberapa jenis yang diketahui mampu
beradaptasi di lingkungan perumahan adalah Gekko gecko, Hemidactylus
frenatus, H. garnoti, Cosymbotus platyurus dan Gehyra mutilata (Pough et al.,
1998; Zug, 1993; Mattison, 1992).

Pada umumnya anggota Familia Gekkonidae dapat dibedakan antara


individu jantan dan betina berdasarkan perbedaan morfologi yang dimiliki.
Selain itu kematangan seksual juga berhubungan erat dengan ukuran tubuh
(Goin et al., 1978). Sebagian besar anggota Familia Gekkonidae merupakan
insektivor atau hewan pemakan serangga (Mattison, 1992; Eprilurahman dan
Rohmah, 2008).

Sebagian besar dari jenis cicaksangat mudah dijumpai di sekitar tempat


aktivitas manusia. Klasifikasi dari ketujuh jenis cicak tersebut menurut De
Rooij (1915) dan Zug (1993) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Anak Filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Bangsa : Squamata
Anak Bangsa : Lacertilia
Suku : Gekkonidae
Marga : Gekko; Ptychozoon; Hemidactylus; Cyrtodactylus;
Cosymbotus; Gehyra; dan Hemiphyllodactylus
Jenis : Gekko gecko (Linnaeus, 1758)
Cyrtodactylus marmoratus (Gray, 1831)
Gehyra mutilata (Wiegman, 1834)
Cosymbotus platyurus (Schneider, 1792)
Hemidactylus frenatus (Dumeril&Bibron, 1836 Ptychozoon
kuhli Stejneger, 1902 )
Hemiphyllodactylus sp. (Bleeker, 1860)

1. Cyrtodactylus marmoratus

Individu dewasa dengan panjang SVL 5.7 – 7.6 cm. Kepala besar, pipih.
Lubang telinga oval, oblique. Sisik kepala granuler dengan tuberkel kecil, sisik
granular meluas pada bagian moncong. Tenggorokan dengan sisik granular yang
sangat kecil. Sisik labialbagian atas 9-12 buah dan labial bawah 9-10 buah. Perisai
dagu dengan dua hingga tiga pasang sisik.Bagian dorsal tertutup dengan sisik
granular kecil, bercampur dengan sedang, bulat, berlunas lemah. Sisik ventral
kecil, halus, cycloid, saling tumpang tindih berjumlah 33-40. Jantan dengan 12-15
praeanal pores yang tersusun berbentuk ^ dan femoral pores berjumlah 7-8 buah
pada tiap tungkai. Ekor panjang, meruncing ke bagian ujung posterior, tertutup
dengan sisik pipih seragam. Ekor dengan corak anuli coklat tua, sedangkan pada
ekor baru anuli akan hilang dan kadang digantikan oleh garis hitam. Warna tubuh
coklat muda di bagian dorsal, dengan bintik coklat gelap sepanjang tubuh,
kadangkadang membentuk corak silang. Terdapat beberapa pola corak pada
sampel yang ditemukan di D.I.Y. Kepala dengan corak hitam tak beraturan;
goresan warna hitam di bagian temporal. Corak bagian ventral kuning keputihan.
Jari kaki tidak memiliki lamela namun berupa jari langsing yang berbentuk seperti
busur panah dengan cakar di setiap ujung jari (Gray, 1831).

Gambar 1. Cyrtodactylus marmoratus (Foto: Eprilurahman, 2008)


2. Gehyra mutilata
Jantan dewasa dengan panjang SVL 4.2 cm. Kepala lebih panjang daripada
lebar tubuhnya. Lubang telinga sedang atau lebar, semi oval. Sisik labial atas 8-11
dan labial bawah 6-9. Dorsal dan tenggorokan tertutup oleh sisik granuler kecil,
lebih lebar dan pipih di bagian punggung. Sisik ventral luas dan tumpang tindih.
Ekor gilig tebal meruncing, tertutup oleh sisik pipih. Ventral dengan sisik pipih
yang luas, memanjang di bagian tengah. Warna dorsal keabu-abuan, coklat muda
hingga coklat tua atau bervariasi dengan coklat lebih tua. Kadang kadang dengan
bintik putih di bagian punggung. Bagian ventral berwarna putih kotor. Jantan
dewasa dengan femoral pores berjumlah 17-19 buah di tiap tungkai belakang. Ibu
jari mereduksi tanpa cakar (Wiegman, 1834).

Gambar 2. Gehyra mutilata (Foto: Eprilurahman, 2008)

3. Cosymbotus platyurus

Panjang SVL berkisar antara 4 - 6.3 cm. Kepala dengan moncong lebih
panjang dari jarak mata ke lubang telinga. Lubang telinga kecil, oval, dan oblique.
Rostral berbentuk persegi dan sedikit bersudut. Nostril berbatasan dengan rostral,
sisik labial atas pertama dan tiga sisik nasal. Sisik labial atas 9-11 dan labial
bawah 7-8. Bagian mental lebar dengan sisik triangular atau pentagonal dengan
jumlah dua pasang. Sisik mental bagian tengah lebar sedangkan bagian posterior
lebih kecil. Tubuh pipih dorsoventral dengan sisik kecil pada bagian dorsal dan
melebar di bagian kepala. C. platyurus memiliki pelebaran kulit dari aksila hingga
pangkal tungkai belakang. Di bagian posterior tungkai belakang (femur) juga
terdapat pelebaran kulit. Sisik ventral sikloid tumpang tindih. Jantan dengan
femoral pores berjumlah 34-39 memanjang tanpa terputus. Ekor pipih dengan sisi
yang tajam tertutup oleh sisik kecil seragam. Bagian ventral ekor memiliki sisi
transversal. Tungkai dengan selaput hingga setengah bagian jari. Warna tubuh
pada umumnya coklat abu-abu dengan corak marmer yang bervariasi dariterang
hingga gelap di bagian dorsal.
Sedangkan bagian ventral cenderung lebih terang dengan warna kekuningan.
Selain itu C. platyurus juga memiliki corak hitam memanjang dari mata hingga ke
pangkal tungkai depan (Schneider, 1792).

Gambar 3. Cosymbotus platyurus (Foto: Eprilurahman, 2008)

. 4. Hemidactylus frenatus

Panjang SVL individu dewasa berkisar antara 4.18 – 5.66 cm. Kepala
lebih panjang daripada jarak mata hingga lubang telinga. Lubang telinga kecil,
membulat. Kepala tertutup sisik granuler yang melebar di bagian moncong.
Rostral kuadranguler, berbatasan langsung dengan nostril. Sisik labial atas 10 – 12
buah dan labial bawah 8-10 buah. Sisik mental triangular atau pentagonal
berjumlah dua hingga tiga pasang. Tubuh bagian dorsal tertutup sisik granuler
kecil berukuran lebih kecil dari lubang telinga. Sisik ventral sikloid tumpang
tindih. Jantan dengan femoral pores berjumlah 24-34 tanpa terputus. Ekor silindris
memanjang dengan ujung runcing. Bagian tepi ekor terdapat 6 buah tuberkel
longitudinal memanjang ke belakang. Bagian ventral ekor tertutup sisik
transversal. Jari memipih dengan pelebaran bagian ujung yang terdiri atas
beberapa lamela. Cakar melekat di bagian tengah jari. Warna tubuh bagian dorsal
coklat kemerahan (pink), kadang dengan beberapa corak gelap. Bagian kepala
terdapat corak coklat gelap memanjang dari bagian lateral hingga tubuh. Bagian
ventral lebih pucat dengan titik coklat di bagian sisiknya (Duméril &
Bibron,1836).
Gambar 4. Hemidactylus frenatus (Foto: Eprilurahman, 2008)

5. Gekko gecko

Panjang SVL 11.35 – 16.2 cm. Kepala lebar, sebanding dengan dua kali
jarak moncong hingga ke mata dan mata ke lubang telinga. Moncong triangular,
tumpul, lebih panjang daripada diameter mata. Lubang telinga kecil, oblique,
diameter vertikal setengah dari diameter mata. Kepala tertutup sisik poligonal.
Bagian rostral lebar, dengan lebar dua kali tingginya. Nostril dibatasi oleh lima
hingga enam sisik nasal. Sisik labial atas berjumlah 12-15 dan labial bawah 10-13.
Bagian mental terdapat sisik yang lebih kecil daripada sisik labial, seragam dan
berjumlah 4 hingga 5 pasang. Bagian dorsal dengan sisik kasar yang pipih dan
biasanya terdapat 12 sisik granuler besar di sepanjang bagian dorsal. Sisik ventral
pipih melebar dan tumpang tindih. Jantan dengan 13 praeanal pores dalam
susunan pendek.Ekor silindris, meruncing dengan pola cincin tertutup sisik
granuler halus. Tiap cincin terdapat 5-6 baris sisik di bagian dorsal dan 3 di
ventral. Sedangkan bagian dorsal terdapat sisik yang lebih kasar sebanyak 6 buah
secara longitudinal. Tungkai dengan lamela yang menyatu (tanpa pemisah) di tiap
jarinya. Warna biasanya dengan dasar abu-abu dengan corak terang dari oranye
sampai merah. Ekor dengan pola cincin. Ekor baru dengan warna abuabu polos
tanpa corak cincin. Bagian ventral lebih terang, biasanya abu-abu muda
(Linnaeus, 1758).
Gambar 5. Gekko gecko (Foto: Eprilurahman, 2008)

6. Ptychozoon kuhli

Panjang SVL 8 - 9.8 cm. Kepala pipih berbentuk bulat telur dengan
moncong lebih panjang daripada jarak antara mata dengan lubang telinga. Lubang
telinga lebar dan membulat. Sisik yang cukup besar membentuk kulit yang
melebar terdapat diantara lubang telinga hingga bagian leher. Sisik kepala kecil,
rostral sangat besar, kuadranguler. Terdapat dua pasang sisik supranasal dengan
bagian yang dekat dengan rostral berukuran lebih besar. Sisik labial atas 10 – 15
buah dan labial bawah 10-12 buah. Bagian mental triangular dengan tiga atau
empat sisik mental di masing-masing sisi, bagian tengah memanjang. Tubuh
sangat pipih dengan sisik granuler kecil dan beberapa tuberkel yang melebar.
Jantan dengan 20-22 praeanal pores tersusun melengkung. Ekor panjang dan pipih
dengan lembaran kulit. Tungkai kuat dengan pelebaran selaput jari. Warna tubuh
abu-abu hingga coklat kemerahan dengan corak hitam di bagian dorsal. Warna
coklat gelap terdapat di sepanjang mata hingga corak hitam pertama (bagian
belakang tungkai depan). Bagian ventral lebih terang dengan warna kekuningan
(Stejneger, 1902).
Gambar 6. Ptychozoon kuhli (Foto: Eprilurahman, 2008)

7. Hemiphyllodactylus sp.

Deskripsi dilakukan berdasarkan foto. Jari langsing dengan bagian basal


silindris. Jari dengan bagian ujung terpisah menjad dua buah lamela yang
menyatu, dipisahkan oleh alur median. Bagian ibu jari mereduksi. Tubuh langsing
memanjang dengan sisik kecil. Pupil vertikal. Kepala lebih panjang daripada lebar
tubuhnya, berbentuk bulat telur. Moncong dengan panjang sama dengan jarak
mata hingga lubang telinga. Lubang telinga sangat kecil, oval, oblique. Tungkai
langsing dan panjang. Warna tubuh bagian dorsal coklat dengan corak marmer,
terdapat corak hitam dari moncong hingga ke tungkai depan. Ekor coklat muda
dengan bintik putih memanjang. Bagian ventral tubuh lebih terang dengan
bintikbintik coklat memanjang (Bleeker, 1860).
Gambar 7. Hemiphyllodactylus sp. (Foto: Jati, 2008)

Cicak merupakan salah satu anggota Lacertilia yang mempunyai


kemampuan autotomi dan regenerasi ekor sehingga sangat menarik untuk
diteliti. Setelah peristiwa autotomi ekor akan terjadi proses regenerasi
sehingga tumbuh ekor baru yang bentuk dan ukurannya hampir sama dengan
ekor semula. Perbedaan ekor asli dengan hasil regenerasi terutama terletak
pada struktur vertebrata dan medulla spinalis (Balinsky, 1982).

Ekor yang mengalami regenerasi tidak disokong oleh deretan vertebra


seperti halnya ekor asli, oleh bangunan berbentuk pipa memanjang tersusun
atas tulang rawan. Pada ekor yang regenerasi medulla spinalistidak sempurna
karena hanya tersusun atas sel - sel epindima sel - sel glia dan serabut - serabut
syaraf tanpa badan sel syaraf. Lapisan epindema merupakan deretan sel - sel
ependima yang melapisi canalis centralis medulla spinalis (Simpson, 1970).

Autotomi adalah suatu sistem yang digunakan oleh suatu makhluk hidup
sebagai suatu sistem pertahanan terhadap perlawanan lawan atau mangsa.
Autotomi juga dapat berarti suatu kemampuan pada hewan untuk melepaskan
salah satu bagian tubuhnya demi mempertahankan diri (Sukarsono,2009:38).

Saat terjebak dengan musuh, otak akan merasa stress dan tegang. Perasaan
stress akan memicu cicak untuk memutuskan ekornya. Saat memutuskan
ekornya cicak akan mengeluarkan darah. Namun, luka tersebut akan membaik
dan membentuk ekor baru (Sukarsono,2009:38).
Proses autotomi terjadi secara spontan dan pada ekor yang putus tidak
terlihat adanya bekas kerusakan, walaupun ekor sebenarnya tersusun atas
jaringan-jaringan yang tidak sama konsistensinya. Putusnya ekor terjadi pada
tempat - tempat tertentu yang disebut dataran autotomi yaitu dataran retakan
yang terletak melintang pada ekor. Bila putusnya ekor terjadi bukan pada
dataran autotomi, maka regenerasi akan terhambat bahkan regenerasi akan
berhenti sama sekali (Bustard, 1998; Pratt, 1946).

Proses regenerasi dimulai dengan penutupan luka oleh epitheliocyti kulit


yang bergerak meluas masuk ke bagian luka yaitu di antara koagulat darah
yang menutupi luka dan textus connectivus di dekatnya. Peluasan epitheliocyti
ini disebabkan oleh gerakan ameboid cellulae tersebut dan bukan oleh
priliferasi bagian tepi luka, karena pada saat itu tidak dijumpai mitosis pada
epitheliocyti kulit (Balinsky, 1970).

Gerak pada tumbuhan merupakan suatu resapan terhadap rangsangan


(stimulus) baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu. Gerak pada
tumbuhan terjadi karena tekanan tugor, tumbuh atau pndah tempat disebabkan
karena adanya rangsangan (Dwijosaputra,2009:42).

Menurut Dwijosaputra (2009:17)ada beberapagerak pada tumbuhan,


yakni:

a. Gerak Endonom
Gerak yang terjadi disebabkan oleh ragsangan yang berasal dari
tumbuhan itu sendiri.
b. Gerak Etinom
Gerak yang terjadi disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari
luar tumbuhan.
1. Gerak Taksis
Gerak pada bagian tumbuhan yang arah geraknya
dipengaruhi rangsangan.
2. Gerak tropis
Gerak pada bagian tumbuhan yang arah geraknya
dipengaruhi arah datangnya rangsangan.
3. Gerak nasti
Gerak pada tumbuhan yang arahnya tidak dipengaruhi oleh
arah datangnya rangsang, tetapi ditentukan oleh tumbuhan itu
sendiri.
Tanaman merambat adalah tanaman yag mempunyai kemampuan,
merambat atau melilitkan atau menempelkan batangnya pada bidang tertentu.
Tanaman ini memanjat dengan bantuan akar lekat dan sulur serta membelitkan
batangnya. Tanaman rambat mampu memberi kasentuasi sendiri, baik yang
berbungan maupun yang tidak berbunga (Don WK dkk,2000).

Tanana merambat /climbing plant termasuk jenis tanaman berbatang yang


tumbuh memanjat rambatan atau menjalar di materi/ media yang ada di dekatnya.
Jenis tanaman merambat ada dua macam yaitu ada yang merambat sendiri dan ada
yang perlu dirambatkan. Jenis yang merambat sendiri misalnya Setanot,
Passiflora, Mucuna, dan Thumbergia dan sebagainya. Tanaman yang erlu
dirambatkan misalnya Bugenville, Pyrostegra, dan Alamanda (Bayu Ismaya dan
Desi Saraswati,2006:29).

Setiap organisme mempunyai cara - cara tertentu merambatkan diri


terhaap medianya. Dalam penelitian ini kami mencoba untuk meneliti tanaman
telang.
Bunga telang (Clitoria ternatea) adalah tumbuhan merambat yang biasa
ditemukan di pekarangan atau tepi hutan. Tumbuhan anggota suku polong-
polongan ini berasal dari Asia tropis, namun sekarang telah menyebar ke seluruh
daerah tropika. Sejak dulu tumbuhan ini ditanam di pekarangan sebagai tanaman
hias. Bunga telang (Clitoria ternatea) termasuk dalam suku Papilionaceae atau
Febaceae (polong-polongan). Bunga ini memiliki nama yang beraneka ragam
pada setiap daerah di Indonesia, seperti di daerah Sumatera disebut bunga biru,
bunga kelentit, bunga telang, di Jawa disebut kembang teleng, menteleng, di
Sulawesi disebut bunga talang, bunga temen raleng, dan di Maluku disebut bisi,
seyamagulele (Kamilla et, all. 2009 : 731).

Adapun taksonomi tumbuhan telang dikutip dari Manjula (2013) adalah


sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Infrodivisi : Angiospermae
Kelas : Mangnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabacea
Genus : Clitoria L
Spesies : Clitoria ternatea
Bunga telang (Clitoria ternatea), sering disebut juga sebagai butterfly pea
merupakan bunga yang khas dengan kelopak tunggal berwarna ungu. Tanaman
telang dikenali sebagai tumbuhan merambat yang sering ditemukan di
pekarangan atau tepi persawahan/perkebunan. Dilihat dari bijinya yang serupa
dengan kacang hijau, tumbuhan ini termasuk suku polong-polongan. Selain bunga
ungu, bunga telang juga dapat ditemui dengan warna pink, biru muda dan putih
(Kazuma dkk. 2003 : 1133).
Bunga telang termasuk tumbuhan monokotil dan mempunyai bunga yang
berwarna biru, putih dan coklat. Bunga telang merupakan bunga berkelamin dua
(hermaphroditus) karena memiliki benang sari (alat kelamin jantan) dan putik
(alat kelamin betina) sehingga sering disebut dengan bunga sempurna atau bunga
lengkap. Daun bunga telang termasuk daun tidak lengkap karena tidak memiliki
upih daun, hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helai daun (lamina). Akar
pada tumbuhan bunga telang termasuk akar tunggang dan warnanya putih kotor.
Bagian-bagian dari akar bunga telang yaitu leher akar (Colum radisi), batang akar
atau akar utama (Corpus radisi), ujung akar (Apeks radisi), serabut akar (Fibrila
radicalis). Biji bunga telang berbentuk seperti ginjal, pada saat masih muda
berwarna hijau, setelah tua bijinya berwarna hitam (Hussain dan Devi, 1998:162).
Bunga telang dapat beradaptasi dengan baik pada kisaran tanah berpasir,
tahan terhadap kekeringan dengan curah hujan 500-900 mm, salinitas dan mampu
berkompetisi dengan baik terhadap gulma. Sebagai tanaman penutup tanah, bunga
telang (Clitoria ternatea) mampu menutup tanah dengan baik pada umur 4 – 6
minggu setelah tanam. Tumbuh baik bersama rumput-rumputan yang tinggi
seperti rumput Guinea dan rumput gajah. Pertumbuhan bunga telang terbaik di
bawah sinar matahari penuh. Bunga telang mampu beradaptasi terhadap lahan
yang luas. Bunga telang adalah salah satu dari sebagian kecil kacang polong yang
dengan baik dapat menyesuaikan diri pada tanah liat di daerah lembab.
Kebutuhan curah hujan tahunan untuk dapat bertahan serendah-rendahnya
400 mm. Habitat bunga telang adalah tumbuhan tropika dataran rendah lembab
dan agak lembab (Manjula, 2013).
D. METODOLOGI PERCOBAAN

Cicak
1. hari, tanggal :
waktu :
tempat :
2. Alat dan bahan
 Kamera
 Alat tulis
 Cicak
3. Prosedur percobaan

Menyiapkan alat dan bahan.

Menangkap cicak.

Memempatkan cicak pada wadah.

Memberikan perlakuan yang menyebabkan cicak terganggu.

Mengamati reaksi yang dilakukan cicak.


Telang
1. hari, tanggal :
waktu :
tempat :
2. Alat dan bahan
 Kamera
 Alat tulis
 Tumbuhan telang
3. Prosedur percobaan

Menyiapkan alat dan bahan.

Menentukan tanaman telang.

Memberikan perlakuan pada salah satu tanaman yaitu


memberikan kayu dan membantu melilitkan.

Mengamati proses melilitnya tumbuhan telang.

Membandingkan dengan tumbuhan telang yang tidak


diberikan perlakuan.
E. DATA HASIL
F. PEMBAHASAN
G. DAFTAR PUSTAKA
Asri. 2019. Petunjuk praktikum BIOLOGI UMUM I. Universitas Negeri
Yogyakarta : FMIPA UNY.
Balinsky, B. I. 1970. An Introduction to Embryology. 3Ed. W.B. Saunders Co.
Philadelphia.

L. Kamilla, a S.M. Mnsor, a S. Ramanathan,a and S. Sasidharan. 2009.


Antimicrobial Activity of Clitoria ternatea (L.) Extracts. Pharmacologyonline 1:
731-738.
Manjula, P. Ch. Mohan, D. Sreekanth, B. Keerthi And B. Prathibha Devi,
Phytochemical Analysis Of Clitoria Ternatea Linn., A Valuable Medicinal Plant,
J. Indian Bot. Soc. Vol. 92 (3&4) 2013: 173-178.
Hussain S and Devi KS. 1998 . Fatty Acids Compopsition Oft Three Plant
Species: Clitoria ternatea, Mandulea suberosa and Ruta chalapensis. J. Oil Tech.
Assoc. India. 1998 :30; 162-164.
Kazuma K, Noda N, Suzuki M.. (2003). Flavonoid composition related to petal
color in different lines of Clitoria ternatea. Phytochem.64(6):1133-1139.

Anda mungkin juga menyukai