Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Mengkafani Jenazah/Mayit
DOSEN PENGAMPU: Drs.Zahiruddin,MA.

Disusun Oleh:
Cintia
NIM: P07524419011

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


T.A. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Mengkafani Jenazah”.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dan teman-teman yang telah mendukung saya dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun dalam
penyajiannya. Sebagai penulis saya juga mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Dan saya berharap semoga makalah ini dapat
berguna bagi kita semua.

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang .............................................................................................................. 1
1.2 TujuanMakalah ............................................................................................................ 1

BAII PEMBAHASAN
2.1 Pengertian mengkafani jenazah…………………………............................................ 2
2.2 Hukum mengkafani jenazah…………………………………………………………. 2
2.3 Kriteria kain kafan………………………………………………………………….... 3
2.4 Tata cara mengkafani jenazah laki-laki………………………………………….…... 5
2.5 Tata cara mengkafani jenazah wanita………………………………………………... 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 10
3.2 Saran ………………………………………………………………………………... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hal yang menyebabkan mengkafani jenazah menjadi bidang kajian agama yang
tidak lain karena perawatan jenazah adalah pengurusan jenazah seorang
muslim/muslimah dengan cara memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkannya. Hukum melaksanakan pengurusan jenazah seorang
muslim/muslimah dengan cara-cara tertentu adalah fardu kifayah bagi orang-orang
islam yang masih hidup. Artinya, berdosa jika tidak ada seorang pun yang
mengerjakannya.Karena itu setiap muslim/muslimah hendaknya mempelajari serta
memahami tata cara pengurusan jenazah dengan sebaik-baik nya.

1.2 Tujuan Makalah


1. Dapat mengetahui pengertian dan hukum mengkafani jenazah.
2. Dapat mengetahui tata cara mengkafani jenazah laki-laki dan perempuan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah maksudnya membungkus jenazah dengan kain kafan. Hukum


mengkafani jenazah ialah fardhu kifayah bagi orang-orang islam yang masih hidup.
Kain kafan di peroleh dengan cara yang halal, yakni diambil dari harta peninggalan
jenazah, jika jenazah meninggalkan harta.
Kalau jenazah tidak meninggalkan harta, maka yang wajib menyediakan kain kafan
adalah keluarga terdekatnya (orang yang wajib memberi nafkah jenazah di masa
hidupnya). Kalau keluarga terdekatnya tidak ada/tidak mampu maka untuk membeli
kain kafan itu diambil dari baitul mal .Jika baitul mal tidak ada, yang wajib
menyediakan kain kafan itu adalah orang islam yang mampu.
Kain kafan hendaknya kain yang bersih, berwarna putih dan sederhana yakni tidak
mahal harganya dan tidak pula terlalu murah. Dalam hal ini rassulullah SAW
bersabda: Artinya: ”Berpakaian lah kamu dengan pakaian mu yang berwarna putih,
karena pakaian putih itu merupakan pakaian terbaikmu dan kafanilah mayat kamu
dengan kain putih itu.” (HR.Tirmizi). Rasulullah SAW juga bersabda,
“janganlah kamu berlebih-lebihan memilih kain yang mahal-mahal untuk kafan,
karena sesungguhnya kain kafan itu akan segera hancur,”

2.2 Hukum mengkafani Jenazah

Hukum mengkafani jenazah atau mayit ialah fardlu kifayah. Mengkafani mayit berarti
membungkus mayit dengan selembar kain yang biasanya berwarna putih, setelah
mayit selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur. Berdasarkan
hadits dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu tentang orang yang meninggal
karena jatuh dari untanya, di dalam hadits tersebut Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
‫ وك َِفنُوهُ في ث َ ْوبَ ْي ِن‬، ‫سد ٍْر‬
ِ ‫بماء و‬
ٍ ِ ‫ا ْغ‬
ُ‫سلوه‬
“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis
kain” (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206).

Mengkafani mayit sebenarnya sudah cukup dengan satu lembar kain saja yang
dapat menutup seluruh tubuh si mayit. Namun kalau memungkinkan, hendaknya
mengkafani dilakukan dengan sebaik-baiknya. Karena itu dalam mengkafani mayit
sebaiknya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah SAW. sebagai berikut:
1.Kafanilah mayat dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW. bersabda: “Apabila
salah seorang dari kamu mengkafani saudaranya, maka hendaklah ia
mengkafaninya dengan baik” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud dari Jabir).
2.Pakailah kain kafan yang berwarna putih.
3.Kafanilah mayat laki-laki dengan tiga lapis dan mayat perempuan dengan lima
lapis. Lima lapis ini terdiri dari sarung, baju kurung, kerudung, lalu pembungkus dan
kemudian dibungkus satu lapis lagi.
4. Lulurlah mayat dengan semacam cendana, yaitu wangi-wangian yang biasa untuk
mayat, kecuali orang yang meninggal dalam keadaan ihram, Karena
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ فإ َّن هللاَ ي ْبعَثُهُ يو َم القيام ِة يُلَبِي‬، ُ‫سه‬ ُ ِ‫وال ت ُ َحن‬


َ ‫ وال ت ُ َخ ِمروا رأ‬، ُ‫طوه‬
“Jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no.
1849, Muslim no. 1206).

2.3 Kriteria kain kafan

1. Kain kafan untuk mengkafani mayit lebih utama diambilkan dari harta mayit.
Dan semua biaya pengurusan jenazah lebih didahulukan untuk diambil dari
harta mayit, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫َوك َِفنُ ْوهُ فِي ث َ ْوبَ ْي ِه‬
“Kafanilah dia dengan dua bajunya”. Artinya, dari kain yang diambil dari hartanya.

2. Memakai kain kafan berwarna putih hukumnya sunnah, tidak wajib.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ِ ‫وكفنوا فيها موتاكم فإنَّها ِمن‬


‫خير ثيابِكم‬ ِ ‫البياض‬
َ ‫البَسوا ِمن ثيابِكم‬
“Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah mayit dengan kain warna
putih. Karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian” (HR. Abu Daud no. 3878,
Tirmidzi no. 994, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.1236).

3. Disunnahkan menggunakan tiga helai kain putih.

Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha ia berkata:

، ‫بيض سحولي ٍة‬


ٍ ‫ب‬ ِ ‫هللا صلَّى هللاُ علي ِه وسلَّ َم في ثال‬
ٍ ‫ث أثوا‬ ِ ‫ك ُِف َن رسو ُل‬
ٌ‫قميص وال عمامة‬
ٌ ‫ ليس فيها‬. ‫ف‬ َ ‫س‬
ُ ‫من ك ُْر‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dikafankan dengan 3 helai kain putih
sahuliyah dari Kursuf, tanpa gamis dan tanpa imamah” (HR. Muslim no. 941).

4. Kafan mayit laki-laki dan perempuan

Ulama berpendapat disunnahkan wanita menggunakan 5 helai kain kafan. Namun


hadits tentang hal ini lemah. Maka dalam hal ini perkaranya longgar, boleh hanya
dengan 3 helai, namun 5 helai juga lebih utama.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:

‫ إال أن في إسناده‬، ‫وقد جاء في جعل كفن المرأة خمسة أثواب حديث مرفوع‬
‫ إن المرأة تكفن فيما‬: ‫ ولهذا قال بعض العلماء‬، ً ‫نظرا ً ؛ ألن فيه راويا ً مجهوال‬
‫ في ثالثة أثواب يلف بعضها على بعض‬: ‫ أي‬، ‫يكفن به الرجل‬

“Dalam hal ini telah ada hadits marfu’ (kafan seorang wanita adalah lima helai
kain). Akan tetapi, di dalamnya ada seorang rawi yang majhul (tidak dikenal). Oleh
karena itu, sebagian ulama berkata: “Seorang wanita dikafani seperti seorang
lelaki. Yaitu tiga helai kain, satu kain diikatkan di atas yang lain.” (Asy Syarhul
Mumti’, 5/393).

6. Tidak diharuskan kain kafan dari bahan tertentu

Tidak ada ketentuan jenis bahan tertentu untuk kain kafan. Yang jelas kain
tersebut harus bisa menutupi mayit dengan bagus dan tidak tipis sehingga
menampakkan kulitnya.

Wewangian untuk kain kafan

Disunnahkan memberi wewangian pada kain kafan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda:

‫إِذَا َج َّم ْرت ُ ُم ا ْل َميِتَ فَ َج ِم ُر ْوهُ ثَالَثًا‬


“Apabila kalian memberi wewangian kepada mayit, maka berikanlah tiga kali” (HR
Ahmad no. 14580, dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz no. 84).

2.4 Tata cara mengkafani jenazah laki-laki


Jenazah laki-laki dibalut dengan tiga lapisan kain kafan.Berdasarkan dengan
hadist.Rasulullah SAW. dikafani dengan tiga helai kain sahuliyah yang putih bersih
dari kapas,tanpa ada baju dan serban padanya,beliau di balut dengan 3 helai kain
tersebut.
a.Persiapan dan perlengkapan yang akan dilakukan untuk mengkafani jenazah
adalah: :
1.Kain untuk mengkafani secukupnya dan diutamakan yang berwarna putih.
2.Kain kafan untuk jenazah laki-laki terdiri dari tiga lembar.
3.sebaiknya di siapkan perlengkapan sebagai berikut:
a).Tali sejumlah 3,5,7,atau 9 antara lain untuk ujung kepala,leher,pinggang/pada
lengan tangan,perut ,lutut,pergelangan kaki dan ujung kaki.
b).Kapas secukupnya.
c).Kapur barus atau pewangi secukupnya.
d).Meletakkan kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang disediakan
e).Untuk jenazah perempuan,aturlah kerudung atau mukena, baju dan kain
basahan sesuai dengan letaknnya.
Setelah perlengkapan disediakan, maka dilakukan dengan mengkafani jenazah
dengan urutan sebagai berikut :
1.Pada waktu hendak menkafani dipasang lebih dahulu tirai (pendinding) supaya
jenazah itu tidak sampai dilihat orang lain/selain orang yang mengkafani
2.Kain kafan telah dihamparkan dengan letak sebagai berikut:

a).Kain kafan di letakkan pada urutan yang paling bawah yang telah di taburi dengan
wangi-wangian seperti kapur barus.Dibawah kain kafan di letakkan tiga/lima buah
tali yang diambil dari pinggiran kain kafan .Cara meletakkan nya,satu helai di ujung
kepala,satu helai di pinggang dan satu helai di ujung kaki.Kedua tangan nya di
letakan di dadanya seperti ketika melaksanakan shalat.

b).Jenazah di letakkan membujur di atas kain kafan dalam keadaan tertutup


selubung kain.

c).Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat tetap tertutup.

d).Jika diperlukan,tutuplah dengan kapas lubang-lubang yang mengeluarkan cairan.


3.Bagi jenazah lali-laki ditutup dengan tiga lapis kain secara rapi dan di ikat dengan
simpul di sebelah kiri.

4.Bagi jenazah yang berambut panjang (perempuan) hendaklah rambutnya di


kepang jika memungkinkan.

5.Bagi jenazah perempuan,kenakan (pakaian) lima lapis kain yaitu :kerudung,untuk


ktpala,baju kurung,kain basahan penutup aurat dan dua lembar kain penutup secara
rapi serta di ikat dengan simpul de sebelah kiri.

6.Setelah tutup kepala,baju (bagi wanita) dan kain kapas di pakaikan,maka kain
kafan di gulung dengan cara memepertemukan ujung kaki sebelah kanan dan kiri
satu-persatu,sejak dari leher sampai ke kakikemudian di ikat dengan talt yang telah
diletakkan terlebih dahulu di bawah bagian kafan yaitu di ujung sebelah kaki dan
pinggang,sedangkan yang sebelah atas masih terbuka sambil menanti kerabatnya
ziarah terakhir.setelah kerabat dan keluarga nya selesai berziarah maka di
sempurnakan gulungan nya. Kemudian di ikat di ujung sebelah atas.Dan
pertemuan ikatan itu sebaiknya di buat sebelah kiri jenazah.

A.Cara memakaikan kain penutup auratnya:

1.Pindahkan jenazah kemudian bubuhi tubuh mayit dengan wangi-wangian atau


sejenisnya.bubuhi anggota-anggota sujud.

2.Sediakan kapas yang di beri wewangian dan di letakkan di lipatan-lipatan tubuh


seperti ketiak dan yang lainnya.

3.Letakkan kedua tangan sejajar dengan sisi tubuh.Lalu ikatlah kain penutup
sebagaimana memopok bayi dimulai dari sebelah kanan dan ikatlah dengan baik.
B.Cara Membalut Kain Kafan

1.Memulai dengan melipat lembaran pertama kain kafan sebelah kanan,balutlah


dari kepala sampai kaki.

2.Demikian lakukan dengan lembaran kain kafan yang kedua dan yang ketiga.
C.Cara mengikat tali pengikat

1.Mulailah dengan mengikat talibagian atas kepala mayit dan sisa kain bagian
atas yang lebih itu dilihat kewajahnya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri.
2.Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki dan sisa kain kafanbagian baih yang
lebih itu dilipat kekakinya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri.
3.Setelah itu iktalah kelima tali yang lain dengan jarak yang sama rata.Perlu
diperhatikan,mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan usahakan
ikatannya terletak disisi sebelah kiri tubuh,agar mudah di buka ketika jenazah
dibaringkan kesisi sebelah kanan dalam kubur.

2.5 Tata Cara Mengikat Jenazah Wanita

Jenazah wanita di balut dengan lima helai kain kafan. Terdiri dari : Dua helai
kain,sebuah baju kurung dan selembar sarung beserta kerudungnya.Jika ukuran
lebar tubuhnya 50 cm dan tingginya 150 cm.Maka lebar kain kafan nya 150 cm
dan panjang nya 150 cm di tambah 50 cm.Adapun panjang tali pengikatnya
adalah 150 cm,di sediakan sebanyak tujuh utas tali,kemudian di pintal dan
diletakkan sama rata di ats usungan jenazah.Kemudian dua kain kafan tersebut
diletakkan sama rata di atas tali tersebut dengan menyisakan lebih panjang di
atas kepala.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Jadi,tata cara mengkafani jenazah harus dilakukan dengan benar dan tepat sesuai
anjuran dan syari’at agama islam. Mengkafani jenazah hukum nya fardhu kifayah.
Dari penjelasan di atas berbeda dengan anak yang masih berusia dibawah tujuh
tahun baik untuk laki-laki maupun perempuan.

1.Cara mengkafani anak laki-laki yang berusia di bawah tujuh tahun adalah
membalutnya dengan sepotong baju yang dapat menutup seluruh tubuhnya atau
membalutnya dengan tiga helai.

2.cara mengkafani anak perempuan yang berusia di bawah tujuh tahun adalah
dengan membalutnya dengan sepotong baju kurung dan dua helai kain.

3.2.Saran
Makalah yang saya buat belum sempurna sesuai yang diharapkan. Masih terdapat
banyak kekurangan maupun kesalahan. Karena,saya hanya manusia biasa yang
tidak luput dari khilaf/kesalahan,kelebihan itu hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala
semata. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atau
pembaca demi perbaikan di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai