Anda di halaman 1dari 21

I.

Judul : Metode Pemilihan Supplier Sayur mayur di Supermarket dengan


Metode AHP
II. Latar Belakang
Dalam kompetisi bisnis pasar swalayan pada saat ini, pemasok dipandang
sebagai sumber daya yang kritis bagi perusahaan. Persaingan yang semakin
ketat menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi agar dapat
meningkatkan pelayanannya untuk menarik lebih banyak konsumen sehingga
meningkatkan volume penjualan.

Selama ini pemilihan pemasok agak sulit dilakukan karena semua


pemasok belum mampu untuk memenuhi semua kriteria yang ditetapkan
pihak perusahaan; adakalanya suatu pemasok mempunyai kinerja yang
baik dalam hal proses pengirimannya, tetapi di sisi lain kurang dalam hal
kualitas dibandingkan dengan pemasok lain dan sebaliknya. Untuk itu,
perlu dikembangkan metode penilaian untuk melakukan seleksi dan
evaluasi terhadap kinerja pemasok terutama untuk pemasok sayuran agar
dapat dilakukan secara lebih terstruktur dan transparan, sehingga para
pemasok dapat memahami dasar pemilihannya dan merasa diperlakukan
dengan adil.
Sistem evaluasi yang diusulkan adalah terlebih dahulu menetapkan
kriteria-kriteria yang dianggap penting dalam penilaian kinerja pemasok,
kemudian digunakan penggabungan metode AHP dan PROMETHEE
sebagai pendukung model pengambilan keputusan dalam penetapan
prioritas suatu sistem penilaian (seleksi dan evaluasi) kinerja pemasok.
Metode AHP digunakan untuk memperoleh bobot relatif dari masing-
masing kriteria.. Oleh karena itu, setelah dilakukan penentuan nilai dari
masing-masing pemasok, langkah selanjutnya adalah mengelompokkan
jenis keputusan yang akan diambil untuk masing-masing kriteria
berdasarkan PROMETHEE sehingga diperoleh derajat preferensi untuk
masing-masing kriteria. Kemudian dilakukan perhitungan indeks
preferensi yang merupakan perkalian antara derajat preferensi dengan
bobot relatif kriteria dari AHP, dan selanjutnya dilakukan perhitungan
partial ranking dari PROMETHEE I. Apabila dengan partial ranking
belum diperoleh urutan prioritas, maka diperlukan perhitungan complete
ranking dengan metode PROMETHEE II sehingga diperoleh urutan
prioritas dari pemasok sayuran untuk Hero Supermarket cabang Suci
Bandung.

III. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Adapun Ruang Lingkup dan Batasan Masalah untuk penelitian ini
sebagai berikut:
a. Penelitian hanya berfokus pada Hero supermarket cabang Suci Bandung.
b. Sayuran yang diteliti berfokus pada sayuran non organik.
c. Data harga sayuran di supermarket berdasarkan harga normal, bukan
diskon.
d. Harga jual sayuran di supermarket merupakan harga tetap, bukan harga
yang menurun (gradual) dikarenakan menurunnya kesegaran.
e. Data penelitian adalah harga sayuran yang tersedia di supermarket dan
harga jual sayuran tersebut dari supplier.
e. Data harga jual sayuran supplier didapat dari satu supplier.
f. Untuk model harga sayuran di supermarket tidak mempertimbangkan
marjin pemasaran supermarket seperti biaya operasional (gaji pegawai,
biaya listrik dan air, dan sebagainya) dan persentase keuntungan yang
ditetapkan supermarket.
g. Variabel – variabel yang diidentifikasi berkaitan dengan karakteristik
sayuran.

IV. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perumusan masalah pada
penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penentuan harga sayuran di
supermarket, bagaimana karakteristik sayuran berdasarkan variabel-variabel
yang mempengaruhi penentuan harga sayuran, dan bagaimana model
penentuan harga sayuran di supermarket.

V. Tujuan Dan Manfaat


a. Tujuan
1. mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi penentuan
harga sayuran pada supermarket,
2. menganalisis karakteristik sayuran berdasarkan variabel-variabel yang
mempengaruhi penentuan harga sayuran di supermarket,
3. membangun model matematis untuk penentuan harga sayuran
disupermarket

b. Manfaat
Bagi supermarket
Dapat membantu supermarket mengevaluasi pengambilan
keputusan perusahaan dalam menentukan harga sayuran yang selama ini
telah dilakukan oleh supermarket, sekaligus dapat menjadi pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk menentukan harga jika ada sayuran
baru yang ingin dipasarkan di supermarket. Jika seorang pengambil
keputusan tidak bekerja lagi di supermarket, penelitian ini juga dapat
dimanfaatkan bagi karyawan baru pengganti pengambil keputusan
sebelumnya sebagai panduan dalam menentukan harga sayuran di
supermarket.
Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan panduan bagi masyarakat yang ingin
memulai
usaha di bidang penjualan sayuran segar khususnya toko modern seperti
supermarket atau dalam skala kecil seperti mini market sayuran segar.

VI. Tinjauan Pustaka


A. Supplier
a. Pengertian Supplier

Supplier merupakan suatu perusahaan dan individu yang


menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para
pesaing untuk memproduksi barang dan jasa tertentu. Salah satu
contohnya adalah perusahaan Hershey yang harus memperoleh coklat,
gula, kertas kaca, dan berbagai bahan lain untuk memperoduksi gula –
gulanya. Selain bahan – bahan tersebut perusahaan ini juga harus
memperoleh tenaga kerja, peralatan,bahan bakar, listrik, komputer, dan
faktor produksi lainya untuk dapat melaksanakan kegiatan
perusahaanya. Untuk membuat keputusan dalam membeli hal – hal
tersebut diperlukan pemilihan supplier yang berkualitas. Suatu
perusahaan akan mencari supplier yang mutu dan efisiensinya dapat
dipertahankan, karena perkembangan dalam “supplier” dapat
memberikan pengaruh yang sangat penting terhadap pelaksanaan
pemasaran suatu perusahaann. .(dutaamanahinsani.com 2013)

b. Kriteria Supplier
 Harga penawaran yaitu waktu penyerahan barang untuk penggantian
 Keandalan dalam ketepatan waktu

 Fleksibilitas penyerahan

 Frekwensi penyerahan

 Jumlah pengiriman minimum

 Mutu supplier

 Biaya angkutan

 Peyerahan pembayaran

 Kemampuan koordinasi informasi

 Koordinasi dalam desain kapasitas

 Pajak dan nilai tukar

 Kelangsungan hidup perusahaan

Seleksi kriteria supplier merupakan usaha perusahaan dalam


lingkup kerjasama antara perusahaan pembeli dan supplier dengan cara
meninjau, mengevaluasi, dan memilih supplier untuk menjadi bagian
penting dari rantai supply. Usaha – usaha ini meliputi :
1. Pentingnya memilih supplier yang menyediakan mutu produk yang
sempurna..
2. Pentingnya ketersediaan produk
3. Pentingnya konsistensi atau keandalan terhadap waktu penyerahan.
4. Pentingnya biaya produksi.
5. Penentuan harga
6. Pelayanan setelah penjualan
(dutaamanahinsani.com 2013)
c. Kekuatan Tawar – Menawar dari Supplier

Supplier mnenyediakan dan menawarkan input yang diperlukan


untuk memproduksi barang atau jasa oleh industri atau perusahaan..
Kekuatan tawar – menawar supplier tinggi apabila :

1. Jumlah supplier utama. Supplier didominasi oleh


beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi
dibandingkan industri dimana para supplier menjual
produknya.
2. Ketersediaan substitusi.
3. Produk kelompok supplier terdiferensiasi atau supplier
telah penciptaan swiching cost.
4. Ancaman integrasi dari supplier.
5. Biaya beralih pada supplier.
(dutaamanahinsani.com 2013)

d. Alternatif Strategi Penentuan Supplier

1. Strategi menentukan supplier perusahaan


interasional

2. Mengendalikan kemampuan sendiri atau


kelompok negeri sendiri untuk psaran
dunia
3. Strategi menentukan supplier perusahaan
multinasioanal

4. Pendirian fasilitas produksi di setiap


negara tempatnya beroprasi

5. Strategi menentukan supplier perusahaan


global

6. Efisiensi biaya, menetapkan supplier


produk standart dari pihak berukuran
dunia
7. Strategi menentukan supplier perusahaan
nasional

8. Penentuan supplier di negeri sendiri


dengan beberapa adaptasi oleh unit
nasional.(dutaamanahinsani.com 2013)
B. Sayuran

a. Pengertian Sayuran

Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal


tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air yang tinggi dan
dikonsumsi dalam keadaan segar atau diolah secara minimal.
Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur –
sayuran atau sayur – mayur. Sejumlah sayura dapat dikonsumsi
mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainya harus
diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan,
digoreng (agak jarang) atau disangrai. Sayuran berbentuk daun
yang dimakan mentah disebut lalapan. (wikipedia.com 2013)
b. Etimologi Dan Penjelasan Istilah

“sayuran” merupakan bentuk turunan dari kata “sayur”,


komponenn pendamping nasi atau pngan pokok lainya yang
berkuah cair atau agak kental . “sayuran” adalah segala sesuatu
yang berasal dari tumbuhan termasuk jamur yang disayur dengan
pengungkapan lain. Segala sesuatu yang dapat atau layak disayur.
Apabila dimakan secara segar, bagian tumbuhan itu disebut
lalapan.
Istilah ‘sayuran’ tidak bersifat ilmiah, kebanyakan sayuran
adalah bagian vegetatif dari tumbuhan, terutama daun (juga beserta
tangkanya), tetapi dapat pula batang yang masih muda (misalnya
rebung) atau bonggol umbi. (wikipedia.com 2013)

c. Nutrisi

Sayuran dikonsumsi dengan cara yang sangat bermacam –


macam, baik sebagai bagian dari menu utama maupun sebagai
makanan sampingan. Kandungan nutrisi antara sayuran yang satu
dan sayuran yang

lain pun berbeda – beda, meski umunya sayuran mengandung


sedikit protein atau lemak, dengan sejumlah vitamin, provitamin,
mineral, fiber, dan karbohidrat yang bermacam – macam. Beberapa
jenis sayuran bahkan telah diklaim mengandung zat antiokidan,
antibakteri, antjamur, maupun zat anti racun.
Namun, seringkali sayuran juga mengandung racun dan
antinutrient seperti o-solanin, o-chaconine, enzim inhibitor (dari
cholinesterase, protease, amilase dsb), sianida dan sianida
prekursor, asam oksalat, dan banyak lagi. Tergantung pada
konsentrasi senyawa tersebut dapat mengurangi sifat dapat
dimakan, nilai gizi, dan manfaat kesehatan dari diet sayuran.
Cooking andor other processing may be necessay to eliminate or
reduce them. Memasak atau pengolahan lainya mungkin
diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi mereka.
Melakukan diet dengan mengkonsumsi jumlah sayuran dan
buah – buahan yang cukup dapat menurunkan resiko penyakit
jantung dan diabetes tahap 2. Dengan diet ini pula dapat membantu
kanker dan mengurangi keropos tulang. Selain itu, dengan kita
mengonsumsi zat potasium (banyak ditemui pada buah dan sayur –
mayur) akan membantu mencegah terbentuknya batu ginjal.
(wikipedia.com 2013)
d. Pigmen (Zat Warna)

Warba hijau yang ada pada dan sayuran berasal dari adanya
pigmen klorofil (zat hijau daun). Klorofil ini dipengaruhi oleh Ph
(keasaman) dan berubah warna menjadi hijau olive dalam kondisi
asam, dan berubah menjadi hijau cerah dalam kondisi basa.
Sejumah asam tadi dikeluarkan dari batang sayuran dalam proses
memasak, khususnya bila dimasak tanpa penutup.
Warna kuning / orange yang ada pada buah – buahan
berasal dari zat yang bernama karotenoid. Dimana zat ini juga
dipengaruhi oleh proses masak yang normal atau perubahan Ph (zat
asam).
Warna merah biru pada beberapa buah dan sayuran (contoh
kubis merah dan buah blackberry) adalah karena zat anthocyanin
yang mana zat

ini sensitif terhadap perubahan pH ketika pH dalam keadaan netral,


pigmen berwarna ungu, ketika terdapat asam menjadi merah,
dalam kondisi biasa menjadi biru. Pigmen ini sangat larut dalam
air. (wikipedia.com 2013)
e. Keselamatan

Untuk keamanan pangan para CDC merekomendasikan


penanganan buah – buahan yang tepat dan persiapan untuk
mengurangi resiko kontaminasi makanan dan keracunan makanan.
Buah – buahan segar dan sayur – sayuran harus dipili dengan hati –
hati. Di toko mereka tidak boleh rusak atau memar dan prapotong
potong harus didinginkan atau dikelillingi oleh es. Semua buah –
buahan dan sayuran harus dicuci sebelum dimakan, harus
dilakukan tepat sebelum menyiapkan atau makan untuk
mengurangi kerugian preatur. Buah – buahan dan sayuran harus
disimpan terpisah dari makanan mentah seperti daging, unggas dan
makanan laut, serta peralatan memasak apapun atau permukaan
yang mungkin bersentuhan dengan mereka (misalnya telenan) buah
– buahan dan sayuran jika mereka tidak akan dimasak, harus
dibuang jika mereka telah menyentuh daging mentah, unggas,
makanan laut, atau telur. Semuanya dipotong, dikupas, atau buah –
buahan dan sayuran yang dimasak harus didinginkan dalam waktu
2 jam. Setelah waktu tertentu bakteri berbahaya dapat tumbuh pada
mereka dan meningkatkan resiko kerancunan
makanan.(wikipedia.com 2013)
a. Multi Criteria Decisioan Making

Multi Criteria Decisioan Making (MCDM) merupakan teknik


teknik analisa dan pengambilan keputusan dari beberapa pilihan alternatif
yang ada. Di dalam MCDM ini mengandung unsur attribut, obyektif dan
tujuan.
 Attribut menerangkan, memberi ciri pada suatu obyek.
Misalnya tinggi, panjang dan sebagainya.
 Obyektif menyatakan arah perbaikan atau kesukaan terhadap
attribut, misalnya memaksimalkan
umur, meminimalkan harga, dan

sebagainya. Obyektif dapat pula bersal dari attribut yang


menjadi suatu obyektif jika pada attribut tersebut diberi asah
tertentu.
 Tujuan ditentukan lebih dahulu. Misalnya suatu proyek
mempunyai obyektif memaksimumkan profit, maka proyek
tersebut mempunyai tujuan mencapai profit 10 juta/bulan.
Kriteria merupakan ukuran, aturan – aturan ataupun standar –
standar yang memandu suatu pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan dilakukan melalui pemilihan atau memformulasikan atribut –
atribut, obyektif – obyektif, maupun tujuan – tujuan yang berbeda. Maka
atribut, obyektif maupun tujuan danggap sebagai kriteria. Kriteria
dibangun dari kebutuhan – kebutuhan dasar manusia serta nilai – nilai
yang diinginkannya. Ada dua macam kategori dari multi criteria decision
making (MCDM) yaitu (2009-1-00503-Tisi bab 2.pdf 2013):
1. Multiple Objective Decision Making (MODM)
2. Multiple Attribute Decision Making (MADM)

C. AHP (Analitycal Hierarchy Process)


AHP (Analitycal Hierarchy Process) yang dikembangkan oleh Thomas
L. Saaty [1] dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang kompleks,
dengan aspek atau kriteria yang dipertimbangkan cukup banyak.
Kompleksitas masalah disebabkan oleh struktur masalah yang belum
jelas, ketidak pastian persepsi pengambil keputusan serta ketidakpastian
ketersediaan data yang akurat. Metode AHP mampu memecahkan
masalah yang multi obyektif dan multi kriteria yang didasarkan pada
perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki, sehingga
dapat dikatakan model ini merupakan suatu model pengambilan
keputusan yang komprehensif.

Pengambilan keputusan dalam metode AHP didasarkan atas tiga prinsip


dasar, yaitu penyusunan hirarki, penentuan prioritas dan konsistensi
logis. Dalam menggunakan ketiga prinsip tersebut, AHP menyatukan
dua aspek pengambilan keputusan, yaitu: secara konseptual AHP
mendefinisikan permasalahan dari penilaian untuk mendapat solusi
masalah, dan secara kuantitatif AHP melakukan perbandingan secara
numerik dan penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan.

Secara umum langkah dan prosedur AHP adalah :

Metode Pemilihan Pemasok Sayuran di Supermarket dengan Metode


AHP dan PROMETHEE
1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan. Bila AHP
digunakan untuk memilih alternatif dan menyusun prioritas, maka
pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah ke dalam suatu struktur hirarki sehingga
permasalah yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang rinci dan
terukur. Penyusunan hirarki yang memenuhi kebutuhan harus
melibatkan pihak-pihak ahli dalam permasalahan.
3. Menyusun prioritas untuk setiap elemen masalah pada setiap
tingkat hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot/kontribusi
elemen terhadap pecapaian tujuan. Bobot ini diperoleh dari suatu
matriks perbandingan berpasangan antar dua elemen dari seluruh
elemen pada tingkat hirarki yang sama.
4. Melakukan pengujian konsistensi terhadap matriks perbandingan
berpasangan antara elemen- elemen yang didapatkan pada tiap
tingkat hirarki dan keseluruhan hirarki. Pengujian konsistensi
bertujuan untuk memastikan bahwa hasil urutan prioritas yang
didapatkan dari suatu rangkaian prbandingan masih ada dalam
batas-batas referensi yang logis.

Struktur hirarki disusun berdasarkan elemen-elemen eksternal dan


internal dengan mempertimbangkan faktor efisiensi dan kemampuan
untuk meningkatkan kinerja hubungan antara pemasok dan perusahaan.
Ada empat kriteria yang berhubungan dengan penilaian kinerja
pemasok, yaitu kualitas, harga, pengiriman dan pelayanan, dan masing-
masing kriteria terbagi dalam tiga sub kriteria. Hirarki kriteria yang
berhubungan dengan penilaian kinerja pemasok dapat digambarkan
pada Gambar 1.
Gambar 1. Hirarki kriteria penilaian pemasok

Dalam menentukan bobot dari kriteria dan sub kriteria, langkah pertama
yang dilakukan adalah menyusun perbandingan berpasangan (pair-wise
comparison), yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh
elemen untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan tersebut kemudian
ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan
untuk analisis numerik dengan cara membuat matriks perbandingan
berpasangan berdasarkan data rata-rata geometrik yang telah dihitung
untuk mendapatkan bobot relatif masing-masing elemen. Hasil tersebut
kemudian dinormalisasikan untuk mendapatkan vektor eigen (bobot
prioritas) matriks dengan merata-ratakan jumlah baris terhadap elemen-
elemennya. Selanjutnya dilakukan pengujian rasio konsistensi. Saaty
[1], menetapkan bahwa suatu matriks perbandingan berpasangan adalah
konsisten apabila RK tidak lebih dari 0,10. Toleransi terhadap
ketidakkonsistenan sampai 10% ini menandakan adanya penyesuaian
untuk meningkatkan konsistensi perbandingan. Hal tersebut penting
karena tanpa adanya ketidakkonsistenan maka perubahan atau
pengetahuan baru yang mempengaruhi tingkat preferensi tidak berlaku.
Apabila semua kriteria dapat dianggap konsisten, maka bobot relatif
yang diperoleh dapat dipakai sebagai pertimbangan untuk pengambilan
keputusan.
D. PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method for
Enrichment Evaluation

PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method for


Enrichment Evaluation) adalah sebuah metode untuk menyelesaikan
masalah pengambilan keputusan yang termasuk kategori MADM
(Multiple Attribute Decision Making). PROMETHEE merupakan suatu
metode baru yang menggunakan prinsip outranking. Metode ini
dikembangkan oleh Brans [3] dan dilengkapi oleh software Promcalc.

Tujuan utama dari pendekatan PROMETHEE ini adalah untuk


mempermudah proses pengambilan keputusan dengan cara
mengelompokkan tipe keputusan menjadi 6 fungsi kriteria yang cukup
dapat mewakili semua jenis keputusan untuk menyelesaikan kasus-
kasus sehari-hari dan melakukan kuantifikasi derajat preferensi dengan
menggunakan maksimum 2 parameter yang memiliki karakteristik
ekonomi yang signifikan.

Data yang dibutuhkan untuk pengolahan PROMETHEE adalah nilai


kriteria untuk setiap alternatif yang di kuantifikasi dari hirarki penilaian
kinerja pemasok. Apabila kriteria tersebut berskala diskrit kuat, maka
diberi notasi numerik (penilaian berupa angka untuk masing-masing
kriteria/sub kriteria sesuai dengan skala/satuan dari kriteria/sub kriteria
tersebut), dengan demikian pencapaian semua kategori kriteria
dinyatakan oleh nilai-nilai numerik. Penentuan nilai kriteria ini
dilakukan untuk sub kriteria yang merupakan hirarki penilaian kinerja
pemasok di tingkat (level) dua. Selanjutnya dilakukan penggolongkan
setiap kriteria ke dalam tipe preferensi yang sesuai agar didapat
gambaran atau pandangan yang lebih baik mengenai kriteria-kriteria
yang bersangkutan dalam penentuan batas indiferen (q) maupun batas
preferensi (p).
Tabel 1. Tipe preferensi kriteria dan parameternya

Setelah dilakukan penggolongan dari masing-masing kriteria, maka


dilakukan perhitungan derajat preferensi dari masing-masing
pemasok berdasarkan tipe prefensi keputusan yang harus diambil.
Berdasarkan derajat preferensi tersebut kemudian dapat dihitung
indeks preferensi yang merupakan perkalian antara derajat preferensi
dengan bobot relatif kriteria dari AHP, dan selanjutnya dilakukan
perhitungan partial ranking dari PROMETHEE I dan apabila
diperlukan dilakukan perhitungan complete ranking dengan metode
PROMETHEE II sehingga diperoleh urutan prioritas dari pemasok
sayuran untuk Supermarket . Metode Pemilihan Pemasok Sayuran di
Supermarket dengan Metode AHP dan PROMETHEE

VII. Metode Penelitian


Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Penentuan bobot dari kriteria dan sub-kriteria terhadap penilaian


kinerja pemasok dengan metode AHP
2. Menentukan tipe dan parameter fungsi preferensi dari masing-
masing kriteria dengan metode PROMETHE
3. Penentuan Urutan prioritas pemasok dengan PROMETHEE I dan
PROMETHEE II

A. Penentuan bobot dari kriteria dan subkriteria kinerja pemasok


dengan metode AHP Langkah pertama adalah membuat kuesioner
perbandingan berpasangan untuk menentukan bobot dari masing-masing
kriteria dan subkriteria dari elemen penilaian terhadap kinerja pemasok.
Empat kriteria utama dari pemasok adalah kualitas, harga, pengiriman
dan pelayanan. Penilaian terhadap kuesioner matriks perbandingan
berpasangan dilakukan oleh lima orang yaitu 2 orang dari bagian
penerimaan, dua orang dari bagian pembelian dan manajer untuk
kategori fresh product dari Hero Supermarket cabang Suci Bandung.
Setelah dilakukan pengolahan data dan dilakukan perhitungan, termasuk
penentuan konsistensi melalui Indeks Konsistensi (IK) dan Rasio
Konsistensi (RK), maka diperoleh bobot kriteria dan subkriteria seperti
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Prioritas kriteria dan subkriteria

Kriteria Bobo N Subkrit Bobot Bob


t o eria Parsia ot
Parsia l Glo
l bal
1 Kesesuaian spesifikasi 0.3 0.1
Kualitas 0.349 72 30
2 Kondisi pengepakan 0.3 0.1
55 24
3 Kemampuan mengganti produk tidak sesuai 0.2 0.0
72 95
4 Stabilitas harga 0.4 0.1
Harga 0.262 09 07
5 Kemauan bernegosiasi 0.3 0.0
28 86
6 Kemudahan cara pembayaran 0.2 0.0
63 69

Pengirim 0.189 7 Ketepatan waktu 0.5 0.1

an 55 05
8 Kesesuaian jumlah 0.4 0.0
45 84

Pelayana 0.200 9 Kemudahan dihubungi 0.6 0.1

n 08 22
10 Kecepatan menjawab surat-menyurat 0.3 0.0
92 78
Total 1 1
Jumlah
Dengan telah diperoleh bobot kepentingan dari masing-masing
subkriteria, langkah selanjutnya adalah mencari nilai masing-masing
subkriteria dari kelima pemasok. Untuk penilaian subkriteria 1 yaitu
kesesuaian spesifikasi, dilakukan penilaian terhadap dua hal, yaitu
kondisi kesegaran dan kesesuaian timbangan. Untuk memudahkan
penilaian, kondisi kesegaran, sayuran dibagi atas tiga kelompok yaitu
sayuran daun, sayuran buah dan sayuran umbi. Agar dapat dilakukan
penilaian secara kuantitatif, penilaian dilakukan dengan skala Likert 1
sampai 5 (skala interval) dengan rincian untuk masing- masing skala
berdasarkan kesepakatan dengan responden. Hasil akhir kesesuaian
spesifikasi adalah rata-rata dari nilai kesegaran dan kesesuaian
timbangan semua jenis sayuran. Contoh penilaian kesegaran sayuran
daun (yang daunnya dikonsumsi misalnya bayam hijau, bayam merah,
kangkung, daun singkong dll). Pendefinisian skala yang sedikit berbeda
untuk sayuran buah dan umbi dilakukan dengan cara yang sama. Untuk
kesesuaian timbangan, uraian skala yang ditetapkan bersama responden.
Untuk sub-kriteria 2, Kondisi Pengepakan, sedangkan untuk subkriteria
4, Stabilitas harga. Untuk subkriteria 3 (kemampuan mengganti produk),
kriteria 6 (kemudahan pembayaran), kriteria 7 (ketepatan waktu
pengiriman), kriteria 8 (kesesuaian jumlah produk yang diterima) dan
kriteria 10 (kecepatan menjawab surat menyurat) penilaian dilakukan
berdasarkan satuan yang disepakati dengan para responden. Selanjutnya
,

B. Menentukan tipe dan parameter fungsi preferensi masing-


masing kriteria dengan metode PROMETHE
Dalam pemilihan dan penggolongan tipe preferensi ini terdapat tiga
subkriteria yang tidak diperhitungkan dalam pengolahan data karena tidak
memberikan perbedaan yang signifikan. Sebagaimana subkriteria nomor
2, 6, dan 10 mempunyai nilai yang sama sehingga tidak memberikan
perbedaan yang signifikan di antara para pemasok. Penentuan tipe kriteria
dan parameter dilakukan dengan mempertimbangkan jenis keputusan
yang diambil dan dengan mempertimbangkan masukan dari responden.
C. Penentuan Urutan prioritas dengan PROMETHEE I dan
PROMETHEE II

a. Penentuan Derajat Preferensi

b. Perhitungan Positive Outranking Flow dan Negative Outranking


Flow

c. PROMETHEE I - Partial Ranking


d. Perhitungan Net Flow
e. PROMETHEE II - Complete Ranking

Karena pada PROMETHEE I urutan supplier untuk kategori produk


sayuran tidak diperoleh, maka dilanjutkan pada PROMETHEE II.
Penggambaran urutan hubungan untuk kategori sayuran dilakukan
berdasarkan susunan ranking dengan mempertimbangkan nilai net flow.
VIII. Jadwal Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada rentang waktu awal bulan Mei
2019 sampai dengan bulan Juli 2019. Adapun jadwal kegiatan pokok
sebagai berikut:

No. Kegiatan Bulan Mei Bulan Juni Bulan Juli


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan Penelitian
A. Bimbingan
Penyusunan Penelitian
B. Pengajuan Judul
C. Menyusun Latar
Belakang
2. Observasi
Menentukan Masalah
3.
Penelitian
4. Studi Pustaka
5. Tahap Pelaksanaan
A. Pengumpulan Data
B. Analisis Data
Bimbingan & Penulisan
6.
Laporan

Tabel 1 Jadwal Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

[1] Saaty, T. L., (1980). The Analytical Hierarchy Process: Planning, Priority Setting,
Resource Allocation, McGraw-Hill Book Company.
[2] Nurtjahyo, M., Sunaryo, B. dan Rosita M. J., (2003). Penentuan Sistem penilaian
Kinerja Pemasok Sebagai Bagian dari Implementasi Supply Chain Management
dengan Metode Analytical Hierarchy Process, Jurnal Teknologi, Edisi Khusus No. 2,
Teknik Industri, Tahun XVII Desember.
Brans, J.P., dan Mareschal, B., How to Decide with PROMETHEE, [Online].
Available: http://visualdecision.com [2005, April 17].

Anda mungkin juga menyukai