Kualitas Sebagai Alternatif Peningkatan Daya Saing
Kualitas Sebagai Alternatif Peningkatan Daya Saing
SEBAGAI
ALTERNATIF
PENINGKATAN
DAYA SAING
1.
NAMA KELOMPOK :
2.
1. Kualitas , profitabilitas, dan daya saing.
3.
KUALITAS,PROFITABILITAS
DAN
DAYA SAING
4.
Setiap perusahaan menghadapi 5 kekuatan atau
faktor pesaing, yaitu :
5.
2. Bergaining power pemasok atau faktor penentu
kekuatan pemasok, meliputi:
a. Diferensiasi input
b. Biaya beralih pemasok dari pemasok dan perusahaan dalam
industri
c. Adanya input subtitusi
d. Konsentrasi pemasok
e. Pentingnya volume penjualan bagi pemasok
f. Biaya relatif terhadap pembelian total dalam industri
g. Dampak input terhadap pembelian total dalam industri
h. Ancaman integrasi ke depan relatif terhadap ancaman
integrasi ke belakang oleh perusahaan dalam industri
6.
3. Bergaining power pembeli atau faktor penentu
kekuatan pembeli, meliputi :
a. Skala ekonomis
b. Diferensiasi produk
c. Identitas merek
d. Biaya beralih pemasok
7.
5. Ancaman dari produk subsitusi,meliputi :
1. Orientasi pemasaran
2. Orientasi internal perusahaan
8.
Kualitas dan kepuasan pelanggan sangat erat.
• Kualitas memberikan dorongan kepada pelanggan untuk
menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan.
• Perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasarnya melalui
pemenuhan kualitas yang bersifat ‘customer drivers ‘ yaitu
memberikan keunggulan harga dan customer value.
• Kualitas juga mengurangi biaya.
9.
Komponen – komponen penunjang daya saing
10.
Dalam konteks suatu negara, indikator status
daya saing yang sering digunakan yaitu :
1. Standar hidup (GNP)
2. Investasi
3. Produktivitas pemanufakturan
4. Perdagangan
11.
Budaya kualitas sebagai penunjang daya saing
12.
Budaya : konstruksi sosial unsur unsur budaya
seperti nilai nilai, keyakinan dan pemahaman, yang
dianut oleh semua anggota kelompok
13.
Karakteristik umum organisasi yang memiliki
budaya kualitas, yaitu :
14.
Mekanisme perubahan budaya :
1. Rencana
2. Organisasi
3. Pengendalian
4. Komunikasi
5. Keputusan
6. Manajemen fungsional
7. Manajemen kualitas
15.
Untuk mengatasi penolakan terhadap
perubahan budaya dengan cara :
16.
Pembentukan budaya kualitas diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut :
17.
ISO-9000 dan Daya Saing
18.
Iso 9000 yaitu sekumpulan standar sistem kualitas universal,
yang ,meberikan rerangka yang sama bagi jaminan
kualitas yang dapat dipergunakan diseluruh dunia.
19.
Konsep Value Chain dan
Kemitraan
20.
Value chain adalah serangkaian aktivitas yang relevan dalam proses
Pengadaan, penyimpanan, penggunaan, transformasi, dan disposisi
sumber daya, mulai dari value chain pemasok sampai value chain
Pembeli, mulai dari aktivitas pengamanan sumber sumber pasokan
sampai aktivitas pelayanan purna jual.
21.
Konsep value chain menekankan 4 aspek utama untuk peningkatan
Laba perusahaan, yaitu :
a. Keterkaitan dengan pemasok
b. Keterkaitan dengan pelanggan
c. Keterkaitan proses dalam value chain suatu unit bisnis
d. Keterkaitan antar value chain unit bisnis yang ada dalam perusahaan
22.
Ringkasan Jurnal
“Daya Saing dan Strategi Pengembangan Minyak Sawit di Indonesia’’
Minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan produk utama
dari perkebunan kelapa sawit yang mengalami pertumbuhan produksi
signifikan, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,13% selama 3
dasawarsa terakhir. Sebagian besar hasil produksi minyak sawit di Indonesia
merupakan komoditas ekspor. Namun, Indonesia masih belum mampu
bersaing dengan Malaysia dalam industri hilir minyak sawit. Oleh karena itu
perlu adanya strategi untuk meningkatkan daya saing. Daya saing komoditas
dilihat dari 2 indikator, yaitu keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis daya saing minyak sawit dan
turunannya di Indonesia pada pasar internasional dan merumuskan strategi yang
tepat untuk meningkatkan daya saing. Penelitian ini mengkaji komoditas
minyak sawit yang berupa CPO dengan kode HS 1511100000 dan minyak sawit
lainnya (Palm oil or fractions simply refined) dengan kode HS 1511900000.
23.
METODE PENELITIAN
24.
HASIL PENELITIAN
1. Hasil analisis sistem Berlian Porter terlihat keterkaitan
antara komponen utama dan komponen penunjang.
2. Hasil analisis keunggulan komparatif adalah nilai RCA
CPO Indonesia selalu mengalami peningkatan dan
mencapai tingkat tertinggi, yaitu 86,87 pada tahun 2009
sedangkan Malaysia berada dibawah Indonesia sejak 2001-
2011. Kondisi sebaliknya terjadi pada produk turunan
minyak sawit dengan kode HS 151190000. Nilai RCA
Indonesia pada produk turunan minyak sawit ternyata lebih
rendah dibandingkan dengan Malaysia.
25.
KESIMPULAN
26.
TERIMAKASIH…
27.