Anda di halaman 1dari 27

KUALITAS

SEBAGAI
ALTERNATIF
PENINGKATAN
DAYA SAING

Dikerjakan oleh kelompok 4


yang beranggotakan :

1.
NAMA KELOMPOK :

Maura Noviandra Resta


(19420005)
Larasati Maria (19420013)
Devita Sari (19420024)
Dewa Mahardika (19420068)
Ni Putu Shinta Dewi Irawan
(19420071)
Sindi Artamita (19420081)
Irawan Rana D (19420086)
Hilda Ayu S (19420102)

2.
1. Kualitas , profitabilitas, dan daya saing.

2. Komponen – komponen penunjang daya


saing.

3. Budaya kualitas sebagai penunjang daya saing.

4. ISO-9000 dan daya saing

5. Konsep value chain dan kemitraan

3.
KUALITAS,PROFITABILITAS
DAN
DAYA SAING

4.
Setiap perusahaan menghadapi 5 kekuatan atau
faktor pesaing, yaitu :

1. Pesaing dalam industri yang sama atau penentu


persaingan, meliputi :

a. Pertumbuhan industri e. Identitas merek


b. Biaya tetap/nilai tambah f. Biaya beralih pemasok
c. Kelenihan kapasitas intermiten g. Konsentrasi dan keseimbangan
d. Diferensiasi produk h. Kompleksitas informasi
i. Ragam pesaing
j. Corporate stakes
k. Hambatan keluar

5.
2. Bergaining power pemasok atau faktor penentu
kekuatan pemasok, meliputi:

a. Diferensiasi input
b. Biaya beralih pemasok dari pemasok dan perusahaan dalam
industri
c. Adanya input subtitusi
d. Konsentrasi pemasok
e. Pentingnya volume penjualan bagi pemasok
f. Biaya relatif terhadap pembelian total dalam industri
g. Dampak input terhadap pembelian total dalam industri
h. Ancaman integrasi ke depan relatif terhadap ancaman
integrasi ke belakang oleh perusahaan dalam industri

6.
3. Bergaining power pembeli atau faktor penentu
kekuatan pembeli, meliputi :

a. Penentu posisi bargaining power


pembeli
b. Kepekaan harga

4. Ancaman pendatang baru atau perintang masuk,


meliputi :

a. Skala ekonomis
b. Diferensiasi produk
c. Identitas merek
d. Biaya beralih pemasok

7.
5. Ancaman dari produk subsitusi,meliputi :

a. Harga dan kinerja produk


subsitusi
b. Biaya beralih pemasok
c. Kecenderungan pembeli
terhadap produk subsitusi

Untuk itu diperlukan kerangka dalam manajemen kualitas


yang didasarkan pada 2 alasan pokok :

1. Orientasi pemasaran
2. Orientasi internal perusahaan

8.
Kualitas dan kepuasan pelanggan sangat erat.
• Kualitas memberikan dorongan kepada pelanggan untuk
menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan.
• Perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasarnya melalui
pemenuhan kualitas yang bersifat ‘customer drivers ‘ yaitu
memberikan keunggulan harga dan customer value.
• Kualitas juga mengurangi biaya.

Secara sederhana manfaat dari kualitas yang


superior berupa :
a. Loyalitas pelanggan yang lebih besar
b. Pangsa pasar yang lebih besar
c. Harga saham yang lebih tinggi

9.
Komponen – komponen penunjang daya saing

10.
Dalam konteks suatu negara, indikator status
daya saing yang sering digunakan yaitu :
1. Standar hidup (GNP)
2. Investasi
3. Produktivitas pemanufakturan
4. Perdagangan

Adapun komponen pendukung lainnya


yaitu :
1. Kebijakan industri
2. Teknologi
3. Sumberdaya manusia

11.
Budaya kualitas sebagai penunjang daya saing

12.
Budaya : konstruksi sosial unsur unsur budaya
seperti nilai nilai, keyakinan dan pemahaman, yang
dianut oleh semua anggota kelompok

Budaya kualitas : sistem nilai organisasi yang


menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif
bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara
terus menerus

13.
Karakteristik umum organisasi yang memiliki
budaya kualitas, yaitu :

a. Perilaku yang sesuai dengan selogan


b. Masukan dari pelanggan secara aktif diminta dan
digunakan untuk meningkatkan kualitas secara
terus menerus
c. Para karyawan dilibatkan dan diberdayakan,
dll..

14.
Mekanisme perubahan budaya :
1. Rencana
2. Organisasi
3. Pengendalian
4. Komunikasi
5. Keputusan
6. Manajemen fungsional
7. Manajemen kualitas

15.
Untuk mengatasi penolakan terhadap
perubahan budaya dengan cara :

1. Mengadopsi paradigma tradisional para


pendukung perubahan
2. Memahami persoalan para penentang
potensial
3. Melaksanakan strategi mengembangkan
perubahan

16.
Pembentukan budaya kualitas diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang


dibutuhkan
2. Menuliskan perubahan-perubahan yang
direncanakan
3. Mengembangkan suatu rencana untuk melakukan
perubahan, dll..

17.
ISO-9000 dan Daya Saing

18.
Iso 9000 yaitu sekumpulan standar sistem kualitas universal,
yang ,meberikan rerangka yang sama bagi jaminan
kualitas yang dapat dipergunakan diseluruh dunia.

Tujuan dari ISO 9000 adalah :


1. Organisasi harus mencapai dan mempertahankan kualitas
produk atau jasa yang dihasilkan
2. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya
sendiri bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat
dipertahankan
3. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak pembeli
bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam
produk atau jasa yang dijual

19.
Konsep Value Chain dan
Kemitraan

20.
Value chain adalah serangkaian aktivitas yang relevan dalam proses
Pengadaan, penyimpanan, penggunaan, transformasi, dan disposisi
sumber daya, mulai dari value chain pemasok sampai value chain
Pembeli, mulai dari aktivitas pengamanan sumber sumber pasokan
sampai aktivitas pelayanan purna jual.

21.
Konsep value chain menekankan 4 aspek utama untuk peningkatan
Laba perusahaan, yaitu :
a. Keterkaitan dengan pemasok
b. Keterkaitan dengan pelanggan
c. Keterkaitan proses dalam value chain suatu unit bisnis
d. Keterkaitan antar value chain unit bisnis yang ada dalam perusahaan

Kemitraan adalah membina hubungan kerja sama untuk mencapai


Suatu tujuan, dimana semua pihak yang terlibat akan memperoleh
Manfaat atau keuntungan

22.
Ringkasan Jurnal
“Daya Saing dan Strategi Pengembangan Minyak Sawit di Indonesia’’

Minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan produk utama
dari perkebunan kelapa sawit yang mengalami pertumbuhan produksi
signifikan, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,13% selama 3
dasawarsa terakhir. Sebagian besar hasil produksi minyak sawit di Indonesia
merupakan komoditas ekspor. Namun, Indonesia masih belum mampu
bersaing dengan Malaysia dalam industri hilir minyak sawit. Oleh karena itu
perlu adanya strategi untuk meningkatkan daya saing. Daya saing komoditas
dilihat dari 2 indikator, yaitu keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis daya saing minyak sawit dan
turunannya di Indonesia pada pasar internasional dan merumuskan strategi yang
tepat untuk meningkatkan daya saing. Penelitian ini mengkaji komoditas
minyak sawit yang berupa CPO dengan kode HS 1511100000 dan minyak sawit
lainnya (Palm oil or fractions simply refined) dengan kode HS 1511900000.

23.
METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer,


sekunder dan data series. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara khusus. Wawancara khusus dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang lebih dalam melalui pakar dalam
bidang tertentu dengan menganalisis pengaruh kebijakan dan strategi
pemerintah. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif, RCA, Teori Berlian Porter,
SWOT, dan arsitektur strategi.

24.
HASIL PENELITIAN
1. Hasil analisis sistem Berlian Porter terlihat keterkaitan
antara komponen utama dan komponen penunjang.
2. Hasil analisis keunggulan komparatif adalah nilai RCA
CPO Indonesia selalu mengalami peningkatan dan
mencapai tingkat tertinggi, yaitu 86,87 pada tahun 2009
sedangkan Malaysia berada dibawah Indonesia sejak 2001-
2011. Kondisi sebaliknya terjadi pada produk turunan
minyak sawit dengan kode HS 151190000. Nilai RCA
Indonesia pada produk turunan minyak sawit ternyata lebih
rendah dibandingkan dengan Malaysia.

25.
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini, adalah


industri minyak sawit dan turunannya mempunyai keunggulan
kompetitif yang dapat dilihat dari beberapa faktor pendukung, seperti
adanya peranan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
penelitian yang dilakukan dan adanya peranan dari asosiasi dan
media. Selain itu, masih terdapat faktor yang menjadi penghambat,
seperti belum meratanya sarana dan prasarana pendukung di beberapa
daerah. Maka strategi pertama yang harus dilakukan adalah
memanfaatkan ekspor hulu ke negara yang lebih membutuhkan
produk hulu melalui program meningkatkan kualitas produk sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Selain itu, pengembangan
SDM pelaku industri minyak sawit dengan pelatihan dan kegiatan
inovasi, memperhatikan isu nasional dan internasional dengan
memperbaiki kebijakan pemerintah, pengembangan industri hilir
serta peningkatan nilai tambah minyak sawit, dan meningkatkan pola
kerja sama dengan produsen negara lain melalui promosi.

26.
TERIMAKASIH…

27.

Anda mungkin juga menyukai