Gempabumi terjadi Selasa, 23 Januari 2018, pukul 13:34:53 WIB pada jarak 43 km
arah selatan Kota Muarabinuangeun, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dengan
berkekuatan M=6,1 SR dengan koordinat episenter pada 7,23 LS dan 105,9 BT pada
kedalaman 61 km (Gambar.1).
1
Gambar.2 Peta tingkat guncangan (Shake map) gempabumi lebak M = 6.1 SR
Berdasarkan laporan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi
Banten per-tanggal 2 5 J a n u a r i 2 0 1 8 menunjukan bahwa gempabumi Lebak telah
mengakibatkan kerusakan fisik bangunan rumah tinggal sebanyak 4527 unit (rusak ringan
2690 unit, rusak sedang 1176 unit, rusak berat 661 unit) dan fasilitas umum/sosial sebanyak
142 yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota di Banten dengan rincian sebagai berikut:
(A.). Kab. Lebak (Total kerusakan 1231 unit , 1125 unit rumah rusak berat 106
unit rusak ringan)
Dengan perincian kerusakan sebagai berikut
1. Bayah 118 rumah rusak ringan dan 24 rusak berat
2. Wanasalam 61 rumah rusak ringan dan 2 rusak berat
3. Panggarangan 92 rumah rusak ringan
4. Cilograng 107 rumah rusak ringan dan 42 rusak berat
5. Lebak Gedong 49 rumah rusak ringan
6. Sobang 2 rumah rusak ringan
7. Cimarga 5 rumah rusak ringan
8. Sajira 1 rumah rusak ringan
9. Cirinten 6 rumah rusak ringan dan 1 rusak berat
10. Cihara 1 rumah rusak ringan dan 4 rusak berat
11. Bojong Manik 15 rusak rusak ringan
12. Cijaku 140 rusak ringan dan 2 rusak berat
13. Cigemblong 9 rumah rusak ringan
2
14. Cibadak 1 rumah rusak ringan
15. Cibeber 4 sekolah rusak ringan
16. Malingping 518 rusak ringan dan 31 rusak berat
(B.). Kab. Bogor (Korban terdampak 656 kk , 2532 jiwa dengan rincian rumah
rusak sebanyak 421 unit rumah rusak ringan, 163 unit rusak sedang dan 48 unit
rusak berat serta 16 unit fasilitas umum rusak ) .
Informasi mengenai indeks kerentanan seismic di wilayah masih terbatas. Oleh karena
itu, perlu diadakan penelitian untuk meminimalisir kerusakan-kerusakan pada bangunan yang
diakibatkan oleh gempabumi. Salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengetahui nilai indeks kerentanan seismic merupakan indeks yang menggambarkan
tingkat kerentanan lapisan tanah permukaan terhadap deformasi tanah saat terjadi
gempabumi. Daerah yang memiliki nilai indeks kerentanan seismic tinggi berarti daerah
tersebut rentan terhadap kerusakan saat terjadi gempabumi, sebaliknya daerah yang memiliki
nilai indeks kerentanan seismic rendah berarti kerentanan terhadap gempabumi kecil.
Data indeks kerentanan seismic ini diperoleh dari pengukuran mikrotremor dan
dianalisis dengan menggunakan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR).
Pengukuran mikrotremor merupakan salah satu cara untuk mengetahui besarnnya tingkat
kerentanan seismic terhadap bencana gempabumi dan mengetahui struktur permukaan lapisan
tanah. Mikrotremor merupakan simpangan getaran yang sangat kecil dipermukaan bumi yang
berlangsung terus menerus akibat adannya sumber getar seperti yang disebabkan oleh
aktifitas manusia, lalu lintas kendaraan, angin atau hujan, mesin industry dan lain sebagainya
(Daryono, 2009). Metode HVSR merupakan metode yang memperlihatkan hubungan
perbandingan antara rasio spekrum fourier dari sinyal mikrotremor komponen horizontal
terhadap komponen vertical. Parameter penting yang dihasilkan dalam metode HVSR adalah
frekwensi predominan dan factor amplifikasi (Nakamura, 1989).
I.2. Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditentukan
rumusan maslah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa nilai factor amplifikas dan frekwensi predominan dilokasi
penelitian dengan menggunakan metode HVSR.
2. Berapa nilai indeks kerentanan seismic di lokasi penelitian
3. Bagaimana mikrozonasi indeks kerentanan seismic di lokasi penelitian.
3
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan yang harus dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai factor amplifikasi dan frekwensi predominan di daerah penelitian
dengan mengacu kurva HVSR.
2. Menentukan indeks kerentanan seismic di daerah penelitian.
3. Membuat indeks kerentanan seismic di daerah penelitian
4. Survey gempabumi signifikan bertujuan untuk
BAB II PEMBAHASAN
Gambar 4. Model cekungan yang berisi material sedimen halus (Slob, 2007
7
dasar.
2. Efek gelombang Rayleigh (TV) pada noise terdapat pada spektrum komponen
vertikal di dataran aluvial (SVS), tetapi tidak terdapat pada spektrum komponen
vertikal di batuan dasar (SVB).
SVS
TV = (2)
S VB
3. Komponen vertikal mikrotremor tidak teramplifikasi oleh lapisan sedimen di dataran
aluvial.
4. Efek gelombang Rayleigh pada rekaman mikrotremor adalah ekivalen untuk
komponen vertikal dan horisontal. Untuk rentang frekuensi lebar (0,2-20,0 Hz), rasio
spekrum antara komponen horisontal dan vertikal di batuan dasar mendekati nilai
satu.
SVB
=1 (3)
S HB
5. Pada kondisi tersebut (Rumus 1.3), rasio spektrum antara komponen horisontal dan
vertikal dari mikrotremor yang terrekam di permukaan memungkinkan
efek Gelombang Rayleigh (ERW) untuk dieliminasi, menyisakan hanya
efek yang disebabkan oleh kondisi geologi lokal. Inilah konsep dasar Metode
Horizontal to Vertical Spectrum Ratio atau yang populer disebut sebagai Metode
HVSR:
T H S HS . SVB
T SITE = =
T V S HB . SVS
maka site effect yang terjadi adalah:
S HS
T SITE = (4)
SVS
Rumusan ini menjadi dasar perhitungan rasio spektrum mikrotremor komponen
horizontal terhadap komponen vertikalnya, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
S HS
=
√[ ( S Utara−Selatan ) +( S Barat−Timur ) ]
2 2
(5)
SVS SVertical
8
Keterangan:
HS : Komponen horizontal.
VS : Komponen vertical
S : Sinyal.
10
Gambar 5. Seperangkat peralatan penunjang survei mikrotremor: Digitizer TDL-303 (3
komponen), solar panel, kompas, GPS, dan kabel data
Hasil pengukuran mikrotremor di lapangan mendapatkan data getaran tanah fungsi
waktu. Data ini tercatat dalam 3 komponen, yaitu komponen vertikal, utara-selatan, dan
barat-timur. Data mentah ini tidak dapat langsung diolah karena dalam
format hexadecimal. Data ini harus diubah ke format ASCII menggunakan perangkat lunak
DATAPRO dan menghasilkan empat file, yaitu file komponen vertikal, utara-selatan,
barat-timur, dan file header. Agar keempat file data ini dapat diolah perangkat lunak
GEOPSY, harus dalam format SAF.
Proses selanjutnya adalah mengolah data mikrotremor menggunakan perangkat lunak
GEOPSY. Saat pengolahan dalam perangkat lunak GEOPSY, data dibagi dalam beberapa
window. Untuk data yang cukup besar dapat dilakukan pemilahan window secara otomatis,
yaitu pemilahan antara sinyal tremor atau event transient (sumber spesifik). Fungsi
pemilahan ini untuk menghindari pengolahan transient dalam analisis. Cara untuk
mendeteksi transient dengan membandingkan short term average (STA) dan long term
average (LTA). STA merupakan rata-rata amplitude jangka pendek (0,5-2,0 detik),
sedangkan LTA merupakan nilai rata-rata amplitudo jangka panjang (>10 detik). Ketika
perbandingan STA/LTA melebihi ambang batas, maka dapat disebut sebagai ”event”
(Koller et al., 2004). Setelah transient terdeteksi maka data selain transient dibagi dalam
beberapa window (20-50 detik). Berdasarkan SESAME European Research Project (2004),
disarankan pada penentuan panjang window memiliki minimal persyaratan lw=10/fo, dalam
11
hal ini lw adalah panjang window dan fo adalah frekuensi resonansi, sehingga memiliki
minimal 10 cycle signifikan pada masing-masing window.
Masing-masing window dikenai transformasi fourier sehingga diperoleh spektrum
fourier untuk masing-masing komponen. Spektrum fourier komponen horizontal (barat-
timur dan utara selatan) dirata-ratakan menggunakan akar rata-rata kuadrat, selanjutnya
dibagi dengan spektrum fourier komponen vertikal dalam kawasan frekuensi hingga
diperoleh rata-rata spektrum H/V.
Prosedur pengolahan data mikrotremor menggunakan metode analisis HVSR
hingga diperoleh indeks kerentanan seismik (Kg) digambarkan pada Gambar 9. Hasil
keluaran perangkat lunak GEOPSY berupa rara-rata spektrum mikrotremor. Dari spektrum
ini dapat diketahui nilai frekuensi resonansi (fo) dan faktor amplifikasi (A) di lokasi
pengukuran. Indeks kerentanan seismik (Kg) diperoleh dengan membagi kuadrat faktor
amplifikasi (A) dengan frekuensi resonansi (fo),
Setelah survei pencatatan mikrotremor di lapangan dilakukan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan, selanjutnya data mikrotremor dipersiapkan untuk dilakukan
pengolahan dengan metoda analisis HVSR menggunakan perangkat lunak
GEOPSY yang diawali dengan tahapan kerja dalam urutan di bawah ini.
1. Buka geopsy
- File
- Import Signals
- File
12
3. Memulai analisis signal
- Waveform
- Filter
- Tools
- H/V
13
5. Setelah di klik tombol start akan muncul seperti gambar berikut
1 A2
Maka nilai Tdom : , kerentanan seismic k = dapat dihitung.
fo f
Gambar 6. Peta episenter gempabumi Lebak (bintang warna merah) dan lokasi sensor
mobile TDS (segitiga terbalik warna cokelat)
II.5.B. Pengolahan Data
1. Analisis Data Site Class berdasarkan kurva HVSR
Dalam pelaksanaan survey gempabumi merusak Lebak, tim survey
melaksanakan pengukuran passive seismic untuk menganalisis site class atau site
amplifikasi. Pengukuran dilakukan di 6 lokasi, dengan lama pengukuran rekaman
noise masing-masing selama 30 menit. Metoda yang digunakan untuk analisis site
amplifikasi adalah perbandingan spectral noise horizontal terhadap spectral noise
vertical, metoda ini dikenal sebagai Horizontal Vertical Spectral Ratio (HVSR).
Dalam metoda ini spectral noise vertical dianggap unity (amplitude = 1.0)
disepanjang range frekuensi. Metoda ini dipopurlerkan oleh Nakamura dan
15
merupakan metoda analisis site amplifikasi yang praktis dan efisien. Site amplifikasi
merupakan parameter fisis suatu lokasi/site terkait informasi penguatan atau
perlemahan amplitude getaran gempa karena kondisi geologi permukaan. Semakin
lunak tanah disuatu lokasi akan terjadi penguatan getaran gempa beberapa kali lipat.
Selanjutnya, penentuan klasifikasi site dilakukan berdasarkan natural period /
periode dominan, seperti dijelaskan pada table berikut ini.
Tabel 3. Site class untuk penentuan klasifikasi jenis tanah permukaan (BSSC, 2000)
Berdasarkan Table 3 di atas, berikut adalah hasil pengolahan data pada 6 lokasi
menunjukan site class yang berbeda, mulai dari soft soil sampai stiff soil.
Hasil pengolahan diperoleh.
16
magnitudonya cukup besar (M = 6.1), sehingga hampir seluruh pulau Jawa
merasakan guncangan gempabumi ini.
17
seharusnya tidak terjadi (kesalahan bahan, desain, dan pemasangan) dalam pebuatan
bangunan tersebut, terutama karena kesalahan desain bangunan yang tidak menggunakan
kolom, campuran semen yang terlalu sedikit, dll. Sebagian besar kerusakan bangunan pada
bagian arsitektural (tempelan semen di tembok yang lepas, genting yang yang lepas dari
atap, dll). Selain itu sebaran kerusakan di suatu tempat relatif jarang, misalnya satu rumah
rusak berat sedangkan rumah di sekitarnya hanya mengalami kerusakan ringan. Dengan kata
lain, seharusnya bangunan-bangunan di daerah tersebut tidak perlu rusak “separah” itu jika
mengikuti kaidah bangunan dengan baik. Hal itu dibuktikan dari hasil pengukuran site-
class yang menunjukan bahwa sebagian besar lokasi terdampak yang diukur berada pada
kisaran tanah keras (stiff soil) hingga tanah lunak (soft soil). Artinya bahwa faktor
kerusakan bangunan disini lebih kepada “kesalahan” pada bangunan itu sendiri kecuali
untuk daerah tertentu dengan kategori tanah lunak (soft soil).
18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka ada beberapa kesimpulan terkait dengan
data mikrotremor.
a. Karakteristik spektrum mikrotremor berubah mengikuti karakteristik kondisi
geologis/geomorfologis.
b. Data persebaran frekuensi resonansi hasil pengukuran mikrotremordapat
menggambarkan profil kedalaman batuan dasar graben/cekungan secara kualitatif.
c. Hasil analisis data mikrotremor bermanfaat untuk menyusun peta frekuensi
resonansi, peta faktor amplifikasi, dan peta indeks kerentanan seismik.
d. Persebaran spasial indeks kerentanan seismik berdasarkan mikrotremor bermanfaat
untuk memprediksi zona lemah yaitu kawasan yang berpotensi mengalami kerusakan
rumah, likuefaksi, dan rekahan tanah akibat gempabumi
IV.2 Saran-saran
1. Adapun saran terhadap peneltian ini adalah pengamatan menggunakan mikrotremor
merupakan pengamatan fisis yang dilakukan diatas permukaan tanah oleh karena itu
data yang didapat perlu di validasi dengan pengamatan menggunakan bor dalam. Oleh
karena itu penelitian ini masih langkah awal dan nantinya akan dilanjutkan kedalam
penelitian lebih lanjut.
2. Perlunnya maintenance peralatan secara berkala agar data pembacaan dan hasil
Analisa mendapatkan data yang baik.
3. Perlunya koordinasi didaerah berdampak bencana alam.
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Marjiyono. 2010. Estimasi Karakteristik Dinamika Tanah Dari Data Mikrotremor
Wilayah Bandung. Thesis ITB. Bandung.
2. Nakamura, Y., 1989. A Method For Dynamic Characteristics Estimation of Subsurface
Quarterly Reports Of The Railway Technical Research Institute. Tokyo.
3. Nakamura, Y., 2000. Clear Indentification of Fundamental Idea of Nakamura’s
Technique and Its Application. Tokyo University. Japan.
4. Parwatiningtyas, D.,2008. “Perbandingan Karakteristik Lapisan Bawah Permukaan
Berdasarkan Analisis Gelombang Mikrotremor Dan Data Bor”.Jurnal Ilmiah Universitas
Indraprasta PGRI.
5. Prager, E. J., 2006. Furious Earth : The Science and Nature of Earthquakes, Volcanoes
and Tsunamis. Bandung : Penerbit Buku Pakar Raya.
6. Ramdani, R. N., 2011. Pemetaan Mikrozonasi Gempabumi Di Daerah Jepara Jawa
Tengah Dengan Metoda HVSR. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
7. Sheriff, R. E., dan Geldart, L. P., 1995. Exploration Seismology 2nd Edition. Cambridge
University Press : New York. USA.
8. Wiradisastra. 2002. Geomorfologi dan Analisis Landskap. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
20
LAMPIRAN
TABEL 1
21
TABEL 2
22
Hasil pengukuran di lokasi Gambar hasil pengolahan
1. Sukasari
23
Lat: 06⁰ 54’ 33.0” – Lon 106⁰ 11’ 52.5”
H = 21 msl
FO (Filter) = 8.87403 +/- 1.41372
To = 0.11268837
AO = 1.25691(1.07984,1.46302)
2. Sawarna
3. Panggarangan
4. Cimandiri
24
Lat: 06⁰ 51’ 43.9” – Lan 106⁰ 10’ 47.0”
H = 237 msl
FO(Filter) = 0.613388 +/- 0.0464287
AO = 3.45249 (1.64952,7.2264)
5. Bayah
6. Bogor
25
Dokumentasi
Struktur bangunan tanpa plester roboh Genting rumah warga rusak parah
26