Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG

PENGUAT AMPLIFIER DENGAN OPAMP (ANALOG)

Disusun oleh:
Alif Abid Abdillah
NRP.0417040014

D4 KELISTRIKAN KAPAL
TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat


berpenguatan tinggi yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang
memiliki dua input inverting dan non-inverting dengan sebuah terminal
output, dimana rangkaian umpan balik dapat ditambahkan untuk
mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada operasional
amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-Amp)
merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output.

Op-amp ini digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi


linier yang bermacam-mcam atau dapat juga digunakan untuk operasi-
operasi tak linier, dan seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu linier
dasar. Penguat operasional (Op-Amp) merupakan komponen elektronika
analog yang berfungsi sebagai amplifier multiguna dalam bentuk IC dan
memiliki simbol sebagai berikut :

Gambar 1.1 Simbol Operasional Amplifier (Op-Amp)

simbol Op Amp,simbol penguat operasional,simbol operasional


amplifier,prinsip kerja op-amp,karakteristik op-amp,fungsi op-amp

Prinsip kerja sebuah operasional Amplifier (Op-Amp)


adalah membandingkan nilai kedua input (input inverting dan input non-
inverting), apabila kedua input bernilai sama maka output Op-amp tidak

2
ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya maka output
Op-amp akan memberikan tegangan output. Operasional amplifier (Op-
Amp) dibuat dari penguat diferensial dengan 2 input. Sebagai penguat
operasional ideal , operasional amplifier (Op-Amp) memiliki karakteristik
sebagai berikut :

Impedansi Input (Zi) besar = ∞


Impedansi Output (Z0) kecil= 0
Penguatan Tegangan (Av) tinggi = ∞
Band Width respon frekuensi lebar = ∞
V0 = 0 apabila V1 = V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1.
Karakteristik operasional amplifier (Op-Amp) tidak tergantung temperatur
/ suhu.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip dari penguat amplifier dengan komponen OpAmp.


2. Bagaimana gambar skematik dari rangkaian penguat amplifier.
3. Bagaiamana gambar PCB dari rangkaian penguat amplifier.

1.3. Tujuan

1. Memahami prinsip penguat amplifier dengan komponen OpAmp.


2. Menggambar skematik dari rangkaian penguat amplifier.
3. Menggambar PCB dari rangkaian penguat amplifier dengan benar.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Peralatan yang diperlukan

1. Power supply simetris


2. Function Generator
3. Oscilloscope
4. Probe yang diperlukan

3.2. Komponen yang diperlukan

1. IC LM324 1 keping
2. Resistor 6 buah
3. Terminal 3 pin 1 buah
4. Terminal 2 pin 4 buah

3.3. Prosedur Pengukuran

1. Memasanglah semua kabel penghubung pada modul yang telah anda buat.
2. Mengidupkan power supply, oscilloscope dan function generator.
3. Mengatur function generator pada frekuensi 1kHz dengan amplitudo sebesar
500mVpp.
4. Mengatur power supply sebesar ±5Vdc.
5. Mengukur sesuai dengan besaran pada Tabel .

5
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Simulasi Proteus dan Perhitungan Perbesaran Signal

Penguat amplifier dari sebuah OpAmp pada dasarnya terdiri dari :

 Penguat Inverting
 Penguat Non Inverting

Gambar 4.1 Rangkaian Inverting

6
Gambar 4.2 Tampilan Ossiloscop

Sinyal Kuning Input


Sinyal BIru Output
−𝑅𝑓 𝑉 𝑂𝑈𝑇
𝐴(𝑣) = =
𝑅1 𝑉 𝐼𝑁

Diket : R1 = 27O Ω Rf = 390 Ω


Ditanya: A
Jawab
−𝑅𝑓 390
𝐴(𝑣) = = 270 = 1,4
𝑅1
𝑉 𝑜𝑢𝑡 1,8
𝐴(𝑣) = = 𝑑𝑖𝑣 = 0,9
𝑉 𝑖𝑛 2

𝑆𝑖𝑔𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
𝑉𝑝 = 1 𝑥 0,5 𝑉/𝑑𝑖𝑣 = 0,5 V 𝑉𝑝𝑝 = 2 𝑥 0,5 𝑉/𝑑𝑖𝑣 = 1 V
𝑉𝑟𝑚𝑠 = 0,707 𝑥 𝑉𝑝 = 0,707 𝑥 0,5 = 0,3535 𝑉
𝑆𝑖𝑔𝑛𝑎𝑙 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝑉𝑝 = 1,4 𝑥 0,5 𝑉/𝑑𝑖𝑣 = 0,7 V 𝑉𝑝𝑝 = 2,8 𝑥 0,5 𝑉/𝑑𝑖𝑣 = 1,4 V
𝑉𝑟𝑚𝑠 = 0,707 𝑥 𝑉𝑝 = 0,707 𝑥 0,7 = 0,4949 𝑉

7
Vrms Output 0,4949
𝐴(𝑣) = − = - 0,3535 = −1,4
Vrms Input

Dari bentuk gambar bentuk sinyal input dan output diatas terlihat bahwa sinyal
output berbalik arah dengan sinyal input maka penguatannya AV bertanda
negatif.

Gambar 4.3 Rangkian Noninverting

8
Gambar 4.4 Tampilan Ossiloscope

Sinyal Merah Input


Sinyal Hijau Output
𝑅𝑓 𝑉 𝑜𝑢𝑡
𝐴(𝑣) = 1 + 𝑅1 = 𝑉 𝑖𝑛

Diket : R1 = 270 Ω Rf = 390 Ω


Ditanya: A
Jawab
𝑅𝑓 390
𝐴(𝑣) = 1 + 𝑅1 = 1 + 270 = 2,4

𝑆𝑖𝑔𝑛𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
𝑉𝑝 = 1 𝑥 0,5 𝑉/𝑑𝑖𝑣 = 0,5 V 𝑉𝑝𝑝 = 2 𝑥 0,5 𝑉/𝑑𝑖𝑣 = 1 V
𝑉𝑟𝑚𝑠 = 0,707 𝑥 𝑉𝑝 = 0,707 𝑥 0.5 = 0,3535 𝑉
𝑆𝑖𝑔𝑛𝑎𝑙 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝑉𝑝 = 2,4 𝑥 0,5 𝑉/𝑑𝑖𝑣 = 1,2 V 𝑉𝑝𝑝 = 4,8 𝑥 0,5 𝑉/𝑑𝑖𝑣 = 2,4 V
𝑉𝑟𝑚𝑠 = 0,707 𝑥 𝑉𝑝 = 0,707 𝑥 1,2 = 0,8484 𝑉

9
Vrms Output 0,8484
𝐴(𝑣) = = = 2,4
Vrms Input 0,3535

Dari bentuk gambar bentuk sinyal input dan output diatas terlihat bahwa sinyal
output searah dengan sinyal input maka penguatannya AV bertanda positif.

4.2. Desain Skematik dan PCB

Gambar 4.5 Jalur PCB dan Penempatan Komponen Eagle.

Gambar 4.6 Skematik Eagle

10
Gambar 4.7 Jalur PCB dan Penempatan Komponen

4.3. Hasil Pengujian Praktikum

A. Data hasil pengujian

Table 4.1 Tabel Data Penguatan Sinyal Inverting.

NO Vin (mV) Vout (mV) A (V)

1. 407 2093 5,1425

2. 504 2138 4,2420

3. 603 2161 3,5837

4. 700 2183 3,1185

5. 805 2214 2,7503

6. 901 2153 2,3895

7. 1004 2093 2,0846

8. 1103 2082 1,8875

9. 1202 2138 1,7787

10. 1303 2130 1,6346

Rata-rata 2,8612

11
Table 4.2 Tabel Data Penguatan Sinyal Noninverting

NO Vin (mV) Vout (mV) A (V)

1. 408 1963 4,8112

2. 502 2054 4,0916

3. 601 2234 3,7171

4. 699 2200 3,1473

5. 803 2367 2,9476

6. 903 2538 2,8106

7. 999 2651 2,6536

8. 1108 2467 2,2265

9. 1203 2438 2,0266

10. 1303 2498 1,9171

Rata-rata 3,0349

B. Bentuk sinyal saat pengujian

Gambar 4.7 Sinyal Input Inverting

12
Gambar 4.8 Sinyal Input Noninverting

C. Analisis

1. Besar perbesaran A (mV) Inverting secara simulasi pada Proteus


adalah 1.4 sedangkan pada praktiknya rata-rata perbesaran 2.86.
2. Selisih sebesar 1.46 atau sebesar 51%
3. Besar perbesaran A (mV) Noninverting secara simulasi pada Proteus
adalah 2.4 sedangkan pada praktiknya rata-rata perbesaran 3.03.
4. Selisih sebesar 0.63 atau sebesar 20%

D. Contoh Pengaplikasian

Rangkaian Komparator

Gambar 4.9 Gambar Rangkaian Komparator

13
Rangkaian Komparator adalah alat yang di gunakan untuk
membandingkan ukuran panjang, komparator umumnya di buat dari sebuah
teleskop atau mikroskop yang di gerakan naik turun pada sebuah skala.
Komparator juga bisa di sebut sebagai alat yang di gunakan untuk membuat
perbandingan antara dua sinar atau warna.
Selain itu, ada juga yang di sebut dengan rangkaian komparator
tegangan. Komparator tegangan adalah sebuah rangkaian yang dapat dengan
cermat membandingkan besar tegangan yang di hasilkan. Rangkaian ini
biasanya menggunakan komparator Op-Amp sebagai piranti utama dalam
sebuah rangkaian. Saat ini terdapat dua jenis komparator tegangan, yaitu
komparator tegangan sederhana dan komparator tegangan dengan histerisis.

 Rangkaian Komparator Tegangan Sederhana

Gambar 4.10 Rangkaian Komparator Tegangan Sederhana

Rangkaian komparator ini dapat kita rangkai menggunakan Vref yang di


hubungkan ke V Supply, kemudian kedua resistor di gunakan sebagai
pembagi tegangan, sehingga nilai tegangan yang di hasilkan dari komparator
Op-Amp adalah semakin besar. Komparator Op-Amp akan membandingkan
nilai tegangan pada kedua tegangan, apabila sebuah tegangan (-) lebih besar
dari tegangan masukan (+) maka keluaran Op-Amp akan menjadi sama v
Supply. Untuk Op-Amp yang sesuai dengan pemakaian pada rangkaian Op-
Amp untuk komparator biasanya menggunakan op-amp dengan tipe LM339
yang banbyak di pasaran.

14
 Rangkaian Komparator Tegangan Histerisis

Gambar 4.11 Rangkaian Komparator Tegangan Histerisis

Tujuan Rangkaian komparator ini adalah untuk meminimalkan efeknois


pada tegangan masukan. Misalnya tegangan referinsanya di set 3,3 V,
sedangkan rangkaian ini juga memiliki nois sebesar 0,1 V, maka tegangan
inputnya menjadi tepat 3,3 V dan keluarannya juga akan berfuktuatif sesuai
dari noisnya. Dengan menggunakan komparator histerisis, maka keluaranya
tidak akan berlogika sebelum input melewati batas dan sebaliknya.
Dengan menggunakan komparator LM324 maka tegangan sinyal ramp
yang di hasilkan oleh rangkaian generator ini akan di bandingkan dengan
tegangan dari potensiometer. Tegangan potensiometer tersebut bervariasi
antara 0 volt sampai 10 volt DC.
Pada saat rangkaian ramp berada di bawah tegangan potensiometer maka
output dari komparator LM324 adalah 10 Volt sehingga terdapat arus yang
mengalir pada R7. Apabila tegangan ramp lebih tinggi dari pada tegangan
potensiometer maka output dari LM324 adalah 0 volt. Arus ini merupakan
arus aktivasi optocoupler pada bagian triac.

15
BAB V
Kesimpulan

1. Rangkaian inverting memiliki sinyal output tidak terbalik sedangkan


noninverting memiliki sinyal tidak terbalik namun ada cacat pada sinyalnya.
2. Penguat sinyal inverting pada ossciloscop memiliki gelombang yang
tingginya hampir sama
3. Penguatan sinyal non inverting lebih besar dibandingkan inverting dengan
menggunakan resistor yang sama.
4. Noninverting memiliki penyimpangan yang lebih kecil dibanding inverting
saat pengujian.
5. Bentuk sinyal tidak sesuai dengan yang diiinginkan disebabkan Grounding
yang kurang baik dan penyolderan yang kurang baik.
6. Terdapat kesalahan saat pada saat penyolderan yang mengakibatkan 2 line
yang tidak terhubung
7. Penyimpangan yang besar pada inverting dan noninverting diperlukan
pengajian ulang pada IC dan rangkain skematik.

16
DAFTAR PUSTAKA
Aditya,Ryan Yudha dan Maulana, Zindu.2018.Modul Elektronika Analag.
Surabaya : PPNS.

17

Anda mungkin juga menyukai