Menindaklanjuti keberhasilan yang dicapai oleh Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium) (MDGs), yang mempedomani upaya pembangunan global selama periode 2000-2015, pemerintah negara-negara di dunia sedang merundingkan seperangkat Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) (SDGs) untuk periode 2016-2030. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan AKI dan AKB melalui program Gerakan Sayang Ibu (GSI), safe motherhood program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). (Depkes RI,2013). Kematian ibu dan bayi masih banyak terjadi di negara berkembang sebesar 99%. AKI dan AKB di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) diperoleh AKI tahun 2013 sebesar 307 per 100.000 (KH), dan AKB sebesar 34 per 1000 (KH). Mengalami penurunan pada tahun 2009 jumlah AKI sebesar 228 per 100.000 (KH) dan AKB sebesar 25 per 1.000 (KH), di tahun 2010 AKI mengalami peningkatan lagi sebesar 277 per 100.000 (KH) dan AKB sebesar 32 per 1000 (KH). Jumlah AKI dan AKB masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 (KH) dan AKB sebesar 17 per 1000 (KH), sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut (Depkes RI, 2010). 2
Di Kabupaten Probolinggo, cakupan angka kematian
ibu selama tahun 2015 sebesar 26 dan angka kematian bayi sebesar 242 sementara di Puskesmas Klenang Kidul cakupan angka kematian ibu selama tahun 2015 sebanyak 0 ibu hamil serta mempunyai kasus total kematian sebanyak 12 kasus yang terdiri dari kematian terbanyak terdapat pada neonatal 0- 7 hari (6 kasus). Sedangkan kasus kematian laninnya adalah bayi 28-11 bulan (5 kasus), dan 1 kasus pada anak usia 12 bulan-5 tahun. Mayoritas kematian ini disebabkan ibu hamil memiliki riwayat anemia yaitu rata-rata < 11 g/dl dan pola konsumsi salah dari ibu hamil. (dinkes Kab.Probolinggo, 2016). Berdasarkan latar belakang diatas, inovasi yang perlu dilakukan guna meningkatkan motivasi, kinerja, dan kepekaan Nutrisonis/ahli gizi serta guna mendukung keberhasilan program kesehatan dalam suatu kasus atau masalah adalah membentuk grup anemia (GRUMI) dan Konsultant Village Nutrisionist (Konsultan Gizi Desa / KOGIZ). 1.2 Masalah Angka kematian ibu hamil, angka kematian bayi, jumlah abortus, dan jumlah ibu hamil dengan Hb < 11gr/dl tinggi, asi ekslusif. 1.3 Tujuan Tujuan Umum Menurunkan cakupan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan cakupan asi ekslusif Tujuan Khusus 1) Meningkatkan motivasi dan kinerja Nutrisonis/ahli gizi untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi 2) Meningkatkan kepekaan Nutrisonis/ahli gizi dalam menangani masalah atau kasus anemia 3) Membentuk GRUMI (Grup anemia) untuk menurunkan angka anemia pada ibu hamil 3
4) Membentuk Konsultan Gizi Desa (KOGIZ) untuk
menurunkan angka kasus gizi yang ada di Desa 5) Menyaring dan mengatasi secara dini kasus gizi yang ada di desa BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penguatan Program GRUMI dan KOGIZ
Dari laporan dinas kesehatan Kabupaten Probolinggo,
tercatat 26 kasus kematian ibu dan 242 kasus kematian bayi pada tahun 2015.
Dari grafik diketahui bahwa Puskesmas Klenang
Kidul mempunyai kasus total kematian sebanyak 12 kasus yang terdiri dari kematian terbanyak terdapat pada neonatal 0-7 hari (6 kasus). Sedangkan kasus kematian laninnya adalah bayi 28-11 bulan (5 kasus), dan 1 kasus pada anak 4
usia 12 bulan-5 tahun. Mayoritas kematian ini disebabkan
ibu hamil memiliki riwayat anemia yaitu rata-rata < 11 g/dl dan pola konsumsi salah dari ibu hamil.
Dari sasaran ibu hamil 48 orang di temukan ibu hamil
anemia dari bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober sejumlah 6 ibu hamil yang mempunyai Hb <11 gr/%.
Dari grafik diatas bisa diketahui bahwa dari 10 ibu hamil
antara bulan Juni – Oktober mempunyai Hb dibawah stadart (<11 gr/%) akan tetapi rata-rata Hb ibu hamil 5
tersebut meningkat saat mengikuti program GRUMI yaitu
berada diatas 11 gr/%.
Dari laporan GRUMI selama bulan Juni – Oktober 2016,
terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah diterapkan program GRUMI dilihat dari kelahiran BBLR. Pada periode Juni – Oktober 2016 kelahiran desa Sentulan mencapai 14 persalinan termasuk dengan ibu hamil anemia (3 orang) akan tetapi tidak ada yang mempunyai kelahiran BBLR termasuk juga dengan ibu hamil anemia.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian program GRUMI yaitu tren kenaikan (Juni- 6
Oktober) dilihat dari zat gizi antara lain energi, protein,
kalsium, zat besi. 2.4 Grup Anemia atau GRUMI Adalah suatu kegiatan kelompok diskusi searah, pemberian tablet atau suplemen Fe secara berkala, penilaian asupan makan (recall) bumil anemia (AKG bumil 2800 kalori, Fe= gr), sharing (tukar pendapat) antar ibu hamil anemia dalam bentuk focus grup discussion (FGD) dengan menggunakan media dimana menghadirkan narasumber untuk mendiskusikan satu topik tertentu secara lebih mendalam guna meningkatkan pengetahuan, merubah perilaku, pola pikir masyarakat. Dalam kegiatan GRUMI biasanya terdapat suatu topik yang dibahas dan didiskusikan bersama. Biasanya Diskusi Kelompok Terarah ini mencakup semua ibu hamil yang anemia dan memiliki resiko tinggi yang tertarik pada satu topik atau program tertentu. Didalamnya terdapat seorang atau narasumber yang akan memandu peserta untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan sesuai dengan topik yang dibicarakan. Pemberian tablet Fe secara berkala dimaksudkan untuk meningkatkan kadar Hb yang masih dibawah 11 g/dl. Untuk sharing antar teman dapat dilakukan bila peserta yang hadir lebih dari 5 orang. Prinsip- prinsip GRUMI di antaranya yaitu : 1. GRUMI adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Apabila moderator cenderung selalu mengkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta GRUMI. Semua peserta GRUMI secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, 7
informan B ke moderator, dst. Yang seharusnya terjadi
adalah moderator lebih banyak “diam” dan peserta GRUMI lebih banyak omong alias “cerewet”. Kondisi idealnya, Informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C,diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E,dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis. Moderator disini bisa bidan desa, ahli gizi puskesmas, serta tenaga kesehatan lainnya. 2. GRUMI adalah group bukan individu. Prinsip ini masih terkait dengan prinsip sebelumnya. Agar terjadi dinamika kelompok, moderator harus memandang para peserta GRUMI sebagai suatu group, bukan orang per orang. Selalu melemparkan topik ke “tengah” bukan melulu tembak langsung ke peserta GRUMI. 3. GRUMI adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas. Terutama pembahasan anemia baik penyebab, gejala, maupun prevalensi anemia. Prinsip ini melengkapi prinsip pertama di atas. Diingatkan bahwa jangan hanya mengejar interaksi dan dinamika kelompok,kalau hanya mengejar hal tersebut diskusi bisa berjalan ngawur. Selama diskusi berlangsung moderator harus fokus pada tujuan diskusi, sehingga moderator akan selalu berusaha mengembalikan diskusi ke “jalan yang benar” 4. Kegiatan atau program GRUMI ini dilakukan dapat dilakukan saat selesainya kegiatan ANC Terpadu (ANC T) ataun sebelum kegiatan ANCT sebagai tindak lanjut untuk ibu hamil anemia yang telah diketahui di suatu desa. 8
5. Kegiatan GRUMI memberikan pemeriksaan berkala Hb
setiap bulan selama belum naiknya kadar Hb menjadi normal (11 g/dl). 6. Pemberian tablet Fe secara rutin dan dipantau asupan makannya (recall) sehingga dapat diketahui pola asupan makan ibu hamil anemia. 7. Pemantauan minum Fe dilakukan oleh KOGIZ. KOGIZ bertugas memantau ibu hamil anemia dengan mengisi kartu kontrol minum Fe secara rutin. Kader pendamping wajib melaporkan kartu kontrol kepada Nutrisionist/ahli gizi. 8. Penilaian asupan makanan/recall khususnya Energi dan zat besi/Fe dilakukan dengan cara membandingkan asupan ibu hamil dengan dengan angka kecukupan gizi ibu hamil yang dilakukan oleh ahli gizi puskesmas dengan menggunakan Software Gizi (Nutrisurvey). 9. Monitoring dan evaluasi dilakukan saat pertemuan GRUMI selanjutnya guna mengetahui sebelum ikut GRUMI dengan setelah ikut GRUMI. CONTOH KARTU KONTROL GRUMI KARTU KONTROL GRUMI
NAMA IBU : .......
ALAMAT : DUSUN............ RT..... RW..... DESA ........
NAMA KONSULTAN GIZI (KOGIZ) : ........
BULAN: ......... TAHUN: .........
NO TANGGAL ASUPAN MAKAN / KONSUMSI FE TTD IBU TTD (HARI) RECALL (X) KADER 1 2 s.d 30 AHLI GIZI PUSKESMAS
A.ZULKIFLI/BIDAN DESA 9
2.5 Konsultan Gizi Desa atau KOGIZ atau Konsultan Village
Adalah seorang tenaga yang dilatih oleh ahli gizi puskesmas sedemikian sehingga dapat membantu dan mempercepat kinerja ahli gizi dalam mengatasi masalah gizi sesuai dengan prioritas masalah di setiap desa se-Puskesmas Klenang Kidul, misalnya gizi buruk, asi ekslusif, ibu hamil anemia dan KEK, dll. KOGIZ adalah sistem informasi terpusat (SIT) yang diawasi oleh ahli gizi puskesmas sebagai laporan masalah gizi secara dini di desa. KOGIZ dapat membantu disaat dibutuhkan memantau anggota GRUMI. Harapannya adalah mempersingkat penemuan secara dini kasus-kasus gizi seperti gizi buruk, ibu hamil KEK dan anemia, dll. KOGIZ merupakan sparring partner untuk pembuat keputusan (decision maker) dalam menjalankan tugas- tugasnya. Sparring partner ini bisa berarti si konsultan gizi memberikan pertimbangan atas berbagai alternatif tindakan (seperti pertimbangan risiko gizi), atau memberikan suatu analisis yang mendalam atas suatu fenomena untuk diberikan kepada si pembuat keputusan, dan bisa juga menjabarkan suatu keputusan ke dalam bentuk yang lebih konkrit atau detail sesuai dengan kebutuhan. Jadi, seorang konsultan gizi itu memberikan analisis atau kajian, opini atau pendapat, serta penjabaran (detail) tentang masalah kesehatan khususnya bidang gizi yang menjadi fokus perhatian seorang konsultan gizi. Satu hal yang pasti, konsultan gizi tidak pernah membuat keputusan, dia hanya memberikan analisis, opini, dan penjabaran tentang masalah gizi. Bekerja sebagai konsultan gizi berarti bekerja di belakang layar dan pembiayaannya swadana. Pasien bisa dari tetangga, saudara, yang mempunyai masalah gizi. Seorang konsultan gizi adalah orang yang memberikan dukungan dan 10
informasi untuk membantu dalam mengatasi masalah gizi
sehingga dapat mempercepat menyelsaikan masalah gizi secara dini. Jika seorang konsultan gizi tidak dapat mengatasi yang sekiranya sulit, maka akan pasien akan dirujuk ke ahli gizi puskesmas. Konsultan gizi meninjau langsung lokasi kasus gizi (mengadakan inspeksi lapangan/kroscek). Untuk mengetahui seberapa besar kasusnya, serta hal – hal lain yang berkaitan dengan masalah gizi. Seperti buku KMS, asi ekslusif, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, latar belakang kasus tersebut. Konsultan gizi akan memberikan rekomendasi sesuai dengan arahan dari ahli gizi puskesmas sehingga dapat mengatasi secara dini. Bentuk laporan yang di sediakan konsultan gizi berupa laporan tertulis, sehingga kita sebagai ahli gizi puskesmas dapat dengan mudah membaca kasus-kasus yang telah ditangani sesuai dengan pelatihan. Kesimpulan Konsultan gizi sangat membantu dan memberikan cara bagaimana menangani masalah gizi. Dengan menggunakan jasa konsultan gizi , kasus gizi di puskesmas akan cepat terdeteksi, akan lebih terarah, terkonsep dan tentunya memberikan keuntungan dan manfaat yang sangat besar.