Anda di halaman 1dari 4

QS. Al Anfaal (Harta rampasan perang) – surah 8 ayat 58 [QS.

8:58]

‫ه ول ي ي إ‬
‫ن ٱلل م و‬ ‫ة و ن‬
‫ب‬
‫ح ب‬ ‫ء إإ م‬
‫واَ م‬
‫س و‬ ‫عل و ى‬
‫ى و‬ ‫م و‬
‫ه و‬ ‫و‬
‫فٱنب إذو إ إلي و إ‬ ‫خوياَّن و ة‬
‫وم م إ‬ ‫من و‬
‫ق و‬ ‫ن إ‬ ‫خاَّ و‬
‫ف م‬ ‫ماَّ ت و و‬‫وإ إ م‬ ‫و‬
٥٨ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ني‬‫إ‬ ‫إ‬ ‫ئ‬ ‫خا‬‫و‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ٱ‬

“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka
kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” ― QS. 8:58

Jika kaum Muslimin merasa ada gejala-gejala pengkhianatan dari satu golongan musuh, maka
haruslah dikembalikan perjanjian itu kepada mereka dan hendaklah mereka berusaha untuk
menghalangi pengkhianatan itu sebelum terjadi dengan jalan mengembalikan perjanjian itu
secara jujur disertai peringatan bahwa setelah adanya pengkhianatan itu pihak kaum muslimin
tidak terikat lagi dengan janji-janji apa pun terhadap mereka.

Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat, dan juga tidak membolehkan pengkhianatan
secara mutlak.

Kaum Muslimin dilarang memerangi mereka sebelum ada pengumuman, bahwa perjanjian
antara mereka dengan pihak lawan tidak berlaku lagi, karena adanya pengkhianatan.

Hal ini perlu diumumkan supaya tidak ada tuduhan dari pihak musuh bahwa kaum Muslimin
yang melanggar perjanjian.

Setelah itu Allah subhanahu wa ta’ala memberi peringatan pula kepada orang-orang yang
berkhianat itu dengan azab yang akan menimpa diri mereka sebagai akibat daripada
pengkhianatannya.

ASBABUN NUZUL, Sebab-Sebab Diturunkannya Surah Al Anfaal (8) Ayat 58

Diriwayatkan oleh Abusy Syaikh yang bersumber dari Ibnu Syihab bahwa Jibril datang kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan berkata: “Engkau telah meletakkan senjata dan tetap berusaha mengajak
mereka melaksanakan perdamaian.

Allah telah mengizinkan kamu untuk menggempur Bani Quraizhah yang telah mengkhianatimu.

Berangkatlah dan gempurlah mereka.” Turunnya ayat ini (al-Anfaal: 58) sebagai izin kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk menggempur orang-orang yang mengkhianati perjanjian.

Sumber : Asbabun Nuzul-K.H.Q.Shaleh – H.A.A Dahlan dkk.

TAFSIR AL-MISBAH, Oleh Muhammad Quraish Shihab:


Apabila engkau merasakan tanda-tanda pengkhianatan suatu kaum terhadap perjanjian yang
engkau buat antara engkau dengan mereka, maka putuskanlah usaha-usaha pengkhianatan itu
dengan memberikan ultimatum baru bahwa engkau telah membatalkan perjanjian itu, sehingga
mereka mengetahui sikapmu dan tidak dapat mengkhianatimu.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berkhianat dan tidak menginginkan ada
pengkhianat di antara kalian.

TAFSIR AL-JALALAIN, Oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi:

(Dan jika kamu merasa khawatir dari suatu kaum) yang telah mengadakan perjanjian denganmu
(akan perbuatan khianat) terhadap janjinya melalui tanda-tanda yang terlihat jelas olehmu (maka
kembalikanlah perjanjian itu) lemparkanlah perjanjian mereka itu (kepada mereka dengan cara
yang jujur) lafal sawaaun menjadi kata keterangan, artinya:

secara adil antara kamu dan mereka, supaya kedua belah pihak mengetahui bersama siapakah
yang merusak perjanjian terlebih dahulu.

Yaitu dengan cara kamu memberitahukan kepada mereka tentang pelanggaran tersebut, supaya
mereka tidak menuduhmu berbuat khianat bila kamu mengadakan tindakan.(Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berkhianat).

TAFSIR IBNU KATSIR, Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:

Allah subhanahu wa ta’ala. berfirman kepada Nabi-Nya:

Dan jika kamu merasa khawatir terhadap suatu golongan.Yaitu yang telah mengadakan
perjanjian perdamaian dengan kamu.akan suatu pengkhianatan.Maksudnya, merusak perjanjian
yang ada antara kamu dan mereka.…maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan
cara yang jujur.Yakni beritahukanlah kepada mereka bahwa kamu membatalkan perjanjianmu
dengan mereka karena mereka telah merusaknya (melanggarnya), sehingga dari pihakmu dan
pihak mereka telah diketahui bahwa tidak ada lagi perjanjian yang mengikat.

Kini mereka adalah musuhmu dan kamu adalah musuh mereka secara terang-terangan.

Al-Walid ibnu Muslim mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka kembalikanlah
perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur ( Al-Anfal: 58) Yang dimaksud dengan
sawa-un ialah dengan cara yang hati-hati.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat (Q.S. Al-Anfal [8]: 58) Yakni
sekalipun berkhianat terhadap orang-orang kafir, Allah tidak menyukai pula.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far.

telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abul Faid, dari Salim ibnu Amir yang
mengatakan bahwa Mu’awiyah berjalan (bersama pasukannya) di negeri Romawi, sedangkan
saat itu telah ada perjanjian gencatan senjata antara dia dan mereka.

Untuk itu Mu’awiyah bertujuan mendekati mereka dengan maksud bila masa gencatan senjata
telah habis, dia akan langsung menyerang mereka.

Tetapi tiba-tiba muncul seorang tua yang berkendaraan seraya berkata, “Allah Mahabesar, Allah
Mahabesar.

Tepatilah perjanjian itu, jangan dilanggar.” Orang tua itu mengatakan bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
pernah bersabda: Barang siapa yang antara dia dan suatu kaum terdapat suatu perjanjian, maka
jangan sekali-kali ia membuka ikatan, jangan pula mengencangkannya sebelum masa berlakunya
habis, atau (sebelum) perjanjian itu dikembalikan kepada mereka dengan cara yang jujur.

Ketika ucapan itu sampai kepada Mu’awiyah, maka Mu’awiyah kembali lagi (ke negeri Syam,
pusat pemerintahannya).

Dan ternyata orang tua itu adalah Amr ibnu Anbasah r.a., salah seorang sahabat Rasul ‫( ﷺ‬yang
saat itu masih hidup).

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayalisi, dari Syu’bah.

Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih-nya
telah mengetengahkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Syu’bah.

Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Imam Ahmad mengatakan pula: telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Az-
Zubairi.

telah menceritakan kepada kami Israil, dari Ata ibnu Saib, dari Abul Buhturi.

dari Salman (yakni Al-Farisi r.a.) bahwa ia sampai di suatu benteng atau suatu kota (musuh).
Lalu ia berkata kepada teman-temannya.”Biarkanlah aku menyeru mereka, seperti yang pernah
aku lihat Rasulullah ‫ ﷺ‬melakukannya saat menyeru mereka.” Kemudian Salman Al-Farisi
berkata, “Sesungguhnya aku adalah seorang lelaki dari kalangan kalian, kemudian Allah
subhanahu wa ta’ala.

memberiku petunjuk masuk Islam.

Maka jika kalian masuk Islam, maka bagi kalian berlaku hukum seperti yang berlaku pada kami,
dan jika kalian tidak mau.

maka tunaikanlah jizyah, sedangkan kalian dalam keadaan kalah.

Dan jika kalian tetap membangkang, maka kami kembalikan kepada kalian dengan cara yang
jujur.” Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.

Salman Al-Farisi menyerukan kalimat tersebut selama tiga hari, kemudian pada hari keempatnya
pasukan kaum muslim menyerang mereka dan berhasil membukanya dengan pertolongan Allah.

Anda mungkin juga menyukai