Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FARMAKOTERAPI I

OLEH :

KELOMPOK II :

ANNISA FATHINAH NGANI (O1A1 17 007)

ARIFIN (O1A117 008)

ARNIKA SEPTIA (O1A117 009)

AYUVIANI INDAH LESTARI S. (O1A1 17 011)

DARSIA (O1A117 012)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Payudara merupakan kelenjar keringat yang mengalami modifikasi
dan berkembang lebih kompleks pada wanita dan rudimenter pada pria.
Proses perkembangan dimulai pada janin berumur 6 minggu dimana
terjadi penebalan lapisan epidermis pada bagian ventral, superfisial dari
fasia pektoralis serta otototot pektoralis mayor dan minor. Penebalan
yang terjadi pada venteromedial dari region aksila sampai ke regio
inguinal menjadi ‘milk lines’ dan selanjutnya pada bagian superior
berkembang menjadi puting susu dan bagian lain menjadi atrofi.
Secara fisiologis, payudara mengalami berbagai perubahan yang
dipengaruhi oleh hormonal. Pada saat pubertas, estrogen dan
progesteron yang dihasilkan oleh ovarium dan pengaruh hipofisa
anterior menyebabkan berkembangnya duktus dan asinus. Sesuai dengan
siklus menstruasi, terjadi peningkatan estrogen dan progesteron
sehingga terjadi proliferasi sel dan retensi cairan. Pada saat kehamilan,
terjadi proliferasi sel akibat pengaruh estrogen, progesteron, laktogen
plasenta dan prolaktin. Pada saat menyusui terjadi peningkatan produksi
prolaktin dan penurunan estrogen dan progesteron, sedangkan pada saat
menopause terjadi involusi payudara diikuti dengan berkurangnya
jumlah kelenjar.
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel
yang terdapat pada payudara. Payudara wanita terdiri dari lobulus,
duktus, lemak dan jaringan konektif, pembuluh darah dan limfe. Pada
umumnya karsinoma berasal dari sel-sel yang terdapat di duktus,
beberapa diantaranya berasal dari lobulus dan jaringan lainnya.
Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian pada
wanita dan lebih dari satu juta kasus ditemukan di berbagai belahan
dunia. Di Amerika Serikat setiap tahunnya ditemukan 100.000 kasus
baru dan 30.000 diantaranya meninggal. Di Amerika Utara dan Eropa
Utara lebih tinggi, yaitu 91,4 kasus baru dari 100.000 wanita per tahun,
diikuti dengan Eropa Selatan dan Amerika Latin dan paling rendah di
Asia dan Afrika. Dari latar belakang diatas kita dapat ketahui betapa
pentingnya di lakukan pembuatan makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu bagaimana
tata laksana terapi kanker payudara , KIE dan monitoring ?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar kita dapat mengetahui
tentang tata laksana terapi kanker payudara , KIE dan monitoring ?

D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu mahasiswa dapat
mengetahui tata laksana terapi kanker payudara , KIE dan monitoring ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanker Payudara


Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang sering
terjadi pada perempuan di Indonesia. Kanker payudara memiliki
kontribusi sebesar 30% dan merupakan jenis kanker yang paling
mendominasi di Indonesia, mengalahkan kanker leher rahim atau kanker
serviks yang berkontribusi sebesar 24%. Penderita kanker yang terus
meningkat diperkirakan akan menjadi penyebab utama peningkatan
beban ekonomi karena biaya yang harus ditanggung cukup besar.
Sel kanker dapat timbul apabila telah terjadi mutasi genetik sebagai
akibat dari adanya kerusakan DNA pada sel normal. Kanker merupakan
pertumbuhan sel yang tidak normal, menduplikasikan diri di luar kendali,
dan biasanya nama kanker didasarkan pada bagian tubuh yang menjadi
tempat pertama kali sel kanker tersebut tumbuh.
Kanker payudara adalah keganasan pada payudara yang berasal dari
sel kelenjar, saluran kelenjar, serta jaringan penunjang payudara, namun
tidak termasuk kulit payudara. Stadium dalam kanker merupakan
deskripsi mengenai kondisi kanker agar dapat ditentukan cara
pengobatan yang tepat. Pada kanker payudara, dikenal stadium dini
yang dimulai sebelum terjadinya kanker hingga stadium II, serta stadium
lanjut yang terdiri dari stadium III dan stadium IV.
Stadium kanker payudara ketika pertama kali ditemukan digunakan
untuk memperkirakan penanganan secara tepat sehingga merupakan
penentu keberhasilan dari pengobatan kanker payudara tersebut. Deteksi
dini kanker payudara dapat dilakukan dengan berbagai pemeriksaan,
misalnya dengan menggunakan prosedur pemeriksaan berupa
thermografi payudara, mamografi , biopsi payudara, duktografi , dan
ultrasonography (USG) payudara.
Thermografi payudara merupakan prosedur diagnosis yang
didasarkan pada level kimia dan aktivitas pembuluh darah pada
payudara dalam melakukan deteksi secara dini dari keberadaan sel
kanker payudara. Thermografi payudara sangat sensitif dalam
menggambarkan perubahan temperatur dan pembuluh darah yang
menjadi tanda keberadaan sel abnormal pada payudara, namun apabila
terdapat tumor, thermografi payudara tidak mampu menunjukkan lokasi
tumor sehingga sebaiknya dilakukan secara bersama dengan mamografi
untuk saling melengkapi hasil pemeriksaan. Mamografi merupakan
metode pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar x kadar
rendah dan umumnya dianjurkan pada perempuan yang telah berusia
lebih dari empat puluh tahun.
Duktografi merupakan bagian dari pemeriksaan mamografi yang
dapat membantu memperlihatkan keadaan saluran susu pada payudara.
Perempuan yang mengalami kelainan payudara berupa puting yang
mengeluarkan cairan tidak normal disarankan untuk melakukan
pemeriksaan ini. Biopsi merupakan sebuah prosedur pemeriksaan yang
dilakukan dengan mengambil sebagian kecil jaringan payudara untuk
mengetahui ada tidaknya sel kanker pada payudara, serta tingkat
keganasan dari sel kanker tersebut. Pengambilan sebagian kecil jaringan
pada payudara dilakukan dengan menggunakan jarum khusus yang
dimasukan ke dalam payudara. Ultrasonography (USG) payudara
umumnya digunakan untuk melakukan pemeriksaan atas
ketidaknormalan pada payudara, misalnya kista payudara, serta bentuk
kista tersebut. Pemeriksaan USG payudara sebaiknya dilakukan bersama
dengan mamografi untuk mendapatkan diagnosis yang tepat pada
kelainan payudara.
B. Faktor Terjadinya Kanker Payudara
Penyebab timbulnya kanker payudara belum diketahui secara pasti,
namun bersifat multifaktorial atau banyak faktor. Beberapa hal yang
dapat menjadi penyebab kanker payudara, yaitu adanya kelemahan
genetik pada sel tubuh sehingga mempermudah timbulnya sel kanker,
iritasi dan infl amasi kronis yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
kanker, radiasi sinar matahari dan sinar-x, senyawa kimia, seperti afl
atoxin B1, asbestos, nikel, arsen, arang, tarr, asap rokok, kontrasepsi
oral, dan sebagainya, serta makanan yang bersifat karsinogenik,
misalnya makanan kaya karbohidrat yang diolah dengan digoreng, ikan
asin, dan sebagainya.
Adapun faktor risiko terjadinya kanker payudara, yaitu usia > 50
tahun, adanya riwayat kanker payudara pada keluarga, obesitas,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, pemakaian alat kontrasepsi
hormonal dalam jangka waktu yang lama, paparan radiasi, tidak pernah
melahirkan atau melahirkan pertama kali pada usia lebih dari 35 tahun,
serta tidak menyusui. Menopause yang terlambat, yaitu pada usia > 50
tahun, dan menarche dini, yaitu usia pertama kali mengalami menstruasi
< 12 tahun juga merupakan faktor risiko dari kanker payudara.
Gejala umum kanker payudara adalah adanya benjolan pada
payudara yang dapat diraba dan biasanya semakin mengeras, tidak
beraturan, serta terkadang menimbulkan nyeri. Gejala lain yang tampak,
misalnya perubahan bentuk dan ukuran, kerutan pada kulit payudara
sehingga tampak menyerupai kulit jeruk, adanya cairan tidak normal
berupa nanah, darah, cairan encer, atau air susu pada ibu tidak hamil
atau tidak sedang menyusui yang keluar dari puting susu. Gejala kanker
payudara umumnya juga tampak dari adanya pembengkakan di salah
satu payudara, tarikan pada puting susu atau puting susu terasa gatal,
serta nyeri. Pada kanker payudara stadium lanjut, dapat timbul nyeri
tulang, pembengkakan lengan, ulserasi kulit, atau penurunan berat badan.
Pertumbuhan jaringan payudara dipengaruhi oleh beberapa hormon,
yaitu hormon prolaktin, hormon pertumbuhan, hormon progesteron,
serta hormon estrogen. Paparan hormon estrogen secara berlebihan
dapat memicu pertumbuhan sel secara tidak normal pada bagian tertentu.
C. Mekanisme Terjadinya Kanker Payudara
Mekanisme terjadinya kanker payudara oleh paparan estrogen masih
menjadi kontroversi karena terjadinya kanker payudara oleh paparan
estrogen belum diketahui secara pasti disebabkan karena stimulasi
estrogen terhadap pembelahan sel epitel atau karena disebabkan oleh
estrogen dan metabolitnya yang secara langsung bertindak sebagai
mutagen. Tingginya paparan estrogen dapat disebabkan oleh beberapa
keadaan, yaitu tidak pernah melahirkan atau melahirkan pertama kali
pada usia lebih dari 35 tahun, tidak menyusui, menopause pada usia >
50 tahun, pemakaian kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang
lama, serta menarche pada usia < 12 tahun.

D. Contoh Kasus Kanker Payudara


Ny.nn 37 tahun merasa nyeri di payudara sehingga melakukan
mamografi dan ditemukan massa 2,2 cm dibagian luar kanan payudara.
Seluruh data laboratorium normal, chest x- ray negatif. Ibunya
meninggal umur 42 tahun karena kanker payudara dan kakak
perempuannya yang berumur 44 tahun memiliki tumor payudara dan
telah diangkat 4 tahun lalu. Hasil biopsi ditemukan sel kanker invasive
ductal carcinoma. CT scan pada dinding dada, abdomen, pelvis dan scan
tulang negatif. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan sel sudah ada di 2
dari 15 bagian di kelenjar limfe bagian ipsilateral.
 Hasil tes patologi menunjukkan esterogen dan progesteron positif
(ER/PR (+)), HER 2 (-1)
 Tentukan permasalahan pasien
 Bagaiman tata laksana terapi Ny. Nn , KIE dan monitoring ?

E. Penyelesaian Kasus
 Identifikasi permasalahan pasien
Dari kasus diatas dapat kita lihat bahwa permasalahan pasien,
dilihat dari riwayat penyakit, pasien belum memiliki riwayat penyakit
sebelumnya. Hasil biopsi ditemukan sel kanker invasive ductal
carcinoma. CT scan pada dinding dada, abdomen, pelvis dan scan
tulang negatif. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan sel sudah ada di 2
dari 15 bagian di kelenjar limfe bagian ipsilateral. Hasil tes patologi
menunjukkan estrogen dan orogesteron positif. Tanda dan gejala
yang di alami pasien yaitu merasa nyeri di bagian daerah
payudaranya sehingga melakukan mamografi dan ditemukan massa
2,2 cm dibagian luar kanan payudara.

 Tata laksana
Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan
diagnosa yang lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ).
Diagnosa dan terapi pada kanker payudara haruslah dilakukan dengan
pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada kanker payudara
sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari
agen biomolekuler atau biomolekuler-signaling.
Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek terapi
yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan
(adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah
dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan
pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai
faktor usia, comorbid, evidence-based, cost effective, dan kapan
menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.

 Tata laksana dengan metode SOAP


Subjektif
Nama : Ny. Nn
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Keluhan : nyeri dipayudara
Objective
Pemeriksaan fisik : ditemukan sel sudah ada di 2 dari 15 bagian
dikelenjar limfe
bagian ipsilateral
Riwayat pengobatan : -
Pemeriksaan Lab : 1. Data laboratorium normal, chest x-ray negatif.
2. Hasil biopsi ditemukan sel kanker invasive
ductal carcinoma.
3. CT scan pada dinding abdomen, pelvis dan
scan tulang negatif.
Assessment.
Perlu obat : ada
Pasien mendapat terapi yang tidak perlu : tidak ada
Salah obat : tidak ada
Dosis terlalu rendah : tidak ada
Pasien mengalami ROTD : tidak ada
Dosis terlau tinggi : tidak ada
Pasien tidak patuh : tidak ada.

Plan
Terapi Farmakologi
1. Terapi Neoadjuvant
- Paklitaksel
Dosis 135- 175 mg/ m2/24 jam infus
2. Operasi
Dilakukan pembedahan lumpectomy
3. Terapi
Radiasi : Untuk menghilangkan sisa sel kanker setelah operasi
Endokrin : untuk menurunkan tingkat ER yang bersirkulasi atau
mencegah efek estrogen terhadap sel kanker payudara dengan
cara menghambat reseptor hormon atau menurunkan kehadiran
reseptor rersebut.
4. Antiemetik
Ondansetron
Indikasi : mual muntah, pasca kemoterapi, pasca radioterapi &
sebelum dan
Sesudah operasi
Dosis : 16 mg diberi 1 jam sebelum pemberian anastesi
8 mg 1-2 jam sebelum radioterapi
24 mg 30 menit sebelum terapi
5. Terapi adjuvant
Doksorbisin
Dosis : 10-30 mg/m2 sekali seminggu
KI : wanita hamil
Indikasi : pengobatan carsinoma payudara

Terapi Non Farmakologi


- Mengkonsumsimsi sayuran dan buah-buahan terutama yang
mengandung viamin C
- Berolahraga secara teratur
- Hindari penggunaan BH yang ketat
- Mengurangi konsumsi makanan yang berlemak
- makan lebih banyak serat
- hindari makanan dengan pemanis buatan, pewarna makanan
serta zat pengawet yang berlebihan.

KIE ( Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)


- menginformasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang cara
penggunaan obat
- memberitahu pasien agar menghindari makanan makanan yang
tidak boleh dikonsumsi
- memberitahu efek sampinng dari terapi yang dialani.
Monitoring
- memantau kepatuhan pasien dalam menjalani terapi
- mengontrol perubahan kondisi pasien setelah mendapakan
terapi
- memantau kepatuhan pasien dalam menjalani terapi non
farmakologi
BAB III
KESIMPULAN

Pada kasus diatas dapat disimpulkan Ny. Nn mengidap penyakit


stadium 1A karena ukuran kanker 2,2 cm, dan dari kelompok kami
memberikan obat paklitaksel sebagai terapi neoadjuvan, operasi untuk
mengangkat sel kanker, radiasi untuk menghindari mikromestase sel,
terapi endokrin untuk ER/PR dan antiemetic untuk mengatasi mual
muntah.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, E. Replikasi DNA dan Abnormalitasnya pada Pertumbuhan Sel


Tumor. http://www.academia.edu/5085250/makalah._Replikasi_DNA
(sitasi 3 Juli 2014).

Depkes RI. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara.
https://docs.google.com/file/d/0Bwq8YAw3QBlUkNLbDdSQkxQM
WM/edit ?p li=1(sitasi 25 Juni 2014).

Depkes RI. Penderita Kanker Diperkirakan Menjadi Penyebab Utama Beban


Ekonomi Terus Meningkat. http://www.depkes.go.id/index.
php?vw=2&id=1937 (sitasi 7 Desember 2013).

Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.


http://www.k4health.org/sites/default/files/laporan
Nasional%20Riskesdas%202007.pdf (sitasi 7 Desember 2011).

Dewi G., dan Lucia, Y., 2015, Analisis Resiko Kanker Payudara
Berdasarkan Riwayat Pemakaian Konsentrasi Hormonal dan Usia Menarche,
JournalBerkala Epidormologi, Vol 3(1).

Putri, N., 2009. Deteksi Dini Kanker Payudara. Aura Media. Yogyakarta:
13-48.

Sandra, Y., 2011. Melatonin dan Kanker Payudara. Majalah Kesehatan


Pharma Medika, Vol. 3, No. 2: 286-291.

Suryaningsih, E.K., dan B.E. Sukaca, 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara.
Paradigma Indonesia. Yogyakarta: 1-146.

Anda mungkin juga menyukai