Anda di halaman 1dari 12

PENCEMARAN AIR SUNGAI GLENMORE AKIBAT KEGIATAN PT INDUSTRI

GULA GLENMORE

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
Kelas A

Yusuf Syaifurrohman 114150017


Firly Febrianne Savitri 114150028
Dayu Aviana Rahmah 114150030
Prahesta Ardhya Karniawan 114150033
Muhammad Erza 114150052

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya
alam yang berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang
termasuk ke dalam sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan.
Pada dasarnya sumber daya alam mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun
serasi dan seimbang, oleh karena itu perlindungan dan pengelolaan sumber daya
alam harus terus dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan
tersebut. Semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik, yang dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia merupakan sumber daya alam yang
pemanfaatannya harus diikuti dengan pemeliharaan dan pelestarian karena
bersifat terbatas.
Di dalam suatu lingkungan hidup yang baik, terjalin suatu interaksi yang
harmonis dan seimbang antar komponen-komponen lingkungan hidup. Stabilitas
keseimbangan dan keserasian interaksi antar komponen lingkungan hidup tersebut
tergantung pada usaha manusia, karena manusia adalah komponen lingkungan hidup
yang paling dominan dalam mempengaruhi lingkungan. Sebaliknya lingkungan pun
mempengaruhi manusia. Sehingga terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara
manusia dan lingkungan hidupnya. Hal demikian, merupakan interaksi antara manusia
dan lingkungan. Emil Salim mengemukakan bahwa, jaringan hubungan timbal balik
antara manusia dengan segala jenis benda, zat organis dan bukan organis serta kondisi
yang ada dalam suatu lingkungan membentuk suatu ekosistem. Jaringan hubungan dalam
ekosistem ini bisa tumbuh secara stabil apabila berbagai unsur dan zat dalam
lingkungan ini berada dalam keseimbangan.
Kegiatan perekonomian berpengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup. Pengaruh
tersebut misalkan dapat digambarkan pada banyaknya industri-industri yang berproduksi
dan mengeluarkan limbah tertentu yang dapat berpengaruh negatif pada kestabilan
lingkungan dan daya dukungnya untuk kehidupan. Pengaruh yang muncul dari kegiatan
industri tersebut dapat berupa pencemaran lingkungan, dan bahkan menyebabkan
kerusakan lingkungan hidup. Sebagai bentuk upaya preventif, Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur
mengenai baku mutu lingkungan hidup sebagai salah satu instrumen pencegahan
terjadinya pencemaran lingkungan hidup. Penetapan baku mutu lingkungan akan menjadi
ukuran telah terjadi atau tidaknya suatu pencemaran lingkungan hidup. Baku mutu
lingkungan ini menjadi upaya preventif untuk pengendalian lingkungan hidup.
Menurut Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009, baku mutu lingkungan hidup
adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber
daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup meliputi baku
mutu air, baku mutu air limbah, baku mutu air laut, baku mutu udara ambient, baku mutu
emisi, baku mutu gangguan, dan baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Setiap orang diperbolehkan untuk
membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan memenuhi baku mutu
lingkungan hidup dan mendapat izin dari Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya. Baku mutu air limbah untuk usaha dan/atau kegiatan diatur
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014.

1.2 Latar Belakang


PT Industri Gula Glenmore adalah anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara III, XI,
dan XII, yang mempunyai tujuan untuk membangun dan mengoperasikan pabrik gula
terpadu dengan produk utama adalah gula putih premium. Lokasi pabrik berada dalam
kawasan kebun Kalirejo PTPN XII (Persero), di Kecamatan Glenmore, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur. PG Glenmore dirancang berkapasitas giling 6.000 ton tebu per
hari (TTH) dan dapat dikembangkan menjadi 9.000 TTH. Areal yang dicadangkan untuk
penanaman tebu guna memenuhi kebutuhan bahan baku PG Glenmore seluas 11.250
hektar.
Kegiatan utama perusahaan ini adalah memproduksi gula putih premium, mengingat
impor gula masih besar. Tetapi dibangun juga pabrik bio-ethanol, pabrik pengolahan
pupuk organik, pabrik pakan ternak, dan co-generation yang merupakan usaha untuk
memproduksi daya listrik berbahan uap. Dari pengolahan limbahnya akan menghasilkan
produk sampingan berupa daya listrik 6 megawatt (MW), bioethanol, pupuk organik, dan
pakan ternak.

1.3 Tujuan dan Maksud


1. Untuk mengetahui permasalahan pencemaran yang ada di sungai akibat industry
2. Untuk mengetahui dampak dari terjadinya pencemaran
3. Untuk mengetahui regulasi baku mutu peruntukan air sungai

1.4 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi Sungai Glenmore Kecamatan Glenmore?
2. Bagaimana dampak limbah PT Industri Gula Glenmore bagi masyarakat?
3. Bagaimana cara pemerintah untuk menertibkan PT. Industri Gula Glenmore dari
peraturan yang telah ditetapkan?
BAB II

2.1 Dasar Teori


Baku Mutu Air

Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan juga didasarkan pada
kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi
airnya, akan dapat dihitung berapa beban zat pencemar yang dapat ditenggang adanya oleh
air penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Beban
pencemaran ini merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air penerima yang telah
ditetapkan peruntukannya.
Berdasarkan Pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Baku mutu air harus
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi, hal itu dilakukan untuk menjamin prinsip
pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup,
dan ekonomi yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air cenderung dapat diakomodir.
Baku Mutu Limbah
Dalam rangka untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi
manusia serta makhluk hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap
pembuangan limbah cair ke media lingkungan. Kegiatan pembuangan limbah cair oleh
kawasan industri mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh
karena itu perlu dilakukan pengendalian. Untuk itu, perlu ditetapkan lebih lanjut baku
mutu limbah cair.
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau
jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan
dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.
Sementara itu, yang dimaksud dengan air limbah itu sendiri adalah sisa dari suatu hasil
usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Baku mutu air limbah nasional
ditetapkan de ngan Peraturan Menteri dengan memperhatikan saran masukan
dari instansi terkait. Sementara itu, Baku mutu air limbah daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Propinsi dengan ketentuan sama atau lebih ketat dari baku
mutu air limbah nasional.
Politik Hukum Penetapan Baku Mutu Lingkungan Hidup sebagai
Instrumen Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hidup

Dengan mengacu pada definisi politik hukum menurut Mahfud MD, Muhammad
Akib mendefinisikan politik hukum pengelolaan lingkungan sebagai arah kebijakan
hukum yang secara resmi ditetapkan oleh negara atau pemerintah untuk mencapai tujuan
dan sasaran dari pengelolaan lingkungan hidup. Tujuan dan sasaran tersebut adalah
agar lingkungan tidak rusak atau tercemar dan tetap terjaga kelestarian fungsinya
untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam
rangka mencapai tujuan negara.
Garis besar politik hukum pengelolaan lingkungan di Indonesia mengacu pada
ketentuan yang diatur dalam UUD 1945 sebagai staat grund gesetz. Menurut Jimly
Asshiddiqie, salah satu hal penting yang diadopsikan kedalam gagasan UUD 1945
tentang kekuasaan pasca perubahan keempat pada 2002 yaitu peningkatan status
lingkungan hidup dikaitkan dengan rumusan Pasal 28H ayat (1) yang menentukan,
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.”
Pengaturan baku mutu lingkungan hidup sebagai salah satu instrumen pencegahan
pencemaran lingkungan hidup merupakan salah satu wujud dari kebijakan hukum yang
dipilih pemerintah dibidang lingkungan. B akumutu lingkungan hidup diatur
penetapannya dalam peraturan perundang-undangan secara berjenjang mulai dari
undang - undang, peraturan pemerintah, peraturan dan keputusan menteri dibidang
lingkungan hidup, hingga peraturan daerah provinsi.
2.2 Dasar Yuridis
Dasar yuridis yang digunakan sebagai pedoman dalam permasalahan pencemaran air
Sungai Glenmore diantaranya
1. Undang-undang nomor 32 tahun 2009
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
Pengendalian pencemaran air.
BAB III

3.1 Kasus
PT Industri Gula Glenmore dalam kegiatan pengolahan tebu menjadi gula pasir tentu
menghasilkan limbah cair, padat, maupun gas. Hasil pengolahan limbah cair akan dibuang ke
badan air setelah sudah memenuhi baku mutu. Tetapi sejak bulan Desember 2016 warga yang
mencuci baju di Sungai Glenmore yang berdekatan dengan PT Industri Gula Glenmore
merasakan bahwa air menjadi kotor karena terdapat serat – serat tipis. Warga yang memakai
air sungai untuk mandi juga mengeluhkan gatal – gatal di tubuhnya.
Pada bulan Januari 2017 sudah banyak kasus ikan – ikan di sungai yang mati akibat
pencemaran air sungai tersebut. Kondisi di sepanjang Sungai Glenmore dari Dam Karangdoro
hingga Jajag terlihat kecoklatan. Di beberapa pintu air masih ditemukan buih atau busa air.
Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi sudah mengambil contoh air di empat lokasi di
sepanjang Sungai Glenmore. Sungai Glenmore menurut fungsinya dipergunakan untk
perikanan, sehingga tegolong dalam bakumutu kelas 3. Berdasarkan hasil laboratorium,
ditemukan sejumlah komponen yang konsentrasinya melebihi baku mutu yang ditetapkan.
Salah satunya adalah kandungan BOD (Biological Oxygen Demand) yang tercatat mencapai
10,78 miligram per liter yang melebih baku mutu yang ditetapkan yaitu 6 miligram per liter.
Selain itu kandungan klorida bebas mencapai 0,3 atau melebih batas baku mutu yaitu 0,03
miligram per liter.
Setalah dikonfirmasi kepada pihak yang bersangkutan, diketahui bahwa ada limpahan
air olahan limbah dan air limbah yang sebagian masuk ke sungai diakibatkan adanya
kerusakan Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mengakibatkan berkurangnya
kapasitas IPAL. Dinas Lingkungan Hidup meminta agar aktivitas pabrik dihentikan sampai
instalasi pengolahan air limbah selesai diperbaiki. Sedangakan perbaikan IPAL hanya bisa
dilakukan saat sudah berhenti operasi penggilingan pada kegiatan tersebut. Tetapi pihak
belum menghentikan proses penggilingan karena masih banyak tebu yang belum tergiling.
Antisipasi dari PT Industri Gula Glenmore adalah mengurangi kapasitas penggilingan dan
membuat kolam penampungan kelebihan air limbah organik yang meluap.
3.2 Analisis dan Pembahasan
Kasus pencemaran air Sungai Glenmore akibat kerusakan IPAL PT Industri Gula
Glenmore sangat menganggu aktivitas sehari – hari masyarakat sekitar. Air sungai yang sering
dimanfaatkan masyarakat untuk mencuci mandi dan mandi menjadi kotor dan menyebabkan
iritasi pada tubuh. Selain itu air sungai yang mengandung konsentrasi BOD dan klorida yang
melebih baku mutu menyebabkan ikan – ikan mati dan merusak ekosistem sungai. BLH yang
meminta agar aktivitas segera dihentikan tetapi tidak langsung dilaksanakan dengan baik
dikarenakan masih berlangsungnya proses penggilingan dalam kegiatan industri gula tersebut.
Sungai Glenmore menurut fungsinya dipergunakan untk perikanan, sehingga tegolong
dalam bakumutu kelas 3. maka memiliki ambang batas BOD:
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan
1. Kondisi Sungai Glenmore akibat pencemaran diantaranya berwarna kecoklatan,
berbusa dan berbuih, serta hasil analisis laboraturium menunjukan sungai
tercemar atau melebihi baku mutu limbah
2. Dampak yang dirasakan warga akibat pencemaran limbah PT Industri Gula
Glenmore yaitu menurunnya kesehatan masyarakat seperti timbulnya penyakit
gatal gatal, pakaian warga menjadi susah dicuci akibat adanya serat gula serta
ikan-ikan mati akibat pencemaran limbah
4.2 Saran
Sebaiknya PT Industri Gula Glenmore, segera memperbaiki IPAL yang rusak, agar
tidak mengganggu masyarakat yang tinggal disekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, Ade Arif dan Malicia Evendia. 2014. Politik Hukum Penetapan Baku Mutu
Lingkungan Sebagai Instrumen Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hidup.
Jimly Asshiddiqie. 2009. Green Constitution (Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945). Jakarta: Rajagrafindo Persada
Muhammad Akib. 2012. Politik Hukum Lingkungan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan Pengendalian pencemaran air. Sekretariat Negara: Jakarta.
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah. Sekretariat Negara: Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup. Sekretariat Negara: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai