Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

REAKSI PENGENALAN GAS

Oleh :

Azis Muslim Pauzy

D1A141008

Partner :

1. Evria/ D1A140942

2. Nurhasanah/ D1A140870

LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

BANDUNG

2015
BAB I

PRINSIP DAN TUJUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Berdasarkan pada prinsip standarisasi dan netralisasi.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah dapat menentukan titik akhir dan titik eqivalen titrasi.

BAB II
TEORI PENUNJANG

Benda-benda pada umumnya berbentuk sebagai padatan, cairan, atau gas.


Keadaan gas adalah keadaan yang paling sederhana untuk dipahami dari ketiga bentuk
tersebut. Perilaku gas telah dengan jelas digambarkan pada penemuan hukum
gabungan kimia ( The law of chemical combination) pada pembuktian teori atom
Dalton. Gas dapat memuai memenuhi ruangan dan akan menyerupai bentuk ruang
tempatnya berada. Semua zat yang bersifat gas dapat berbaur dengan sesamanya dan
akan bercampur dalam segala perbandingan, karena itu semua campuran gas adalah
larutan yang homogen (Petrucci, 1987).
Gas tidak kasat mata dalam arti bahwa tidak ada partikel-partikel gas yang
dapat dilihat. Beberapa gas ada yang berwarna seperti gas klor yang berwarna kuning
kehijau-hijauan. Ada beberapa gas yang mudah meledak seperti hydrogen, dan
beberapa diantara gas secara kimiawi bersifat inert seperti helium (Petrucci, 1987).
Suatu gas tak mempunyai bentuk, gas mengambil bentuk dari wadahnya. Gas
tak mempunyai volume yang tertentu, melainkan dapat dimampatkan maupun
dimuaikan menurut perubahan ukuran wadah. Volume wadahnya adalah volume gas
(Keenan, dkk, 1995).
Empat sifat dasar yang menentukan tingkah laku fisis dari gas adalah
banyaknya molekul gas, volume gas, suhu, dan tekanan. Balon gas mengembung bila
diisi udara (Petrucci, 1987). Suatu sifat yang mengesankan dari gas adalah kedapat-
mampatan-nya, atau lawannya, kedapat-muaiannya (Keenan, dkk, 1995). Suatu
hipotesis mengatakan bahwa molekul-molekul gas bergerak konstan, bertumbukkan
satu sama lainnya dan juga dengan dinding-dinding wadah. Pada saat bertumbukkan
inilah timbul gaya yang akan menjaga balon tetap mengembung (Petrucci, 1987).
Menurut Boyle, “Volume sejumlah gas pada suhu tetap berbanding terbalik
terhadap tekanan gasnya”. Jika suhu dan sejumlah gas dibiarkan tetap (konstan),
penggandaan tekanan menyebabkan volume turun menjadi setengah kali keadaan
semula. Keadaan ini seperti kerja dari suatu pompa tangan dengan tangkai penekan.
Tangkainya dapat ditekan sedikit dan udara di dalam pompa tertekan dalam taraf
tertentu. Tetapi sulit mengurangi volume gas lebih lanjut karena semakin tingginya
tekanan ( gaya per satuan luas) yang diperlukan (Petrucci, 1987).
Hipotesis Avogadro menyatakan bahwa “Molekul yang sama banyak terdapat
dalam gas-gas berlainan yang volumenya sama, jika tekanan dan temperaturnya
sama”. Konsep Hukum Avogadro ini dipergunakan untuk membantu menganalisis
situasi dalam mana volume atau tekanan atau temperature tidak sama. Untuk
mudahnya dalam bekerja dengan gas, kondisi standar didefinisikan sebagai 0˚C (273
K) dan 1 atm (760 mmHg). Kondisi ini dirujuk sebagai temperature dan tekanan
standar, STP (Keenan, dkk, 1995).
Menurut Charles, “Jika tekanan tak berubah, volume gas dengan massa
tertentu, berbanding lurus dengan temperature mutlak.” Menurut Gay-Lussac dan
Amontons, “Tekanan suatu gas dengan massa tertentu berbanding lurus dengan
temperature mutlak, bila volume tidak berubah.” Sedangkan Hukum Dalton berbunyi,
“Tekanan total dalam suatu campuran gas adalah jumlah tekanan parsial anggota-
anggota campuran” (Keenan, dkk, 1995).
Gas sempurna didefinisikan sebagai gas yang molekulnya tidak saling
mengerjakan gaya, kecuali kalau molekul itu bertumbukan. Tumbukan demikian
dianggap tumbukan elastik sempurna. Sehingga energy kinetic total dari 2 molekul
yang bertumbukan sebelum dan sesudah tumbukan sama besarnya (Sears, 1962).
Teori lain mengenai gas yaitu mengenai kinematika molekul gas yang
berdasarkan model berikut,
1. Gas terdiri dari partikel sangat kecil yang disebut molekul (atau atom).
2. Molekul gas pada umumnya dipisahkan dalam jarak yang cukup jauh. Sebagai
hasilnya mereka hanya memiliki bagian/ fraksi yang sangat kecil dari volume total
gas. Pada kenyataannya, molekul dianggap sebagai titik massa.
3. Dianggap tidak terdapat gaya-gaya antar molekul.
4. Molekul bergerak secara konstan dan acak dalam volume gas sehingga sering
terjadi tumbukan.
5. Tumbukan bersifat elastik. Sekumpulan molekul pada suhu konstan, energy total
akan konstan.
(Sears, 1962)
Gas nyata umumnya bersifat ideal hanya pada suhu tinggi dan tekanan rendah.
Perilaku tak ideal disebabkan oleh gaya tarik antar molekul dan volume diskrit yang
dipunyai oleh molekul gas (Petrucci, 1987). Pada praktikum kali ini, praktikan
melakukan percobaan yaitu pengenalan gas dan kertas lakmus. Tujuannya untuk
mengetahui ada tidaknya suatu gas dan mampu mengenali sifat asam/ basa dari gas
tertentu dengan menggunakan kertas lakmus.
Menurut konsep Bronsted-Lowry mengenai asam dan basa, suatu asam adalah
zat yang dapat memberikan ion hydrogen yang bermuatan positif atau proton (H +).
Dua contoh dari asam Bronsted-Lowry adalah HCl dan HNO 3 . Basa didefinisikan
tidak hanya molekul atau ion yang menghasilkan OH- saja tetapi juga sebagai zat yang
dapat menerima H+, contohnya OH- dan NH3 (Ralp, 1989).
Menurut Arrhenius (1884), asam adalah zat yang dalam pelarut air
menghasilkan ion hydrogen (H+), contohnya HCl, sedangkan basa adalah zat yang
dalam pelarut menghasilkan ion hidroksi (OH-), contohnya NaOH. Asam adalah zat
yang dapat melarutkan logam, tergantung dari kekuatannya. Asam memiliki rasa
masam, contohnya adalah asam asetat (CH 3COOH), sedangkan basa memiliki rasa
pahit dan licin bila dipegang. Dalam keadaan murni, basa biasanya berbentuk padat.
Basa bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan
mengalami pergantian, contohnya adalah sabun (Anonim, 2010).
Indikator asam-basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan atau bentuk lain,
kertas berpori direndam dalam larutan indikator, atau dikeringkan. Jika kertas ini
dibasahi dengan larutan yang sedang diuji, terjadi perubahan warna yang dapat
dijadikan sebagai penentu pH. Kertas yang seperti ini lazim disebut kertas pH
(lakmus) (Petrucci, 1987). Sehingga fungsi dari kertas lakmus adalah untuk
mengetahui sifat asam atau basa dari suatu zat. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu
merah dan biru.
Suatu zat tergolong asam apabila lakmus biru setelah diinteraksikan dengan
suatu zat akan berubah warna menjadi merah. Begitu sebaliknya untuk kertas lakmus
merah akan berubah warna menjadi biru bila diinteraksikan dengan zat basa (Anonim,
2011). Apabila lakmus merah atau biru tidak berubah warna ketika direaksikan
dengan suatu zat, maka zat itu bersifat netral. pH netral adalah 7, pH di bawah 7
adalah asam dan pH di atas 7 bersifat basa.
Perubahan warna yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya
disebabkan karena adanya orchein (ekstrak Lichenes) di dalam kertas lakmus
(Nuraeni, 2008). Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lakmus yang
berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang
selanjutnya dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas lakmus biru.
Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru, karena orchein
merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-) (Miftahur, 2009).
Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan
kertas lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar
warnanya menjadi merah. Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam
akan kembali terjadi. Apabila kertas lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan yang
bersifat asam, warnanya akan tetap merah karena lakmus merah memang merupakan
orchein dalam suasana asam. Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan
larutan yang bersifat basa, maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk
(Miftahur, 2009).

Gas Amoniak (NH3) adalah gas yang mempunyai bau. Gas ini dapat dibuat dengan
mereaksikan Ammonium Khlorida (NH4Cl) dengan larutan Natrium Hiidroksia
(NaOH) dan dipanaskan dalam tabung reaksi. Adanya gas ini dapat diketahui dari
baunya, jadi kita dapat mengenalnya dengan jalan membau. Dalam membau jangan
sekali-kali mendekatkan hidung kita pada mulut tabung reaksi, lebih-lebih untuk gas
yang berbahaya. Cara membau adalah dengan mengibas-ngibaskan tangan diatas
mulut tabung dan hidung kita pada jarak yang relative jauh berusaha membau gas
yang keluar. Kertas pH dipakai sebagai indikator /petunjuk apakah senyawa tersebut
bersifat asam atau basa dengan meliht perubahan warnanya.
Reaksi lain dapat dilihat dengan mengamati perubahan yang terjadi seperti
timbulnya gelembung gas. Bila logam dimasukkan ke dalam larutan reaksi asam
maka akan terjadi reaksi yang menghasilkan gas H2 melalui reaksi redoks. Kecepatan
reaksi redoks ini berbeda antara logam satu dengan yang lain.
Suatu perubahan kimia sering disebut dengan reaksi kimia. Kata kerja bereaksi
selalu berarti membentuk zat baru. Zat semula yang kemudian berubah disebut pereaksi
(reaktan), sedangkan zat baru yang terbentuk disebut hasil reaksi (produk).Sebagai
contoh,pada proses fotosintesis tumbuhan,gas karbondioksida dari udara bereaksi
dengan air yang diserap dari tanah,menghasilkan karbohidrat danoksigen.Dalam contoh
ini,karbon dioksida dan air merupakan pereaksi,sedangkan karbohidrat dan oksigen
merupakan hasil reaksi.
Ada empat macam petunjuk yang menandai berlangsungnya suatu reaksi kimia,yaitu:

1. Pembentukan gas
2. Pembentukan endapan
3. Perubahan warna
4. Perubahan suhu.
Dibawah ini tercantum beberapa percobaan yang dapat diperagakan dengan
menggunakan tabung reaksi

Zat-zat yang Direaksikan Pengamatan

 Logam seng atau magnesium  Terbentuk gelembung-gelembung


dengan larutan asam klorida.
 Larutan timbal(II) nitrat
dengan larutan iodide.
 Larutan kalium kromat gas.
 Terbentuk endapan kuning.
dengan larutan asam klorida.
 Warna kuning berubah menjadi
 Larutan natrium hidroksida
jingga.
dengan larutan asam klorida.  Dinding tabung terasa hangat
Tabel. 1

Salah satu jenis reaksi kimia yang perlu kita bicarakan adalah reaksi oksidasi,yaitu
reaksi suatu zat dengan reaksi oksigen .Reaksi oksidasi banyak kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari.Sebagian besar proses metabolisme dalam tubuh kita merupakan
reaksi oksidasi.Itulah sebabnya kita menghirup terus-menerus oksigen dari udara.

Reaksi oksidasi yang berlangsung cepat sehingga menimbulkan panas disebut


pembakaran.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 CARA KERJA


3.1.1. Gas Hidrogen
 Dimasukan 2-3 butir ogam Zn kedalam tabung reaksi.
 Tambahkan 5ml H2SO4 6N dan 5 tetes CuSO4 10%, segera tutup dengan
tabung reaksi lain.
 Setelah reaksi berjalan satu menit, nyalakan korek api, angkat tabung reaksi
yang berisi gas hidrogen (tutupnya) secara hati-hati.
 Amati apa yang terjadi (bila terbentuk gas hidrogen akan terjadi letupan).

3.1.2. Gas amoniak

 NH4Cl kristal disimpan dalam kaca arloji.


 Ditambahkan NaOH 6N dan tutup dengan corong yang diletakan terbalik.
 Ujung corong disumbat dengann kerrtas lakmus meerah yang telah dibasahi
aqua dest.
 Tempatkan diatas penangan air, lakmus merah akan berubah menjadi biru.

3.1.3. Gas karbon dioksida

3.2 ALAT-ALAT :
 Tabung reaksi
 Kaca arloji
 Kawat kasa
 Bunsen
 Beaker glass
 Kaki tiga
 Corong
 Pipa
 Bengkok

3.3 BAHAN-BAHAN :
 Logam Zn
 NH4Cl
 Lakmus merah
 Ba(OH)2
 H2SO4
 HCl
 CuSO4
 CaCO4
 CaCO3
BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PERCOBAAN

4.1.1. Pembentukan dan Pengenalan gas NH3


Sebelum Setelah Perkiraan
Persamaan reaksi
reaksi reaksi pH larutan

Warna
NH4Cl+NaOH
kertas Merah Biru >7
→NaCl+NH4OH
lakmus

Bau Tidak
Ada - -
gas ada
Tabel. 2

4.1.2. Pembentukan dan pengenalan gas H2


Terjadi letupan pada saat korek api didekatkan pada tabung tutup (yang berisi gas
hidrogen).
4.1.3. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Terjadi kekeruhan pada tabung yang berisi air barit atau Ba(OH)2.
4.2. PEMBAHASAN

Reaksi kimia adalah inti dari ilmu kimia. Pada reaksi kimia dapat dlihat bagaimana
beragamnya perubahan sifat dari berbagai zat bila saling berkombinasi atau berinteraksi
membentuk zat lain.

-Pembentukan gas NH3


Dalam hal ini larutan NH4Cl (± 1 mL) direaksikan dengan NaOH, akan
menimbulkan bau yang cukup menyengat setelah dipanaskan di atas api. Selain itu,
hasil perpaduan larutan tersebut juga merubah warna kertas lakmus dari merah menjadi
biru dengan pH >7.
-Pembentukan gas H2
Pada reaksi kali ini, dimasukkan masing- masing 1 potong magnesium (Mg) ke
dalam 2 gelas piala berbeda dengan ukuran yang sama, yang berisi 10 mL larutan HCl
dengan konsentrasi 0,5 M dan 2 M. Kecepatan reaksi diantara keduanya berbeda,
dimana HCl konsentrasi 2 M lebih cepat mereaksikan potongan magnesium (Mg),
dibandingkan HCl dengan konsentrasi 0,5 M.

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi diantaranya adalah

1. Luas permukaan zat padat. Makin luas permukaan zat (padat) yang bereaksi ,
maka laju reaksi makin besar.
2. Konsentrasi larutan. Makin besar (pekat) konsentrasi partike, makin besar laju
reaksi.
3. Tekanan gas. Makin besar tekanan (volum makin kecil), makin besar laju
reaksi.
4. Suhu. Makin besar suhu reaksi, laju reaksi makin besar.
5. Katalis. Katalis dapat mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi
aktivasi. Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut dalam
reaksi.
BAB V

KESIMPULAN

Setelah mereaksikan beberapa larutan, kami dapat menyimpulkan bahwa:


1. Larutan NH4Cl (± 1 mL) direaksikan dengan NaOH, akan menimbulkan bau
yang cukup menyengat setelah dipanaskan di atas api, dengan cara membau
yang aman adalah dengan mengibas-ngibaskan tangan di atas mulut tabung dan
hidung berada pada jarak yang relatif jauh berusaha membau gas yang keluar.
2. Hasil perpaduan larutan tersebut juga merubah warna kertas lakmus dari merah
menjadi biru dengan pH >7
3. Cepat dan lambatnya laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor.
4. Gas Hidrogen memiliki sifat khas yaitu mudah terbakar sehingga untuk
membuktikannya didekatkan pada korek api yang menjadikannya letupan.
5. Gas Amonia memiliki sifat khas yaitu bersifat basa sehingga untuk
membuktikannya ditangkap dengan kertas lakmus merah basah yang kemudian
berubah menjadi warna biru.
6. Gas Karbon Dioksida dibuktikan dengan terjadinya kekeruhan pada air barit.
DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Irfan. 2000. Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta: Erlangga

Djamal, Indra. 1989. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga

Prabawa H. Jayaprana S dan Naim N. 1996. IImu Kimia untuk SMU Jilid 2. Jakarta:
Erlangga

Purba, Michael.2003. Kimia 2000 Jilid 3A untuk SMU Kelas 3 Semester 1. Jakarta

Purnawan C, Krisna. 2006. Kimia Dasar 1. Samarinda: Faperta Unmul

Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga

Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga

Wahyuni, Sri. 2003. Master Kimia SMA. Jakarta: Erlanga

Anda mungkin juga menyukai