Anda di halaman 1dari 74

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun laporan tutorial
blok 13 ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Di sini kami membahas sebuah kasus yang kemudian dipecahkan secara kelompok
berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis,
meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik
pembelajaran.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok, teks
book, media internet.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor, dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril
maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Palembang, 11 Desember 2014

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
SKENARIO A : 3
A. Klarifikasi Istilah 3
B. Identifikasi Masalah 4
C. Analisis Masalah 4
D. Keterkaitan Antar Masalah 27
E. Identifikasi Topik Permasalahan (Learning Issue) 28
F. Sintesis 28
G. Kesimpulan 72
H. Kerangka Konsep 73
DAFTAR PUSTAKA 74

2
SKENARIO B BLOK 13 TAHUN 2012
Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of weakness
and palpitation. She is having symptom of nauseous and need medication to relieve it. She
has had suffered from prolonged and excessive menstruation (twice in a month) since 1,5
year old. She likes planting and taking care of flowers in her garden without gloves.
Physical examination :
General appearance : pale,fatigue,
HR : 110x/minute,RR : 22x/minute,Temperature : 36,6 ◦C
Liver and spleen non palpable,no lumphadenopathy,no epigastric pain
Cheilitis positive,tongue : papil atrophy
Koilonychia positive
Laboratory :
Hb : 6,2 g/dL,Ht : 18 vol %,RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3
Trombosit : 386.000/mm3,Diff. Count : 0/2/5/63/26/4,MCV : 72 fL,MCH : 25 pg,
MCHC : 30%
Fecal Occult Blood : negative,Hookworm’s eggs positive.

A. Klarifikasi Istilah
 Palpitasi : perasaan berdebar-debar atau denyut jantung tidak teratur atau
sifatnya subjektif
 Weakness : kekurangan/kehilangann kekuatan atau energi
 Nausea : perasaan ingin muntah
 Lymphadenopathy : segala bentuk pembesaran kelenjar limfe
 Cheilitis : peradangan pada bibir
 Koilonychia : distrofi kuku jari dimana kuku menjadi tipis dan cekung dengan
pinggiran yang naik
 Fecal Occult Blood : darah pada feses yang tidak dapat dilihat secara langsung
 Hookworm : parasit usus dari spesies nematoda
 MCH : banyaknya Hb/eritrosit disebut dengan pikogram
 MCV : volue rata-rata seluruh eritrosit disebut femtoliter
 MCHC : kadar Hb yang didapat per eritrosit dinyatakan dalam persen

3
B. Identifikasi Masalah :
1. Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of
weakness and palpitation.
2. She is having symptom of nauseous and need medication to relieve it.
3. She has had suffered from prolonged and excessive menstruation (twice in a month)
since 1,5 year old.
4. She likes planting and taking care of flowers in her garden without gloves.
5. Physical examination :
General appearance : pale,fatigue,
HR : 110x/minute,RR : 22x/minute,Temperature : 36,6 ◦C
Liver and spleen non palpable,no lumphadenopathy,no epigastric pain
Cheilitis positive,tongue : papil atrophy,Koilonychia positive
6. Laboratory :
Hb : 6,2 g/dL,Ht : 18 vol %,RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3
Trombosit : 386.000/mm3,Diff. Count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL,MCH : 25 pg,
MCHC : 30%
Fecal Occult Blood : negative,Hookworm’s eggs positive.

C. Analisis Masalah :
1. Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of
weakness and palpitation.
a. Apa penyebab dan mekanisme dari weakness ?
Pada kasus ini, Mrs. Mona mengalami ancylostomiasis akibat infeksi hookworm.
Pada kasus, hookworm masuk melalui jaringan kulit. Hookworm dapat
mempenetrasi kulit dan setelah berada di dalam tubuh, bermigrasi melalui sistem
vaskuler menuju paru-paru. Setelah itu menuju trakea, tertelan, dan masuk ke
dalam sistem pencernaan melalui esophagus, dan akhirnya sampai pada usus halus.
Pada usus halus tersebut, hookworm menembus mukosa usus dan menghisap darah
disitu. Hal itu menyebabkan Mrs. Mona kekuragan darah, zat besi, protein, serta
nutrisi nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Terjadi hypoxia jaringan termasuk pada
jaringan muscular, aktivitas pada neuromuscular junction terganggu. Hal tersebut
menyebabkan Mrs. Mona merasa letih atau fatigue.

4
b. Apa penyebab dan mekanisme dari palpitasi ?
Plasma darah mengandung protein-protein dan mineral-mineral yg dibutuhkan oleh
tubuh. Salah satu yg penting dan berhubungan dengan kasus adalah Mg dan
Ca.kalsium berperan dalam pengaktifan proses kntraksi tot yg sebelumnya telah
tersedia aktin dan misin.sedangkan apabila in kalium tadi berkurang jumlahnya
atau bahkan tidak ada maka otot-otot jantung akan mengalami gangguan dalam
berkontraksi.ditambah dengan pasokan oksigen yg menurun menyebabkan
relaksasi otot (tunica muscularis pembuluh darah),sehingga akan menyebabkan
vasodilatasi(pembuluh darah coroner/jantung ),apabila terjadi vasodilatasi maka
mineral-mineral dan protein-protein dapat keluar ke cairan ekstrasel salah satu yg
berbahaya adalah Mg.apabila kadar Mg didalam cairan ekstrasel meningkat dia
akan menekan aktivitas sistem saraf serta menekan kontraksi otot jaringan
sekitar,sehingga akan menyebabkan aritmia pada jantung dan jantung dirasakan
berdebar.

c. Bagaimana hubungan antara weakness dan palpitasi ?


Weakness dan palpitation keduanya disebabkan oleh 2 hal ;
1. Jumlah Hb yg menurun
jumlah Hb yang menurun menyebabkan pasokan oksigen berkurang dan
menyebabkan jaringan perifer berdilatasi sehingga menyebabkan peningkatan
jumlah darah yg balik ke jantung.jumlah darah yg meningkat ini menyebabkan
jantung menghasilkan cardiac output yg meningkat yg dikompensasi dengan beban
kerja pompa jantung yang meningkat sehingga timbullah perasaan lelah/payah
jantung/weakness dan palpitasi(terasa berdebar-debar).
2. Protein plasma berkurang (Ht yg menurun)
Plasma darah mengandung protein-protein dan mineral-mineral yg dibutuhkan
oleh tubuh. Salah satu yg penting dan berhubungan dengan kasus adalah Mg dan
Ca.kalsium berperan dalam pengaktifan proses kntraksi tot yg sebelumnya telah
tersedia aktin dan misin.sedangkan apabila in kalium tadi berkurang jumlahnya
atau bahkan tidak ada maka otot-otot jantung akan mengalami gangguan dalam
berkontraksi.ditambah dengan pasokan oksigen yg menurun menyebabkan
relaksasi otot (tunica muscularis pembuluh darah),sehingga akan menyebabkan
vasodilatasi(pembuluh darah coroner/jantung ),apabila terjadi vasodilatasi maka
mineral-mineral dan protein-protein dapat keluar ke cairan ekstrasel salah satu yg

5
berbahaya adalah Mg.apabila kadar Mg didalam cairan ekstrasel meningkat dia
akan menekan aktivitas sistem saraf serta menekan kontraksi otot jaringan
sekitar,sehingga akan menyebabkan aritmia pada jantung dan jantung dirasakan
berdebar.

2. She is having symptom of nauseous and need medication to relieve it.


a. Apa penyebab dan mekanisme dari nausea ?

Intraperitoneal Ekstraperitoneal Gangguan metabolik


1.gangguan obstruksi: 1.penyakit 1.obat-obatan:
a. Obstruksi pyloric cardiopulmonary: a. Kemoterapi
b. Obstruksi usus a. Cardiomyopathy kanker
halus b. Infark myocardial b. Antibiotic
c. Obstruksi kolon c. Antiaritmia
d. Syndrome arteri cardiac
mesentrika superior d. Digoxin
e. kontrasepsi oral
f. hipoglikemi oral

2.infeksi enteric: b.Penyakit labirintin 2.penyakit endokrin


a. Virus a. Mabuk /metabolic
b. Bakteri b. Labirintitis a. Kehamilan
c. Keganasan b. Uremia
c. Ketoasidosis
d. Penyakit tiroid
dan paratiroid
e. Gangguan adrenal
3.penyakit inflamasi: c. Gangguan intracerebral: 3.racun
a. Cholecystitis a. Keganasan a. Gagal hati
b. Pancreatitis b. Perdarahan b. etanol
c. Appendicitis c. Abses
d. Hepatitis d. Hidrocefalus

6
4.perubahan fungsi d. Penyakit psikiatrik:
sensorimotor: a. Anorexia dan
a.Gastroparesis bulimia nevrosa
b.pseudo obstruction b. depresi
Usus
c.dispepsiaFungsional
d.reflux
Gastroesophageal
e.mual idiopatik Kronis
f.sindrom Siklik muntah
5.kolik bilier 5. muntah setelah operasi
6.iridiasi perut

Pada kasus ini ditemukan adanya telur cacing tambang pada feses pasien. Dari hal
tersebut dapat diduga bahwa penyebab nausea adalah adanya infestasi cacing
tambang yang pada daerah usus halus (di daerah manapun dari duodenum hingga
ileocecal junction) yang menyebabkan adanya obstruksi. Infestasi cacing tambang
terdiri dari infestasi ringan, sedang, dan berat. Infestasi ringan adalah investasi 50
ekor cacing, tidak ada tanda anemia. Pada infestasi sedang terjadi kehilangan darah
ringan. Ada gejala, mual lesu, nyeri perut/ cramp, anemia muncul 10-20 minggu
dari infeksi larva 51-150 cacing. Pada infestasi berat terjadi banyak kehilangan
darah: cardiac failure, malaise, warna kulit seperti rumput di bawah tong kuning
pucat, moon-face sampai 500 ekor atau lebih cacing. Selain itu, cacing
Ancylostoma duodenale dapat menghasilkan telur sebanyak 10.000-25.000 telus
setiap harinya untuk setiap ekornya dan untuk cacing Necator americanus dapat
menghasilkan 5000-10.000 telur setiap hari untuk setiap ekornya.

Apabila dilihat dari gejalanya, maka dapat diperkirakan bahwa infestasi pada
pasien adalah infestasi sedang, dan apabila dikalikan dengan jumlah telur yang
dapat dihasilkan setiap harinya, tidaklah heran apabila terjadi penyempitan lumen
yang dapat menimbulkan obstruksi pada usus halus. Hal ini akan menimbulkan
impuls stimulasi pada saraf gastroduodenal vagal aferen yang akan menyebabkan
nausea.

7
e. Bagaimana tatalaksana terhadap nausea pada kasus ini ?
Komposisi obat cacing yang beredar di pasaran terbagi dalam 2 kelompok, yaitu
broad spectrum dan narrow spectrum.
Broad spectrum bertujuan untuk beberapa atau segala jenis cacing antara lain :
1. Mebendazole. Zat ini mampu membunuh beberapa jenis cacing secara
perlahan dengan menghambat sintesis mikrotubulus dan menghalangi
kemampuan cacing untuk memanfaatkan glukosa. Selain itu ia juga bekerja
dengan menghancurkan sitoplasma yang teradapat dalam sel usus sehingga
cacing tak mendapatkan makanan maka akan mati. Penggunaan obat cacing
berkomposisi mebendazole efektif untuk mengatasi cacing cambuk, cacing
gelang, cacing tambang dan cacing kremi. Nilai lebih dari zat ini adalah ia
tidak mudah diserap oleh tubuh dan hanya menyerang cacing saja sehingga
tidak mempengaruhi konisi tubuh penderita.
2. Pirantel pamoat. Komposisi obat ini bekerja dengan cara menghambat
neuromuskuler yang membuat cacing menjadi tak berdaya secara tiba-tiba
sehingga cacing tak mampu lagi menempel pada dinding usus, akibatnya
cacing akan otomatis keluar bersama feses atau muntah. Obat cacing yang
mengandung zat ini berguna untuk mengatasi jenis cacing tambang, cacing
kremi dan cacing gelang.
Narrow spectrum bertujuan untuk mengobati infeksi cacing yang disebabkan oleh
satu jenis cacing. Adapun cara kerja obat ini secara umum langsung
membunuh cacing yang menjadi sasarannya.
Befenium hidroksinaftoat. Obat cacing ini khusus dipergunakan untuk
membunuh cacing tambang

3. She has had suffered from prolonged and excessive menstruation (twice in a month)
since 1,5 year old.
a. Bagaimana hubungan siklus menstruasi yang dia alami dengan umur ?
Siklus menstruasi yang dialami Mrs. Mona (metromenorraghia) disebabkan
karena ia telah memasuki masa perimenopause. Masa perimenopause adalah
masa transisi, diawali ketika produksi estrogen di indung telur mulai berkurang
sampai sekitar satu tahun setelah terjadi mati haid (menopause). Sekitar 1-2 tahun

8
terakhir sebelum menopause, akan terjadi percepatan penurunan estrogen.
Sayangnya, muncul pub gejala yang mengganggu.

Berawalnya masa transisi ini berbeda antara satu dan lain orang. Kebanyakan di
usia 40-an, tetapi ada juga yang mengalaminya di usia 30-an tahun. Lamanya masa
perimenopause juga bisa hanya beberapa bulan hingga 10 tahun, tetapi menurut
data WebMD rata-rata 4 tahun.

Di masa perimenopause, menstruasi bisa menjadi tidak teratur. Dimasa ini,


ovarium menjadi kurang tanggap terhadap FSH dan LH yang di keluarkan oleh
kelenjarDibandingkan biasanya, haid bisa lebih lama, lebih singkat, lebih banyak,
atau lebih sedikit.

Siklus bisa lebih cepat dari 28 hari atau jauh lebih lama. Berbagai gejala seperti hot
flashes dan banyak berkeringat bisa muncul. Bila gejala dirasa sangat mengganggu,
sebaiknya dikonsultasikan ke dokter. Gejala perimenopause yang mungkin terjadi
ilaah menstruasi tidak teratur. Perimenopause awal ditandai oleh perubaban siklus
menstruasi yang bisa lebih lama dari tujuh hari.
Sementara ciri perimenopause akhir bisa berupa menstruasi kadang tidak datang
dan jarak di antara bisa 60 hari atau lebih. Sebagian besar perempuan mengalami
hot flashes di masa perimenopause akhir. Meski demikian, durasi, frekuensi, dan
intensitasnya berlainan.

b. Bagaimana hubungan menstruasi yang banyak dan berkepanjangan terhadap


nausea ?
Mensturasi yang banyak dan berkepanjangan dapat terjadi dalam keadaan hormon
yang tidak seimbang, seperti pada saat pre-menopause. Mungkin terdapat
hubungan antara ketidakseimbangan hormon dan nausea, akan tetapi, hubungan
tersebut masih belum berhasil ditemukan.
Nausea pada kasus ini lebih dipengaruhi oleh adanya infestasi hookworm pada
usus halus pasien. Gejala umum yang mungkin terjadi pada masa perimenopause
adalah hot flushes (panas pada kulit), berdebar-debar, sakit kepala, tangan dan kaki
terasa dingin, mudah tersinggung, vertigo, cemas, gelisah, depresi, insomnia,

9
keringat waktu malam, pelupa, tidak dapat berkonsentrasi, lelah, dan penambahan
berat badan.

c. Bagaimana hubungan menstruasi pada Mrs. Mona dengan keluhan utama


(weakness dan palpitation) yang dialaminya ?
Memasuki masa perimenopause, kadar estrogen mulai menurun (tingkat estrogen
rata-rata 152 pg/ml) . estrogen memberikan efek protektif terhadap penyakit
kardiovaskular, yang menyebabkan penurunan LDL dan peningkatan kadar HDL
dalam plasma. Menurunnya kadar estrogen dapat menyebabkan peningkatan LDL
dan penurunan HDL, yang dapat berujung pada aterosklerosis. Penyumbatan
pembuluh darah akan menyebabkan jantung berdetak dengan kacau (aritmia
jantung). Inilah yang menjadi penyebab palpitasi. Reseptor estrogen telah
terdeteksi pada sel-sel otot polos arteri koroner dan sel-sel endometrium pada
berbagai tempat. Estrogen menyebabkan vasodilatasi jangka pendek dengan
meningkatkan pembentukan dan pelepasan nitrat oksida dan prostasiklin pada sel-
sel endotelial. Juga menurunkan tonus otot-otot polos vaskuler dengan pembukaan
saluran kalsium spesifik melalui mekanisme yang tergantung pada siklik guanosin
monofosfat. Hal ini juga dapat menyebabkan jantung berdebar. Selain itu, jantung
berdebar juga dapat menyebabkan rasa mudah lelah.

Menstruasi yang banyak dan lama pada masa perimenopause awal juga berperan
dalam hilangnya sejumlah darah yang menyebabkan anemia. Anemia ini juga dapat
menjadi penyebab rasa lelah. Berkurangnya darah dalam jumlah banyak juga dapat
menyebabkan jantung berdebar karena defisiensi besi.

4. She likes planting and taking care of flowers in her garden without gloves.
a. Apa akibat dari tidak memakai sarung tangan ?
Terdapat beberapa spesies yang dapat ditularkan melalui tanah (soil transmitted
helminths) yaitu Ascaris lumbricoides,Necator americanus,Ancylostoma
duodenale,Trichuris trichiura,Strongyloides stercoralis dan beberapa spesies
Trichostrongylus.

b. Hubungan kebiasaan tidak memakai sarung tangan dengan gejala yang dialami
Mrs. Mona !

10
Kebiasaan tidak memakai sarung tangan dapat menjadi sarana terjadinya infeksi
cacing tambang melalui dua cara yaitu larva filariform menembus kulit dan
menelan larva filariform.
 Hookworm hidup di usus manusia sehingga menganggu penyerapan zat besi,
sedangkan zat besi diperlukan dalam pembuatan ertirosit. Dengan
terganggunya ertitropoiesis ,ditambah dengan cacing ini menghisap darah,
maka menyebakan rendahnya Hb,Ht dan jumalah eritrosit sehingga
menimbulkan anemia yakni anemia defisiensi besi.
 Karena Hb tadi rendah, akhirnya menyabakan gejala jantung berdebar atau
palpitasi pada Mrs. Mna karena gangguan oksigenasi dan pendistribusian
makanan. Dan menimbulkan kompensasi berupa peningkatan denyut jantung
dan laju pernapasn.
 Gangguan absorsi makanan kemudian menimbulkan ceheilitis ,kemudian
atrofi papil lidah dimana lidah terlihat licin dan mengkilap, dan meneyabakan
terjadinya kuku sendok dimana kuku cekung, terlihat garis-garis vertikal dan
rapuh.

5. Physical examination :
General appearance : pale,fatigue,
HR : 110x/minute,RR : 22x/minute,Temperature : 36,6 ◦C
Liver and spleen non palpable,no lumphadenopathy,no epigastric pain
Cheilitis positive,tongue : papil atrophy,Koilonychia positive
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
Hasil Pemeriksaan Fisik Nilai Normal Interpretasi Mekanisme
Pale and Fatigue Sehat Tanda anemia,
anemia aliran darah
perifer
berkurang,oksigenisasi
jaringan menurun
pucat,lemah
HR 110x/m 60-100x/m Tidak normal
RR 22x/m 16-24x/m Normal
T: 36,60C 36,6-37,50C Normal

11
Liver and spleen not Tak teraba Normal
palpable
No lymphadenopathy - Normal
Epigastric pain (-) - Normal
Chelitis(+) - Radang mukosa bibir pada
defisiensi Fe berkurangnya
enzim yang mengandung
Fe, dimana fungsi yang
melindungi mukosa mulut
dan bibir dari peradangan.
Papil athropy - Gejala khas dari anemia
Koilonychia (+) - Defisiensi Fe
Epitel keratin pada
permukaan kuku
bekurangan Fe epitel
keratin tak terbentuk
sempurna rapuh,cekung

b. Bagaimana mekanisme keadaan abnormal pada pemeriksaan fisik ?


Menstruasi yang berlebihan dan berkepanjangan serta investasi cacing tambang
menyebabkan pendarahan kronis yang berujung pada:
1. Berkurangnya volume darah dan jumlah eritrosit pada sirkulasi
Ketika volume darah dan jumlah eritrosit menurun, pengangkutan oksigen dan
nutrisi ke jaringan pun berkurang sehingga Mrs. Mona menjadi pucat dan
fatigue.
2. Peningkatan Heart Rate
Zat besi berperan dalam pembentukan Hb. Defisiensi besi menyebabkan kadar
Hb dalam darah menurun, sehingga kemampuan Hb untuk mengikat oksigen
dalam darah pun menurun dan transport oksigen ke jaringan pun menurun.
Guna memenuhi kebutuhan oksigen ke jaringan seperti biasanya, jantung akan
bekerja lebih keras sehingga denyut jantung pun meningkat.
3. Defisiensi zat besi

12
Besi berperan dalam pembentukan endotel keratin. Ketika kadar zat besi
menurun, regenerasi endotel keratin pun ikut menurun dan berakibat pada
timbulnya :
Cheilitis
Mucocutan junction merupakan daerah peralihan antara kulit dan mukosa
mulut dengan epitel mukosa yang lebih tipis dibanding epitel kulit. Pada
daerah ini sangat mudah terjadi infeksi dan lesi. Ketika terjadi suatu lesi
dengan keadaan defisiensi besi seperti yang dialami Mrs. Mona, proses
penyembuhan lesi pun akan terhambat dan terjadilah cheilitis.
Proses terjadinya cheilitis pada awalnya jaringan mucocutan di sudut-
sudut mulut menjadi merah,lunak dan berulserasi karena adanya lesi.
Selanjutnya fisura-fisura eritematosa menjadi dalam dan melebar beberapa
cm dari sudut mulut ke kulit sekitar bibir atau berulserasi dan mengenai
mukosa bibir dan pipi dalam bentuk abrasi linear. Infeksi keadaan kronis
ditandai dengan adanya nanah dan jaringan granulasi.Ulkus seringkali
menimbulkan keropeng yang terbelah dan berulserasi kembali selama
fungsi mulut yang normal. Akhirnya dapat timbul nodula-nodula
granulomatosa kecil berwarna kuning coklat.
Papil atrophy
Papil di glottis beregenerasi setiap 2 minggu sekali. Ketika terjadi
defisiensi besi, regenenasi papil terganggu, sehingga dan glottis pun terlihat
halus akibat dari papil yang atrofi.
Koilonychia.
Defisiensi besi menyebabkan epitel keratin pada kuku tidak terbentuk
sempurna sehingga kuku menjadi rapuh dan cekung.

c. Bagaimana cara pemeriksaan :


- Cheilitis
- Koilonychia
Jawab :
- Cheilitis
Dengan cara inspeksi ,cheilitis ada beberapa macam
1. cheilitis exfoliative:berupa eritema, krusta, dan scaling pada vermillion border bibir.
Polanya berulang, menghasilkan penebalan hiperkeratotik kekuningan, dan fisur.
13
2. cheilitis contact:berupa mild edema dan erythem diikuti penebalan dan iritasi pada
vermilion border bibir.
3. cheilitis Actinic: pada tahap awal terlihat mild edema dan erythema serta bersisik dan kering
pada vermillion border bibir bawah. Pada lesi yang telah berkembang, epitel menjadi tipis dan
halus dengan area putih keabu-abuan diikuti erythema dan scalyformation.

4.Cheilitis glandularis: pembengkakan bibir bawah akibat hyperplasia dan inflamasi


kelenjar.Orifis kelenjar saliva mengalami dilatasi, sehingga penekanan pada bibir
mengeluarkan cairan mucous pada orifis tersebut. Terkadang disertai krusta dan erosi.
5.Cheilitis granulomatosa: pembengkakan diffuse, persisten dan painless pada bibir. Juga
dijumpai vesikel kecil, erosi, dan scaling.
6. cheilitis Angular: eritema, macerasi, fissuring, erosi, dan krusta pada commisure. Pasien
kadang mengeluh sensasi terbakar dan kering.
- Koilonychia
Dengan cara inspeksi pada kuku.

d. Mengapa hepar dan limpa tidak teraba serta tidak ada limfadenopati dan nyeri
epigastric ?

14
Hepar dan limpa tidak membesar : karena cacing tambang tidak menyerang
melalui darah dan tidak masuk ke hati maupun limpa, karena cacing tambang
hanya menyerang pada mukosa usus untuk mendapatkan makanan berupa darah
Tidak adanya limfadenopati : karena tidak didapatkan hasil lab berupa kenaikkan
leukosit dan trombosit
Tidak ada Nyeri epigastrik : karena investasi telur cacing hanya sekitar 50 -150
dan dinyatakan masih sedang, biasanya nyeri akan dirasakan apabilla investasi
daric cacing tambang sudah memasukin ambang berat.

6. Laboratory :
Hb : 6,2 g/dL,Ht : 18 vol %,RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3
Trombosit : 386.000/mm3,Diff. Count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL,MCH : 25 pg,
MCHC : 30%
Fecal Occult Blood : negative,Hookworm’s eggs positive.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium ?
Hb: rendah
Normal: wanita :12-16 g/dl
Laki-laki :13-18 g dl
Anak-anak:
0-2 minggu :14,5-24,5 g/ dl
2-8 minggu :12,5-20,5 g/ dl
2-6 bulan :10,7-17,3 g /dl
6 bulan-1 tahun:9,9-14,5 g /dl
1-6 tahun :9,5-14,1 g/dl
6-16 tahun :10,3-14,9 g/dl
16-18 tahun :11,1- 15,7 g/dl
Hematokrit: rendah
Normal:wanita :36-48%
Laki-laki :42-52%
Anak-anak:
0-2 minggu :44-64%
2-8 minggu :39-59%
2-6 bulan :35-49%
6 bulan-1 tahun:29-43%

15
1-6 tahun :30-40%
6-16 tahun :32-42%
16-18 tahun :34-44%
RBC:rendah(eritropenia)
Normal:wanita :4,2-6,1x106 /mm3
Laki-laki :4,7-5,4x106 /mm3
Baru lahir :3,5-5,1x106 /mm3
1-2 tahun :3,6-5,2x106 /mm3
3-7 tahun :4,1-5,5x106 /mm3
8-12 tahun :4,0-5,4x106 /mm3
WBC: normal
Normal : dewasa : 5000-10.000/mm3
6-12 tahun :4500-13500/mm3
2-6 tahun :5000-15.500/mm3
<2 minggu :5000-21.000/mm3
Baru lahir :9000-30.000/mm3
Trombosit :normal
Normal :150.000-400.000/mm3
Diff.count : normal
Normal : basofil :0-1 %
Eusinofil :1-3 %
Batang :2-6 %
Segmen :50-70%
Limfosit :20-40%
Monosit :2-8 %
MCV: rendah
Normal : 80-100 fl
MCHC : rendah
Normal :32-36 %
MCH : rendah
Normal :28-33 %
Telur hookworms positif:
Telah terinfeksi cacing tambang, cacing tambang yang sering menginfeksi
manusia adalah Necator americanus dan A.duodenale. pada Necator Americanus ,

16
telurnya diekskresikan dalam tinja manusia diinkubas dalam kondisi tanah yang
sesuai, lalu menetas menjadi larva dan masuk ke manusia melalui kulit.Sedangkan
A.duodenale dapat menginfeksi manusia melalui oral serta perkutan dan
mengalami perkembangan di system organ manusia dalam tahap larvanya.
Kemungkinan dalam kasus ini terinfeksi cacing tambang jenis A.duodenal atau
Necator Americanus.
Fecal occult blood negative: normal
Tidak ditemukan darah dalam tinja,FOB negatif berarti tidak terjadi perdarahan di
saluran cerna.

b. Bagaimana mekanisme keadaan abnormal pada pemeriksaan laboratorium ?


Berdasarkan nilai MCV dan MCH yang turun dari batas normal, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Mrs. Mona mengalami anemia hipokrom micrositer.
Salah satu penyebab anemia tipe ini karena kurang nya Fe. Anemia defisiensi besi
dapat disebabkan oleh gangguan absorbsi serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun. Pada kasus ini, Hookworm menetap di usus, sehingga menggangu
absorpsi Fe . sedangkan zat besi diperlukan dalam pembuatan ertirosit. Dengan
terganggunya ertitropoiesis ,ditambah dengan cacing ini menghisap darah, maka
menyebakan rendahnya Hb,Ht dan jumalah eritrosit sehingga menimbulkan anemia
yakni anemia defisiensi besi.

Gejala-gejala seperti cepat lelah setelah beraktivitas, sering berkunang-kunang,


dada berdebar-debar dan konjungtiva pucat merupakan tanda-tanda anemia.
Anemia yang disebabkan oleh cacing tambang disebabkan enzim protease
chatepsin D. Enzim proteolitik chatepsin D yang dimiliki oleh cacing tambang
dapat digunakan untuk menghancurkan makromolekul kulit. Dengan jalan
demikian cacing dapat masuk melalui kulit dan juga migrasi jaringan (Loukas,
2002). Gigi yang terdapat pada cacing tambang digunakan untuk menempel pada
tunika mukosa, hal ini mengakibatkan perdarahan. Cacing mendisgesti darah yang
keluar dari usus degan kaskade multienzim metalohemoglobinase. Saat cacing
menempel pada tunika mukosa dia juga mengeluarkan antikoagulan yang langsung
mencegah kerja dari antikoagulan Xa dan faktor jaringan VIIa untuk mencegah
koagulasi.

17
Hookworm’s eggs ditemukan dalam tinja merupakan tanda terjadinya infeksi
cacing tambang (larva filariform menembus kulit/masuk kewat mulut kapiler
darah sirkulasi sitemik jantung paru-paru menembus pembuluh darah di
paru alveolus bronkiolus bronkus trakea faring laring usus halus
(menjadi dewasa) cacing betina menghasilkan telur dikeluarkan bersama
feses).

Feccal Occult blodd negative artinya infeksi hookworm tidak terlalu berta sehingga
tidak mengakibatkan perdarahan usus yang hebat hingga darah tidak terlihat pada
feses secara feccal ocult blood test.

c. Bagaimana cara pemeriksaan :


A. Fecal Occult Blood
 Tes darah samar ( Occult blood Test ) cara Guaiac
1. Pra Analitik
1. Tujuan : Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat
dinyatakan secara makroskopik dan mikroskopik.
2 . P e r s i a p a n p a s i e n : p e r l u d i h i n d a r i z a t - z a t ya n g m e n g a n d u n g
b e s i , v i t a m i n c , bromide, iodide, makanan yang mengandung mioglobin
(daging), klorofil dan peroksidase tumbuhan selama 2-3 hari. bila ditakutkan
adanya perdarahan gusi yang mungkin tertelan, penderita sebaiknya tidak
gosok gigi. Perlu diperhatikan juga agar tinja tidak tercampur dengan urin.
Beberapa obat –obat dapat memberikan hasil positif palsu, misalnya aspirin,
salisilat, indometasid, NSAIDS, antikoagulan, preparat besi, iodium.
3.Persiapan Sampel : Tidak ada persiapan khusus
4.Prinsip : Pembebasan O2 dari H 2O2 menunjukkan adanya aktifitas peroksidase
molekul hemoglobin dan pelepasan oxidizes gum guaiac akan
menghasilkan produk oksidasi yang berwarna biru.
5. Analitik
1. Alat dan Bahan
1. Tabung reaksi
2. Aquadest atau larutan NaCl 0,9 %
3. Serbuk Gum guiac 3 gram
4. Alkohol 95%
18
5. Asam asetat glacial
6. H202 3%
2. Cara kerja
1. Buatlah emulsi tinja dalam tabung reaksi dengan air atau dengan larutan garam
kira-kira 5-10 ml dan panaskan hingga mendidih
2.Saringlah emulsi yang masih panas dan biarkan filtrat sampai menjadi
dingin,dan tambahkan 1 ml asam asetat glasial, campur
3.Dalam tabung reaksi kedua masukkan sepucuk pisau serbuk
g u a i a c d a n 2 m l alcohol 95% campur.
4.Tuanglah secara hati- hati isi tabung kedua kedalam tabung yang
berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan
terpisah
5 . B e r i k a n 1 m l h yd r o g e n p e r o k s i d a s e 3 % , c a m p u r .
6.Hasil positif terlihatdari warna biru yang terjadipada batas kadua lapis
an itu
7.Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama), perhatikan
warna yang timbul.
3. Interpretasi Hasil
Negative : tidak ada perubahan warna atau hijau samar samar
Positif 1 : hijau
Positif 2 : Biru- hijau
Positif 3 : Biru
Positif 4 : biru tua
2. Pasca Analitik
1 . I n t e r p r e t a s i k l i n i k : Tes darah samar positif mungkin disebabkan
oleh : karsinoma kolon, Colitis ulcerative, Adenoma, Hernia
diapragmatik, karsinoma lambung, Divertikulitis, Ulkus lambung

B. Hookworm’s eggs
 Flotation Method (metode apung)
Memakai larutan NaCl jenuh, atau gula jenuh terutama untuk pemeriksaan
fesesyang mengndung sedikit telur. Prinsip kerja berdasarkan berat jenis telur
yang lebihringan daripada berat jenis larutan sehingga telur mengapung, dan
juga memisahkan partikel besar dalam tinja.Pemeriksaan hanya berhasil untuk
19
telur-telur Nematoda, Schistosoma,Dibotriosefalus, Taeniidae,
Acanthocepala,ataupun telur Ascaris infertile.Bisa dilakukan dengan dua cara:
 Tanpa sentrifugasi
-10 gram tinja dicampur 2 0 0 m l l a u t a n NaCl jenuh (33%), aduk
sampai larut.
- D i a m k a n 2 0 - 3 0 m e n i t s a m p a i a d a endapan.
-Jika ada serat celulosa, saring duludengan saringan teh.
-Ambil larutan permukaan denganmenggunakan ose, taruh pada objectglass, tutup
dengan cover glass.
-Periksa dengan mikroskop
 Dengan sentrifugasi
- Campurkan tinja dengan larutan NaCl jenuh seperti di atas, saring dengan
penyaring teh, tuang ke tabung sentrifugasi.
- Sentrifugasi selama 5 menit 100 rpm.
- Gunakan ose untuk mengambil larutan permukaan, taruh pada object glass, tutup
dengan cover glass.
 Metode Harada Mori
Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva
cacing Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides
Stercolaris dan Trichostronngilus yang didapatkan dari feses yang diperiksa.
Teknin ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva
infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva
ini akan ditemukan didalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Maksud : Mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale, Necator
Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus spatau mencari
larva cacing-cacing parasit usus yang menetas diluar tubuh hospes
Tujuan : Mengetahuia adanya infeksi cacing tambang
 Alat
1. Kantong plastik ukuran 30x200mm
2. Kertas saring ukuran 3x15cm
3. Lidi bambu
4. Penjepit
5. Mikroskop

20
 Bahan
- Tinja
- Aquades steril
 Cara kerja
1. Plastik di isi aquades steril kurang lebih 5ml.
2. Dengan lidi bambu, tinja di oleskan pada kertas saring sampai mengisi
sepertiga bagiannya tengahnya.
3. Kertas saring di masukkan ke dalam plastik tersebut diatas. Cara memasukkan
kertas saring dilipat membujur dengan ujung kertas menyentuh permukaan
aquades dan tinja jangan sampai terkena aquades.
4. Nama penderita, tangggal penamaan, tempat penderita, dan nama mahasiswa.
Tabung di tutup plastik/dijepret.
5. Simpan selama 3-7 hari.
6. Disentrifuge dan dimbil dengan pipet tetes kemudian diamati dibawah
mikroskop.

 Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut
teknik Kato. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong
“cellahane tape”. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab
digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara
massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas
untuk membuat diagnosa.
Maksud : Menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah telur
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat
ringannya infeksi cacing parasit usus
 Alat
1. Selophane
2. Gelas preparat
3. Karton berlubang
4. Soket bambu
5. Kawat saring
6. Kertas minyak
 Bahan
21
1. Bahan yang di gunakan adalah larutan untuk memulas selophane terdiri dari
100 bagian aquades (6%), 100 bagian gliserin, 1 bagian melachite green 3%
dan tinja 30mg.
 Cara kerja
1. Sebelum pemakaian, pita selophane di masukkan ke dalam larutan melachite
green selam kurang lebih 24 jam.
2. Di atas kertas minyak, di taruh tinja sebesar butir kacang, selanjutnya di atas
tinja tersebut di tumpangi dengan kawat saringan dan ditekan-tekan sehingga
di dapatkan tinja yang kasar tertinggal di bawah kawat dan tinja yang halus
keluar di atas penyaring.
3. Dengan lidi, tinja yang sudah halus tersebut di ambil di atas kawat penyaring
kurang lebih 30mg, dengan menggunakan cetakan karton yang berlubang di
taruh gelas preparat yang bersih.
4. Selanjutnya ditutup dengan pita selophane dengan meratakan tinja di seluruh
permukaan pita sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yang lain.
5. Di biarkan dengan temperatur kamar selama 30-60 menit supaya menjadi
transparan.
Seluruh permukaan di periksa dengan menghitung jumlah semua telur yang
ditemukan dengan perbesaran lemah.

d. Bagaimana siklus hidup Hookworm ?


Ancylostoma duodenale / Necator americanus (cacing tambang). Parasit pada
manusia karena menimbulkan penyakit (ancylostomiasis).
Siklus hidupnya Ancylostoma:
Cacing betina hidup di usus manusia menghasilkan telur, dan keluar bersama feces
menjadi larva rabditiform, selama 1-2 hari berganti kulit menjadi larva filariform
yang siap menginfeksi dan masuk menembus pori – pori kulit. Selanjutnya
mengikuti aliran darah menuju jantung, paru–paru, trakea, kerongkongan, dan
masuk ke lambung. Perkembangan menjadi dewasa di usus halus. Cacing ini dapat
menyebabkan anemia .

22
e. Bagaimana patogenenesis penyakit yang diderita Mrs. Mona ?
Anemia defisiensi besi adalah kondisi terjadinya anemia dengan bukti jelas adanya
kekuranagan besi. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan adanya peningkatan
permintaan besi dan/atau hematopoiesis (pertumbuhan cepat pada balita dan
remaja, kehamilan, terapi eritropoietin), peningkatan kehilangan besi (kehilangan
darah kronis, menstruasi, kehilangan darah akut, donor darah, phlebotomy sebagai
terapi untuk polisitemia vera), penurunan pemasukan atau penyeraan besi
(diet/makanan yang tidak memenuhi asupan besi, malabsorbsi karena penyakit,
malabsorpsi karena pembedahan, radang akut atau kronis).

Perkembangan anemia defisiensi besi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
negative iron balance, iron deficient erythropoiesis, dan iron deficiency anemia.
Tahap pertama yaitu negative iron balance, keadaan permintaan akan (atau
kehilangan dari) besi melebihi kemampuan tubuh untuk menyerap besi dari
makanan. Hal ini disebabkan karena beberapa mekanisme fisiologis. Pada kasus
ini, penyebab tersebut adalah kehilangan darah kronis dan mestruasi yang
berlebihan dan berkepanjangan. Kehilangan darah kronis berasal dari infestasi
cacing tambang. Setiap cacing tambang N.americanus dapat menyebabkan

23
kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1 ml sehari, sedangkan setiap cacing
A.duodenale 0,08-0,34 ml sehari. Berdasarkan gejala dan keluhan pasien, tingkat
infestasi cacing tambang adalah infestasi sedang, dengan jumlah cacing antara 51-
150 ekor cacing, dengan demikian jumlah darah yang hilang dapat melebihi 10 mL
setiap harinya. Kehilangan sel darah merah melebihi 10-20 ml setiap hari lebih
besar dari jumlah besi yang dapat diserap pencernaan dari makanan normal. Pada
keadaan ini defisit besi harus ditutupi dengan mobilisasi besi dari tempat
penyimpanan RE. Selama periode ini, simpanan besi -- tercermin dari kadar feritin
serum atau gambaran besi yang bisa diwarnai pada aspirasi sumsung tulang --
menurun. Selama cadangan besi masih ada dan bisa dimobilisasi, besi serum,
kapasitas total daya ikat besi (TIBC), dan kadar protopophyrin sel darah tetap
berada dalam rentang normal. Pada tahap ini, morfologi sel darah dan indeksnya
dalam keadaan normal.

Ketika cadangan besi terdeplesi, kadar besi serum mulai menurun. Perlahan-lahan,
TIBC meningkat, begitu pula dengan kadar protoporphyrin sel darah merah. Secara
definitif, cadangan dari sumsung tulang absent ketika kadar feritin serum <15
µg/L. Selama kadar besi serum masih dalam rentang normal, sintesis hemogloblin
tidak terpengaruh walaupun terjadi penurunan cadangan besi. Saat saturasi trasferin
turun hingga 15-20%, sintesis hemoglobin menjadi terganggu. Keadaan ini adalah
tahap iron-deficient erythropoiesis. Pemeriksaan secara mendalam apusan darah
tepi menunjukkan gambaran pertama sel mikrositik, dan bila teknologi
laboratorium tersedia, maka dapat pula ditemukan retikulosit hipokromic pada
sirkulasi. Pada akhirnya, hemoglobin dan hematokrit mulai menurun,
mencerminkan iron-defisciency anemia. Pada saat ini, saturasi transferin adalah 10-
15%.

f. Bagaimana tatalaksana dari penyakit ini ?


1. Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis
diberikan antihelmintik yang sesuai, seperti Tetrachlorethylen, Mebendazole,
Albendazole, Pyrantel pamoate, Bitoskanate, dan Bephenium hidroxynaphtoate,
sesuai anjuran dokter, untuk melengkapi aksi pencegahan.
 Pirantel pamoat 10 mg/kg BB per hari selama 3 hari.

24
 Mebendazol 500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama
tiga hari berturut-turut
 Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak boleh digunakan
selama hamil.
 Tetrachlorethylen( TCE) biasanya diberikan (0,1ml/kg berat badan atau ¾
minim/lb berat badan). Obat ini harus diberikan kuncahan dan dalam bentuk cairan
pada perut kosong tanpa puasa terlebih dahulu. Ini dapat diulang setiap hari selama
tiga hari. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah, sebaiknya kadar ini dinaikkan
terlebih dahulu sampai 40% dengan transfusi atau pemberian zat besi sebelum
memakai obat cacing ini.
Bila anemia berat (Hb < 4 g/dl) diberikan transfusi darah secara intravena, dengan
perlahan-lahan dengan menggunakan darah yang sudah diendapkan (20ml/kg berat
badan atau 10ml/lb berat badan).
Jika hanya anemia zat besi sedang, dapat diberikan lewat mulut (dengan miktura
fera sulfat) atau dengan suntikan intamuskular (imferon)
2. Pemberian preparat Fe :
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi
elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan.
Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
Sulfas ferosus : preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis 3 x 1 tablet
untuk orang dewasa atau 10 mg/kg BB/kali (untuk anak) untuk mengatasi anemia.
3. Pemberian terapi hormon
a) Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat
perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipropionas estradiol
2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 120 mg. Keberatan
terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
b) Progesteron: pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional bersifat anovulator, sehingga pemberian progesteron mengimbangi
pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-
progesteron 125mg, secara intramuskular, atau dapat diberikan per os sehari
norethindrone 15mg atau aseras medroksi-progester (Provera) 10 mg, yang dapat
dilindungi, terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.

25
Androgen mempunyai efek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia
endometrium. Terapi ini tidak dapat diselenggarakan terlalu lama mengingat
bahaya virilisasi. Dapat diberikan proprionas testoteron 50 mg intramuskulus yang
dapat diulangi 6 jam kemudian. Pemberian metiltesteron per os kurang cepat
efeknya.
4. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
Pencegahan :
 Cucilah tangan sebelum makan.
 Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila
orangtua meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir
masuknya telur cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat
berkembang biak cacing di perut kita.
 Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara
masuknya pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator
americanus ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk
melalui larva cacing yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan
sampai ke usus melalui trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut
sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya;
cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai
ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah
manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia.
 Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di
antara kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
 Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap
kotoran baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia sehingga tidak
mencemari lingkungannya. Dan, jika lingkungan sudah cemar, siapa pun dapat
dihinggapi parasit cacing ini.
 Bertanam atau berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk
menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik
mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.

26
 Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik.
Jika air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin
telur cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa
hingga ke meja makan.
 Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau
anjing pada tempat pembuangan khusus
Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi yang
berisiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering
bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu
sering berhubungan dengan tanah.

g. Apa saja diagnosis banding dari kasus ini ?


1. Anemia hipokrom mokrositer, Anemia defesiensi besi
2. Anemia hipokrom mokrositer, Anemia yang disebabkan oleh penyakit kronik
3. Anemia hipokrom mokrositer, Thalasemia.

D. KETERKAITAN ANTAR MASALAH

Mrs. Mona Premenopause Berkebun tanpa


(41th) sarung tangan

Menstruasi berkepanjangan Investasi


dan berlebih Hookworm

Kehilangan darah kronik

Anemia Hipokrom Mikrositer

Hasil Pemeriksaan Gejala Hasil


Fisik Laboratorium

27
E. IDENTIFIKASI TOPIK PERMASALAHAN (LEARNING ISSUE)
No Pokok Pembahasan What I Know What I Don’t Know How I
Learn
1 Pemeriksaan fisik Definisi Teknik
2 Pemeriksaan Hb Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Bahan,Interpretasi
3 Pemeriksaan Ht Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Bahan,Interpretasi
4 Pemeriksaan RBC Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Bahan,Interpretasi
5 Pemeriksaan WBC Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Bahan,Interpretasi
6 Pemeriksaan Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan Internet,
trombosit Bahan,Interpretasi textbook,
7 Pemeriksaan Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan journal
differential count Bahan,Interpretasi
8 Pemeriksaan Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
MCV,MCH,MCHC Bahan,Interpretasi
9 Anemia Defisiensi Definisi Teknik,Alat dan
Besi Bahan,Interpretasi
10 Hookworm Macam-macam Teknik,Alat dan
Hookworm Bahan,Interpretasi
11 Pemeriksaan Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Hookworm Bahan,Interpretasi

F. SINTESIS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukaan sebelum dan,terutama,
setelah anamnesis. Teknik pemeriksaan fisik utama adalah inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi.
Untuk pemeriksaan penampilan umum, dapat dilakukan melalui inspeksi dan dari
ananamnesis. Penampilan umum mencakup keadaan kesadaran dan perawatan pribadi.
Aapakah pasien kelihatan sehat atau sakit? Apakah ia berbaring dengan nyaman di tempat

28
tidur, atau apakah ia kelihatan menderita? Apakah ia terlihat waspada atau lemah? Jawaban
pertanyaan tersebut dapat ditemukan melalui inspeksi, akan tetapi, terkadang beberapa
diantaranya sulit dijawab melalui inspeksi. Ada beberapa tanda yang dapat membantu
pemeriksa. Gizi buruk, mata cekung, cekung di daerah temporal, dan kulit kendur berkaitan
dengan penyakit kronis. Apakah pasien terlihat bersih? Meskipun sakit, pasien tidak perlu
kelihatan tidak rapi. Apakah rambutnya disisir? Apakah ia menggiggit-gigit kukunya?
Jawaban ini dapat memberikan informasi yang berguna mengenai rasa harga diri dan status
mental pasien.
Selain itu inspeksi juga dapat digunakan untuk menentukan keadaan gizi, habitus tubuh,
simetri, sikap tubuh dan gaya berjalan, cara berjalan, dan beberapa kelainan pada bagian
tubuh tertentu yang dapat diamati dari luar. Chelitis, papil lidah atrofi, dan koilonychia
diperiksa dengan cara inspeksi. Chelitis merupakan gambaran inflamasi pada bibir, papil
lidah atrofi adalah gambaran lidah dengan dengan pengecilan papil lidah dan dapat dilihat
dengan meminta pasien menunjukkan lidahnya pada pemeriksa. Koilonychia adalah
gambarah kuku yang menyerupai sendok, dengan kuku jari yang tipis dan cekung dengan tepi
yang naik.
Pemeriksaan tanda vital memiliki cara khusus untuk pemeriksaan tertentu. Pemeriksaan
denyut nadi dapat dilakukan dengan palpasi beberapa arteri pada tubuh, arteri yang paling
sering dipalpasi adalah arteri radialis, arteri brachialis, arteri karotis, atau arteri femoralis.
Dapat pula dengan menggunakan cara auskultasi pada jantung. nilai normal denyut jantung
adalah antara 60-100 kali/menit. Kecepatan bernafas dapat dihitung dengan cara inspeksi
gerakan bahu atau dada pasien. Nilai normal kecepatan bernafas adalah 14-18 kali/menit.
Temperatur tubuh dapat dihitung dengan menggunakan termometer yang diletakkan pada
beberapa daerah di tubuh, seperti pada oral, axilla, rectal, atau melalui auricula (telinga).
Suhu normal pada bagian tubuh tertentu berbeda sekitar 0,5 o C (rectal>axilla>oral). Pada saat
ini pengukuran suhu tubuh dianggap paling akurat melalui pengukuran suhu di
auricula(telinga. secara kasar, suhu tubuh normal tubuh berkisar antara 36,5-37,2. Untuk
pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer dan dilakukan
dengan teknik palpasi dan auskultasi. Nilai normal tekanan darah adalah lebih rendah atau
sama dengan 120/80 mmHg. Pemeriksaan tanda vital juga dapat dilakukan dengnan
menggunakan mesin, dan biasanya hal ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan
pengamatan tanda vital setiap saat.

29
Pemeriksaan rasa sakit dapat ditanyakan dengan cara anamnesis. Sedangkan untuk
mengukur ada tidaknya pembesaran hepar, lien, maupun kelenjar limfe dilakukan dengan
cara palpasi. Dalam keadaan normal, organ-organ ini tidak teraba.

Pemeriksaan Trombosit
Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk menilai kualitas trombosit adalah
agregasi trombosit, retensi trombosit, retraksi bekuan, dan antibody anti trombosit.
Sedangkan uji laboratorium untuk menilai kuantitas trombosit adalah masa perdarahan
(bleeding time) dan hitung trombosit.
Jumlah trombosit normal adalah 150.000 – 450.000 per mmk darah. Dikatakan
trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100.000 – 150.000 per mmk darah.
Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mmk darah maka akan cenderung terjadi
perdarahan. Jika jumlah trombosit di atas 40.000 per mmk darah biasanya tidak terjadi
perdarahan spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma. Jika terjadi perdarahan
spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan pembekuan darah. Bila
jumlah trombosit kurang dari 40.000 per mmk darah, biasanya terjadi perdarahan spontan dan
bila jumlahnya kurang dari 10.000 per mmk darah perdarahan akan lebih berat. Dilihat dari
segi klinik, penurunan jumlah trombosit lebih memerlukan perhatian daripada kenaikannya
(trombositosis) karena adanya resiko perdarahan.
Hitung trombosit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode secara
langsung dengan menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop fase kontras dan
mikroskop cahaya (Rees-Ecker) maupun secara otomatis. Metode yang dianjurkan adalah
penghitungan dengan mikroskop fase kontras dan otomatis. Metode otomatis akhir-akhir ini
banyak dilakukan karena bisa mengurangi subyektifitas pemeriksaan dan penampilan
diagnostik alat ini cukup baik.
Hitung trombosit secara tidak langsung yaitu dengan menghitung jumlah trombosit pada
sediaan apus darah yang telah diwarnai. Cara ini cukup sederhana, mudah dikerjakan, murah
dan praktis. Keunggulan cara ini adalah dalam mengungkapkan ukuran dan morfologi
trombosit, tetapi kekurangannya adalah bahwa perlekatan ke kaca obyek atau distribusi yang
tidak merata di dalam apusan dapat menyebabkan perbedaan yang mencolok dalam
perhitungan konsentrasi trombosit. Sebagai petunjuk praktis adalah bahwa hitung trombosit
adekuat apabila apusan mengandung satu trombosit per duapuluh eritrosit, atau dua sampai
tiga trombosit per lapang pandang besar (minyak imersi). Pemeriksaan apusan harus selalu

30
dilakukan apabila hitung trombosit rendah karena penggumpalan trombosit dapat
menyebabkan hitung trombosit rendah palsu.
Bahan pemeriksaan yang dianjurkan untuk pemeriksaan hitung trombosit adalah darah
EDTA. Antikoagulan ini mencegah pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium dan
juga dapat menghambat agregasi trombosit.

Metode langsung (Rees Ecker)


Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop
cahaya. Pada hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah diencerkan ke dalam larutan yang
mengandung Brilliant Cresyl Blue sehingga trombosit tercat biru muda. Sel trombosit
dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop. Secara mikroskopik
trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lila lebih kecil dari eritrosit
serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar atau bergerombol. Cara ini memiliki
kesalahan sebesar 16-25%, penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang
menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat dan
penyebaran trombosit yang tidak merata.

Metode fase-kontras
Pada hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan ke dalam larutan
ammonium oksalat 1% sehingga semua eritrosit dihemolisis. Sel trombosit dihitung dengan
menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop fase kontras. Sel-sel lekosit dan trombosit
tampak bersinar dengan latar belakang gelap. Trombosit tampat bulat atau bulat telur dan
berwarna biru muda/lila terang. Bila fokus dinaik-turunkan tampak perubahan yang
bagus/kontras, mudah dibedakan dengan kotoran karena sifat refraktilnya. Kesalahan dengan
metode ini sebesar 8 – 10%.
Metode fase kontras adalah pengitungan secara manual yang paling baik. Penyebab
kesalahan yang utama pada cara ini, selain faktor teknis atau pengenceran yang tidak akurat,
adalah pencampuran yang belum merata dan adanya perlekatan trombosit atau agregasi.

Modifikasi metode fase-kontras dengan plasma darah


Metodenya sama seperti fase-kontras tetapi sebagai pengganti pengenceran dipakai
plasma. Darah dibiarkan pada suhu kamar sampai tampak beberapa mm plasma. Selanjutnya
plasma diencerkan dengan larutan pengencer dan dihitung trombosit dengan kamar hitung
seperti pada metode fase-kontras.

31
Hitung Trombosit Otomatis
Penghitung sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung trombosit selain
hitung lekosit dan hitung eritrosit. Sebagian besar alat menghitung trombosit dan eritrosit
bersama-sama, namun keduanya dibedakan berdasarkan ukuran. Partikel yang lebih kecil
dihitung sebagai trombosit dan partikel yang lebih besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan
alat ini, penghitungan dapat dilakukan terhadap lebih banyak trombosit. Teknik ini dapat
mengalami kesalahan apabila jumlah lekosit lebih dari 100.000/mmk, apabila terjadi
fragmentasi eritrosit yang berat, apabila cairan pengencer berisi partikel-partikel eksogen,
apabila sampel sudah terlalu lama didiamkan sewaktu pemrosesan atau apabila trombosit
saling melekat.

Metode tidak langsung


Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Wright,
Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan dimana eritrosit
tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih.
Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah trombosit
dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya
dihitung. Cara ini sekarang tidak digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain
menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung eritrosit.
Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus
dilakukan dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas
yang baik untuk populasi trombosit normal dan tinggi (trombositosis). Korelasinya dengan
metode otomatis dan bilik hitung cukup erat. Sedangkan untuk populasi trombosit rendah
(trombositopenia) di bawah 100.000 per mmk, penghitungan trombosit dianjurkan dalam 10
lpmi x 2000 karena memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik. Korelasi dengan metode
lain cukup erat.

Pemeriksaan Indeks Eritrosit


Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah lain
untuk indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler. Indeks eritrosit terdiri atas : isi/volume
atau ukuran eritrosit (MCV : mean corpuscular volume atau volume eritrosit rata-rata), berat
(MCH : mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata), konsentrasi
(MCHC : mean corpuscular hemoglobin concentration atau kadar hemoglobin eritrosit rata-
rata), dan perbedaan ukuran (RDW : RBC distribution width atau luas distribusi eritrosit).

32
Indeks eritrosit dipergunakan secara luas untuk memperkirakan ukuran eritrosit rata-rata dan
banyaknya hemoglobin tiap eritrosit guna mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang
dalam membedakan berbagai macam anemia.
Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan elektronik
(automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung indeks eritrosit
secara manual diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.
Nilai Indeks Eritrosit
1. Alat
Kalkulator
Alat Tulis
2. Bahan
Menggunakan keterangan nilai eritrosit dalam juta, nilai hemoglobin, dan nilai
hematokrit yang sebelumnya sudah dicari dengan bilik hitung Neubauer Improve.
3. Cara Kerja
Memperkirakan ukuran eritrosit rata-rata dan banyaknya hemoglobin tiap eritrosit
dengan menggunakan rumus MCV (Mean Corpusculum Volume), MCH (Mean
Corpusculum Hemoglobin), dan MCHC (Mean Corpusculer Hemoglobin
Concertration).

Nilai index eritrosit :


a. Mean Corpusculer Volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER).
MCV mengindikasikan ukuran eritrosit : mikrositik (ukuran kecil), normositik
(ukuran normal), dan makrositik (ukuran besar). Nilai MCV diperoleh dengan
mengalikan hematokrit 10 kali lalu membaginya dengan hitung eritrosit.
Satuan : femtoliter

MCV = x 10
Nilai Normal : 82 - 92 Fl
Interpretasi Hasil :
Penurunan MCV (VER) terjadi pada pasien anemia mikrositik, Defisiensi besi,
arthritis rheumatoid, talasemia, anemia sel sabit, HBC, keracunan timah, dan
radiasi.
Peningkatan MCV terjadi pada anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia
pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, penyakit hati kronis, hipotiroidisme, efek

33
obat vitamin B12, antikonvulsan, dan antimetabolik
b. Mean Corpusculer Hemoglobin (MCH) / Hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan
ukurannya. MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb 10 kali, lalu membaginya
dengan hitung eritrosit.
Satuan : pikogram

MCH = x 10
Nilai Normal : 27 - 31 Pg
Interpretasi Hasil :
Penurunan MCH (HER) terjadi pada anemia mikrositik, dan anemia hipokromik
Peningkatan MCH (HER) terjadi pada anemia defisiensi besi
c. Mean Corpusculer Hemoglobin Concentration (MCHC)/ Konsentrasi Hemoglobin
Eritrosit Rata-rata (KHER)
MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit.
Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta
talasemia. Nilai MCHC dihitung dari nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin
dan hematokrit.
Satuan : %

MCHC = x 100%
Nilai Normal : 32 - 37 %
Interpretasi Hasil :
Penurunan MCHC terjadi pada anemia hipokromik dan talasemia
Peningkatan MCHC terjadi pada penderita defisiensi zat besi
d. Red Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan ukuran (luas) dari eritrosit. RDW adalah pengukuran luas
kurva distribusi ukuran pada histogram. Nilai RDW dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan darah lengkap (full blood count, FBC) dengan hematology analyzer.
Nilai RDW berguna untuk memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai
MCV berubah dan sebelum terjadi tanda dan gejala.
RDW digunakan terutama untuk membedakan talasemia heterozigot tanpa
komplikasi (MCV rendah, RDW normal) dengan anemia defisiensi besi (MCV
rendah, RDW meningkat)

34
o Dihitung secara otomatik
o Cara hitung :
SD ukuran eritrosit
RDW = x 100
MCV

Menunjukan variabilitas ukuran eritrosit abnormal konfirmasi morfologi


pada sediaan hapus darah tepi
o Anisositosis  RDW meningkat
o Nilai normal  11.5-14.5 (CV %)
o RDW meningkat pada
 Anemia defisiensi besi
 Anemia perniciosa/def. folat
 Anemia hemolitik
o RDW normal
 Anemia of Chronic Disease
 Blood loss
 Anemia aplastik
 Sferositosis herediter
 Hemoglobinopati (HbS, HbE)

Sebagai klasifikasi-klasifikasi yang lebih umum dari anemia (hemoglobin yang rendah)
berdasarkan pada MCV, atau volume dari sel-sel darah merah individu.
1. Jika MCV rendah (kurang dari 80), anemia dikategorikan sebagai microcytic anemia
(volume sel yang rendah).
2. Jika MCV didalam batasan normal (80-100), ia disebut normocytic anemia (volume
sel yang normal).
3. Jika MCV tinggi, maka ia disebut macrocytic anemia (volume sel yang besar).
Melihat pada setiap komponen-komponen dari complete blood count (CBC), terutama
MCV, dokter dapat mengumpulkan petunjuk-petunjuk seperti apa yang menjadi sebab
yang paling umum untuk anemia. (AV Hofbrand,2005)

Anemia Menurut morfologi sel darah merah:


1. Mikrositik hipokromik (MCH/MCV/MCHC rendah):
anemia def. Besi, thalasemi, keracunan timah, sideroblastik, peny kronis
35
2. Normositik normokromik (MCV/MCHC Normal):
anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia hemorragik)
3. Makrositik normokromik (MCV tinggi, MCHC Normal):
a. Anemia Megaloblastik
 Def vit B12 / as folat
 Efek Kemotherapi
 Synd Mielodisplastik
b. Non Megaloblastik
 Alkoholisme
 Peny.hepar
 Hemolisis, perdarahan
 Hipotiroidisme
(Hoffbrand, 2002)

Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam
hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Molekul hemoglobin terdiri dari
 globin,
 apoprotein dan
 empat gugus heme,suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Penyebab anemia
yang paling sering adalah:
 perdarahan,
 kurang gizi,
 gangguan sumsum tulang,
 pengobatan kemoterapi dan
 abnormalitas hemoglobin bawaan.
Kadar normal hemoglobin
Kadar hemoglobin menggunakan satuan gr/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin
dalam 100 mililiter darah.
Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasien :

36
1. Bayi baru lahir : 17 – 22 g/dl
2. Umur 1 minggu : 15 – 20 g/dl
3. Umur 1 bulan : 11 – 15 g/dl
4. Anak-anak : 11 – 13 g/dl
5. Lelaki dewasa : 14 – 18 g/dl
6. Perempuan dewasa : 14 – 18 g/dl
7. Lelaki tua : 12,4 – 14,9 g/dl
8. Perempuan tua : 11,7 – 13,8 g/dl
Metode analisa Hemoglobin terdiri dari :
1. Metode sahli (asam hematin ) dibaca juga dengan metode kolorimetri.
2. Metode sianmethemoglobin (dengan lar. Drabkins) dibaca dengan metode kolorimetri
(spektofotometer)
1. Metode sahli
Metode sahli merupaan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan
dengan larutan HCL sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam. Untuk dapat
menentuan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut
dengan aquabidest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standart.
Peralatan dan pereaksi
Alat untuk mengambil darah vena atau darah kapiler, Aquadest dan Hemometer sahli, yang
terdir atas
 Tabung pengencer,panjang 12 cm,dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) s/d 22
(atas)
 Dua tabung standart warna
 Pipet Hb,dengan pipa karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20
 Pipet HCL
 Botol tempat aquadest dan HCL 0,1 N
 Batang pengaduk (dari gelas)
 Larutan HCL 0,1 N
Spesimen dapat berupa darah kapiler atau darah vena (darah EDTA)
Cara kerja pemeriksaan hemoglobin dengan metoda sahli :
 isi tabung pengencer dengan HCL 0,1 N sampai angka 2
 Dengan pipet Hb,hisap darah sampai angka 20 mm, jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
 Hapus darah yang ada pada ujung pipet dengan tissue

37
 Tuangkan darah ke tabung pengencer,bilas dengan aquadest bila masih ada darah
dalam pipet
 Biaran 1 menit
 Tambahan aquadest tetes demi tetes,aduk dengan batang kaca pengaduk
 Bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standar
 Bila sudah sama penambahan aquadest dihentikan,baca kadar Hb pada skala yang ada
ditabung pengencer
Tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin,
methemoglobin, sulfahemoglobin.Cara visual mempunyai kesalahan inheren 15 – 30%,
sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.
Sumber kesalahan yang sering terjadi :
 Kemampuan untuk membedaan warna tidak sama
 Sumber cahaya kurang baik
 Kelelahan mata
 Alat-alat kurang bersih
 Ukuran pipet kurang tepat,perlu dikalibrasi
 Pemipetan yang kurang akurat warna gelas standart pucat/kotor dan lain sebagainya
 Penyesuaian warna larutan yang diperksa dalam komparator kurang akurat
Metode sianmethemoglobin
Ferrosanida mengubah besi pada Hb dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi
methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu
sianmethemoglobn. Intensitas warna yang terbentuk diukur fotometrik 540 nm. Kalium
hidrogen fosfat digunakan agar pH tetap dimana reaksi dapat berlangsung sempurna pada saat
yang tepat. Detergen berfungsi mempercepat hemolisa darah serta mencegah kekeruhan yang
terjadi oleh protein plasma.
Peralatan dan pereaksi
 Mikropipet 20 mikroliter/mmk atau pipet sahli
 Pipet volumetrik 5 mlTabung reaksi ukuran 75 x 10 mm
 Spektofotometer/kolorimeter dengan panjang gelombang 540 nm
 Larutan drabkins atau modiikasinya (diperdagangkan dalam bentuk kit),
Larutan drabkins terdiri dari :
 Kalium ferrosianida 200 mg,
 KCN 50 mg
 Kalium hydrogen fosfat 140 mg

38
 Detergen 0,5 – 1 ml
 Aquadest/detenized water ad. 1000 ml
Spesimen darah kapiler atau darah EDTA
Cara kerja pemeriksaan metoda sianmethemoglobin :
 Kedalam tabung reaksi 75 x 10 mm,pipetkan 5 ml pereaksi
 Dengan mikropipet tambahkan 20 mikroliter/mmk darah penderita ke dalam pereaksi
tersebut serta hindarilah terjadinya gelembung dan bersihkan bagian mikropipet
 Campurkan isinya dan biarkan pada suhu kamar selama 3 – 5 menit dan serapannya
dibaca dalam spektofotometri pada panjang gelombang 540 nm dengan pereaksi
sebagai blangko
 Kadar hemoglobin dapat dibaca pada kurva kalibrasi atau dihitung dengan
menggunakan faktor,dimana kadar Hb = serapan x faktor kurva kalbrasi dan faktor
telah dipersiapkan sebelumnya
Pembuatan kurva kalibrasi dan perhitungan faktor
Sebelum fotometerdipergunakan untuk penetapan kadar hemoglobin, harus dikalibrasi dulu,
atau dihtung faktornya. Untuk keperluan tersebut dipergunakan larutan stndart hemisianida
(sianmethemoglobin) dan pengenceran larutan tersebut dalam pereaksi drabkins .
Kadar Hb dari larutan standart hemisanida dapat dhtung dalam gr/100 ml atau gr/dl sebagai
berikut
Kadar Hb larutan standart = kadar hemisanida mg/dl/10 x (500 + 20) mikroliter/20 mkroliter
= kadar hemisianida x 0,251 mg/dl
Buatlah pengenceran larutan standart 100, 75, 50, 25 dan 0% sebagai blanko dengan larutan
drabkins. Setelah masing-masing tercampur sempurna biarkan pada suhu kamar 3 menit dan
baca serapan pada fotometer dengan 540 nm. Buatlah kurvanya dengan kadar Hb sebagai
absisi dan serapan sebagai ordinat, maka hasil percobaan serapan pasien tinggi memplotkan
pada kurva tera. Atau menggunakan faktor sebagai faktor sebagi berikut :
Faktor (F) = jumlah kadar Hb/jumlah serapan
Pengawasan mutu
Hemolisat yang dipergunakan atau dibuat sendiri dengan standar hemosianida, CV optimal
3% dan CV tidak boleh lebih dar 6%.
Sumber kesalahan dalam metoda ini
 Terjadinya jendalan darah
 Darah yang hipemik menyebabkan hasilnya lebh tnggi dari seharusnya

39
 Leukositosis berat mempengaruhi pengukuran lebih rendah dari seharusnyaKerusakan
pereaksi
 Pemipetan pereaksi yang tidak akurat
 Fotometer yang kurang baik

Hookworm
Ancylostoma duodenale
MORFOLOGI
a. Ciri Morfologi:
1) Telur
-Ukuran : 60x40 mikron
-Bentuk lonjong, kedua ujungnya membulat
-Kulit telur satu lapis
-Isi telur antara 4-8 sel, kadang berisi embrio
-Telur kadang menetas ditanah keluar menjadi larva rabditiform kemudian berkembang
menjadi larfa filariform
2) Ancylostoma duodenale Jantan Dewasa
-Bentuk slindris berbentuk C atau koma
- Lengkung kepala searah dengan lengkung badan dan ekor
-Ujung ekor melebar disebut bursa kopulatrik tampak tumpul, digunakan untuk proses
kopulasi
-Rusuk dorsal celah dangkal, ujung tiap cabang bercelah 3, speculum ujungnya tidak
menyatu.
3) Ancylostoma diodenale Betina Dewasa
-Bentuk slindris berbentuk C atau koma
-Warna putih kelabu
- Lengkung kepala searah dengan lengkung badan dan ekor
-Ujung ekor meruncing, mukron ujung kaudal
-Panjang 10-13 mm, lebih panjang dari cacing Enterobius vemicularis
4) Kepala Ancylostoma diodenale Dewasa
- Mulut dilengapi dengan gigi tambahan untuk melekatkan diri pada mukosa proximal usus
-Terdapat dua pasang gigi ventral, gigi tambahan kecil ditepi dalam gigi ventral, dua lanset
subventral beerbentuk segitiga]
5) Larva Rhabditiform

40
-Esofagus dengan rongga mulut mulut besar/lebar
-Promordium genital kecil
-Menetas dari telur pada waktu 24-48 jam
-Keadaan obtimum dengan kelembapan tinggi, teduh, panas, lebih dari 25 c tanah lepas
berpasir
-Aktif makan bahan organik
-Mengalami pergantian kulit 2x pada hari ketiga dan kelima
6) Larva filariform
-Esofagus memanjang sampai ¼ panjang tubuh
-Bersarung, ujung runcing
-Tombak esophagus tidak menonjol, sering tertutup pada ujung anterior,sarung bergaris nyata
pada ujung posterior.
-Tidak makan, bergerak aktif merupakan bentuk infektif parsit.
b. Patologi Klinis
Nama penyakit : Ancilostomasiasis
Stadium larva : ‘Ground itch’, berupa bintik-bintik merah dan gatal
Stadium dewasa : anemia hipokromik mikrositer, dan eosinofilia
c. Larva dan telur dalam feses

Necator Americanus
Ciri Morfologi :
1)Telur
- Sama dengan morfologi telur Ancylostoma duodenale
2) Necator Americanus Jantan Dewasa
-Bentuk slindris berbentuk S
- Lengkung kepala berlawanan dengan lengkung badan dan ekor
-Panjang 5-9 mm
-Ujung ekor melebar disebut bursa kopulatrik tampak tumpul, digunakan untuk proses
kopulasi
-Rusuk dorsal celah dalam, ujung tiap cabang bercelah 2, speculum ujungnya tidak menyatu
membentuk kait.
3) Necator americanus Betina Dewasa
-Bentuk slindris berbentuk S
- Lengkung kepala berlawanan dengan lengkung badan dan ekor

41
-Panjang 9-11 mm
-Ujung ekor meruncing, mukron tidak ada
4) Kepala Necator americanus Dewasa
- Mulut dilengapi dengan alat lempeng pemotong untuk melekatkan diri pada mukosa usus
-Terdapat sepasang bendakitin menggantikan gigi, dari lateral tampak sepasang
5) Larva Rhabditiform
- Sama seperti Larva Rhabditiform Ancylostoma duodenale
6) Larva filariform
Hampir sama seperti larva filariform pda Ancylostoma duodenale tapi Tombak esophagus
menonjol.

Siklus Hidup
Cacing tambang jantan berukuran 8-11 mm sedangkan yang betina berukuran 10-13
mm. Cacing betina menghasilkan telur yang keluar bersama feses pejamu (host) dan
mengalami pematangan di tanah. Setelah 24 jam telur akan berubah menjadi larva tingkat
pertama (L1) yang selanjutnya berkembang menjadi larva tingkat kedua (L2) atau larva
rhabditiform dan akhirnya menjadi larva tingkat ketiga (L3) yang bersifat infeksius. Larva
tingkat ketiga disebut sebagai larva filariform. Proses perubahan telur sampai menjadi larva
filariform terjadi dalam 24 jam.) Larva filariform kemudian menembus kulit terutama kulit
tangan dan kaki, meskipun dikatakan dapat juga menembus kulit perioral dan transmamaria.
Adanya paparan berulang dengan larva filariform dapat berlanjut dengan menetapnya cacing
di bawah kulit (subdermal). Secara klinis hal ini menyebabkan rasa gatal serta timbulnya lesi
papulovesikular dan eritematus yang disebut sebagai ground itch.
Dalam 10 hari setelah penetrasi perkutan, terjadi migrasi larva filariform ke paru-paru setelah
melewati sirkulasi ventrikel kanan. Larva kemudian memasuki parenkim paruparu lalu naik
ke saluran nafas sampai di trakea, dibatukkan, dan tertelan sehingga masuk ke saluran cerna
lalu bersarang terutama pada daerah 1/3 proksimal usus halus. Pematangan larva menjadi
cacing dewasa terjadi disini. Proses dari mulai penetrasi kulit oleh larva sampai terjadinya
cacing dewasa memerlukan waktu 6-8 minggu.
Cacing jantan dan betina berkopulasi di saluran cerna selanjutnya cacing betina memproduksi
telur yang akan dikeluarkan bersama dengan feses manusia. Pematangan telur menjadi
larva terutama terjadi pada lingkungan pedesaan dengan tanah liat dan lembab dengan suhu
antara 23-33o C. Penularan A. Duodenale selain terjadi melalui penetrasi kulit juga melalui
jalur orofekal, akibat kontaminasi feses pada makanan. Didapatkan juga bentuk penularan

42
melalui hewan vektor (zoonosis) seperti pada anjing yang menularkan A. brazilienze dan A.
caninum. Hewan kucing dan anjing juga menularkan A. ceylanicum. Jenis cacing yang yang
ditularkan melalui hewan vektor tersebut tidak mengalami maturasi dalam usus manusia.
Cacing N. americanus dewasa dapat memproduksi 5.000 - 10.000 telur/hari dan masa hidup
cacing ini mencapai 3-5 tahun, sedangkan A. Duodenale menghasilkan 10.000-30.000
telur/hari, dengan masa hidup sekitar 1 tahun.
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitive. Telur yang infektif keluar bersama tinja
penderita. Di dalam tanah, dalam waktu 2 hari menetas menjadi larva filariform yang infektif.
Kemudian larva filaform menembus kulit lalu memasuki pembuluh darah dan jantung
kemudian akan mencapai paru-paru. Setelah melewati bronkus dan trakea, larva masuk ke
laring dan faring akhirnya masuk ke usus halus dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 4
minggu.

Patologi Klinis
Nama penyakit : Necatoriasis
Stadium larva : ‘Ground itch’, berupa bintik-bintik merah dan gatal
Stadium dewasa : anemia hipokromik mikrositer, dan eosinofilia
c. Diagnosis
Menemukan Telur dan larva dalam tinja

43
Epidemiologi
Cacing tambang ditemukan kosmopolit, di indonesia insiden tertinggi ditemukan pada
pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih dari
70%. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan
suhu optimum untuk necator americanus 28-32 derajat celcius,sedangkan untuk ancilostoma
duodenale adalah 23-25 derajat celcius. Pada umumnya ancilostoma duodenale lebih kuat.

Pencegahan
Pencegahannya adalah dengan menjaga kebersihan diri, mencuci tangan, menjaga kebersihan
toilet, menambah wawasan dan edukasi tentang info-info kesehatan, rutin check up kesehatan
Anda dan anak anda , serta yang lebih penting menggunakan alas kaki saat keluar rumah/
tidak boleh berhubungan langsung dengan tanah, khususnya pada area pertambangan
Ancylostomiasis merupakan keadaan dimana terjadi infeksi akibat cacing tambang atau
hookworm. Hookworm masuk melalui jaringan kulit. Hookworm dapat mempenetrasi kulit
dan setelah berada di dalam tubuh, bermigrasi melalui sistem vaskuler menuju paru-paru.
Setelah itu menuju trakea, tertelan, dan masuk ke dalam sistem pencernaan melalui
esophagus, dan akhirnya sampai pada usus halus. Pada usus halus tersebut, hookworm
menembus mukosa usus dan menghisap darah disitu.
Gejala yang terjadi akibat infeksi hookworm tersebut adalah gatal-gatal pada area
tempat masuknya hookworm, batuk, nyeri dada, demam, epigastric pain, nausea, muntah,
konstipasi, diarrhea, palpitasi, anemia, defisiensi protein, defisiensi zat besi, dan fatigue.
Pencegahan infeksi hookworm dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan dan
higienisitas lingkungan, makanan, dll. Tidak menyentuh tanah atau kotoran tanpa
perlindungan seperti sarung tangan atau sepatu.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian pirantel pamoat dengan dosis 10mg/kg
berat badan beberapa hari berturut-turut.

Cara Mendiagnosa Larva Cacing Tambang


Diagnosis infeksi cacing tambang dapat ditegakkan dengan berbagai cara, seperti
penemuan larva pada lesi kulit, cairan bronkus, dan otot serta penemuan cacing atau telur
pada tinja penderita. Sensitivitas diagnosis dapat ditingkatkan dengan pemeriksaan
konsentrasi tinja. Infeksi cacing tambang ditandai dengan respons antibiodi yang didominasi
oleh Immunoglobulin (Ig)G1, IgG4, dan Ig di bawah kontrol sitokin TH2. Selanjutnya
dimediasi oleh interleukin 4, IgG1, dan IgG4 yang merupakan marker spesifik N.

44
americanus. Deteksi IgE antibodi terhadap Necator Larva 3 merupakan cara diagnosis cacing
tambang lain yang sangat spesifik dan sensitif. Metoda diagnosis terbaru yang membedakan
spesies cacing tambang adalah menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR).
Tatalaksana Infeksi Cacing Tambang
Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memberikan tambahan zat
besi per-oral atau suntikan zat besi. Pada kasus yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi
darah.
Jika kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama
1-3 hari untuk membunuh cacing tambang. Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita
hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.
 Pirantel pamoat 10 mg/kg BB per hari selama 3 hari.
 Mebendazol 500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama tiga hari
berturut-turut
 Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak boleh digunakan selama hamil.
 Sulfas ferosus 3 x 1 tablet untuk orang dewasa atau 10 mg/kg BB/kali (untuk anak) untuk
mengatasi anemia.

Anemia Defisiensi Besi


Patogenesis
Patogenesis anemia defisiensi besi dimulai ketika cadangan besi dalam tubuh habis
yang ditandai dengan menurunnya kadar feritin yang diikuti juga oleh saturasi transferin dan
besi serum. Penurunan saturasi transferin disebabkan tidak adanya besi di dalam tubuh
sehingga apotransferin yang dibentuk hati menurun dan tidak terjadi pengikatan dengan besi
sehingga transferin yang terbentuk juga sedikit. Sedangkan total iron binding protein (TIBC)
atau kapasitas mengikat besi total yang dilakukan oleh transferin mengalami peningkatan.
Hal ini disebabkan karena tidak adanya besi di dalam tubuh sehingga transferin berusaha
mengikat besi dari manapun dengan meningkatkan kapasitasnya.
Dalam tubuh manusia, sintesis eritrosit atau eritropoesis terus berlangsung dengan
memerlukan besi yang akan berikatan dengan protoporfirin untuk membentuk heme. Pada
anemia defisiensi besi, besi yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga heme yang terbentuk
hanya sedikit dan pada akhirnya jumlah hemoglobin yang dibentuk juga berkurang. Dengan
berkurangnya Hb yang terbentuk, eritrosit pun mengalami hipokromia (pucat). Hal ini
ditandai dengan menurunnya MCHC (mean corpuscular Hemoglobin Concentration) < 32%.

45
Sedangkan protoporfirin terus dibentuk eritrosit sehingga pada anemia defisiensi besi,
protoporfirin eritrosit bebas (FEP) meningkat. Hal ini dapat menjadi indikator dini sensitif
adanya defisiensi besi.
Di sisi lain, enzim penentu kecepatan yaitu enzim ferokelatase memerlukan besi untuk
menghentikan sintesis heme. Padahal besi pada anemia defisiensi besi tidak tersedia sehingga
pembelahan sel tetap berlanjut selama beberapa siklus tambahan namun menghasilkan sel
yang lebih kecil (mikrositik). Hal ini ditandai dengan menurunnya MCV (mean corpuscular
volume) < 80 fl.

Manifestasi Klinis
Gejala klinis anemia defisiensi besi
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu
gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, gejala penyakit dasar.

Gejala umum anemia


Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome)
dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl.
Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang serta telinga
mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar hemoglobin yang terjadi
secara perlahan-lahan sering kali sindrom anemia tidak terlalu mencolok dibandingkan
dengan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya terjadi lebih cepat, oleh karena
mekanisme kompensasi tubuh dapat berjalan dengan baik. Anemia bersifat simtomatik jika
hemoglobin telah menurun di bawah 7 g/dl. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang
pucat , terutama pada konjunctiva dan jaringan di bawah kuku.

Gejala penyakit dasar


Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi
penyebab anemia difisiensi tersebut. Misalnya pada anemia akibat penyakit tambang dapat
dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti
jerami. Pada anemia karena perdarahan kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan
kebiasaan buang air besar atau gejala lain tergantung dari lokasi kanker tersebut.

46
Pemeriksaan
Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditanyakan keluhan utama yang menyebabkan pasien datang ke
sarana pelayanan kesehatan. Pada skenario didapatkan pasien mengeluhkan gejala umum
anemia yang sudah dijabarkan sebelumnya. Selanjutnya tanyakan kapan pasien mulai
mengalami keluhan tersebut serta gangguan lain yang mungkin menyertai keluhan tersebut.
Pada pasien anemia defisiensi besi, kekurangan besi yang dialami pasien dapat disebabkan
karena gangguan absorpsi, kurangnya intake besi sehari-hari atau akibat perdarahan kronik.
Jadi dapat ditanyakan juga apakah ada penyakit lain seperti kolitis kronik atau riwayat
gastrektomi yang menyertai, bagaimana asupan makanan sehari-hari terkait dengat intake
besi, dan apakah ada riwayat perdarahan misalnya BAB berdarah, BAK berdarah dan lain-
lain. Selain itu dapat juga ditanyakan pekerjaan pasien yang mungkin berkaitan dengan
infeksi cacing tambang yang menjadi salah satu penyebab anemia defisiensi besi.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah pemeriksaankeadaan umum, vital
sign, status gizi apakah gizi baik atau buruk, konjungtiva apakah anemis atau tidak, sclera
ikterik atau tidak , bibir, lidah, gigi dan mulut, bentuk kepala, kelainan herediter, jantung dan
paru, hepar, limpa, ekstremitas.
Pemeriksaan Laboratorium
Kelaianan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah:
Kadar Hemoglobin dan Indeks. Didapatkan anemia hipokromik mikrositer dengan
penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV dan MCH menurun dan
MCHC menurun pada defisiensi yang lebih berat dan berlangsung lama. Anisositosis
merupakan tanda awal defisiensi besi ditandai oleh peningkatan RDW (red cell distribution
widht).
Mengenai titik pemilah MCV, ada yang memakai angka < 80 fl, tetapi pada penelitian
kasus ADB di Denpasar, dijumpai bahwa titik pemilah < 78 fl memberi spesifisitas paling
baik. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami penurunan sebelum kadar Hb menurun.
Hapusan darah tepi menunjukan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, dan
poikolositosis. Makin berat derajat anemia makin berat derajat hipokromia. Jika terjadi
hipokromia dan mikrositosis ekstrim, maka sel tampak sebagai sebuah cincin sehingga
disebut sel cincin, atau memanjang seperti pensil. Kadang-kadang dijumpai sel target.

47
Leukosit dan trombosit pada umumnya normal. Tapi granulositopenia ringan dapat
dijumpai pada ADB yang berlangsung lama. Pada ADB karena cacing tambang dijumpai
eosinofilia. Trombositosis dapat dijumpai pada ADB dengan episode perdarahan akut.
Konsentrasi besi serum menurun pada ADB dan TIBC (total iron binding capacity)
meningkat. TIBC menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin terhadap besi, sedangkan
saturasi transferin dihitung dari besi serum dibagi TIBC dikalikan 100%. Untuk kriteria
diagnosis ADB, kadar besi serum menurun < 50 µg/dl, TIBC meningkat > 350 µg/dl, dan
saturasi transferin < 15%. Harus diingat bahwa besi serum menunjukkan variasi diurnal yang
sangat besar, dengan kadar puncak pada jam 8 sampai 10 pagi.
Feritin Serum merupakan indikator cadangan besi yang sangat baik, kecuali pada
keadaan inflamasi atau keganasan tertentu. Titik pemilah untuk feritin serum pada ADB
dipakai angkan < 12 µg/dl, tetapi ada juga yang menggunakan < 15 µg/dl. Untuk daerah
tropik di mana angka infeksi dan inflamasi yang masih tinggi titik pemilah harus sedikit
dikoreksi. Pada penelitian di Bali sensitivitas tertinggi (84%) justru dicapai pada pemakaian
feritin serum < 40 µg/dl, tanpa mengurangi spesifisitas terlalu banyak (92%). Hecberg untuk
daerah tropik menganjurkan memakai angka feritin seru < 20 µg/dl sebagai kriteria diagnosis
ADB. Jika terjadi infeksi atau inflamasi yang jelas, maka feritin serum sampai dengan 50-60
µg/dl masih dapat menunjukkan adanya defisiensi besi.
Reseptor tranferin serum (sTfR). Reseptor transferi dilepaskan dari sel ke dalam
plasma. Kadar sTfR meningkat pada anemia defisiensi besi. Yang digunakan adalah rasio
reseptor transferin dengan log feritin serum. Rasio > 1,5 menunjukkan ADB. Digunakan
untuk membedakan ADB dengan anemia akibat penyakit kronik.
Sumsum Tulang. Pemeriksaan ini tidak perlu dilakukan kecuali pada kasus dengan
komplikasi. Pengecatan sumsum tulang dengan Perl’s stain menunjukkan cadangan besi
negatif ditandai dengan tidak ada besi dari eritroblas cadangan (makrofag) dan yang sedang
bekembang.

Complications
 Anemia berat dapat menyebabkan hipoksemia dan mempertinggi resiko insufiseinsi
koroner dan iskemik miokard, selain itu dapat memperparah keadaan pasien dengan penyakit
paru kronis.
 Intoleransi terhadap dingin ditemukan pada beberapa pasien dengan anemia defisiensi
kronis, dan bermanifestasi sebagai gangguan vasomotor, nyeri neurologis, atau mati rasa
bahkan rasa geli.

48
 Meskipun jarang, namun pada anemia defisiensi yang berat berhubungan dengan
papilledema, peningkatan tekanan intracranial, dan bias disapatkan gambaran klinis
pseudotumor cerebri. Manifestasi ini dapat terkoreksi oleh terapi dengan pemberian
preparat besi.
 Fungsi imun yang melemah, dan pernah dilaporkan pasien dengan anemia defisiensi
besi mudah terjangkit infeksi, meskipun demikian belum didapatkan fakta yang pasti
mengenai keterkaitan antara defisiensi besi dengan melemahnya imun karena ada beberapa
factor lain yang turut berperan.
 Anak dengan deficit besi akan mengalami gangguan dalam perilakunya. Pada infants
terjadi gangguan perkembangan neurologis dan pada anak usia sekolah terjadi penurunan
prestasi belajar. IQ dari anak usia sekolah dengan anemia defisiensi besi dilaporkan lebih
rendah jika dibandingkan dengan anak sebaya yang nonanemic. Gangguan dalam perilaku
dapat bermanisfestasi sebagai kelainan dalam pemusatan perhatian, sedngakan pada infants
akan terjadi pertumbuhan yang tidak optimal. Semua manifestasi ini dikoreksi dengan terapi
besi.

Prognosis
Anemia defisiensi besi jika terkoreksi dengan baik maka akan memberikan prognosis
yang baik, namun anemia defisiensi besi dapat memiliki prognosis yang buruk, jika kondisi
yang mendasarinya memiliki prognosis yang buruk juga seperti neoplasia. Sama halnya
dengan prognosis yang dapat berubah oleh comorbid condition seperti coronary artery
disease.

Terapi
Terapi untuk anemia defisiensi besi :
a. Terapi kausal : yaitu terapi tehadap penyebab terjadinya anemia defisiensi besi,
misalnya pengobatan terhadap perdarahan, maka dilakukan pengobatan pada penyakit yang
menyebabkan terjadinya perdarahan kronis seperti penyakit cacing tambang, hemoroid,
menorhagia, karena jika tidak maka anemia akan akan kambuh kembali.
b. Pemberian perparat besi untukmengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron
replacement therapy) Terapi besi oral
Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman. Preparat
yang tersedia adalah ferrous sulphat, dengan dosis anjuran 3 X 200 mg, setiap 200 mg nya
mengandung 66 mg besi elemental. Dengan dosis anjuran tersebut dapat mengabsorbsi besi

49
50 mg per hari yang dapat meningkatkan eritropoesis 2-3 kali normal. Preparat lainnya
ialah, ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate.
Efek samping utama : gangguan GIT pada 15-20% sehingga mengurangi kepatuhan pasien
dalam meminum obat. Keluhan dapat brupa mual, muntah, serta konstipasi. Pengobatan
diberikan 3-6 bulan, ada yang menganjurkan sampai 12 bulan, sampai kadar HB normal
untuk mengisis cadangan besi tubuh.
Terapi besi parenteral
Sangat efektif, namun mempunyai resiko lebih besar dan harganya lebih mahal. Indikasi
pemberian :
Intoleransi terhadap pemberian besi oral
Kepatuhan terhadap obat yang rendah
Gangguan pencernaan seperti kolilitis ulseratif yang dapat kambuh jika diberikan besi
Penyerapan besi terganggu, seperti pada gastrektomi
Kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup dikompensasi dengan pemberian
besi oral, seperti misalnya pada hereditary hemorrhagic teleangiectasia
Kebutuhan besi yang besar dalam waktu yang pendek, seperti pada kehamilan trimester
3 atau sebelum operasi
Defisiensi fungsional relative akibat pemberian eritropoetin pada anemia gagal ginjal
kronik atau anemia akibat penyakit kronik.
Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml), iron sorbitol
citric acid complex, dan ferric gluconate dan iron sucrose yang lebih aman. Besi parenteral
dapat diberikan secara IM atau IV pelan.
Tujuan terapibesi parenteral ialahmengembalikan kadar Hb dan mengisis besi sebesar
500mg-1000mg.
Efek samping : reaksi anafilaktik meskipun jaran (0,6 %), flebitis, sakit kepala,
fushing, mual, muntah, nyeri perut, dan sinkop, pada pemberian IM memberikan rasa nyeri
dan warna hitam pada kulit.

Pengobatan lain
Diet : diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama dari protein hewani.
Vitamin C : diberikan 3 X 100 mg per hari untuk meningkatkan absorbsi besi.
Transfusi darah : anemia defisiensi besi jarang memerlukan transfuse darah. Darah yang
diberikan ialah PRC untuk mengurangi bahaya overload. Indikasi transfuse darah :
Adanya penyakit jantung anemic dengan ancama payah jantung

50
Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia ddengan gejala pusing yang sangat
menyolok
Pasien memerlukan peningkatan Hb yang cepat seperti pada kehamilan trimester akhir atau
preoperasi.

Pemeriksaan Ht
Pengertian Hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil
dalam volume tertentu.Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume
yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala
hematokrit.Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal
sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan
kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang
tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya.Nilai
hematokrit yang disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk
wanita dewasa adalah 41%.
Pada umumnya, penetapan salah satu dari tiga nilai ini sudah memberikan gambaran umum,
apakah konsentrasi SDM seseorang cukup atau tidak.Akan tetapi, bila terjadi anemia kerap
kali juga diperlukan informasi lebih lanjut, bagaimana konsentrasi rata-rata hemoglobin /
SDM. Volume SDM diperoleh dari membagi hematokrit ( mL/L darah ) dibagi dengan
jumlah SDM ( juta/ml darah ). Satuan yang digunakan adalah fL dan nilainya berkisar antara
80 – 94 fL,rata-rata 87 fL konsentrasi Hb/SDM diperoleh dengan membagi konsentrasi
hemoglobin / SDM. Hasilnya dinyatakan dengan satuan pg ( pikogram, 1pg = 10-12g ), pada
orang dewasa sehat nilai ini berkisar antara 27 – 32 pg dengan rata-rata sebesar 29,5 pg.
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan %
dari volume darah itu.Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena / kapiler.

Prinsip
Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30 menit dengan
kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit
dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung tingginya kolom mencerminkan nilai
hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge supaya eritrosit mengendap.

51
*Alat dan Bahan Pemeriksaan : Tabung wintrobe, Tabung mikrokapiler, Sentifuge,
Darah

*Cara kerja
1. Mikrometode menurut Wintrobe
- Isilah tabung wintrobe dengan darah oxalat, heparin atau EDTA sampai garis tanda
100 diatas.
- Masukkan tabung itu kedalam sentrifuge yang cukup besar, pusingkan selama 30
menit pada kecepatan 300 rpm.
- Bacalah hasil penetapan itu dengan memperhatikan :
- Warna plasma diatas : warna kuning, itu dapat dibandingkan dengan larutan
kaliumbichkromat dan intensitasnya disebut dengan satuan.
Satuan – satuan sesuai dengan warna kaliumbichkromat 1 : 10.000
- Tebalnya lapisan putih diatas sel – sel merah yang tersusun dari lekosit dan
trombosit.

2. Mikrometode
- Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit
dengan darah (3/4 tabung).
- Tutuplah ujung satu dengan nyala api atau dengan bahan penutup khusus.
- Masukkan tabung kapiler itu kedalam centrifuge khusus yang mencapai kecepatan
besar, yaitu 11.000-15.000 rpm (centrifuge mikrohematokrit).
- Pusingkan selama 5 menit.
- Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus.
- Nilai Normal :
Laki – laki : 40 – 48 vol %
Wanita : 37 – 43 vol %

*Penyakit :
Jika hematokrit meningkat disebut : hemokonsentrasi
Contohnya : DBD
Jika hematokrit menurun disebut : hemodilusi

*Sumber – sumber kesalahan dalam penetapan nilai hematokrit

52
1. Bila memaki darah kapiler tetesan darah pertama harus dibuang karena mengandung
cairan intrastitial.
2. Bahan pemeriksaan yang ditunda lebih dari 6 – 8 jam akan meningkatkan hematokrit.
3. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan.
4. Darah yang diperiksa tidak boleh mengandung bekuan.
5. Didaerah beriklim tropis, tabung kapiler yang mengandung heparin cepat rusak
karena itu harus disimpan dilemari es.
6. Kecepatan dan lama pemusingan harus sesuai
7. Konsentrasi antikoagulan yang digunakan tidak sesuai
8. Pembacaan yang salah. fenikol ( Kee JL,1997 )
9. Obat – obatan yang dapat menurunkan hasil hematokrit, seperti : penicilin, kloram.

*Penetepan nilai Hematokrit cara manual


Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung
antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen
atau pecahan desimal (Simmons A, 1989).
Penetapan nilai hematokrit cara manual dapat dilakukan dengan metode
makrohematokrit atau metode mikrohetokrit. Pada cara makrohematokrit digunakan
tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5 – 3 mm,panjang 110 mm
dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm dan volumenya ialah 1 ml. pada cara
mikrohematokrit digunakan tabung kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter
dalam 1 mm, tabung ini ada dua jenis, ada yang dilapisi antikoagulan Na2EDTA atau
heparin dibagian dalamnya dan ada yang tanpa koagulan. Tabung kapiler dengan anti
koagulan dipakai bila menggunakan darah tanpa anti koagulan seperti darah kapiler,
sedangkan tabung kapiler dengan antikoagulan dipakai bila menggunakan darah dengan
anti koagulan seperti darah vena (Wirawan,dkk 2000). Metode mikrohematokrit
mempunyai keunggulan lebih cepat dan sederhana. Metode mikrohematokrit proporsi
plasma dan eritrosit (nilai hematokrit) dengan alat pembaca skala hematokrit

*Penetapan nilai Hematokrit cara otomatik


Pada umumnya laboratorium sekarang menggunakan metode otomatik untuk
menghitung jumlah darah lengkap, dat rutin biasanya didapat meliputi Ht, Hb, jumlah
volume eritrosit rata-rata (VER), hemoglobin rata-rata (HER) dan konsentrasi

53
hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER). Persamaan-persamaan berikut menjelaskan
hubungan antara data-data tersebut : VER = Ht – jumlah eritrosit (dalam
mikrometerkubik, atau fentoliter, FI). HER = Hb + jumlah eritrosit (dalam pikogram,
pg), KHER = Hb – Ht (dalam gram / 100 ml RBC, g / dl eritrosit atau %).
Hematokrit diukur dari volume sel rata-rata dan hitung sel darah merah.Nilai normal
hematokrit (Ht) sangat bervariasi menurut masing-masing laboratorium dan metode
pemeriksaan (Gandasoebrata R, 2006, Weterburi L, 2001).

*Masalah-masalah Klinis yang mempengaruhi tinggi atau turunnya hasil hematokrit


Penurunan kadar hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi tubuh, seperti anemia
kehilangan darah akut, leukemia, kehamilan,malnutrisi,gagal ginjal. Sedangkan
peningkatan kadar dapat terjadi pada beberapa kondisi : dehidrasi, diare berat, luka
baker, pembedehan (Kee JL,1997)
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium dalam
mendiagnosa penyakit demam berdarah, dimana pada kasus tersebut terjadi penurunan kadar
trombosit (trombositopeumia) secara derastis sampai dibawah 100.00 / mm3 yang diikuti
dengan peningkatan kadar hematokrit 20 % atau lebih yang menunjukkan terjadi perembesan
plasma atau lebih, dianggap menjadi bukti definitive adanya peningkatan permiabelitas
vaskuler. Pada kasus tersebut kadar hematokrit dapat dipengaruhi baik pada pergantian
volume tubuh secara dini atau oleh perdarahan.

Pemeriksaan Sel Darah Merah

Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.
Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu

54
manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit,
yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.

Prosedur
a)Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan :
1.haemocytometer :
 bilik hitung pipet leukosit pipet eritrosit (untuk menghitung eritrosit)

 Bilik Hitung adalah bilik hitung Neubauer Improve atau Burker karena mempunyai
daerah perhitungan yang luas. burker : luas seluruh bilik : 3x 3 mm2. di dalam bilik
terdapat : kotak besar : 1 x 1 mm2 kotak sedang : 1/5 x 1/5 mm2 kotak kecil : 1/20 x
1/20 mm2
 Neubauer Improve : luas seluruh bilik 3 x 3 mm2. tinggi/dalam 0,1 mm. di dalam
bilik terdapat : kotak besar : 1 x 1 mm2 kotak sedang ada 2 macam : di tengah : 1/5 x
1/5 mm2
di empat sudut : 1/4 x 1/4 mm2 kotak kecil : 1/20 x 1/20 mm2
- pipet leukosit didalamnya terdapat bola berwarna merah, mempunyai garis 0,5 - 1 –
101
2. Mikroskop
3.Cell Counter
4. Deck glass
b)Mempersiapkan reagen yang diperlukan larutan Hayem berisi :
Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest
100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat
menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi

55
c) Membuat pengenceran darah dengan larutan Hayem :
 Bilik hitung dicari dengan menggunakan mikroskop, cari kotak sedang di tempat
ujung bilik hitung
 Hisap darah dengan pipet leukosit sampai angka 1 (pengenceran = 10x) atau sampai
angka 5 (pengenceran = 20x)
 Hapus darah yang melekat pada ujung pipet
 Kemudian dengan pipet yang sama hisap larutan truk sampai angka 101
 Campur (kocok) secara horizontal
 Buang tetesan pertama
 Tuangkan dalam bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup dan diletakkan
di mikroskop
 Lakukan perhitungan sel eritrosit dengan perbesaran obyektif 10 atau 40

Disini akan sedikit kita bahas beberapa gambaran abnormal dari sel darah merah atau
eritrosit yang bisa kita temukan pada saat pemeriksaan hapusan darah.

 Hipochrome
Gambaran sel darah merah yang hipokrom dapat ditemukan pada anemia kurang besi
(defisiensi fe), sickle cells anemia, thalassemia, atau anemia karena penyakit kronis. Selain
dari hapusan, dapat juga kita lihat dari hasil pemeriksaan darah MCH < 26 pg dan MCHC < <
32%

56
 Makrositik
Gambaran makrositik berarti volume eritrosit lebih besar dari normal. Dapat ditemukan
pada penyakit anemia megaloblastik karena kurang vit.B12 atau asam folat, anemia setelah
perdarahan akut, atau anemia karena penyakit hati kronik. Dari data pemeriksaan darah
ditemukan MCV > 94 fl

Nilai Rujukan
 Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
 Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
 Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
 Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
 Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
 Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)

Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis,


mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi
berlebihan
Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit
kardiovaskuler
Indeks Eritrosit
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
 Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
Normal 80-96 fl
 Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
Normal 27-33 pg

57
 Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin
eritrosit rata-rata (KHER)
 MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)
Normal 33-36 g/dL
 Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna
memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum
terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat
besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit
biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100
Nilai normal rujukan 11-15%

Pemeriksaan WBC (White Blood Cell)


Sel darah putih (leukosit) dibagi menjadi dua kelompok utama: granulosit dan
agranulocytes. granulosit menerima nama mereka dari butiran khas yang ada di dalam
sitoplasma neutrofil, basofil, dan eosinofil. Namun, masing-masing sel juga mengandung inti
multilobus, mereka juga disebut leukosit polimorfonuklear. Dalam terminologi laboratorium,
mereka sering disebut PMN. nongranulocytes, yang terdiri dari limfosit dan monosit, tidak
mengandung butiran khas dan memiliki inti nonlobular. Leukosit mononuklear Istilah
diterapkan pada sel-sel ini.
Sistem endokrin merupakan regulator penting dari jumlah leukosit dalam darah. Hormon
mempengaruhi produksi leukosit dalam darah membentuk organ, penyimpanan dan pelepasan
dari jaringan, dan disintegrasi mereka. Sebuah proses inflamasi lokal memberikan sebuah
efek kimia tertentu pada mobilisasi leukosit. Masa pakai leukosit bervariasi dari 13 sampai 20
hari, setelah itu sel-sel yang rusak dalam sistem limfatik, banyak yang dikeluarkan dari tubuh
dalam tinja.
Leukosit memerangi infeksi dan mempertahankan tubuh dengan proses yang disebut
fagositosis, di mana leukosit menghancurkan benda asing. Leukosit juga memproduksi,
transportasi, dan mendistribusikan antibodi sebagai bagian dari respon kekebalan terhadap zat
asing (antigen).
WBC berfungsi sebagai panduan yang berguna untuk tingkat keparahan proses penyakit. Pola
tertentu dari respon leukosit dapat diharapkan dalam berbagai jenis penyakit seperti yang

58
ditentukan oleh jumlah diferensial (persentase dari berbagai jenis leukosit). Jumlah leukosit
dan diferensial, dengan sendirinya, adalah nilai yang kecil sebagai alat bantu untuk diagnosis
kecuali hasil terkait dengan kondisi klinis pasien, hanya kemudian adalah interpretasi yang
benar dan berguna mungkin.
Jumlah sel Darah putih
Dewasa : 4500-10,500 / mm3 atau 4,5-10,5 × 109 / L (SI unit)
Anak 6-12 tahun : 4500-13,500 / mm3 atau 4,5-13,5 × 109 / L (SI unit)
Anak 2-6 tahun : 5000-15,500 / mm3 atau 5,0-15,5 × 109 / L (SI unit)
Anak <2 minggu : 5000-21,000 / mm3 atau 5,0-21,0 × 109 / L (SI unit)
Bayi : 9000-30,000 / mm3 atau 5,0-21,0 × 109 / L (SI unit)
Diferensial Persentase Hitungan Absolute
Basofil 0,5-1% 15-100 sel/mm3
Eosinofil 1-4% <450 sel/mm3
Limfosit 20-40% 1.000-4.000 sel/mm3
Monosit 2-8% <850 sel/mm3
segmentasi 40-60% 3.000-7.000 sel/mm3
Batang 0-3% <350 sel/mm3

Prosedur
1.Mendapatkan vena antikoagulasi EDTA sampel darah dari 5 mL atau sampel jari.
Tempatkan spesimen dalam kantong Biohazard.
2.Catat saat spesimen diperoleh (misalnya, 7:00 am).
3.Darah diolah secara manual atau secara otomatis, menggunakan alat penghitungan
elektronik seperti counter Coulter atau Abbott your-Dyne.

Implikasi klinik
1.Leukositosis: WBC> 11.000 / mm3 atau> 11,0 Ã-103/mm3 (atau> 11 Ã-109 / L)
a.Hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan hanya satu jenis leukosit, dan diberi nama
jenis sel yang menunjukkan peningkatan utama:
1.Neutrophilic leukositosis atau Neutrofilia
2.Lymphocytic leukositosis atau limfositosis
3.Monocytic leukositosis atau monocytosis
4.Basofilik leukositosis atau basophilia
5.Eosinofilik leukositosis atau eosinofilia

59
b.Peningkatan leukosit yang beredar jarang disebabkan oleh peningkatan proporsional
dalam leukosit dari semua jenis. Ketika hal ini terjadi, biasanya akibat dari
hemokonsentrasi.
c.Dalam penyakit tertentu (misalnya, campak, pertusis, sepsis), peningkatan leukosit
begitu besar gambar darah menunjukkan leukemia. Leukositosis yang bersifat sementara
(reaksi leukemoid) harus dibedakan dari leukemia. Pada leukemia, leukositosis bersifat
permanen dan progresif.
d.Leukositosis terjadi pada infeksi akut, di mana tingkat kenaikan leukosit tergantung pada
tingkat keparahan resistensi infeksi, pasien, usia pasien, dan efisiensi sumsum dan
cadangan.
Penyebab lain leukositosis meliputi:
1.Leukemia, gangguan myeloproliferative
2.Trauma atau cedera jaringan (misalnya, pembedahan)
3.Ganas neoplasma, khususnya karsinoma bronkogenik
4.Racun, uremia, koma, eklampsia, tiroid badai
5.Obat-obatan, khususnya eter, kloroform, kina, epinefrin (adrenalin), colony-stimulating
faktor
6.Akut hemolisis
7.Perdarahan (akut)
8.Setelah splenektomi
9.Vera polycythemia
10.Jaringan nekrosis
f.Kadang-kadang, leukositosis ditemukan ketika tidak ada bukti penyakit klinis. Temuan
tersebut menunjukkan adanya:
1.Sinar matahari radiasi, ultraviolet
2.Leukositosis fisiologis akibat kegembiraan, stres, latihan, nyeri, dingin atau panas,
anestesi
3.Mual, muntah, kejang
g.Terapi steroid memodifikasi respon leukosit.
1.Ketika corticotropin (hormon adrenokortikotropik, atau ACTH) diberikan kepada orang
yang sehat, leukositosis terjadi.
2.Ketika ACTH diberikan kepada pasien dengan infeksi berat, infeksi dapat menyebar
dengan cepat tanpa menghasilkan leukositosis diharapkan, karena itu, apa yang biasanya
akan menjadi tanda penting dikaburkan.

60
2. Leukopenia: WBC <4000/mm3 atau <4,0 Ã-103/mm3 atau <4,0 sel Ã-109 / L terjadi
selama dan setelah:
a.infeksi virus, beberapa infeksi bakteri, infeksi bakteri yang luar biasa
b.hipersplenisme
c.Depresi sumsum tulang yang disebabkan oleh keracunan logam berat, radiasi pengion,
obat:
1.antimetabolites
2.barbiturat
3.bensol
4.antibiotik
5.antihistamin
6.Anticonvulsives
7.antitiroid obat
8.Arsenicals
9.Kemoterapi kanker (menyebabkan penurunan leukosit, jumlah leukosit digunakan
sebagai link ke penyakit)
10.kardiovaskular obat
11.diuretik
12.Analgesik dan obat antiinflamasi
d.Gangguan sumsum tulang primer:
1.Leukemia (aleukemic)
2.anemia pernisiosa
3.anemia aplastik
4.myelodysplastic sindrom
5.gangguan bawaan
6. Sindrom Kostmann
7.Tulang rawan-rambut hipoplasia
8.sindrom Shwachman-Diamond
9.sindrom Cha © diak-Higashi
e.Immune terkait neutropenia
f.Marrow-pendudukan penyakit (infeksi jamur, tumor metastasis)
g.anemia pernisiosa
Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Abnormal
•Stres, kegembiraan, olahraga, dan tenaga kerja dapat meningkatkan neutrofil.

61
•Kondisi stres dapat menurunkan jumlah eosinofil.
•Obat-obatan yang meningkatkan jumlah basofil: terapi antitiroid.
•Obat yang mengurangi jumlah basofil: agen antineoplastik, glukokortikoid.
•Obat-obatan yang meningkatkan jumlah eosinofil: digitalis, heparin, penisilin,
propranolol,hidroklorida,streptomisin,tryptophan.
•Obat-obat yang menurunkan jumlah eosinofil: kortikosteroid.
•Obat-obat yang menurunkan jumlah limfosit: agen antineoplastik, kortikosteroid.
•Obat yang mengurangi jumlah monosit: glukokortikoid, imunosupresif
agen.
•Obat-obatan yang meningkatkan jumlah neutrofil: endotoksin, epinefrin, heparin,
histamin,steroid.
•Obat-obat yang menurunkan jumlah neutrofil: analgesik, antibiotik, antineoplastik , obat
antitiroid, fenotiazin, sulfonamid.

Pemeriksaan Telur Cacing pada Feses


Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun
larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan untuk mendiagnosa tingkat
infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya.
Pemeriksaan telur-telur cacing dari tinja terdiri dari dua macam cara pemeriksaan, yaitu
secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan menggunakan
metode natif, metode apung, dan metode harada mori. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan metode kato.
1. Metode Natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi
untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini menggunakan
larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih
jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya. Eosin memberikan latar
belakang merah terhadap telur yang berwarna kekuning-kuningan dan untuk lebih jelas
memisahkan feces dengan kotoran yang ada.
Alat dan Bahan
1. Gelas obyek
2. Pipet tetes
3. Lidi
4. Cover glass

62
5. Mikroskop
6. Tinja anak kecil
7. Eosin 2%
Cara kerja :
1. Gelas obyek yang bersih di teteskan 1-2 tetes NaCl fisiologi atau eosin 2%
2. Dengan lidi, di ambil sedikit tinja dan taruh pada larutan tersebut
3. Dengan lidi tadi, kita ratakan /larutkan, kemudian di tutup dengan gelas
beda/cover glass.

2. Metode Apung (Flotation method)


Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh yang
didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati.
Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya
didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung
dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam
tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma,
Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori dari famili Taenidae, telur-
telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang infertil.
Alat dan Bahan
1. Obyek glass
2. Mikroskop
3. Cover glass
4. Penyaring teh
5. Tabung reaksi
6. Pengaduk dan beker glass
7. Tinja
8. Larutan NaCl jenuh (33%)
9. Aquades
Cara kerja
1. 10 gram tinja di campur dengan 200 ml NaCl jenuh (33%), kemudian di aduk
sehingga larut. Bila terdapat serat-serat selulosa di saring menggunakan
penyaring teh.

63
2. Di diamkan selama 5-10 menit, kemudian dengan lidi di ambil larutan permukaan
dan di taruh di atas gelas obyek, kemudian di tutup dengan cover glass. Di periksa
di bawah mikroskop.
3. Di tuangkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh, yaitu rata dengan permukaan
tabung, didiamkan selama 5-10 menit dan di tutup/di letakkan gelas obyek dan
segera angkat. Selanjutnya di letakkan di atas gelas preparat dengan cairan berada
di antara gelas preparat dan gelas penutup, kemudian di periksadi bawah
mikroskop.

3. Metode Harada Mori


Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma
Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus yang
didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknin ini memungkinkan telur cacing dapat
berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari,
kemudian larva ini akan ditemukan didalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Alat dan Bahan
1. Kantong plastik ukuran 30x200mm
2. Kertas saring ukuran 3x15cm
3. Lidi bambu
4. Penjepit
5. Mikroskop
6. Tinja
7. Aquades steril
Cara kerja
1. Plastik di isi aquades steril kurang lebih 5ml.
2. Dengan lidi bambu, tinja di oleskan pada kertas saring sampai mengisi sepertiga
bagiannya tengahnya.
3. Kertas saring di masukkan ke dalam plastik tersebut diatas. Cara memasukkan
kertas saring dilipat membujur dengan ujung kertas menyentuh permukaan
aquades dan tinja jangan sampai terkena aquades.
4. Nama penderita, tangggal penamaan, tempat penderita, dan nama mahasiswa.
Tabung di tutup plastik/dijepret.
5. Simpan selama 3-7 hari.
6. Disentrifuge dan dimbil dengan pipet tetes kemudian diamati dibawah mikroskop.

64
4. Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut teknik Kato.
Metode ini digunakan untuk menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah
telur cacing yang terdapat pada feses. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong
“cellahane tape”. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih
banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana
dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa. Pada metode ini
diadakan penambahan melachite green untuk memberi latar belakang hijau.
Anak-anak mengeluarkan tinja kurang lebih 100 gram/hari, dewasa mengeluarkan tinja
kurang lebih 150 gram/hari. Jadi, misalnya dalam 1 gram feces mengandung 100 telur maka
150 gram tinja mengandung 150.000 telur.
Alat
1. Selophane
2. Gelas preparat
3. Karton berlubang
4. Soket bambu
5. Kawat saring
6. Kertas minyak
Bahan
1. Bahan yang di gunakan adalah larutan untuk memulas selophane terdiri dari 100
bagian aquades (6%), 100 bagian gliserin, 1 bagian melachite green 3% dan tinja
30mg.
Cara kerja
1. Sebelum pemakaian, pita selophane di masukkan ke dalam larutan melachite
green selam kurang lebih 24 jam.
2. Di atas kertas minyak, di taruh tinja sebesar butir kacang, selanjutnya di atas tinja
tersebut di tumpangi dengan kawat saringan dan ditekan-tekan sehingga di
dapatkan tinja yang kasar tertinggal di bawah kawat dan tinja yang halus keluar di
atas penyaring.
3. Dengan lidi, tinja yang sudah halus tersebut di ambil di atas kawat penyaring
kurang lebih 30mg, dengan menggunakan cetakan karton yang berlubang di taruh
gelas preparat yang bersih.
4. Selanjutnya ditutup dengan pita selophane dengan meratakan tinja di seluruh
permukaan pita sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yang lain.

65
5. Di biarkan dengan temperatur kamar selama 30-60 menit supaya menjadi
transparan.
6. Seluruh permukaan di periksa dengan menghitung jumlah semua telur yang
ditemukan dengan perbesaran lemah.

Pemeriksaan Differential Count


Pengertian
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Hasil pemeriksaan
ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama
penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit,
dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (sel darah
merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah.
Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan
merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.
Pengukuran
Differensial counting merupakan hitung jenis lekosit yang biasanya dilakukan bersama-
sama dengan pemeriksaan apus darah tepi. Pada hitung jenis lekosit yang dihitung adalah
jenis-jenis lekosit normal sekaligus memperhatikan kemungkinan adanya sel lekosit
abnormal dalam darah tepi atau perifer. Sel lekosit normal merupakan sel lekosit yang sudah
matur atau dewasa yang beredar pada darah perifer dan terdiri dari basofil, eosinofil, netrofil
batang, netrofil segmen, limposit dan monosit. Sel lekosit abnormal merupakan sel lekosit
yang masih muda secara normal ada dalam sumsum tulang dan dalam beberapa kasus
dijumpai pada darah perifer.
Untuk dapat melakukan hitung jenis lekosit diperlukan preparat apus darah tepi yang baik.
Kriteria preparat darah hapus yang baik adalah lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh
kaca benda, secara gradual penebalannya berangsur-angsur menipis dari kepala ke ekor, tidak
berlubang, tidak terputus-putus, tidak terlalu tebal dan mempunyai pengecatan yang baik.
Morfologi preparat darah hapus dibagi tiga bagian yaitu kepala, badan dan ekor. Pada bagian
badan dibagi dalam enam zona (daerah baca) yang dimulai dari zona 1 yang berada dekat
kepala sampai zona VI yang dekat dengan ekor.

66
Hitung jenis lekosit dimulai dari zona VI yang biasanya terdapat jenis lekosit yang
berukuran besar menuju ke zona IV yang terdapat konsentrasi seri limfosit tua (ukuran lebih
kecil). Hitung jenis lekosit dilakukan sampai jumlah lekosit terpenuhi 100 sel dengan catatan
tidak ada indikasi abnormal. Akan tetapi seringkali penghitungan sudah mencapai 100 sel
sebelum sampai ke zona IV. Untuk mencapai zona IV maka penghitungan diteruskan
sehingga jumlah sel melebihi angka 100 selanjutnya diprosentase.
Interpretasi
Jenis Nilai Melebihi nilai Kurang dari nilai
normal normal normal

Basofil 0,4-1% inflamasi, leukemia, stress, reaksi


40-100/µL tahap penyembuhan hipersensitivitas,
infeksi atau inflamasi kehamilan, hipertiroidisme

Eosinofil 1-3% Umumnya pada stress, luka bakar, syok,


keadaan atopi/ alergi hiperfungsi adrenokortikal.
100-
dan infeksi parasit
300/µL

Neutrofil 55-70% Inflamasi, Infeksi virus,


kerusakan jaringan, autoimun/idiopatik,
(2500-
peyakit Hodgkin, pengaruh obat-obatan
7000/µL)
leukemia mielositik,
Bayi Baru hemolytic disease of

67
Lahir 61% newborn, kolesistitis
akut, apendisitis,
Umur 1
pancreatitis akut,
tahun 2%
pengaruh obat
Segmen
50-65%
(2500-
6500/µL)

Batang 0-
5% (0-
500/µL)
Limfosit 20-40% infeksi kronis dan kanker, leukemia, gagal
virus ginjal, SLE, pemberian
1700-
steroid yang berlebihan
3500/µL

BBL 34%

1 th 60%

6 th 42%

12 th 38%
Monosit 2-8% Infeksi virus, Leukemia limfositik,
parasit, anemia anemia aplastik
200-
hemolitik, SLE< RA
600/µL

Anak 4-
9%

Anemia Mikrositik Hipokrom


Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena
a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)
b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang

68
c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)

Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah


a. anemia defisiensi besi (gangguan besi)
b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi)
c. thalasemia (gangguan globin)
d. anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)

Patofisiologi anemia mikrositik hipokrom


Tergantung dari penyebabnya
1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap
Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang terjadi penurunan hanya kadar feritin (simpanan besi)
Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan saturasi transferin turun (tetapi Hb masih normal)
Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin dan Hb turun (eritrosit menjadi
mikrositik hipokrom)

2. Anemia pada penyakit kronis


Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yang mendasarinya.
Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi tampak pada feritin yang tinggi dan
TIBC yang rendah

3. Anemia sideroblastik
Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi yang ada di
sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan
menumpuk pada mitokondria perinukleus.

4. Thalasemia
Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena sintesis hb yang
abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang normal.

Epidemiologi
Anemia defisiensi besi di Indonesia hampir sama prevalensinya antara laki-laki, wanita dan
wanita hamil.Sedangkan di negara barat, anemia defisiensi besi paling banyak terjadi pada

69
wanita hamil.

Thalasemia. Frekuensi gen thalasemia di Indonesia berkisar 3-10% . Kelainan ini kebanyakan
di daerah tropis dan subtropis. Namun sekarang sudah menyebar secara herediter ke seluruh
dunia.

Sintesa, Fungsi, dan Cara Kerja Hb


Hb (hemoglobin) terdiri dari Heme dan Globin.
Heme terdiri dari Fe dan protoporfirin sedangkan Globin terdiri dari sepasangang rantai a dan
non-a.

Fungsi dan cara kerja Hb adalah berikatan dengan O2 membentuk oksihemoglobin untuk
dikirim ke jaringan.
Reduce hemoglobin (hemoglobin yang melepaskan ikatannya dengan O2) merupakan bentuk
ikatan hemoglobin yang normal. Ikatan hemoglobin yang abnormal misalnya
sulfhemoglobin, methemoglobin, carboksihemoglobin.

Pemeriksaan Laboratorium yang mendukung


Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-rata)
yang terdiri dari VER, HER, KHER
1. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan jumlah
eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL.
Jika lebih besar dari pada normal : eritrositnya makrositer
Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer.
2. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan
jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg
Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom
3. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin
dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35 g/dL.
Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.

Kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan
dengan pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.

70
Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin serum
dan elektroforesis Hb.
Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia.

Penatalaksanaan Anemia Mikrositik Hipokrom


1. Anemia defisiensi besi
a. terapi besi oral
Ferro sulfat, mengandung 67mg besi
Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi.
b. terapi besi parenteral
biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral.
Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular
Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infus
c. Pengobatan Lain
Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani
Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi
Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk
menghindari
penumpukan besi pada eritrosit)

2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini,
sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi
berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.

3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan
pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi
mengandung 200-250 mg besi.

4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL.
Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu
dilakukan terapi kelasi besi

71
G. KESIMPULAN
Mrs. Mona mengalami anemia defisiensi besi akibat menstruasi yang abnormal dan
infeksi cacing tambang (Hookworm).

72
H. KERANGKA KONSEP

Mrs. Mona Berkebun Tanpa


(41 thn) Sarung Tangan

Perimenopause
Infeksi Hookworm
Sedang

Respon Ovarium
terhadap FSH & LH
Hookworms Absorpsi Fe, Menekan
menurun
Egg (+) Protein, Nutrisi N.gastrointestinal
Menurun vagal
Estogen
Menurun
Nausea
Cheilitis,
Menstruasi Berlebihan Koilonychyia,
(Menometrorrhagia) Papil Atrofi

Deplesi Fe Weakness

Gangguan
Eritropoeisis

Hepar & Anemia Hipocrome


Limfa Microcyter Akibat
Normal Defisiensi Fe

Oksigenisasi
Menurun
Pucat

Kompensasi
Jantung

HR meningkat
(palpitasi)

73
DAFTAR PUSTAKA

McGlynn, Thomas J dan John W. Burnside. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta: EGC.
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Jakarta : EGC.
Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.
Harrison., 2007. Principle of Interna Medicine. Mc-Graw Hill.
Hoffbrand, A.V., Petit, J. E., Moss, P. A. H., 2005. Kapita Selekta Hematology. EGC:Jakarta.
Sudoyo, A., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 4 Jilid II. Pustaka IPD FKUI.
Sudoyo, A., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 5. Pustaka IPD FKUI: Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit E/6, Vol 2. Jakarta: EGC.
Fauci, Anthony S, et al. 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine Seventeenth Edition.
Untied States: McGraw-Hill Companies, Inc.
Sutanto, Inge, et al. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Wilson,Denise D.2008.Manual of Laboratory&Diagnostic Test.hal 612-615
Fischbach,Frances.----.A manual Laboratory And Diagnostic Test edition 7 th.p 48-50
Mir,Afzal.2003.Atlas of Clinical Diagnosis edition 2 th.67.p 202-204
Buku ajar Fisilogi kedokteran Guyton&Hall edisi 11
http://ije.oxfordjournals.org/content/27/3/530.full.pdf
http://www.patient.co.uk/health/Faecal-Occult-Blood-Test.htm

74

Anda mungkin juga menyukai