Kata Pengantar
Kata Pengantar
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun laporan tutorial
blok 13 ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Di sini kami membahas sebuah kasus yang kemudian dipecahkan secara kelompok
berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis,
meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik
pembelajaran.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok, teks
book, media internet.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor, dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril
maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
SKENARIO A : 3
A. Klarifikasi Istilah 3
B. Identifikasi Masalah 4
C. Analisis Masalah 4
D. Keterkaitan Antar Masalah 27
E. Identifikasi Topik Permasalahan (Learning Issue) 28
F. Sintesis 28
G. Kesimpulan 72
H. Kerangka Konsep 73
DAFTAR PUSTAKA 74
2
SKENARIO B BLOK 13 TAHUN 2012
Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of weakness
and palpitation. She is having symptom of nauseous and need medication to relieve it. She
has had suffered from prolonged and excessive menstruation (twice in a month) since 1,5
year old. She likes planting and taking care of flowers in her garden without gloves.
Physical examination :
General appearance : pale,fatigue,
HR : 110x/minute,RR : 22x/minute,Temperature : 36,6 ◦C
Liver and spleen non palpable,no lumphadenopathy,no epigastric pain
Cheilitis positive,tongue : papil atrophy
Koilonychia positive
Laboratory :
Hb : 6,2 g/dL,Ht : 18 vol %,RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3
Trombosit : 386.000/mm3,Diff. Count : 0/2/5/63/26/4,MCV : 72 fL,MCH : 25 pg,
MCHC : 30%
Fecal Occult Blood : negative,Hookworm’s eggs positive.
A. Klarifikasi Istilah
Palpitasi : perasaan berdebar-debar atau denyut jantung tidak teratur atau
sifatnya subjektif
Weakness : kekurangan/kehilangann kekuatan atau energi
Nausea : perasaan ingin muntah
Lymphadenopathy : segala bentuk pembesaran kelenjar limfe
Cheilitis : peradangan pada bibir
Koilonychia : distrofi kuku jari dimana kuku menjadi tipis dan cekung dengan
pinggiran yang naik
Fecal Occult Blood : darah pada feses yang tidak dapat dilihat secara langsung
Hookworm : parasit usus dari spesies nematoda
MCH : banyaknya Hb/eritrosit disebut dengan pikogram
MCV : volue rata-rata seluruh eritrosit disebut femtoliter
MCHC : kadar Hb yang didapat per eritrosit dinyatakan dalam persen
3
B. Identifikasi Masalah :
1. Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of
weakness and palpitation.
2. She is having symptom of nauseous and need medication to relieve it.
3. She has had suffered from prolonged and excessive menstruation (twice in a month)
since 1,5 year old.
4. She likes planting and taking care of flowers in her garden without gloves.
5. Physical examination :
General appearance : pale,fatigue,
HR : 110x/minute,RR : 22x/minute,Temperature : 36,6 ◦C
Liver and spleen non palpable,no lumphadenopathy,no epigastric pain
Cheilitis positive,tongue : papil atrophy,Koilonychia positive
6. Laboratory :
Hb : 6,2 g/dL,Ht : 18 vol %,RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3
Trombosit : 386.000/mm3,Diff. Count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL,MCH : 25 pg,
MCHC : 30%
Fecal Occult Blood : negative,Hookworm’s eggs positive.
C. Analisis Masalah :
1. Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of
weakness and palpitation.
a. Apa penyebab dan mekanisme dari weakness ?
Pada kasus ini, Mrs. Mona mengalami ancylostomiasis akibat infeksi hookworm.
Pada kasus, hookworm masuk melalui jaringan kulit. Hookworm dapat
mempenetrasi kulit dan setelah berada di dalam tubuh, bermigrasi melalui sistem
vaskuler menuju paru-paru. Setelah itu menuju trakea, tertelan, dan masuk ke
dalam sistem pencernaan melalui esophagus, dan akhirnya sampai pada usus halus.
Pada usus halus tersebut, hookworm menembus mukosa usus dan menghisap darah
disitu. Hal itu menyebabkan Mrs. Mona kekuragan darah, zat besi, protein, serta
nutrisi nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Terjadi hypoxia jaringan termasuk pada
jaringan muscular, aktivitas pada neuromuscular junction terganggu. Hal tersebut
menyebabkan Mrs. Mona merasa letih atau fatigue.
4
b. Apa penyebab dan mekanisme dari palpitasi ?
Plasma darah mengandung protein-protein dan mineral-mineral yg dibutuhkan oleh
tubuh. Salah satu yg penting dan berhubungan dengan kasus adalah Mg dan
Ca.kalsium berperan dalam pengaktifan proses kntraksi tot yg sebelumnya telah
tersedia aktin dan misin.sedangkan apabila in kalium tadi berkurang jumlahnya
atau bahkan tidak ada maka otot-otot jantung akan mengalami gangguan dalam
berkontraksi.ditambah dengan pasokan oksigen yg menurun menyebabkan
relaksasi otot (tunica muscularis pembuluh darah),sehingga akan menyebabkan
vasodilatasi(pembuluh darah coroner/jantung ),apabila terjadi vasodilatasi maka
mineral-mineral dan protein-protein dapat keluar ke cairan ekstrasel salah satu yg
berbahaya adalah Mg.apabila kadar Mg didalam cairan ekstrasel meningkat dia
akan menekan aktivitas sistem saraf serta menekan kontraksi otot jaringan
sekitar,sehingga akan menyebabkan aritmia pada jantung dan jantung dirasakan
berdebar.
5
berbahaya adalah Mg.apabila kadar Mg didalam cairan ekstrasel meningkat dia
akan menekan aktivitas sistem saraf serta menekan kontraksi otot jaringan
sekitar,sehingga akan menyebabkan aritmia pada jantung dan jantung dirasakan
berdebar.
6
4.perubahan fungsi d. Penyakit psikiatrik:
sensorimotor: a. Anorexia dan
a.Gastroparesis bulimia nevrosa
b.pseudo obstruction b. depresi
Usus
c.dispepsiaFungsional
d.reflux
Gastroesophageal
e.mual idiopatik Kronis
f.sindrom Siklik muntah
5.kolik bilier 5. muntah setelah operasi
6.iridiasi perut
Pada kasus ini ditemukan adanya telur cacing tambang pada feses pasien. Dari hal
tersebut dapat diduga bahwa penyebab nausea adalah adanya infestasi cacing
tambang yang pada daerah usus halus (di daerah manapun dari duodenum hingga
ileocecal junction) yang menyebabkan adanya obstruksi. Infestasi cacing tambang
terdiri dari infestasi ringan, sedang, dan berat. Infestasi ringan adalah investasi 50
ekor cacing, tidak ada tanda anemia. Pada infestasi sedang terjadi kehilangan darah
ringan. Ada gejala, mual lesu, nyeri perut/ cramp, anemia muncul 10-20 minggu
dari infeksi larva 51-150 cacing. Pada infestasi berat terjadi banyak kehilangan
darah: cardiac failure, malaise, warna kulit seperti rumput di bawah tong kuning
pucat, moon-face sampai 500 ekor atau lebih cacing. Selain itu, cacing
Ancylostoma duodenale dapat menghasilkan telur sebanyak 10.000-25.000 telus
setiap harinya untuk setiap ekornya dan untuk cacing Necator americanus dapat
menghasilkan 5000-10.000 telur setiap hari untuk setiap ekornya.
Apabila dilihat dari gejalanya, maka dapat diperkirakan bahwa infestasi pada
pasien adalah infestasi sedang, dan apabila dikalikan dengan jumlah telur yang
dapat dihasilkan setiap harinya, tidaklah heran apabila terjadi penyempitan lumen
yang dapat menimbulkan obstruksi pada usus halus. Hal ini akan menimbulkan
impuls stimulasi pada saraf gastroduodenal vagal aferen yang akan menyebabkan
nausea.
7
e. Bagaimana tatalaksana terhadap nausea pada kasus ini ?
Komposisi obat cacing yang beredar di pasaran terbagi dalam 2 kelompok, yaitu
broad spectrum dan narrow spectrum.
Broad spectrum bertujuan untuk beberapa atau segala jenis cacing antara lain :
1. Mebendazole. Zat ini mampu membunuh beberapa jenis cacing secara
perlahan dengan menghambat sintesis mikrotubulus dan menghalangi
kemampuan cacing untuk memanfaatkan glukosa. Selain itu ia juga bekerja
dengan menghancurkan sitoplasma yang teradapat dalam sel usus sehingga
cacing tak mendapatkan makanan maka akan mati. Penggunaan obat cacing
berkomposisi mebendazole efektif untuk mengatasi cacing cambuk, cacing
gelang, cacing tambang dan cacing kremi. Nilai lebih dari zat ini adalah ia
tidak mudah diserap oleh tubuh dan hanya menyerang cacing saja sehingga
tidak mempengaruhi konisi tubuh penderita.
2. Pirantel pamoat. Komposisi obat ini bekerja dengan cara menghambat
neuromuskuler yang membuat cacing menjadi tak berdaya secara tiba-tiba
sehingga cacing tak mampu lagi menempel pada dinding usus, akibatnya
cacing akan otomatis keluar bersama feses atau muntah. Obat cacing yang
mengandung zat ini berguna untuk mengatasi jenis cacing tambang, cacing
kremi dan cacing gelang.
Narrow spectrum bertujuan untuk mengobati infeksi cacing yang disebabkan oleh
satu jenis cacing. Adapun cara kerja obat ini secara umum langsung
membunuh cacing yang menjadi sasarannya.
Befenium hidroksinaftoat. Obat cacing ini khusus dipergunakan untuk
membunuh cacing tambang
3. She has had suffered from prolonged and excessive menstruation (twice in a month)
since 1,5 year old.
a. Bagaimana hubungan siklus menstruasi yang dia alami dengan umur ?
Siklus menstruasi yang dialami Mrs. Mona (metromenorraghia) disebabkan
karena ia telah memasuki masa perimenopause. Masa perimenopause adalah
masa transisi, diawali ketika produksi estrogen di indung telur mulai berkurang
sampai sekitar satu tahun setelah terjadi mati haid (menopause). Sekitar 1-2 tahun
8
terakhir sebelum menopause, akan terjadi percepatan penurunan estrogen.
Sayangnya, muncul pub gejala yang mengganggu.
Berawalnya masa transisi ini berbeda antara satu dan lain orang. Kebanyakan di
usia 40-an, tetapi ada juga yang mengalaminya di usia 30-an tahun. Lamanya masa
perimenopause juga bisa hanya beberapa bulan hingga 10 tahun, tetapi menurut
data WebMD rata-rata 4 tahun.
Siklus bisa lebih cepat dari 28 hari atau jauh lebih lama. Berbagai gejala seperti hot
flashes dan banyak berkeringat bisa muncul. Bila gejala dirasa sangat mengganggu,
sebaiknya dikonsultasikan ke dokter. Gejala perimenopause yang mungkin terjadi
ilaah menstruasi tidak teratur. Perimenopause awal ditandai oleh perubaban siklus
menstruasi yang bisa lebih lama dari tujuh hari.
Sementara ciri perimenopause akhir bisa berupa menstruasi kadang tidak datang
dan jarak di antara bisa 60 hari atau lebih. Sebagian besar perempuan mengalami
hot flashes di masa perimenopause akhir. Meski demikian, durasi, frekuensi, dan
intensitasnya berlainan.
9
keringat waktu malam, pelupa, tidak dapat berkonsentrasi, lelah, dan penambahan
berat badan.
Menstruasi yang banyak dan lama pada masa perimenopause awal juga berperan
dalam hilangnya sejumlah darah yang menyebabkan anemia. Anemia ini juga dapat
menjadi penyebab rasa lelah. Berkurangnya darah dalam jumlah banyak juga dapat
menyebabkan jantung berdebar karena defisiensi besi.
4. She likes planting and taking care of flowers in her garden without gloves.
a. Apa akibat dari tidak memakai sarung tangan ?
Terdapat beberapa spesies yang dapat ditularkan melalui tanah (soil transmitted
helminths) yaitu Ascaris lumbricoides,Necator americanus,Ancylostoma
duodenale,Trichuris trichiura,Strongyloides stercoralis dan beberapa spesies
Trichostrongylus.
b. Hubungan kebiasaan tidak memakai sarung tangan dengan gejala yang dialami
Mrs. Mona !
10
Kebiasaan tidak memakai sarung tangan dapat menjadi sarana terjadinya infeksi
cacing tambang melalui dua cara yaitu larva filariform menembus kulit dan
menelan larva filariform.
Hookworm hidup di usus manusia sehingga menganggu penyerapan zat besi,
sedangkan zat besi diperlukan dalam pembuatan ertirosit. Dengan
terganggunya ertitropoiesis ,ditambah dengan cacing ini menghisap darah,
maka menyebakan rendahnya Hb,Ht dan jumalah eritrosit sehingga
menimbulkan anemia yakni anemia defisiensi besi.
Karena Hb tadi rendah, akhirnya menyabakan gejala jantung berdebar atau
palpitasi pada Mrs. Mna karena gangguan oksigenasi dan pendistribusian
makanan. Dan menimbulkan kompensasi berupa peningkatan denyut jantung
dan laju pernapasn.
Gangguan absorsi makanan kemudian menimbulkan ceheilitis ,kemudian
atrofi papil lidah dimana lidah terlihat licin dan mengkilap, dan meneyabakan
terjadinya kuku sendok dimana kuku cekung, terlihat garis-garis vertikal dan
rapuh.
5. Physical examination :
General appearance : pale,fatigue,
HR : 110x/minute,RR : 22x/minute,Temperature : 36,6 ◦C
Liver and spleen non palpable,no lumphadenopathy,no epigastric pain
Cheilitis positive,tongue : papil atrophy,Koilonychia positive
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
Hasil Pemeriksaan Fisik Nilai Normal Interpretasi Mekanisme
Pale and Fatigue Sehat Tanda anemia,
anemia aliran darah
perifer
berkurang,oksigenisasi
jaringan menurun
pucat,lemah
HR 110x/m 60-100x/m Tidak normal
RR 22x/m 16-24x/m Normal
T: 36,60C 36,6-37,50C Normal
11
Liver and spleen not Tak teraba Normal
palpable
No lymphadenopathy - Normal
Epigastric pain (-) - Normal
Chelitis(+) - Radang mukosa bibir pada
defisiensi Fe berkurangnya
enzim yang mengandung
Fe, dimana fungsi yang
melindungi mukosa mulut
dan bibir dari peradangan.
Papil athropy - Gejala khas dari anemia
Koilonychia (+) - Defisiensi Fe
Epitel keratin pada
permukaan kuku
bekurangan Fe epitel
keratin tak terbentuk
sempurna rapuh,cekung
12
Besi berperan dalam pembentukan endotel keratin. Ketika kadar zat besi
menurun, regenerasi endotel keratin pun ikut menurun dan berakibat pada
timbulnya :
Cheilitis
Mucocutan junction merupakan daerah peralihan antara kulit dan mukosa
mulut dengan epitel mukosa yang lebih tipis dibanding epitel kulit. Pada
daerah ini sangat mudah terjadi infeksi dan lesi. Ketika terjadi suatu lesi
dengan keadaan defisiensi besi seperti yang dialami Mrs. Mona, proses
penyembuhan lesi pun akan terhambat dan terjadilah cheilitis.
Proses terjadinya cheilitis pada awalnya jaringan mucocutan di sudut-
sudut mulut menjadi merah,lunak dan berulserasi karena adanya lesi.
Selanjutnya fisura-fisura eritematosa menjadi dalam dan melebar beberapa
cm dari sudut mulut ke kulit sekitar bibir atau berulserasi dan mengenai
mukosa bibir dan pipi dalam bentuk abrasi linear. Infeksi keadaan kronis
ditandai dengan adanya nanah dan jaringan granulasi.Ulkus seringkali
menimbulkan keropeng yang terbelah dan berulserasi kembali selama
fungsi mulut yang normal. Akhirnya dapat timbul nodula-nodula
granulomatosa kecil berwarna kuning coklat.
Papil atrophy
Papil di glottis beregenerasi setiap 2 minggu sekali. Ketika terjadi
defisiensi besi, regenenasi papil terganggu, sehingga dan glottis pun terlihat
halus akibat dari papil yang atrofi.
Koilonychia.
Defisiensi besi menyebabkan epitel keratin pada kuku tidak terbentuk
sempurna sehingga kuku menjadi rapuh dan cekung.
d. Mengapa hepar dan limpa tidak teraba serta tidak ada limfadenopati dan nyeri
epigastric ?
14
Hepar dan limpa tidak membesar : karena cacing tambang tidak menyerang
melalui darah dan tidak masuk ke hati maupun limpa, karena cacing tambang
hanya menyerang pada mukosa usus untuk mendapatkan makanan berupa darah
Tidak adanya limfadenopati : karena tidak didapatkan hasil lab berupa kenaikkan
leukosit dan trombosit
Tidak ada Nyeri epigastrik : karena investasi telur cacing hanya sekitar 50 -150
dan dinyatakan masih sedang, biasanya nyeri akan dirasakan apabilla investasi
daric cacing tambang sudah memasukin ambang berat.
6. Laboratory :
Hb : 6,2 g/dL,Ht : 18 vol %,RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3
Trombosit : 386.000/mm3,Diff. Count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL,MCH : 25 pg,
MCHC : 30%
Fecal Occult Blood : negative,Hookworm’s eggs positive.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium ?
Hb: rendah
Normal: wanita :12-16 g/dl
Laki-laki :13-18 g dl
Anak-anak:
0-2 minggu :14,5-24,5 g/ dl
2-8 minggu :12,5-20,5 g/ dl
2-6 bulan :10,7-17,3 g /dl
6 bulan-1 tahun:9,9-14,5 g /dl
1-6 tahun :9,5-14,1 g/dl
6-16 tahun :10,3-14,9 g/dl
16-18 tahun :11,1- 15,7 g/dl
Hematokrit: rendah
Normal:wanita :36-48%
Laki-laki :42-52%
Anak-anak:
0-2 minggu :44-64%
2-8 minggu :39-59%
2-6 bulan :35-49%
6 bulan-1 tahun:29-43%
15
1-6 tahun :30-40%
6-16 tahun :32-42%
16-18 tahun :34-44%
RBC:rendah(eritropenia)
Normal:wanita :4,2-6,1x106 /mm3
Laki-laki :4,7-5,4x106 /mm3
Baru lahir :3,5-5,1x106 /mm3
1-2 tahun :3,6-5,2x106 /mm3
3-7 tahun :4,1-5,5x106 /mm3
8-12 tahun :4,0-5,4x106 /mm3
WBC: normal
Normal : dewasa : 5000-10.000/mm3
6-12 tahun :4500-13500/mm3
2-6 tahun :5000-15.500/mm3
<2 minggu :5000-21.000/mm3
Baru lahir :9000-30.000/mm3
Trombosit :normal
Normal :150.000-400.000/mm3
Diff.count : normal
Normal : basofil :0-1 %
Eusinofil :1-3 %
Batang :2-6 %
Segmen :50-70%
Limfosit :20-40%
Monosit :2-8 %
MCV: rendah
Normal : 80-100 fl
MCHC : rendah
Normal :32-36 %
MCH : rendah
Normal :28-33 %
Telur hookworms positif:
Telah terinfeksi cacing tambang, cacing tambang yang sering menginfeksi
manusia adalah Necator americanus dan A.duodenale. pada Necator Americanus ,
16
telurnya diekskresikan dalam tinja manusia diinkubas dalam kondisi tanah yang
sesuai, lalu menetas menjadi larva dan masuk ke manusia melalui kulit.Sedangkan
A.duodenale dapat menginfeksi manusia melalui oral serta perkutan dan
mengalami perkembangan di system organ manusia dalam tahap larvanya.
Kemungkinan dalam kasus ini terinfeksi cacing tambang jenis A.duodenal atau
Necator Americanus.
Fecal occult blood negative: normal
Tidak ditemukan darah dalam tinja,FOB negatif berarti tidak terjadi perdarahan di
saluran cerna.
17
Hookworm’s eggs ditemukan dalam tinja merupakan tanda terjadinya infeksi
cacing tambang (larva filariform menembus kulit/masuk kewat mulut kapiler
darah sirkulasi sitemik jantung paru-paru menembus pembuluh darah di
paru alveolus bronkiolus bronkus trakea faring laring usus halus
(menjadi dewasa) cacing betina menghasilkan telur dikeluarkan bersama
feses).
Feccal Occult blodd negative artinya infeksi hookworm tidak terlalu berta sehingga
tidak mengakibatkan perdarahan usus yang hebat hingga darah tidak terlihat pada
feses secara feccal ocult blood test.
B. Hookworm’s eggs
Flotation Method (metode apung)
Memakai larutan NaCl jenuh, atau gula jenuh terutama untuk pemeriksaan
fesesyang mengndung sedikit telur. Prinsip kerja berdasarkan berat jenis telur
yang lebihringan daripada berat jenis larutan sehingga telur mengapung, dan
juga memisahkan partikel besar dalam tinja.Pemeriksaan hanya berhasil untuk
19
telur-telur Nematoda, Schistosoma,Dibotriosefalus, Taeniidae,
Acanthocepala,ataupun telur Ascaris infertile.Bisa dilakukan dengan dua cara:
Tanpa sentrifugasi
-10 gram tinja dicampur 2 0 0 m l l a u t a n NaCl jenuh (33%), aduk
sampai larut.
- D i a m k a n 2 0 - 3 0 m e n i t s a m p a i a d a endapan.
-Jika ada serat celulosa, saring duludengan saringan teh.
-Ambil larutan permukaan denganmenggunakan ose, taruh pada objectglass, tutup
dengan cover glass.
-Periksa dengan mikroskop
Dengan sentrifugasi
- Campurkan tinja dengan larutan NaCl jenuh seperti di atas, saring dengan
penyaring teh, tuang ke tabung sentrifugasi.
- Sentrifugasi selama 5 menit 100 rpm.
- Gunakan ose untuk mengambil larutan permukaan, taruh pada object glass, tutup
dengan cover glass.
Metode Harada Mori
Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva
cacing Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides
Stercolaris dan Trichostronngilus yang didapatkan dari feses yang diperiksa.
Teknin ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva
infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva
ini akan ditemukan didalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Maksud : Mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale, Necator
Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus spatau mencari
larva cacing-cacing parasit usus yang menetas diluar tubuh hospes
Tujuan : Mengetahuia adanya infeksi cacing tambang
Alat
1. Kantong plastik ukuran 30x200mm
2. Kertas saring ukuran 3x15cm
3. Lidi bambu
4. Penjepit
5. Mikroskop
20
Bahan
- Tinja
- Aquades steril
Cara kerja
1. Plastik di isi aquades steril kurang lebih 5ml.
2. Dengan lidi bambu, tinja di oleskan pada kertas saring sampai mengisi
sepertiga bagiannya tengahnya.
3. Kertas saring di masukkan ke dalam plastik tersebut diatas. Cara memasukkan
kertas saring dilipat membujur dengan ujung kertas menyentuh permukaan
aquades dan tinja jangan sampai terkena aquades.
4. Nama penderita, tangggal penamaan, tempat penderita, dan nama mahasiswa.
Tabung di tutup plastik/dijepret.
5. Simpan selama 3-7 hari.
6. Disentrifuge dan dimbil dengan pipet tetes kemudian diamati dibawah
mikroskop.
Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut
teknik Kato. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong
“cellahane tape”. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab
digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara
massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas
untuk membuat diagnosa.
Maksud : Menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah telur
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat
ringannya infeksi cacing parasit usus
Alat
1. Selophane
2. Gelas preparat
3. Karton berlubang
4. Soket bambu
5. Kawat saring
6. Kertas minyak
Bahan
21
1. Bahan yang di gunakan adalah larutan untuk memulas selophane terdiri dari
100 bagian aquades (6%), 100 bagian gliserin, 1 bagian melachite green 3%
dan tinja 30mg.
Cara kerja
1. Sebelum pemakaian, pita selophane di masukkan ke dalam larutan melachite
green selam kurang lebih 24 jam.
2. Di atas kertas minyak, di taruh tinja sebesar butir kacang, selanjutnya di atas
tinja tersebut di tumpangi dengan kawat saringan dan ditekan-tekan sehingga
di dapatkan tinja yang kasar tertinggal di bawah kawat dan tinja yang halus
keluar di atas penyaring.
3. Dengan lidi, tinja yang sudah halus tersebut di ambil di atas kawat penyaring
kurang lebih 30mg, dengan menggunakan cetakan karton yang berlubang di
taruh gelas preparat yang bersih.
4. Selanjutnya ditutup dengan pita selophane dengan meratakan tinja di seluruh
permukaan pita sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yang lain.
5. Di biarkan dengan temperatur kamar selama 30-60 menit supaya menjadi
transparan.
Seluruh permukaan di periksa dengan menghitung jumlah semua telur yang
ditemukan dengan perbesaran lemah.
22
e. Bagaimana patogenenesis penyakit yang diderita Mrs. Mona ?
Anemia defisiensi besi adalah kondisi terjadinya anemia dengan bukti jelas adanya
kekuranagan besi. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan adanya peningkatan
permintaan besi dan/atau hematopoiesis (pertumbuhan cepat pada balita dan
remaja, kehamilan, terapi eritropoietin), peningkatan kehilangan besi (kehilangan
darah kronis, menstruasi, kehilangan darah akut, donor darah, phlebotomy sebagai
terapi untuk polisitemia vera), penurunan pemasukan atau penyeraan besi
(diet/makanan yang tidak memenuhi asupan besi, malabsorbsi karena penyakit,
malabsorpsi karena pembedahan, radang akut atau kronis).
Perkembangan anemia defisiensi besi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
negative iron balance, iron deficient erythropoiesis, dan iron deficiency anemia.
Tahap pertama yaitu negative iron balance, keadaan permintaan akan (atau
kehilangan dari) besi melebihi kemampuan tubuh untuk menyerap besi dari
makanan. Hal ini disebabkan karena beberapa mekanisme fisiologis. Pada kasus
ini, penyebab tersebut adalah kehilangan darah kronis dan mestruasi yang
berlebihan dan berkepanjangan. Kehilangan darah kronis berasal dari infestasi
cacing tambang. Setiap cacing tambang N.americanus dapat menyebabkan
23
kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1 ml sehari, sedangkan setiap cacing
A.duodenale 0,08-0,34 ml sehari. Berdasarkan gejala dan keluhan pasien, tingkat
infestasi cacing tambang adalah infestasi sedang, dengan jumlah cacing antara 51-
150 ekor cacing, dengan demikian jumlah darah yang hilang dapat melebihi 10 mL
setiap harinya. Kehilangan sel darah merah melebihi 10-20 ml setiap hari lebih
besar dari jumlah besi yang dapat diserap pencernaan dari makanan normal. Pada
keadaan ini defisit besi harus ditutupi dengan mobilisasi besi dari tempat
penyimpanan RE. Selama periode ini, simpanan besi -- tercermin dari kadar feritin
serum atau gambaran besi yang bisa diwarnai pada aspirasi sumsung tulang --
menurun. Selama cadangan besi masih ada dan bisa dimobilisasi, besi serum,
kapasitas total daya ikat besi (TIBC), dan kadar protopophyrin sel darah tetap
berada dalam rentang normal. Pada tahap ini, morfologi sel darah dan indeksnya
dalam keadaan normal.
Ketika cadangan besi terdeplesi, kadar besi serum mulai menurun. Perlahan-lahan,
TIBC meningkat, begitu pula dengan kadar protoporphyrin sel darah merah. Secara
definitif, cadangan dari sumsung tulang absent ketika kadar feritin serum <15
µg/L. Selama kadar besi serum masih dalam rentang normal, sintesis hemogloblin
tidak terpengaruh walaupun terjadi penurunan cadangan besi. Saat saturasi trasferin
turun hingga 15-20%, sintesis hemoglobin menjadi terganggu. Keadaan ini adalah
tahap iron-deficient erythropoiesis. Pemeriksaan secara mendalam apusan darah
tepi menunjukkan gambaran pertama sel mikrositik, dan bila teknologi
laboratorium tersedia, maka dapat pula ditemukan retikulosit hipokromic pada
sirkulasi. Pada akhirnya, hemoglobin dan hematokrit mulai menurun,
mencerminkan iron-defisciency anemia. Pada saat ini, saturasi transferin adalah 10-
15%.
24
Mebendazol 500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama
tiga hari berturut-turut
Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak boleh digunakan
selama hamil.
Tetrachlorethylen( TCE) biasanya diberikan (0,1ml/kg berat badan atau ¾
minim/lb berat badan). Obat ini harus diberikan kuncahan dan dalam bentuk cairan
pada perut kosong tanpa puasa terlebih dahulu. Ini dapat diulang setiap hari selama
tiga hari. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah, sebaiknya kadar ini dinaikkan
terlebih dahulu sampai 40% dengan transfusi atau pemberian zat besi sebelum
memakai obat cacing ini.
Bila anemia berat (Hb < 4 g/dl) diberikan transfusi darah secara intravena, dengan
perlahan-lahan dengan menggunakan darah yang sudah diendapkan (20ml/kg berat
badan atau 10ml/lb berat badan).
Jika hanya anemia zat besi sedang, dapat diberikan lewat mulut (dengan miktura
fera sulfat) atau dengan suntikan intamuskular (imferon)
2. Pemberian preparat Fe :
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi
elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan.
Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
Sulfas ferosus : preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis 3 x 1 tablet
untuk orang dewasa atau 10 mg/kg BB/kali (untuk anak) untuk mengatasi anemia.
3. Pemberian terapi hormon
a) Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat
perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipropionas estradiol
2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 120 mg. Keberatan
terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
b) Progesteron: pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional bersifat anovulator, sehingga pemberian progesteron mengimbangi
pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-
progesteron 125mg, secara intramuskular, atau dapat diberikan per os sehari
norethindrone 15mg atau aseras medroksi-progester (Provera) 10 mg, yang dapat
dilindungi, terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.
25
Androgen mempunyai efek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia
endometrium. Terapi ini tidak dapat diselenggarakan terlalu lama mengingat
bahaya virilisasi. Dapat diberikan proprionas testoteron 50 mg intramuskulus yang
dapat diulangi 6 jam kemudian. Pemberian metiltesteron per os kurang cepat
efeknya.
4. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
Pencegahan :
Cucilah tangan sebelum makan.
Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila
orangtua meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir
masuknya telur cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat
berkembang biak cacing di perut kita.
Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara
masuknya pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator
americanus ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk
melalui larva cacing yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan
sampai ke usus melalui trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut
sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya;
cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai
ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah
manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia.
Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di
antara kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap
kotoran baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia sehingga tidak
mencemari lingkungannya. Dan, jika lingkungan sudah cemar, siapa pun dapat
dihinggapi parasit cacing ini.
Bertanam atau berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk
menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik
mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.
26
Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik.
Jika air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin
telur cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa
hingga ke meja makan.
Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau
anjing pada tempat pembuangan khusus
Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi yang
berisiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering
bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu
sering berhubungan dengan tanah.
27
E. IDENTIFIKASI TOPIK PERMASALAHAN (LEARNING ISSUE)
No Pokok Pembahasan What I Know What I Don’t Know How I
Learn
1 Pemeriksaan fisik Definisi Teknik
2 Pemeriksaan Hb Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Bahan,Interpretasi
3 Pemeriksaan Ht Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Bahan,Interpretasi
4 Pemeriksaan RBC Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Bahan,Interpretasi
5 Pemeriksaan WBC Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Bahan,Interpretasi
6 Pemeriksaan Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan Internet,
trombosit Bahan,Interpretasi textbook,
7 Pemeriksaan Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan journal
differential count Bahan,Interpretasi
8 Pemeriksaan Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
MCV,MCH,MCHC Bahan,Interpretasi
9 Anemia Defisiensi Definisi Teknik,Alat dan
Besi Bahan,Interpretasi
10 Hookworm Macam-macam Teknik,Alat dan
Hookworm Bahan,Interpretasi
11 Pemeriksaan Definisi dan Tujuan Teknik,Alat dan
Hookworm Bahan,Interpretasi
F. SINTESIS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukaan sebelum dan,terutama,
setelah anamnesis. Teknik pemeriksaan fisik utama adalah inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi.
Untuk pemeriksaan penampilan umum, dapat dilakukan melalui inspeksi dan dari
ananamnesis. Penampilan umum mencakup keadaan kesadaran dan perawatan pribadi.
Aapakah pasien kelihatan sehat atau sakit? Apakah ia berbaring dengan nyaman di tempat
28
tidur, atau apakah ia kelihatan menderita? Apakah ia terlihat waspada atau lemah? Jawaban
pertanyaan tersebut dapat ditemukan melalui inspeksi, akan tetapi, terkadang beberapa
diantaranya sulit dijawab melalui inspeksi. Ada beberapa tanda yang dapat membantu
pemeriksa. Gizi buruk, mata cekung, cekung di daerah temporal, dan kulit kendur berkaitan
dengan penyakit kronis. Apakah pasien terlihat bersih? Meskipun sakit, pasien tidak perlu
kelihatan tidak rapi. Apakah rambutnya disisir? Apakah ia menggiggit-gigit kukunya?
Jawaban ini dapat memberikan informasi yang berguna mengenai rasa harga diri dan status
mental pasien.
Selain itu inspeksi juga dapat digunakan untuk menentukan keadaan gizi, habitus tubuh,
simetri, sikap tubuh dan gaya berjalan, cara berjalan, dan beberapa kelainan pada bagian
tubuh tertentu yang dapat diamati dari luar. Chelitis, papil lidah atrofi, dan koilonychia
diperiksa dengan cara inspeksi. Chelitis merupakan gambaran inflamasi pada bibir, papil
lidah atrofi adalah gambaran lidah dengan dengan pengecilan papil lidah dan dapat dilihat
dengan meminta pasien menunjukkan lidahnya pada pemeriksa. Koilonychia adalah
gambarah kuku yang menyerupai sendok, dengan kuku jari yang tipis dan cekung dengan tepi
yang naik.
Pemeriksaan tanda vital memiliki cara khusus untuk pemeriksaan tertentu. Pemeriksaan
denyut nadi dapat dilakukan dengan palpasi beberapa arteri pada tubuh, arteri yang paling
sering dipalpasi adalah arteri radialis, arteri brachialis, arteri karotis, atau arteri femoralis.
Dapat pula dengan menggunakan cara auskultasi pada jantung. nilai normal denyut jantung
adalah antara 60-100 kali/menit. Kecepatan bernafas dapat dihitung dengan cara inspeksi
gerakan bahu atau dada pasien. Nilai normal kecepatan bernafas adalah 14-18 kali/menit.
Temperatur tubuh dapat dihitung dengan menggunakan termometer yang diletakkan pada
beberapa daerah di tubuh, seperti pada oral, axilla, rectal, atau melalui auricula (telinga).
Suhu normal pada bagian tubuh tertentu berbeda sekitar 0,5 o C (rectal>axilla>oral). Pada saat
ini pengukuran suhu tubuh dianggap paling akurat melalui pengukuran suhu di
auricula(telinga. secara kasar, suhu tubuh normal tubuh berkisar antara 36,5-37,2. Untuk
pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer dan dilakukan
dengan teknik palpasi dan auskultasi. Nilai normal tekanan darah adalah lebih rendah atau
sama dengan 120/80 mmHg. Pemeriksaan tanda vital juga dapat dilakukan dengnan
menggunakan mesin, dan biasanya hal ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan
pengamatan tanda vital setiap saat.
29
Pemeriksaan rasa sakit dapat ditanyakan dengan cara anamnesis. Sedangkan untuk
mengukur ada tidaknya pembesaran hepar, lien, maupun kelenjar limfe dilakukan dengan
cara palpasi. Dalam keadaan normal, organ-organ ini tidak teraba.
Pemeriksaan Trombosit
Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk menilai kualitas trombosit adalah
agregasi trombosit, retensi trombosit, retraksi bekuan, dan antibody anti trombosit.
Sedangkan uji laboratorium untuk menilai kuantitas trombosit adalah masa perdarahan
(bleeding time) dan hitung trombosit.
Jumlah trombosit normal adalah 150.000 – 450.000 per mmk darah. Dikatakan
trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100.000 – 150.000 per mmk darah.
Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mmk darah maka akan cenderung terjadi
perdarahan. Jika jumlah trombosit di atas 40.000 per mmk darah biasanya tidak terjadi
perdarahan spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma. Jika terjadi perdarahan
spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan pembekuan darah. Bila
jumlah trombosit kurang dari 40.000 per mmk darah, biasanya terjadi perdarahan spontan dan
bila jumlahnya kurang dari 10.000 per mmk darah perdarahan akan lebih berat. Dilihat dari
segi klinik, penurunan jumlah trombosit lebih memerlukan perhatian daripada kenaikannya
(trombositosis) karena adanya resiko perdarahan.
Hitung trombosit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode secara
langsung dengan menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop fase kontras dan
mikroskop cahaya (Rees-Ecker) maupun secara otomatis. Metode yang dianjurkan adalah
penghitungan dengan mikroskop fase kontras dan otomatis. Metode otomatis akhir-akhir ini
banyak dilakukan karena bisa mengurangi subyektifitas pemeriksaan dan penampilan
diagnostik alat ini cukup baik.
Hitung trombosit secara tidak langsung yaitu dengan menghitung jumlah trombosit pada
sediaan apus darah yang telah diwarnai. Cara ini cukup sederhana, mudah dikerjakan, murah
dan praktis. Keunggulan cara ini adalah dalam mengungkapkan ukuran dan morfologi
trombosit, tetapi kekurangannya adalah bahwa perlekatan ke kaca obyek atau distribusi yang
tidak merata di dalam apusan dapat menyebabkan perbedaan yang mencolok dalam
perhitungan konsentrasi trombosit. Sebagai petunjuk praktis adalah bahwa hitung trombosit
adekuat apabila apusan mengandung satu trombosit per duapuluh eritrosit, atau dua sampai
tiga trombosit per lapang pandang besar (minyak imersi). Pemeriksaan apusan harus selalu
30
dilakukan apabila hitung trombosit rendah karena penggumpalan trombosit dapat
menyebabkan hitung trombosit rendah palsu.
Bahan pemeriksaan yang dianjurkan untuk pemeriksaan hitung trombosit adalah darah
EDTA. Antikoagulan ini mencegah pembekuan darah dengan cara mengikat kalsium dan
juga dapat menghambat agregasi trombosit.
Metode fase-kontras
Pada hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan ke dalam larutan
ammonium oksalat 1% sehingga semua eritrosit dihemolisis. Sel trombosit dihitung dengan
menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop fase kontras. Sel-sel lekosit dan trombosit
tampak bersinar dengan latar belakang gelap. Trombosit tampat bulat atau bulat telur dan
berwarna biru muda/lila terang. Bila fokus dinaik-turunkan tampak perubahan yang
bagus/kontras, mudah dibedakan dengan kotoran karena sifat refraktilnya. Kesalahan dengan
metode ini sebesar 8 – 10%.
Metode fase kontras adalah pengitungan secara manual yang paling baik. Penyebab
kesalahan yang utama pada cara ini, selain faktor teknis atau pengenceran yang tidak akurat,
adalah pencampuran yang belum merata dan adanya perlekatan trombosit atau agregasi.
31
Hitung Trombosit Otomatis
Penghitung sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung trombosit selain
hitung lekosit dan hitung eritrosit. Sebagian besar alat menghitung trombosit dan eritrosit
bersama-sama, namun keduanya dibedakan berdasarkan ukuran. Partikel yang lebih kecil
dihitung sebagai trombosit dan partikel yang lebih besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan
alat ini, penghitungan dapat dilakukan terhadap lebih banyak trombosit. Teknik ini dapat
mengalami kesalahan apabila jumlah lekosit lebih dari 100.000/mmk, apabila terjadi
fragmentasi eritrosit yang berat, apabila cairan pengencer berisi partikel-partikel eksogen,
apabila sampel sudah terlalu lama didiamkan sewaktu pemrosesan atau apabila trombosit
saling melekat.
32
Indeks eritrosit dipergunakan secara luas untuk memperkirakan ukuran eritrosit rata-rata dan
banyaknya hemoglobin tiap eritrosit guna mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang
dalam membedakan berbagai macam anemia.
Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan elektronik
(automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung indeks eritrosit
secara manual diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.
Nilai Indeks Eritrosit
1. Alat
Kalkulator
Alat Tulis
2. Bahan
Menggunakan keterangan nilai eritrosit dalam juta, nilai hemoglobin, dan nilai
hematokrit yang sebelumnya sudah dicari dengan bilik hitung Neubauer Improve.
3. Cara Kerja
Memperkirakan ukuran eritrosit rata-rata dan banyaknya hemoglobin tiap eritrosit
dengan menggunakan rumus MCV (Mean Corpusculum Volume), MCH (Mean
Corpusculum Hemoglobin), dan MCHC (Mean Corpusculer Hemoglobin
Concertration).
MCV = x 10
Nilai Normal : 82 - 92 Fl
Interpretasi Hasil :
Penurunan MCV (VER) terjadi pada pasien anemia mikrositik, Defisiensi besi,
arthritis rheumatoid, talasemia, anemia sel sabit, HBC, keracunan timah, dan
radiasi.
Peningkatan MCV terjadi pada anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia
pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, penyakit hati kronis, hipotiroidisme, efek
33
obat vitamin B12, antikonvulsan, dan antimetabolik
b. Mean Corpusculer Hemoglobin (MCH) / Hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan
ukurannya. MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb 10 kali, lalu membaginya
dengan hitung eritrosit.
Satuan : pikogram
MCH = x 10
Nilai Normal : 27 - 31 Pg
Interpretasi Hasil :
Penurunan MCH (HER) terjadi pada anemia mikrositik, dan anemia hipokromik
Peningkatan MCH (HER) terjadi pada anemia defisiensi besi
c. Mean Corpusculer Hemoglobin Concentration (MCHC)/ Konsentrasi Hemoglobin
Eritrosit Rata-rata (KHER)
MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit.
Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta
talasemia. Nilai MCHC dihitung dari nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin
dan hematokrit.
Satuan : %
MCHC = x 100%
Nilai Normal : 32 - 37 %
Interpretasi Hasil :
Penurunan MCHC terjadi pada anemia hipokromik dan talasemia
Peningkatan MCHC terjadi pada penderita defisiensi zat besi
d. Red Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan ukuran (luas) dari eritrosit. RDW adalah pengukuran luas
kurva distribusi ukuran pada histogram. Nilai RDW dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan darah lengkap (full blood count, FBC) dengan hematology analyzer.
Nilai RDW berguna untuk memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai
MCV berubah dan sebelum terjadi tanda dan gejala.
RDW digunakan terutama untuk membedakan talasemia heterozigot tanpa
komplikasi (MCV rendah, RDW normal) dengan anemia defisiensi besi (MCV
rendah, RDW meningkat)
34
o Dihitung secara otomatik
o Cara hitung :
SD ukuran eritrosit
RDW = x 100
MCV
Sebagai klasifikasi-klasifikasi yang lebih umum dari anemia (hemoglobin yang rendah)
berdasarkan pada MCV, atau volume dari sel-sel darah merah individu.
1. Jika MCV rendah (kurang dari 80), anemia dikategorikan sebagai microcytic anemia
(volume sel yang rendah).
2. Jika MCV didalam batasan normal (80-100), ia disebut normocytic anemia (volume
sel yang normal).
3. Jika MCV tinggi, maka ia disebut macrocytic anemia (volume sel yang besar).
Melihat pada setiap komponen-komponen dari complete blood count (CBC), terutama
MCV, dokter dapat mengumpulkan petunjuk-petunjuk seperti apa yang menjadi sebab
yang paling umum untuk anemia. (AV Hofbrand,2005)
Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam
hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Molekul hemoglobin terdiri dari
globin,
apoprotein dan
empat gugus heme,suatu molekul organik dengan satu atom besi.
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Penyebab anemia
yang paling sering adalah:
perdarahan,
kurang gizi,
gangguan sumsum tulang,
pengobatan kemoterapi dan
abnormalitas hemoglobin bawaan.
Kadar normal hemoglobin
Kadar hemoglobin menggunakan satuan gr/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin
dalam 100 mililiter darah.
Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasien :
36
1. Bayi baru lahir : 17 – 22 g/dl
2. Umur 1 minggu : 15 – 20 g/dl
3. Umur 1 bulan : 11 – 15 g/dl
4. Anak-anak : 11 – 13 g/dl
5. Lelaki dewasa : 14 – 18 g/dl
6. Perempuan dewasa : 14 – 18 g/dl
7. Lelaki tua : 12,4 – 14,9 g/dl
8. Perempuan tua : 11,7 – 13,8 g/dl
Metode analisa Hemoglobin terdiri dari :
1. Metode sahli (asam hematin ) dibaca juga dengan metode kolorimetri.
2. Metode sianmethemoglobin (dengan lar. Drabkins) dibaca dengan metode kolorimetri
(spektofotometer)
1. Metode sahli
Metode sahli merupaan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan
dengan larutan HCL sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam. Untuk dapat
menentuan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut
dengan aquabidest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standart.
Peralatan dan pereaksi
Alat untuk mengambil darah vena atau darah kapiler, Aquadest dan Hemometer sahli, yang
terdir atas
Tabung pengencer,panjang 12 cm,dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) s/d 22
(atas)
Dua tabung standart warna
Pipet Hb,dengan pipa karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20
Pipet HCL
Botol tempat aquadest dan HCL 0,1 N
Batang pengaduk (dari gelas)
Larutan HCL 0,1 N
Spesimen dapat berupa darah kapiler atau darah vena (darah EDTA)
Cara kerja pemeriksaan hemoglobin dengan metoda sahli :
isi tabung pengencer dengan HCL 0,1 N sampai angka 2
Dengan pipet Hb,hisap darah sampai angka 20 mm, jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
Hapus darah yang ada pada ujung pipet dengan tissue
37
Tuangkan darah ke tabung pengencer,bilas dengan aquadest bila masih ada darah
dalam pipet
Biaran 1 menit
Tambahan aquadest tetes demi tetes,aduk dengan batang kaca pengaduk
Bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standar
Bila sudah sama penambahan aquadest dihentikan,baca kadar Hb pada skala yang ada
ditabung pengencer
Tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin,
methemoglobin, sulfahemoglobin.Cara visual mempunyai kesalahan inheren 15 – 30%,
sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.
Sumber kesalahan yang sering terjadi :
Kemampuan untuk membedaan warna tidak sama
Sumber cahaya kurang baik
Kelelahan mata
Alat-alat kurang bersih
Ukuran pipet kurang tepat,perlu dikalibrasi
Pemipetan yang kurang akurat warna gelas standart pucat/kotor dan lain sebagainya
Penyesuaian warna larutan yang diperksa dalam komparator kurang akurat
Metode sianmethemoglobin
Ferrosanida mengubah besi pada Hb dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi
methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu
sianmethemoglobn. Intensitas warna yang terbentuk diukur fotometrik 540 nm. Kalium
hidrogen fosfat digunakan agar pH tetap dimana reaksi dapat berlangsung sempurna pada saat
yang tepat. Detergen berfungsi mempercepat hemolisa darah serta mencegah kekeruhan yang
terjadi oleh protein plasma.
Peralatan dan pereaksi
Mikropipet 20 mikroliter/mmk atau pipet sahli
Pipet volumetrik 5 mlTabung reaksi ukuran 75 x 10 mm
Spektofotometer/kolorimeter dengan panjang gelombang 540 nm
Larutan drabkins atau modiikasinya (diperdagangkan dalam bentuk kit),
Larutan drabkins terdiri dari :
Kalium ferrosianida 200 mg,
KCN 50 mg
Kalium hydrogen fosfat 140 mg
38
Detergen 0,5 – 1 ml
Aquadest/detenized water ad. 1000 ml
Spesimen darah kapiler atau darah EDTA
Cara kerja pemeriksaan metoda sianmethemoglobin :
Kedalam tabung reaksi 75 x 10 mm,pipetkan 5 ml pereaksi
Dengan mikropipet tambahkan 20 mikroliter/mmk darah penderita ke dalam pereaksi
tersebut serta hindarilah terjadinya gelembung dan bersihkan bagian mikropipet
Campurkan isinya dan biarkan pada suhu kamar selama 3 – 5 menit dan serapannya
dibaca dalam spektofotometri pada panjang gelombang 540 nm dengan pereaksi
sebagai blangko
Kadar hemoglobin dapat dibaca pada kurva kalibrasi atau dihitung dengan
menggunakan faktor,dimana kadar Hb = serapan x faktor kurva kalbrasi dan faktor
telah dipersiapkan sebelumnya
Pembuatan kurva kalibrasi dan perhitungan faktor
Sebelum fotometerdipergunakan untuk penetapan kadar hemoglobin, harus dikalibrasi dulu,
atau dihtung faktornya. Untuk keperluan tersebut dipergunakan larutan stndart hemisianida
(sianmethemoglobin) dan pengenceran larutan tersebut dalam pereaksi drabkins .
Kadar Hb dari larutan standart hemisanida dapat dhtung dalam gr/100 ml atau gr/dl sebagai
berikut
Kadar Hb larutan standart = kadar hemisanida mg/dl/10 x (500 + 20) mikroliter/20 mkroliter
= kadar hemisianida x 0,251 mg/dl
Buatlah pengenceran larutan standart 100, 75, 50, 25 dan 0% sebagai blanko dengan larutan
drabkins. Setelah masing-masing tercampur sempurna biarkan pada suhu kamar 3 menit dan
baca serapan pada fotometer dengan 540 nm. Buatlah kurvanya dengan kadar Hb sebagai
absisi dan serapan sebagai ordinat, maka hasil percobaan serapan pasien tinggi memplotkan
pada kurva tera. Atau menggunakan faktor sebagai faktor sebagi berikut :
Faktor (F) = jumlah kadar Hb/jumlah serapan
Pengawasan mutu
Hemolisat yang dipergunakan atau dibuat sendiri dengan standar hemosianida, CV optimal
3% dan CV tidak boleh lebih dar 6%.
Sumber kesalahan dalam metoda ini
Terjadinya jendalan darah
Darah yang hipemik menyebabkan hasilnya lebh tnggi dari seharusnya
39
Leukositosis berat mempengaruhi pengukuran lebih rendah dari seharusnyaKerusakan
pereaksi
Pemipetan pereaksi yang tidak akurat
Fotometer yang kurang baik
Hookworm
Ancylostoma duodenale
MORFOLOGI
a. Ciri Morfologi:
1) Telur
-Ukuran : 60x40 mikron
-Bentuk lonjong, kedua ujungnya membulat
-Kulit telur satu lapis
-Isi telur antara 4-8 sel, kadang berisi embrio
-Telur kadang menetas ditanah keluar menjadi larva rabditiform kemudian berkembang
menjadi larfa filariform
2) Ancylostoma duodenale Jantan Dewasa
-Bentuk slindris berbentuk C atau koma
- Lengkung kepala searah dengan lengkung badan dan ekor
-Ujung ekor melebar disebut bursa kopulatrik tampak tumpul, digunakan untuk proses
kopulasi
-Rusuk dorsal celah dangkal, ujung tiap cabang bercelah 3, speculum ujungnya tidak
menyatu.
3) Ancylostoma diodenale Betina Dewasa
-Bentuk slindris berbentuk C atau koma
-Warna putih kelabu
- Lengkung kepala searah dengan lengkung badan dan ekor
-Ujung ekor meruncing, mukron ujung kaudal
-Panjang 10-13 mm, lebih panjang dari cacing Enterobius vemicularis
4) Kepala Ancylostoma diodenale Dewasa
- Mulut dilengapi dengan gigi tambahan untuk melekatkan diri pada mukosa proximal usus
-Terdapat dua pasang gigi ventral, gigi tambahan kecil ditepi dalam gigi ventral, dua lanset
subventral beerbentuk segitiga]
5) Larva Rhabditiform
40
-Esofagus dengan rongga mulut mulut besar/lebar
-Promordium genital kecil
-Menetas dari telur pada waktu 24-48 jam
-Keadaan obtimum dengan kelembapan tinggi, teduh, panas, lebih dari 25 c tanah lepas
berpasir
-Aktif makan bahan organik
-Mengalami pergantian kulit 2x pada hari ketiga dan kelima
6) Larva filariform
-Esofagus memanjang sampai ¼ panjang tubuh
-Bersarung, ujung runcing
-Tombak esophagus tidak menonjol, sering tertutup pada ujung anterior,sarung bergaris nyata
pada ujung posterior.
-Tidak makan, bergerak aktif merupakan bentuk infektif parsit.
b. Patologi Klinis
Nama penyakit : Ancilostomasiasis
Stadium larva : ‘Ground itch’, berupa bintik-bintik merah dan gatal
Stadium dewasa : anemia hipokromik mikrositer, dan eosinofilia
c. Larva dan telur dalam feses
Necator Americanus
Ciri Morfologi :
1)Telur
- Sama dengan morfologi telur Ancylostoma duodenale
2) Necator Americanus Jantan Dewasa
-Bentuk slindris berbentuk S
- Lengkung kepala berlawanan dengan lengkung badan dan ekor
-Panjang 5-9 mm
-Ujung ekor melebar disebut bursa kopulatrik tampak tumpul, digunakan untuk proses
kopulasi
-Rusuk dorsal celah dalam, ujung tiap cabang bercelah 2, speculum ujungnya tidak menyatu
membentuk kait.
3) Necator americanus Betina Dewasa
-Bentuk slindris berbentuk S
- Lengkung kepala berlawanan dengan lengkung badan dan ekor
41
-Panjang 9-11 mm
-Ujung ekor meruncing, mukron tidak ada
4) Kepala Necator americanus Dewasa
- Mulut dilengapi dengan alat lempeng pemotong untuk melekatkan diri pada mukosa usus
-Terdapat sepasang bendakitin menggantikan gigi, dari lateral tampak sepasang
5) Larva Rhabditiform
- Sama seperti Larva Rhabditiform Ancylostoma duodenale
6) Larva filariform
Hampir sama seperti larva filariform pda Ancylostoma duodenale tapi Tombak esophagus
menonjol.
Siklus Hidup
Cacing tambang jantan berukuran 8-11 mm sedangkan yang betina berukuran 10-13
mm. Cacing betina menghasilkan telur yang keluar bersama feses pejamu (host) dan
mengalami pematangan di tanah. Setelah 24 jam telur akan berubah menjadi larva tingkat
pertama (L1) yang selanjutnya berkembang menjadi larva tingkat kedua (L2) atau larva
rhabditiform dan akhirnya menjadi larva tingkat ketiga (L3) yang bersifat infeksius. Larva
tingkat ketiga disebut sebagai larva filariform. Proses perubahan telur sampai menjadi larva
filariform terjadi dalam 24 jam.) Larva filariform kemudian menembus kulit terutama kulit
tangan dan kaki, meskipun dikatakan dapat juga menembus kulit perioral dan transmamaria.
Adanya paparan berulang dengan larva filariform dapat berlanjut dengan menetapnya cacing
di bawah kulit (subdermal). Secara klinis hal ini menyebabkan rasa gatal serta timbulnya lesi
papulovesikular dan eritematus yang disebut sebagai ground itch.
Dalam 10 hari setelah penetrasi perkutan, terjadi migrasi larva filariform ke paru-paru setelah
melewati sirkulasi ventrikel kanan. Larva kemudian memasuki parenkim paruparu lalu naik
ke saluran nafas sampai di trakea, dibatukkan, dan tertelan sehingga masuk ke saluran cerna
lalu bersarang terutama pada daerah 1/3 proksimal usus halus. Pematangan larva menjadi
cacing dewasa terjadi disini. Proses dari mulai penetrasi kulit oleh larva sampai terjadinya
cacing dewasa memerlukan waktu 6-8 minggu.
Cacing jantan dan betina berkopulasi di saluran cerna selanjutnya cacing betina memproduksi
telur yang akan dikeluarkan bersama dengan feses manusia. Pematangan telur menjadi
larva terutama terjadi pada lingkungan pedesaan dengan tanah liat dan lembab dengan suhu
antara 23-33o C. Penularan A. Duodenale selain terjadi melalui penetrasi kulit juga melalui
jalur orofekal, akibat kontaminasi feses pada makanan. Didapatkan juga bentuk penularan
42
melalui hewan vektor (zoonosis) seperti pada anjing yang menularkan A. brazilienze dan A.
caninum. Hewan kucing dan anjing juga menularkan A. ceylanicum. Jenis cacing yang yang
ditularkan melalui hewan vektor tersebut tidak mengalami maturasi dalam usus manusia.
Cacing N. americanus dewasa dapat memproduksi 5.000 - 10.000 telur/hari dan masa hidup
cacing ini mencapai 3-5 tahun, sedangkan A. Duodenale menghasilkan 10.000-30.000
telur/hari, dengan masa hidup sekitar 1 tahun.
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitive. Telur yang infektif keluar bersama tinja
penderita. Di dalam tanah, dalam waktu 2 hari menetas menjadi larva filariform yang infektif.
Kemudian larva filaform menembus kulit lalu memasuki pembuluh darah dan jantung
kemudian akan mencapai paru-paru. Setelah melewati bronkus dan trakea, larva masuk ke
laring dan faring akhirnya masuk ke usus halus dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 4
minggu.
Patologi Klinis
Nama penyakit : Necatoriasis
Stadium larva : ‘Ground itch’, berupa bintik-bintik merah dan gatal
Stadium dewasa : anemia hipokromik mikrositer, dan eosinofilia
c. Diagnosis
Menemukan Telur dan larva dalam tinja
43
Epidemiologi
Cacing tambang ditemukan kosmopolit, di indonesia insiden tertinggi ditemukan pada
pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih dari
70%. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan
suhu optimum untuk necator americanus 28-32 derajat celcius,sedangkan untuk ancilostoma
duodenale adalah 23-25 derajat celcius. Pada umumnya ancilostoma duodenale lebih kuat.
Pencegahan
Pencegahannya adalah dengan menjaga kebersihan diri, mencuci tangan, menjaga kebersihan
toilet, menambah wawasan dan edukasi tentang info-info kesehatan, rutin check up kesehatan
Anda dan anak anda , serta yang lebih penting menggunakan alas kaki saat keluar rumah/
tidak boleh berhubungan langsung dengan tanah, khususnya pada area pertambangan
Ancylostomiasis merupakan keadaan dimana terjadi infeksi akibat cacing tambang atau
hookworm. Hookworm masuk melalui jaringan kulit. Hookworm dapat mempenetrasi kulit
dan setelah berada di dalam tubuh, bermigrasi melalui sistem vaskuler menuju paru-paru.
Setelah itu menuju trakea, tertelan, dan masuk ke dalam sistem pencernaan melalui
esophagus, dan akhirnya sampai pada usus halus. Pada usus halus tersebut, hookworm
menembus mukosa usus dan menghisap darah disitu.
Gejala yang terjadi akibat infeksi hookworm tersebut adalah gatal-gatal pada area
tempat masuknya hookworm, batuk, nyeri dada, demam, epigastric pain, nausea, muntah,
konstipasi, diarrhea, palpitasi, anemia, defisiensi protein, defisiensi zat besi, dan fatigue.
Pencegahan infeksi hookworm dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan dan
higienisitas lingkungan, makanan, dll. Tidak menyentuh tanah atau kotoran tanpa
perlindungan seperti sarung tangan atau sepatu.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian pirantel pamoat dengan dosis 10mg/kg
berat badan beberapa hari berturut-turut.
44
americanus. Deteksi IgE antibodi terhadap Necator Larva 3 merupakan cara diagnosis cacing
tambang lain yang sangat spesifik dan sensitif. Metoda diagnosis terbaru yang membedakan
spesies cacing tambang adalah menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR).
Tatalaksana Infeksi Cacing Tambang
Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memberikan tambahan zat
besi per-oral atau suntikan zat besi. Pada kasus yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi
darah.
Jika kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama
1-3 hari untuk membunuh cacing tambang. Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita
hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.
Pirantel pamoat 10 mg/kg BB per hari selama 3 hari.
Mebendazol 500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama tiga hari
berturut-turut
Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak boleh digunakan selama hamil.
Sulfas ferosus 3 x 1 tablet untuk orang dewasa atau 10 mg/kg BB/kali (untuk anak) untuk
mengatasi anemia.
45
Sedangkan protoporfirin terus dibentuk eritrosit sehingga pada anemia defisiensi besi,
protoporfirin eritrosit bebas (FEP) meningkat. Hal ini dapat menjadi indikator dini sensitif
adanya defisiensi besi.
Di sisi lain, enzim penentu kecepatan yaitu enzim ferokelatase memerlukan besi untuk
menghentikan sintesis heme. Padahal besi pada anemia defisiensi besi tidak tersedia sehingga
pembelahan sel tetap berlanjut selama beberapa siklus tambahan namun menghasilkan sel
yang lebih kecil (mikrositik). Hal ini ditandai dengan menurunnya MCV (mean corpuscular
volume) < 80 fl.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis anemia defisiensi besi
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu
gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, gejala penyakit dasar.
46
Pemeriksaan
Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditanyakan keluhan utama yang menyebabkan pasien datang ke
sarana pelayanan kesehatan. Pada skenario didapatkan pasien mengeluhkan gejala umum
anemia yang sudah dijabarkan sebelumnya. Selanjutnya tanyakan kapan pasien mulai
mengalami keluhan tersebut serta gangguan lain yang mungkin menyertai keluhan tersebut.
Pada pasien anemia defisiensi besi, kekurangan besi yang dialami pasien dapat disebabkan
karena gangguan absorpsi, kurangnya intake besi sehari-hari atau akibat perdarahan kronik.
Jadi dapat ditanyakan juga apakah ada penyakit lain seperti kolitis kronik atau riwayat
gastrektomi yang menyertai, bagaimana asupan makanan sehari-hari terkait dengat intake
besi, dan apakah ada riwayat perdarahan misalnya BAB berdarah, BAK berdarah dan lain-
lain. Selain itu dapat juga ditanyakan pekerjaan pasien yang mungkin berkaitan dengan
infeksi cacing tambang yang menjadi salah satu penyebab anemia defisiensi besi.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah pemeriksaankeadaan umum, vital
sign, status gizi apakah gizi baik atau buruk, konjungtiva apakah anemis atau tidak, sclera
ikterik atau tidak , bibir, lidah, gigi dan mulut, bentuk kepala, kelainan herediter, jantung dan
paru, hepar, limpa, ekstremitas.
Pemeriksaan Laboratorium
Kelaianan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah:
Kadar Hemoglobin dan Indeks. Didapatkan anemia hipokromik mikrositer dengan
penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV dan MCH menurun dan
MCHC menurun pada defisiensi yang lebih berat dan berlangsung lama. Anisositosis
merupakan tanda awal defisiensi besi ditandai oleh peningkatan RDW (red cell distribution
widht).
Mengenai titik pemilah MCV, ada yang memakai angka < 80 fl, tetapi pada penelitian
kasus ADB di Denpasar, dijumpai bahwa titik pemilah < 78 fl memberi spesifisitas paling
baik. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami penurunan sebelum kadar Hb menurun.
Hapusan darah tepi menunjukan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, dan
poikolositosis. Makin berat derajat anemia makin berat derajat hipokromia. Jika terjadi
hipokromia dan mikrositosis ekstrim, maka sel tampak sebagai sebuah cincin sehingga
disebut sel cincin, atau memanjang seperti pensil. Kadang-kadang dijumpai sel target.
47
Leukosit dan trombosit pada umumnya normal. Tapi granulositopenia ringan dapat
dijumpai pada ADB yang berlangsung lama. Pada ADB karena cacing tambang dijumpai
eosinofilia. Trombositosis dapat dijumpai pada ADB dengan episode perdarahan akut.
Konsentrasi besi serum menurun pada ADB dan TIBC (total iron binding capacity)
meningkat. TIBC menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin terhadap besi, sedangkan
saturasi transferin dihitung dari besi serum dibagi TIBC dikalikan 100%. Untuk kriteria
diagnosis ADB, kadar besi serum menurun < 50 µg/dl, TIBC meningkat > 350 µg/dl, dan
saturasi transferin < 15%. Harus diingat bahwa besi serum menunjukkan variasi diurnal yang
sangat besar, dengan kadar puncak pada jam 8 sampai 10 pagi.
Feritin Serum merupakan indikator cadangan besi yang sangat baik, kecuali pada
keadaan inflamasi atau keganasan tertentu. Titik pemilah untuk feritin serum pada ADB
dipakai angkan < 12 µg/dl, tetapi ada juga yang menggunakan < 15 µg/dl. Untuk daerah
tropik di mana angka infeksi dan inflamasi yang masih tinggi titik pemilah harus sedikit
dikoreksi. Pada penelitian di Bali sensitivitas tertinggi (84%) justru dicapai pada pemakaian
feritin serum < 40 µg/dl, tanpa mengurangi spesifisitas terlalu banyak (92%). Hecberg untuk
daerah tropik menganjurkan memakai angka feritin seru < 20 µg/dl sebagai kriteria diagnosis
ADB. Jika terjadi infeksi atau inflamasi yang jelas, maka feritin serum sampai dengan 50-60
µg/dl masih dapat menunjukkan adanya defisiensi besi.
Reseptor tranferin serum (sTfR). Reseptor transferi dilepaskan dari sel ke dalam
plasma. Kadar sTfR meningkat pada anemia defisiensi besi. Yang digunakan adalah rasio
reseptor transferin dengan log feritin serum. Rasio > 1,5 menunjukkan ADB. Digunakan
untuk membedakan ADB dengan anemia akibat penyakit kronik.
Sumsum Tulang. Pemeriksaan ini tidak perlu dilakukan kecuali pada kasus dengan
komplikasi. Pengecatan sumsum tulang dengan Perl’s stain menunjukkan cadangan besi
negatif ditandai dengan tidak ada besi dari eritroblas cadangan (makrofag) dan yang sedang
bekembang.
Complications
Anemia berat dapat menyebabkan hipoksemia dan mempertinggi resiko insufiseinsi
koroner dan iskemik miokard, selain itu dapat memperparah keadaan pasien dengan penyakit
paru kronis.
Intoleransi terhadap dingin ditemukan pada beberapa pasien dengan anemia defisiensi
kronis, dan bermanifestasi sebagai gangguan vasomotor, nyeri neurologis, atau mati rasa
bahkan rasa geli.
48
Meskipun jarang, namun pada anemia defisiensi yang berat berhubungan dengan
papilledema, peningkatan tekanan intracranial, dan bias disapatkan gambaran klinis
pseudotumor cerebri. Manifestasi ini dapat terkoreksi oleh terapi dengan pemberian
preparat besi.
Fungsi imun yang melemah, dan pernah dilaporkan pasien dengan anemia defisiensi
besi mudah terjangkit infeksi, meskipun demikian belum didapatkan fakta yang pasti
mengenai keterkaitan antara defisiensi besi dengan melemahnya imun karena ada beberapa
factor lain yang turut berperan.
Anak dengan deficit besi akan mengalami gangguan dalam perilakunya. Pada infants
terjadi gangguan perkembangan neurologis dan pada anak usia sekolah terjadi penurunan
prestasi belajar. IQ dari anak usia sekolah dengan anemia defisiensi besi dilaporkan lebih
rendah jika dibandingkan dengan anak sebaya yang nonanemic. Gangguan dalam perilaku
dapat bermanisfestasi sebagai kelainan dalam pemusatan perhatian, sedngakan pada infants
akan terjadi pertumbuhan yang tidak optimal. Semua manifestasi ini dikoreksi dengan terapi
besi.
Prognosis
Anemia defisiensi besi jika terkoreksi dengan baik maka akan memberikan prognosis
yang baik, namun anemia defisiensi besi dapat memiliki prognosis yang buruk, jika kondisi
yang mendasarinya memiliki prognosis yang buruk juga seperti neoplasia. Sama halnya
dengan prognosis yang dapat berubah oleh comorbid condition seperti coronary artery
disease.
Terapi
Terapi untuk anemia defisiensi besi :
a. Terapi kausal : yaitu terapi tehadap penyebab terjadinya anemia defisiensi besi,
misalnya pengobatan terhadap perdarahan, maka dilakukan pengobatan pada penyakit yang
menyebabkan terjadinya perdarahan kronis seperti penyakit cacing tambang, hemoroid,
menorhagia, karena jika tidak maka anemia akan akan kambuh kembali.
b. Pemberian perparat besi untukmengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron
replacement therapy) Terapi besi oral
Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman. Preparat
yang tersedia adalah ferrous sulphat, dengan dosis anjuran 3 X 200 mg, setiap 200 mg nya
mengandung 66 mg besi elemental. Dengan dosis anjuran tersebut dapat mengabsorbsi besi
49
50 mg per hari yang dapat meningkatkan eritropoesis 2-3 kali normal. Preparat lainnya
ialah, ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate.
Efek samping utama : gangguan GIT pada 15-20% sehingga mengurangi kepatuhan pasien
dalam meminum obat. Keluhan dapat brupa mual, muntah, serta konstipasi. Pengobatan
diberikan 3-6 bulan, ada yang menganjurkan sampai 12 bulan, sampai kadar HB normal
untuk mengisis cadangan besi tubuh.
Terapi besi parenteral
Sangat efektif, namun mempunyai resiko lebih besar dan harganya lebih mahal. Indikasi
pemberian :
Intoleransi terhadap pemberian besi oral
Kepatuhan terhadap obat yang rendah
Gangguan pencernaan seperti kolilitis ulseratif yang dapat kambuh jika diberikan besi
Penyerapan besi terganggu, seperti pada gastrektomi
Kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup dikompensasi dengan pemberian
besi oral, seperti misalnya pada hereditary hemorrhagic teleangiectasia
Kebutuhan besi yang besar dalam waktu yang pendek, seperti pada kehamilan trimester
3 atau sebelum operasi
Defisiensi fungsional relative akibat pemberian eritropoetin pada anemia gagal ginjal
kronik atau anemia akibat penyakit kronik.
Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml), iron sorbitol
citric acid complex, dan ferric gluconate dan iron sucrose yang lebih aman. Besi parenteral
dapat diberikan secara IM atau IV pelan.
Tujuan terapibesi parenteral ialahmengembalikan kadar Hb dan mengisis besi sebesar
500mg-1000mg.
Efek samping : reaksi anafilaktik meskipun jaran (0,6 %), flebitis, sakit kepala,
fushing, mual, muntah, nyeri perut, dan sinkop, pada pemberian IM memberikan rasa nyeri
dan warna hitam pada kulit.
Pengobatan lain
Diet : diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama dari protein hewani.
Vitamin C : diberikan 3 X 100 mg per hari untuk meningkatkan absorbsi besi.
Transfusi darah : anemia defisiensi besi jarang memerlukan transfuse darah. Darah yang
diberikan ialah PRC untuk mengurangi bahaya overload. Indikasi transfuse darah :
Adanya penyakit jantung anemic dengan ancama payah jantung
50
Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia ddengan gejala pusing yang sangat
menyolok
Pasien memerlukan peningkatan Hb yang cepat seperti pada kehamilan trimester akhir atau
preoperasi.
Pemeriksaan Ht
Pengertian Hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil
dalam volume tertentu.Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume
yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala
hematokrit.Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal
sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan
kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang
tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya.Nilai
hematokrit yang disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk
wanita dewasa adalah 41%.
Pada umumnya, penetapan salah satu dari tiga nilai ini sudah memberikan gambaran umum,
apakah konsentrasi SDM seseorang cukup atau tidak.Akan tetapi, bila terjadi anemia kerap
kali juga diperlukan informasi lebih lanjut, bagaimana konsentrasi rata-rata hemoglobin /
SDM. Volume SDM diperoleh dari membagi hematokrit ( mL/L darah ) dibagi dengan
jumlah SDM ( juta/ml darah ). Satuan yang digunakan adalah fL dan nilainya berkisar antara
80 – 94 fL,rata-rata 87 fL konsentrasi Hb/SDM diperoleh dengan membagi konsentrasi
hemoglobin / SDM. Hasilnya dinyatakan dengan satuan pg ( pikogram, 1pg = 10-12g ), pada
orang dewasa sehat nilai ini berkisar antara 27 – 32 pg dengan rata-rata sebesar 29,5 pg.
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan %
dari volume darah itu.Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena / kapiler.
Prinsip
Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30 menit dengan
kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit
dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung tingginya kolom mencerminkan nilai
hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge supaya eritrosit mengendap.
51
*Alat dan Bahan Pemeriksaan : Tabung wintrobe, Tabung mikrokapiler, Sentifuge,
Darah
*Cara kerja
1. Mikrometode menurut Wintrobe
- Isilah tabung wintrobe dengan darah oxalat, heparin atau EDTA sampai garis tanda
100 diatas.
- Masukkan tabung itu kedalam sentrifuge yang cukup besar, pusingkan selama 30
menit pada kecepatan 300 rpm.
- Bacalah hasil penetapan itu dengan memperhatikan :
- Warna plasma diatas : warna kuning, itu dapat dibandingkan dengan larutan
kaliumbichkromat dan intensitasnya disebut dengan satuan.
Satuan – satuan sesuai dengan warna kaliumbichkromat 1 : 10.000
- Tebalnya lapisan putih diatas sel – sel merah yang tersusun dari lekosit dan
trombosit.
2. Mikrometode
- Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit
dengan darah (3/4 tabung).
- Tutuplah ujung satu dengan nyala api atau dengan bahan penutup khusus.
- Masukkan tabung kapiler itu kedalam centrifuge khusus yang mencapai kecepatan
besar, yaitu 11.000-15.000 rpm (centrifuge mikrohematokrit).
- Pusingkan selama 5 menit.
- Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus.
- Nilai Normal :
Laki – laki : 40 – 48 vol %
Wanita : 37 – 43 vol %
*Penyakit :
Jika hematokrit meningkat disebut : hemokonsentrasi
Contohnya : DBD
Jika hematokrit menurun disebut : hemodilusi
52
1. Bila memaki darah kapiler tetesan darah pertama harus dibuang karena mengandung
cairan intrastitial.
2. Bahan pemeriksaan yang ditunda lebih dari 6 – 8 jam akan meningkatkan hematokrit.
3. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan.
4. Darah yang diperiksa tidak boleh mengandung bekuan.
5. Didaerah beriklim tropis, tabung kapiler yang mengandung heparin cepat rusak
karena itu harus disimpan dilemari es.
6. Kecepatan dan lama pemusingan harus sesuai
7. Konsentrasi antikoagulan yang digunakan tidak sesuai
8. Pembacaan yang salah. fenikol ( Kee JL,1997 )
9. Obat – obatan yang dapat menurunkan hasil hematokrit, seperti : penicilin, kloram.
53
hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER). Persamaan-persamaan berikut menjelaskan
hubungan antara data-data tersebut : VER = Ht – jumlah eritrosit (dalam
mikrometerkubik, atau fentoliter, FI). HER = Hb + jumlah eritrosit (dalam pikogram,
pg), KHER = Hb – Ht (dalam gram / 100 ml RBC, g / dl eritrosit atau %).
Hematokrit diukur dari volume sel rata-rata dan hitung sel darah merah.Nilai normal
hematokrit (Ht) sangat bervariasi menurut masing-masing laboratorium dan metode
pemeriksaan (Gandasoebrata R, 2006, Weterburi L, 2001).
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.
Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu
54
manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit,
yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
Prosedur
a)Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan :
1.haemocytometer :
bilik hitung pipet leukosit pipet eritrosit (untuk menghitung eritrosit)
Bilik Hitung adalah bilik hitung Neubauer Improve atau Burker karena mempunyai
daerah perhitungan yang luas. burker : luas seluruh bilik : 3x 3 mm2. di dalam bilik
terdapat : kotak besar : 1 x 1 mm2 kotak sedang : 1/5 x 1/5 mm2 kotak kecil : 1/20 x
1/20 mm2
Neubauer Improve : luas seluruh bilik 3 x 3 mm2. tinggi/dalam 0,1 mm. di dalam
bilik terdapat : kotak besar : 1 x 1 mm2 kotak sedang ada 2 macam : di tengah : 1/5 x
1/5 mm2
di empat sudut : 1/4 x 1/4 mm2 kotak kecil : 1/20 x 1/20 mm2
- pipet leukosit didalamnya terdapat bola berwarna merah, mempunyai garis 0,5 - 1 –
101
2. Mikroskop
3.Cell Counter
4. Deck glass
b)Mempersiapkan reagen yang diperlukan larutan Hayem berisi :
Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest
100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat
menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi
55
c) Membuat pengenceran darah dengan larutan Hayem :
Bilik hitung dicari dengan menggunakan mikroskop, cari kotak sedang di tempat
ujung bilik hitung
Hisap darah dengan pipet leukosit sampai angka 1 (pengenceran = 10x) atau sampai
angka 5 (pengenceran = 20x)
Hapus darah yang melekat pada ujung pipet
Kemudian dengan pipet yang sama hisap larutan truk sampai angka 101
Campur (kocok) secara horizontal
Buang tetesan pertama
Tuangkan dalam bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup dan diletakkan
di mikroskop
Lakukan perhitungan sel eritrosit dengan perbesaran obyektif 10 atau 40
Disini akan sedikit kita bahas beberapa gambaran abnormal dari sel darah merah atau
eritrosit yang bisa kita temukan pada saat pemeriksaan hapusan darah.
Hipochrome
Gambaran sel darah merah yang hipokrom dapat ditemukan pada anemia kurang besi
(defisiensi fe), sickle cells anemia, thalassemia, atau anemia karena penyakit kronis. Selain
dari hapusan, dapat juga kita lihat dari hasil pemeriksaan darah MCH < 26 pg dan MCHC < <
32%
56
Makrositik
Gambaran makrositik berarti volume eritrosit lebih besar dari normal. Dapat ditemukan
pada penyakit anemia megaloblastik karena kurang vit.B12 atau asam folat, anemia setelah
perdarahan akut, atau anemia karena penyakit hati kronik. Dari data pemeriksaan darah
ditemukan MCV > 94 fl
Nilai Rujukan
Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
57
Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin
eritrosit rata-rata (KHER)
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)
Normal 33-36 g/dL
Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna
memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum
terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat
besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit
biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100
Nilai normal rujukan 11-15%
58
ditentukan oleh jumlah diferensial (persentase dari berbagai jenis leukosit). Jumlah leukosit
dan diferensial, dengan sendirinya, adalah nilai yang kecil sebagai alat bantu untuk diagnosis
kecuali hasil terkait dengan kondisi klinis pasien, hanya kemudian adalah interpretasi yang
benar dan berguna mungkin.
Jumlah sel Darah putih
Dewasa : 4500-10,500 / mm3 atau 4,5-10,5 × 109 / L (SI unit)
Anak 6-12 tahun : 4500-13,500 / mm3 atau 4,5-13,5 × 109 / L (SI unit)
Anak 2-6 tahun : 5000-15,500 / mm3 atau 5,0-15,5 × 109 / L (SI unit)
Anak <2 minggu : 5000-21,000 / mm3 atau 5,0-21,0 × 109 / L (SI unit)
Bayi : 9000-30,000 / mm3 atau 5,0-21,0 × 109 / L (SI unit)
Diferensial Persentase Hitungan Absolute
Basofil 0,5-1% 15-100 sel/mm3
Eosinofil 1-4% <450 sel/mm3
Limfosit 20-40% 1.000-4.000 sel/mm3
Monosit 2-8% <850 sel/mm3
segmentasi 40-60% 3.000-7.000 sel/mm3
Batang 0-3% <350 sel/mm3
Prosedur
1.Mendapatkan vena antikoagulasi EDTA sampel darah dari 5 mL atau sampel jari.
Tempatkan spesimen dalam kantong Biohazard.
2.Catat saat spesimen diperoleh (misalnya, 7:00 am).
3.Darah diolah secara manual atau secara otomatis, menggunakan alat penghitungan
elektronik seperti counter Coulter atau Abbott your-Dyne.
Implikasi klinik
1.Leukositosis: WBC> 11.000 / mm3 atau> 11,0 Ã-103/mm3 (atau> 11 Ã-109 / L)
a.Hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan hanya satu jenis leukosit, dan diberi nama
jenis sel yang menunjukkan peningkatan utama:
1.Neutrophilic leukositosis atau Neutrofilia
2.Lymphocytic leukositosis atau limfositosis
3.Monocytic leukositosis atau monocytosis
4.Basofilik leukositosis atau basophilia
5.Eosinofilik leukositosis atau eosinofilia
59
b.Peningkatan leukosit yang beredar jarang disebabkan oleh peningkatan proporsional
dalam leukosit dari semua jenis. Ketika hal ini terjadi, biasanya akibat dari
hemokonsentrasi.
c.Dalam penyakit tertentu (misalnya, campak, pertusis, sepsis), peningkatan leukosit
begitu besar gambar darah menunjukkan leukemia. Leukositosis yang bersifat sementara
(reaksi leukemoid) harus dibedakan dari leukemia. Pada leukemia, leukositosis bersifat
permanen dan progresif.
d.Leukositosis terjadi pada infeksi akut, di mana tingkat kenaikan leukosit tergantung pada
tingkat keparahan resistensi infeksi, pasien, usia pasien, dan efisiensi sumsum dan
cadangan.
Penyebab lain leukositosis meliputi:
1.Leukemia, gangguan myeloproliferative
2.Trauma atau cedera jaringan (misalnya, pembedahan)
3.Ganas neoplasma, khususnya karsinoma bronkogenik
4.Racun, uremia, koma, eklampsia, tiroid badai
5.Obat-obatan, khususnya eter, kloroform, kina, epinefrin (adrenalin), colony-stimulating
faktor
6.Akut hemolisis
7.Perdarahan (akut)
8.Setelah splenektomi
9.Vera polycythemia
10.Jaringan nekrosis
f.Kadang-kadang, leukositosis ditemukan ketika tidak ada bukti penyakit klinis. Temuan
tersebut menunjukkan adanya:
1.Sinar matahari radiasi, ultraviolet
2.Leukositosis fisiologis akibat kegembiraan, stres, latihan, nyeri, dingin atau panas,
anestesi
3.Mual, muntah, kejang
g.Terapi steroid memodifikasi respon leukosit.
1.Ketika corticotropin (hormon adrenokortikotropik, atau ACTH) diberikan kepada orang
yang sehat, leukositosis terjadi.
2.Ketika ACTH diberikan kepada pasien dengan infeksi berat, infeksi dapat menyebar
dengan cepat tanpa menghasilkan leukositosis diharapkan, karena itu, apa yang biasanya
akan menjadi tanda penting dikaburkan.
60
2. Leukopenia: WBC <4000/mm3 atau <4,0 Ã-103/mm3 atau <4,0 sel Ã-109 / L terjadi
selama dan setelah:
a.infeksi virus, beberapa infeksi bakteri, infeksi bakteri yang luar biasa
b.hipersplenisme
c.Depresi sumsum tulang yang disebabkan oleh keracunan logam berat, radiasi pengion,
obat:
1.antimetabolites
2.barbiturat
3.bensol
4.antibiotik
5.antihistamin
6.Anticonvulsives
7.antitiroid obat
8.Arsenicals
9.Kemoterapi kanker (menyebabkan penurunan leukosit, jumlah leukosit digunakan
sebagai link ke penyakit)
10.kardiovaskular obat
11.diuretik
12.Analgesik dan obat antiinflamasi
d.Gangguan sumsum tulang primer:
1.Leukemia (aleukemic)
2.anemia pernisiosa
3.anemia aplastik
4.myelodysplastic sindrom
5.gangguan bawaan
6. Sindrom Kostmann
7.Tulang rawan-rambut hipoplasia
8.sindrom Shwachman-Diamond
9.sindrom Cha © diak-Higashi
e.Immune terkait neutropenia
f.Marrow-pendudukan penyakit (infeksi jamur, tumor metastasis)
g.anemia pernisiosa
Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Abnormal
•Stres, kegembiraan, olahraga, dan tenaga kerja dapat meningkatkan neutrofil.
61
•Kondisi stres dapat menurunkan jumlah eosinofil.
•Obat-obatan yang meningkatkan jumlah basofil: terapi antitiroid.
•Obat yang mengurangi jumlah basofil: agen antineoplastik, glukokortikoid.
•Obat-obatan yang meningkatkan jumlah eosinofil: digitalis, heparin, penisilin,
propranolol,hidroklorida,streptomisin,tryptophan.
•Obat-obat yang menurunkan jumlah eosinofil: kortikosteroid.
•Obat-obat yang menurunkan jumlah limfosit: agen antineoplastik, kortikosteroid.
•Obat yang mengurangi jumlah monosit: glukokortikoid, imunosupresif
agen.
•Obat-obatan yang meningkatkan jumlah neutrofil: endotoksin, epinefrin, heparin,
histamin,steroid.
•Obat-obat yang menurunkan jumlah neutrofil: analgesik, antibiotik, antineoplastik , obat
antitiroid, fenotiazin, sulfonamid.
62
5. Mikroskop
6. Tinja anak kecil
7. Eosin 2%
Cara kerja :
1. Gelas obyek yang bersih di teteskan 1-2 tetes NaCl fisiologi atau eosin 2%
2. Dengan lidi, di ambil sedikit tinja dan taruh pada larutan tersebut
3. Dengan lidi tadi, kita ratakan /larutkan, kemudian di tutup dengan gelas
beda/cover glass.
63
2. Di diamkan selama 5-10 menit, kemudian dengan lidi di ambil larutan permukaan
dan di taruh di atas gelas obyek, kemudian di tutup dengan cover glass. Di periksa
di bawah mikroskop.
3. Di tuangkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh, yaitu rata dengan permukaan
tabung, didiamkan selama 5-10 menit dan di tutup/di letakkan gelas obyek dan
segera angkat. Selanjutnya di letakkan di atas gelas preparat dengan cairan berada
di antara gelas preparat dan gelas penutup, kemudian di periksadi bawah
mikroskop.
64
4. Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut teknik Kato.
Metode ini digunakan untuk menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah
telur cacing yang terdapat pada feses. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong
“cellahane tape”. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih
banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana
dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa. Pada metode ini
diadakan penambahan melachite green untuk memberi latar belakang hijau.
Anak-anak mengeluarkan tinja kurang lebih 100 gram/hari, dewasa mengeluarkan tinja
kurang lebih 150 gram/hari. Jadi, misalnya dalam 1 gram feces mengandung 100 telur maka
150 gram tinja mengandung 150.000 telur.
Alat
1. Selophane
2. Gelas preparat
3. Karton berlubang
4. Soket bambu
5. Kawat saring
6. Kertas minyak
Bahan
1. Bahan yang di gunakan adalah larutan untuk memulas selophane terdiri dari 100
bagian aquades (6%), 100 bagian gliserin, 1 bagian melachite green 3% dan tinja
30mg.
Cara kerja
1. Sebelum pemakaian, pita selophane di masukkan ke dalam larutan melachite
green selam kurang lebih 24 jam.
2. Di atas kertas minyak, di taruh tinja sebesar butir kacang, selanjutnya di atas tinja
tersebut di tumpangi dengan kawat saringan dan ditekan-tekan sehingga di
dapatkan tinja yang kasar tertinggal di bawah kawat dan tinja yang halus keluar di
atas penyaring.
3. Dengan lidi, tinja yang sudah halus tersebut di ambil di atas kawat penyaring
kurang lebih 30mg, dengan menggunakan cetakan karton yang berlubang di taruh
gelas preparat yang bersih.
4. Selanjutnya ditutup dengan pita selophane dengan meratakan tinja di seluruh
permukaan pita sampai sama tebal, dengan bantuan gelas preparat yang lain.
65
5. Di biarkan dengan temperatur kamar selama 30-60 menit supaya menjadi
transparan.
6. Seluruh permukaan di periksa dengan menghitung jumlah semua telur yang
ditemukan dengan perbesaran lemah.
66
Hitung jenis lekosit dimulai dari zona VI yang biasanya terdapat jenis lekosit yang
berukuran besar menuju ke zona IV yang terdapat konsentrasi seri limfosit tua (ukuran lebih
kecil). Hitung jenis lekosit dilakukan sampai jumlah lekosit terpenuhi 100 sel dengan catatan
tidak ada indikasi abnormal. Akan tetapi seringkali penghitungan sudah mencapai 100 sel
sebelum sampai ke zona IV. Untuk mencapai zona IV maka penghitungan diteruskan
sehingga jumlah sel melebihi angka 100 selanjutnya diprosentase.
Interpretasi
Jenis Nilai Melebihi nilai Kurang dari nilai
normal normal normal
67
Lahir 61% newborn, kolesistitis
akut, apendisitis,
Umur 1
pancreatitis akut,
tahun 2%
pengaruh obat
Segmen
50-65%
(2500-
6500/µL)
Batang 0-
5% (0-
500/µL)
Limfosit 20-40% infeksi kronis dan kanker, leukemia, gagal
virus ginjal, SLE, pemberian
1700-
steroid yang berlebihan
3500/µL
BBL 34%
1 th 60%
6 th 42%
12 th 38%
Monosit 2-8% Infeksi virus, Leukemia limfositik,
parasit, anemia anemia aplastik
200-
hemolitik, SLE< RA
600/µL
Anak 4-
9%
68
c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)
3. Anemia sideroblastik
Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi yang ada di
sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan
menumpuk pada mitokondria perinukleus.
4. Thalasemia
Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena sintesis hb yang
abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang normal.
Epidemiologi
Anemia defisiensi besi di Indonesia hampir sama prevalensinya antara laki-laki, wanita dan
wanita hamil.Sedangkan di negara barat, anemia defisiensi besi paling banyak terjadi pada
69
wanita hamil.
Thalasemia. Frekuensi gen thalasemia di Indonesia berkisar 3-10% . Kelainan ini kebanyakan
di daerah tropis dan subtropis. Namun sekarang sudah menyebar secara herediter ke seluruh
dunia.
Fungsi dan cara kerja Hb adalah berikatan dengan O2 membentuk oksihemoglobin untuk
dikirim ke jaringan.
Reduce hemoglobin (hemoglobin yang melepaskan ikatannya dengan O2) merupakan bentuk
ikatan hemoglobin yang normal. Ikatan hemoglobin yang abnormal misalnya
sulfhemoglobin, methemoglobin, carboksihemoglobin.
Kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan
dengan pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.
70
Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin serum
dan elektroforesis Hb.
Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia.
2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini,
sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi
berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.
3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan
pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi
mengandung 200-250 mg besi.
4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL.
Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu
dilakukan terapi kelasi besi
71
G. KESIMPULAN
Mrs. Mona mengalami anemia defisiensi besi akibat menstruasi yang abnormal dan
infeksi cacing tambang (Hookworm).
72
H. KERANGKA KONSEP
Perimenopause
Infeksi Hookworm
Sedang
Respon Ovarium
terhadap FSH & LH
Hookworms Absorpsi Fe, Menekan
menurun
Egg (+) Protein, Nutrisi N.gastrointestinal
Menurun vagal
Estogen
Menurun
Nausea
Cheilitis,
Menstruasi Berlebihan Koilonychyia,
(Menometrorrhagia) Papil Atrofi
Deplesi Fe Weakness
Gangguan
Eritropoeisis
Oksigenisasi
Menurun
Pucat
Kompensasi
Jantung
HR meningkat
(palpitasi)
73
DAFTAR PUSTAKA
McGlynn, Thomas J dan John W. Burnside. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta: EGC.
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Jakarta : EGC.
Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.
Harrison., 2007. Principle of Interna Medicine. Mc-Graw Hill.
Hoffbrand, A.V., Petit, J. E., Moss, P. A. H., 2005. Kapita Selekta Hematology. EGC:Jakarta.
Sudoyo, A., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 4 Jilid II. Pustaka IPD FKUI.
Sudoyo, A., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 5. Pustaka IPD FKUI: Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit E/6, Vol 2. Jakarta: EGC.
Fauci, Anthony S, et al. 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine Seventeenth Edition.
Untied States: McGraw-Hill Companies, Inc.
Sutanto, Inge, et al. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Wilson,Denise D.2008.Manual of Laboratory&Diagnostic Test.hal 612-615
Fischbach,Frances.----.A manual Laboratory And Diagnostic Test edition 7 th.p 48-50
Mir,Afzal.2003.Atlas of Clinical Diagnosis edition 2 th.67.p 202-204
Buku ajar Fisilogi kedokteran Guyton&Hall edisi 11
http://ije.oxfordjournals.org/content/27/3/530.full.pdf
http://www.patient.co.uk/health/Faecal-Occult-Blood-Test.htm
74