Anda di halaman 1dari 14

ASESMEN FORMATIF FORMAL DAN INFORMAL

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Asesmen Formatif
Yang Dibimbing oleh Bapak Muhammad Reyza Arief Taqwa

Disusun oleh :
Kelompok 4
Nunung Intan Sari (160321605042)
Silvia Yolandasari (160321605097)
Umul Amalia Ramdani (160321605014)
Yoga Adi Purwanto (160321605003)
Yuliana Sayyidatil Habibah (160321605044)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
SEPTEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala syukur kami panjatakan kepada Tuhan yang Maha


Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Assesmen Formatif tentang
“Assesment Formal dan Informal”.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada


makalah ini, karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Walau demikian, penulis
sudah berusaha maksimal untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan terimaksih kepada seluruh pihak terutama kepada


Bapak Muhammad Reyza Arief Taqwa selaku pembimbing mata kuliah
Assesmen Formatif yang telah membantu dan memberikan masukan sehingga
tugas kami dapat terselesaikan.

Malang, 09 September 2018

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................2

PEMBAHASAN

2.1 Asesmen Formal ..................................................................................3

2.2 Asesmen Informal ................................................................................5

PENUTUP .......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

ii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan yang baik didasarkan pada proses yang baik pula. Proses
pembelajaran dikatakan baik bergantung pada kemampuan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Apabila penyampaian dilakukan dengan
cara yang baik, tidak menutup kemungkinan produk yang dihasilkan memiliki
kualitas yang baik. Hal ini tengah diupayakan di Indonesia. Baru-baru ini,
pendidikan di Indonesia telah memperbarui pandangan mereka terhadap
pembelajaran. Pembaharuan sendiri didasarkan pada sifat inovatif, menarik,
dan menuntun pada pemahaman konseptual yang utuh. Salah satunya dengan
memberikan inovasi dalam penyampaian materi di kelas, baik oleh guru
maupun peserta didik. Inovasi atau pembaruan dikatakan sukses apabila telah
melalui serangkaian asesmen. Asesmen dilakukan oleh guru kepada peserta
didik sebagai acuan keberhasilan penyampaian materi. Melalui penilaian, guru
mendapatkan informasi mengenai peserta didik dalam hal kefahaman mereka
terhadap materi yang disampaikan.
Dalam pembelajaran, ada berbagai macam asesmen yang dilakukan.
Dalam kesehariannya, guru sering melakukan macam-macam asesmen ini
pada siswa. Namun, mungkin guru tidak menyadari adanya asesmen ini.
Karena selama ini ketika mendengar kata asesmen, yang berada dalam benak
guru mungkin hanya tes saja. Padahal, kenyataannya asesmen tidak harus
selalu tes atau ujian. Asesmen memiliki banyak macam, ada asesmen formatif
dan sumatif. Dalam asesmen formatif ada asesmen formal, informal dan masih
banyak lainnya. Begitu juga pada asesmen sumatif, macam asesmen sumatif
banyak. Seorang guru harus memahami esensi asesmen ini terutama asesmen
formatif, agar memiliki tolak ukur ideal dalam keberhasilan penyampaian
materi. Namun pada kenyataannya, masaih banyak guru yang belum
memahami esensi asesmen ini. Dalam hal penyampaian materi, seorang guru
seharusnya memahami dengan baik apa itu asesmen, karena kesuksesan
penyampaian materi bergantung pada hasil asesmen.

1
Asesmen yang sebaiknya digunakan guru sebagai tolak ukur pemahaman
siswa adalah asesmen formatif. Asesmen formatif dibagi menjadi beberapa
macam diantaranya asesmen formal dan informal. Kedua macam asesmen ini
penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar guru dapat memberi
penyampaian dengan baik. Oleh karenanya seorang guru harus memahami
dengan baik mengenai kedua asesmen ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, diperoleh beberapa rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana penjelasan mengenai asesmen formal?
2. Bagaimana penjelasan mengenai asesmen non formal?
3. Bagaimana contoh penerapan asesmen informal didalam kelas?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Memahami secara jelas mengenai asesmen formal.
2. Memahami dengan jelas mengenai asesmen informal.
3. Mengetahui contoh penerapan asesmen informal di dalam kelas.

2
2. PEMBAHASAN
2.1 Asesmen Formal
Asesmen formal merupakan salah satu jenis dari asesmen formatif. Dalam
makalah ini akan diterangkan secara lebih jelas mengenai jenis asesmen
formal. Penjelasannya berupa pengertian, ciri, serta langkah atau strategi
dalam pelaksanaan asesmen formal.
2.1.1 Pengertian Asesmen Formal

Asesmen formatif formal dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk


mengumpulkan informasi yang dirancang secara sistematis yang bertujuan
untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan serta keterampilan yang
dimiliki oleh peserta didik. Asesmen ini biasanya dilakukan dengan meminta
peserta didik untuk mengerjakan suatu tes, kuis, atau mengembangkan suatu
tulisan atau karya yang lainnya.
Menurut Kusairi (2013:17), asesmen formal merupakan asesmen dengan
serangkaian tes, kuis, ataupun karya tulis seperti essay dan jurnal.
Berdasarkan pengertian ini, asesmen formal berarti penilaian dengan cara
memberikan tes ataupun tugas yang mengacu pada kurikulum. Tes dalam
asesmen formal bisa berupa tes UAS, UTS, ataupun ulanngan harian dimana
sudah diatur dalam kurikulum.
Setelah mengetahui beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
asesmen formal dilakukan berdasarkan acuan kurikulum. Asesmen ini
dilakukan secara terstrukutr dan jelas waktunya. Dengan asesmen ini dapat
diketahui pemahaman siswa mengenai materi secara utuh setelah
penyampaian materi oleh guru.
2.1.2 Karakteristik Asesmen Formal

Asesmen formal memiliki beberapa karakter atau ciri khusus. Dalam


asesmen ini, guru lebih dianjurkan untuk memberikan tes kepada peserta
didik terkait dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya dan sesegera
mungkin memberikan umpan balik kepada mereka. Dengan begitu, peserta
didik akan dapat segera mengetahui kemajuan dan perkembangan belajarnya.
Tes yang digunakan dapat berupa soal pilihan ganda. Namun perlu
diketahui bahwa, terkadang soal pilihan ganda memiliki kekurangan,

3
misalnya peserta didik dapat menjawab dengan benar padahal dia hanya
menebak. Maka dari itu, guru harus bisa meminimalisir kekurangan tersebut
misalnya dengan meminta peserta didik untuk memberikan alasan mengapa
mereka menjawab opsi mereka masing – masing.
Dalam asesmen ini, peserta didik merasakan secara langsung bahwa
mereka sedang dinilai. Kelebihan dari asesmen ini adalah lebih adil bagi
peserta didik, mempunyai kriteria skoring yang jelas, dan dapat memotivasi
peserta didik jika mereka berhasil. Sedangkan untuk kekurangannya, peserta
didik akan merasa stres apabila dia mengalami kegagalan, disamping itu
waktu untuk persiapan dan menganalisis hasil – hasilnya yang lumayan
panjang juga menjadi kekurangan dari asesmen ini.
2.1.3 Strategi Dalam Asesmen Formal
Setiap asesmen pasti memiliki strategi sendiri-sendiri dalam
pelaksanaannya. Asesmen formal, dalam pelaksanaannya ada 3 strategi.
Strategi-strategi ini digunakan untuk memperoleh hasil dalam asesmen.
Menurut salah satu artikel, disebutkan bahwa strategi asesmen formal ada
tiga. Strategi tersebut adalah Test, Grades, Standardized Test.
a. Test (Tes). Tes digunakan untuk mengevaluasi kelayakan program
pembelajaran dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran.
b. Grades (merangking). Grades bertujuan untuk mengevaluasi
perkembangan peserta didik.
c. Standardized Test (Tes Standar). Tes ini merupakan uji penilaian
perkembangan (standar normatif) dngan reliabilitas yang tinggi dan
validitas prediktif. Biasa digunakan untuk menentukan penggolongan
dan penempatan peserta didik.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Formal
Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Segala sesuatu pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karenanya antar satu hal
dengan hal lainnya saling berhubungan dan membutuhkan untuk
melengkapi kekurangan tersebut. Sesuai dengan uraian ini, asesmen formal
juga memiliki kelebihan serta kekurangan.

4
Ada banyak kelebihan yang dimiliki asesmen formal. Menurut Kusairi
(2013:17) kelebihan asesmen formal adalah sebagai berikut.
a. Lebih Fair bagi peserta didik. Dalam asesmen formal, semua peserta
didik memperoleh penilaian dengan kadar yang sama serta waktu yang
sama.
b. Memiliki skoring yang jelas. Hasil penilaian dari asesmen formal telah
disusun dengan jelas serta ditentukan kriterianya. Semua hasil asesmen
formal akan dijadikan acuan hasil belajar peserta didik.
c. Memotivasi peserta didik. Apabila peserta didik berhasil dalam
asesmen formal, mereka akan lebih giat dalam belajar agar
memperoleh skor yang baik pada asesmen selanjutnya.

Sedangkan kekurangan asesmen formal adalah sebagai berikut.

a. Menyebabkan stres. Apabila peserta didik gagal dalam asesmen ini,


kebanyakan mereka akan tertekan. Peserta didik akan merasa bahwa
nereka gagal dan tidak mampu memahami pembelajaran dengan baik.
Karena skor dari asesmen ini bersinggungan dengan kurikulum serta
indikator.
b. Memerlukan waktu yang panjang dalam persiapannya. Penerapan
asesmen ini membutuhkan waktu yang panjang karena harus disusun
dengan hati-hati dan cermat.
c. Hasil yang diperoleh membutuhkan waktu lama. Hasil dari asesmen ini
tidak bisa keluar dengan cepat. Hal ini karena dalam menganalisis
membtuhan serangkaian proses yang rumit.

2.2 Asesmen Informal


Asesmen informal merupakan salah satu jenis dari asesmen formatif.
Asesmen infromal sedikit berbeda dengan asesmen formal. Penyampaian
asesmen informal sedikit lebih ramah daripada asesmen formal. Agar lebih
jelasnya berikut merupakan pengertian serta strategi dalam asesmen informal.

5
2.2.1 Pengertian asesmen informal

Asesmen formatif informal dapat diartikan sebagai kegiatan – kegiatan


dalam pembelajaran yang sudah dipilih oleh guru yang digunakan untuk
menggali informasi dari siswa. Menurut Primo dan Furtak (2004), asesmen
informal merupakan asesmen yang dilakukan guru dengan spontan saat
pembelajaran dilakukan dengan tujuan mengetes kefahaman peserta didik.
Pengertian lain datang dari Navarret dkk () merupakan asesmen yang
dilakukan guru untuk mengindikasikan teknik atau model pembelajaran seperti
apa yang mudah dipahami oleh peserta didik serta bisa dilakukan pada saat
penyampaian materi sedang berlangsung. Asesmen informal bisa dilakukan
kapan saja tanpa ada batasan waktu tertentu.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas adalah
asesmen informal tidak terikat seperti asesmen formal. Asesmen informal tidak
membutuhkan batasan waktu dalam pelaksanaannya. Penyampaian asesmen ini
juga tidak terlalu kaku seperti asesmen formal.
2.2.2 Karakteristik Asesmen Informal
Karakteristik asesmen informal seperti yang telah disinggung dalam
pengertiannya adalah tidak bersinggungan dengan waktu. Selain itu,
asesmen ini tidak bertujuan untuk mengelompokkan peserta didik ataupun
mengklasifikasikan ranking mereka. Namun, bukan berarti asesmen
informal terlalu santai atau kurang dalam ketelitian. Asesmen tetap memiliki
ketelitian dalam pelaksanaannya serta bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman peserta didik.
Asesmen informal memiliki dua metode dalam pelaksanaannya.
Metode tersebut adalah asesmen informal terstruktur dan tidak terstruktur.
Metode tidak terstruktur meliputi PR, jurnal, menulis contoh, debat atau
diskusi terbuka dan lain-lain. Sedang kan metode kedua adalah metode
terstruktur. Dalam metode ini, asesmen disusun dan dirancang dengan
format teratur dan rapi. Contoh penggunaan metode ini adalah kuisioner,
wawancara terstruktur, dan skala penilaian.
Tujuan pelaksanaan asesmen informal tetap sama dengan asesmen
formal. Keduanya sama-sama menganalisis tingkat kefahaman peserta didik.

6
Karakteristik asesmen informal ini sebagai acuan bagi guru kedepannya
dalam melakukan asesmen informal.
2.2.3 Strategi dalam asesmen formatif Informal
Semua asesmen memiliki strategi dalam pelaksanaannya agar tujuan
dari asesmen tercapai. Asesmen formatif informal memiliki beberapa
strategi, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Observasi. Observasi merupakan metode informal yang paling sering
dilakukan oleh guru dalam mencari tahu kemajuan perkembangan
peserta didik.
b. Checklist Perkembangan. Checklist adalah salah satu bentuk catatan
mengenai perkembangan peserta didik yang berisi hasil observasi dan
tindakan. Checklist ini memunginkan guru untuk mencatat hasil
observasi yang dilakukan secara berulang dan tidak perlu ditulis naratif.
c. Skala Rating. Skala rating merupakan data mentah yang diperoleh oleh
guru, data ini berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kuantitif.
d. Rubrik. Rubrik adalah salah satu instrumen kualitatif yang dapat
digunakan untuk menilai kemajuan peserta didik atau pekerjaan
mereka.
e. Rekaman Anektodal. Rekaman anektodal merupakan narasi pendek
yang menggambarkan konteks dan perilaku peserta didik selama proses
pembelajaran. Biasanya digunakan sebagai dokumen perilaku oleh guru
sebagai referensi di waktu kemudian atau yang lainnya.
f. Performansi. Permormansi merupakan catatan hasil yang dihasilkan
dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu
tertentu. Penilaian performansi disini yang dimaksud adalah suatu cara
guru untuk mengukur kontribusi – kontribusi dari masing – masing
individu peserta didik kepada kelompoknya.
g. Asesmen Portofolio. Asesmen portofolio adalah kumpulan hasil
pekerjaan peserta didik yang menyediakan bukti – bukti kompetensi
yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Portofolio biasanya
menunjukkan inisiatif, kemampuan, dan ketrampilan peserta didik.

7
2.2.4 Aplikasi asesmen Informal dalam Pembelajaran
Black dan William, mengemukakan beberapa contoh asesmen formatif
informal yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, antara lain
adalah sebagai berikut.
a. Guru dapat meminta pendapat peserta didik terkait pertanyaan yang
diajukan oleh guru yang mana pendapat tersebut disampaikan di depan
kelas.
b. Guru dapat menghadirkan beberapa opsi jawaban dan meminta peserta didik
untuk memilih salah satu dan memberikan alasannya.
c. Guru dapat meminta peserta didik untuk menuliskan gagasan mereka
sebelum dan sesudah proses pembelajaran.
d. Guru dapat meminta peserta didik untuk menuliskan ringkasan dari hal – hal
yang telah dipelajari.
e. Guru dapat meminta peserta didik untuk memecahkan suatu masalah pada
akhir proses pembelajaran.
f. Guru dapat melakukan wawancara dengan peserta didik terkait cara berpikir
mereka dalam menyelesaikan suatu masalah.
g. Guru dapat meminta siswa untuk mengerjakan tugas tertulis.
Selain beberapa contoh diatas, terdapat beberapa implementasi asesmen
formatif informal lainnya dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah :
a. Paper Lima Menit.
Paper Lima Menit biasanya dapat dilakukan menjelang proses
pembelajaran berakhir. Disini guru meminta peserta didik untuk
menuliskan apa saja yang telah mereka pelajari dan mereka dapatkan pada
proses pembelajaran hari itu. Dengan demikian, guru dapat segera
mengetahui apakah peserta didiknya sudah memahami materi pelajaran
yang diajarkan atau belum.
b. Hal yang Belum Jelas.
Sama seperti Paper Lima Menit, Hal yang Belum Jelas biasanya juga
dilakukan sebelum proses pembelajaran berakhir. Disini guru meminta
peserta didik untuk menuliskan hal – hal apa saja yang sudah mereka
pahami, dan hal – hal apa saja yang masih belum jelas menurut mereka.

8
Dengan demikian, guru dapat segera mengetahui hal – hal atau konsep –
konsep apa saja yang masih belum dipahami oleh peserta didiknya, yang
kemudian akan ditindaklanjuti pada pertemuan berikutnya.
c. Wawancara
Kegiatan wawancara secara informal dapat dilakukan oleh guru kepada
beberapa peserta didiknya untuk mengetahui kondisi peserta didik tersebut
terkait dengan proses pembelajaran.
d. Asesmen Mandiri
Asesmen mandiri adalah salah satu contoh asesmen alternatif yang dapat
memberikan informasi terkait dengan proses belajar peserta didik. Salah
satu cara yang dapat dilakukan dalam asesmen ini adalah meminta peserta
didik untuk menilai diri sendiri tentang penguasannya terhadap suatu
materi pembelajaran.

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Formatif Informal


Dalam keterlaksanaannya asesmen formatif informal tidak lepas dari
kekurangan dan kelebihan. Beberapa kekurangan dan kelebihan tersebuta akan
dijelaskan sebagai berikut.
Kelebihan asesmen formatif informal menurut Kusairi (2013:18) adalah
sebagai berikut.
a. Peserta didik tidak akan mengalami stres. Hal ini karena asesmen ini dapat
dilakukan dalam proses pembelajaran dengan santai.
b. Mudah untuk dipersiapkan. Mempersiapkan serangkaian asesmen informal
tidak serumit asesmen formal. Apalagi pelaksanaannya tidak harus pada
waktu tertentu.
c. Menghasilkan data – data yang lebih valid. Data yang diperoleh langsung
dari peserta didik menindikasikan bahwa data benar-benar valid.
Untuk kelemahannya, tidak terlalu banyak. Dalam asesmen formatif
informal, benar-benar dibutuhkan komunikasi yang terarah antara guru dan
peserta didik. Oleh karenanya, apabila komunikasi antar guru dan peserta
didik kurang baik, hasil dari asesmen ini sulit untuk didapat bahkan
pelaksanaannya saja sudah sulit. Selain itu, karena perencanaannya cepat tan

9
pa memerlukan validitas yang rumit seperti asesmen formatif formal, maka
kevalidan asesmen ini sering diragukan.

3. PENUTUP
Pada dasarnya, asesmen formatif dibagi menjadi beberapa macam,
diantaranya asesmen formal dan informal. Dalam praktiknya, asesmen
informal tidak terikat seperti asesmen formal, tidak membutuhkan batasan
waktu, serta penyampaian asesmen informal tidak terlalu kaku seperti
asesmen formal.
Asesmen formatif formal merupakan upaya guru untuk mengumpulkan
informasi yang dirancang secara sistematis yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan merekam pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki
oleh peserta didik. Dalam hal ini, guru lebih dianjurkan untuk memberikan
tes kepada peserta didik terkait dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnya dan sesegera mungkin memberikan umpan balik kepada mereka.
Dengan begitu, peserta didik akan dapat segera mengetahui kemajuan dan
perkembangan belajarnya.
Asesmen informal dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan dalam
pembelajaran yang sudah dipilih oleh guru yang digunakan untuk menggali
informasi dari siswa. Asesmen informal tidak bersinggungan dengan waktu.
Selain itu, asesmen ini tidak bertujuan untuk mengelompokkan peserta didik
ataupun mengklasifikasikan ranking mereka. Namun, bukan berarti asesmen
informal terlalu santai atau kurang dalam ketelitian. Asesmen informal tetap
memiliki ketelitian dalam pelaksanaannya serta bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman peserta didik.

10
DAFTAR RUJUKAN

Kusairi, Sentot. 2013. Asesmen Pembelajaran Sains. Malang : Fisika FMIPA.

Hillyard,S.2013. Informal Assessment in Kindergarten. Argentinian Journal of


Applied Linguistic, 1(1),46.

Halimah, Iftahul. 2015. Asesmen Formal dan Informal, (Online),


(http://www.hobiheboh.com/2015/11/asesmen-formal-dan-
informal.html?m=1), diakses pada 10 September 2018.

Navarte,C.,Wilde, J.,Nelson,C.,Martine, R., & Hargett, G. 1990. Informal


Assessment in Educational Evaluation: Implication for Bilingual Education
Programs. NV.

Novikasari, Meli. 2013. Asesmen Formal dan Informal, (Online),


(http://www.melyloelhabox.blogspot.com/2013/05/asesmen-formal-dan-
asesmen-informal.html?m=1), diakses pada 10 September 2018.

Primo, M.A.R & Furtak, E.M. 2004. Informal Formative Assessment of Student’s
Understanding of Scientific Inquiry. Education Journal,NV.

11

Anda mungkin juga menyukai