Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan bioetanol

Dalam pratikum kali ini kami mengangkat sebuah judul yaitu mengenai “ Pembuatan
Bioetanol”. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme.Bioetanol ini dibuat melalui
proses anaerob dengan bantuan mikroba yaitu Saccharomyses Cerevisiae dengan teknik
fermentasi. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memproduksi bioetanol dengan
memanfaatkan mikroorganisme.

Pada pembuatan biodiesel ini dibuat dari campuran larutan gula,pupuk NPK dan pupuk
ZA, dan juga fermipan. Bahan tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut,

 Larutan gula digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi. Dimana air gula
akan ditambah yeast untuk memecah gula.
 Pupuk NPK dan Pupuk ZA. Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair
atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium.
Sedangkan, pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang mengandung amonium sulfat
yang dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman.
Fungsi dari pupuk NPK dan ZA sebagai nutrisi bagi mikroba karena pupuk tersebut
mengandung banyak nitrogen.
 Fermipan adalah ragi instant berbentuk bubuk yang mengandung yeast
saccharomyses cerevisiae. Fungsi fermipan untuk dapat memecah gula menjadi
alkohol dan CO2 karena terdapat bakteri saccharomyses cerevisiae.

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan bioetanol adalah menentukan kadar
gula yang akan digunakan. Gula ini berfungsi sebagai nutrien untuk mikroba agar proses
fermentasi terjadi maksimal. Kadar gula optimum dalam pembuatan bioetanol adalah 10%-
18%. Menyiapkan gula sebanyak 75,05 gram dan dilarutkan pada air sebanyak 500 ml. Gula
dilarutkan pada air yang sudah dipanaskan supaya gula dapat cepat larut. Setelah dilarutkan
dikeluarkan dalam penangas dan di dinginkan beberapa menit untuk di uji kadar gula
menggunakan refraktometer. Prinsip kerja dari refraktometer adalah untuk mengidentifikasi
kemurnian suatu zat. Suhu pengaturan dilakukan pada suhu 35◦C dan suhu tersebut harus
benar-benar diatur dan dipertahankan karena dapat mempengaruhi indeks bias. Cara kerja
dari refraktometer yaitu buka plat tempat sampel dan teteskan sampai memenuhi seluruh
bagian prisma. Tunggu sebentar 30 detik untuk mengondisikan suhu kemudian arahkan
pada sumber cahaya serta amati dari lensa. Pilih skala pada bagian depan alat supaya angka
pada refraktometer dapat dibaca. Amati angka yang terdapat dalam refraktometer.
Pembacaan pada skala dimana garis batas antara gelap dan terang nampak jelas atau
fokuskan garis gelap terang dengan memutar knop pada alat sehingga didapatkan kadar gula
pada pembuatan bioetanol.

Langkah selanjutnya adalah penambahan pupuk NPK dan pupuk ZA. Ke dua pupuk
tersebut dilarutkan dalam larutan gula supaya yeast Saccharomyses Cerevisiae dapat
berkembang dengan baik. Mikroba yang ditambah yaitu fermipan (ragi). Fermipan
digunakan karena dapat menghasilkan kadar bioetanol yang lebih tinggi daripada
penggunaan ragi tape. Selanjutnya, fermipan dilarutkan pada larutan gula. Ditunggu kurang
lebih selama 4 jam hal ini supaya mikroba dapat hidup dan memudahkan dalam proses
fermentasi. Sebelum masuk ke proses fermentasi, pH larutan sampel dinetralkan pada pH
keasaman atau pH medium yaitu 4,5. pH tersebut merupakan salah satu faktor penting yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan pembentukan produk dalam proses
fermentasi karena setiap mikroorganisme mempunyai kisaran pH optimal. Kisaran
pertumbuhan mikroba Saccharomyses Cerevisiae yaitu pH 3,5-4,5.

Larutan gula yang telah ditambahkan beberapa zat tersebut ditutup dan diberikan selang
pada tutupnya yang terhubung dengan aquades. Hal ini dilakukan supaya udara tidak masuk
kedalam tabung yang sudah berisi Saccharomyses Cerevisiae dan CO2 yang terdapat dalam
tabung dapat keluar supaya mikroba dapat bertahan hidup. Proses fermentasi dimaksudkan
untuk mengubah glukosa menjadi etanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Alkohol
yang diperoleh dari proses fermentasi ini, biasanya alkohol dengan kadar 8-10% volume.
Pada proses fermentasi dengan bahan baku molasses fermentasi berlangsung secara spontan,
karena fermentable sugar sudah tersedia dalam media. Pembuatan etanol dari molasses
tersebut juga mempunyai keuntungan lain, yaitu memerlukan bak fermentasi yang lebih
kecil. Etanol yang dihasilkan proses fermentasi tersebut perlu ditingkatkan kualitasnya
dengan membersihkannya dari zat-zat yang tidak diperlukan. Alkohol yang dihasilkan dari
proses fermentasi biasanya masih mengandung gas-gas yaitu CO2 (yang ditimbulkan dari
pengubahan glucose menjadi etanol/bioetanol) dan aldehid yang perlu dibersihkan. Gas
CO2 pada hasil fermentasi tersebut biasanya mencapai 35% volume, sehingga untuk
memperoleh etanol/bioetanol yang berkualitas baik, etanol/bioetanol tersebut harus
dibersihkan dari gas tersebut. Kadar etanol/bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi,
biasanya hanya mencapai 8-10% saja, sehingga untuk memperoleh etanol yang berkadar
alkohol 95% diperlukan proses lainnya, yaitu proses destilasi. Dalam proses fermentasi
digunakan Saccharomyces Cerevisiae merupakan jenis yeast anaerob. Prinsip dasar dari
fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu dengan tujuan mengubah sifat
bahan supaya mengahasilkan sesuatu yang bermanfaat. Proses fermentasi dilakukan
umumnya dilakukan selama 4 hari. Proses selanjutnya larutan tersebut dimasukkan ke
dalam freezer selama 3 hari untuk menghentikan proses fermentasi. Selanjutnya, dilakukan
uji kadar gula dengan menggunakan refraktometer. Menurut literatur kadar gula sebelum
fermentasi dan sesudah fermentasi harus berbeda. Kadar gula setelah fermentasi harus
kurang dari kadar gula sebelum fermentasi. Hal ini menandakan bahwa mikroba yang
terdapat proses fermentasi dapat bertahan hidup dengan memakan nutrisi yang terdapat
dalam larutan gula.

Proses selanjutnya dilakukan distilasi. Tujuan dilakukan proses distilasi adalah untuk
memurnikan hasil fermentasi agar menjadi bioetanol. Bioetanol yang dihasilkan kemudian
dianalisis menggunakan GC (Gas Cromatography). Prinsip dari GC adalah untuk
memisahkan larutan sesuai dengan viskositasnya.

Hasil yang didapatkan dari kelompok 1-4 sebagai berikut.

Kadar Kadar SNI


Kadar gula SNI
Nama Gula Gula Kadar Gula Suhu
Sebelum Suhu
kelompok Setelah Yang Sebelum Distilasi
Fermentasi Distilasi
Fermentasi Hilang Fermentasi
1 13% 7,5% 5,5% 11%-14% 94◦C 78-90◦C
2 14% % % 11%-14% 79◦C 78-90◦C
3 13% 8% 5% 11%-14% 98◦C 78-90◦C
4 14% 9% 5% 11%-14% 92◦C 78-90◦C
5 13,3% 10,5% 2,8% 11%-14% 96◦C 78-90◦C

Hasil distilasi

Nama Kelompok Volume Distilasi


1 100 ml
2 -
3 77 ml
4 95 ml
5 185 ml

Dari data diatas yang didapatkan kadar gula sebelum fermentasi dalam percobaan pada
setiap kelompok sesuai dengan kadar gula dalam SNI yaitu 11%-14%. Setelah dilakukan
proses fermentasi dan diuji kadar gula hasil yang didapatkan pada setiap kelompok
berkurang dari kadar gula sebelum proses fermentasi yaitu 9%, 8%, , 7,5%, dan 10,5 %.
Hal tersebut sesuai dengan literatur dimana kadar gula sebelum fermentasi dan sesudah
fermentasi harus berbeda. Hal ini menandakan bahwa mikroba yang terdapat proses
fermentasi dapat bertahan hidup dengan memakan nutrisi yang terdapat dalam larutan gula.
Semakin kecil kadar gula yang didapatkan setelah fermentasi menandakan bahwa semakin
banyak bakteri Saccharomyces Cerevisiae yang hidup. Bakteri yang banyak hidup terdapat
pada kelompok satu sedangkan bakteri yang hidup hanya sedikit terdapat pada kelompok
lima. Hal ini dikarenakan saat proses fermentasi terdapat kesalahan dalam tahapan
pemasukan bahan.

Pada saat proses distilasi suhu yang didapatkan setiap kelompok berbeda-beda yaitu
92◦C, 98◦C, 79◦C, 94◦C,dan 96◦C. Dari data tersebut yang sesuai dengan SNI adalah hanya
kelompok dua saja. Hal ini dikarenakan pada saat proses distilasi yang menggunakan
refluks hanya kelompok dua. Penggunaan refluks sangat berpengaruh terhadap hasil
distilasi dari kemurnian bioetanol karena uap udara harus melalui refluks terlebih dahulu
sebelum di kondensasi pada kondensor. Sedangkan, kelompok yang tidak menggunakan
refluks makan uap udara yang dihasilkan langsung menuju kondensor untuk dikondensasi
sehingga kemurnian dari bioetanol sangat sedikit.

Bioetanol yang dihasilkan harus di analisis menggunakan GC. Hasil yang dipatkan
setiap kelompok sebagai berikut :

 Pada kelompok pertama hasil gc yang didapatkan terdapat 4 peak. Namun hasil yang
dianalisa hanya 2 peak yang tertinggi. Peak teringgi pertama mucul pada menit 7,42
dengan peak sebesar 139871,42 Uv dan luas area yang didapat sebesar 14,56%.
Kemungkinan pada peak pertama kandungan yang didapatkan adalah propanol. Untuk
peak yang kedua muncul pada menit 7,91 dengan peak sebesar 848547,35 uV dan luas
area yang didapatkan sebesar 84,80 %. Pada peak kedua ini kandungan yang
didapatkan berupa etanol. Kemungkinan pada peak yang lainnya dari hasil gc
kelompok pertama masih ada kandungan rantai karbon lain selain etanol.
 Pada kelompok ke dua hasil gc yang didapatkan terdapat 2 peak. Peak pertama mucul
pada menit 7,62 dengan peak sebesar 231953,95 Uv dan luas area yang didapat sebesar
39,32%. Kemungkinan pada peak pertama kandungan yang didapatkan adalah
propanol. Untuk peak yang kedua muncul pada menit 8,12 dengan peak sebesar
366110,93 uV dan luas area yang didapatkan sebesar 60,68%. Pada peak kedua ini
kandungan yang didapatkan berupa etanol.
 Pada kelompok ke tiga hasil gc yang didapatkan terdapat 2 peak. Peak pertama mucul
pada menit 6,92 dengan peak sebesar 18045,31 Uv dan luas area yang didapat sebesar
13,86%. Kemungkinan pada peak pertama kandungan yang didapatkan adalah
propanol. Untuk peak yang kedua muncul pada menit 7,37 dengan peak sebesar
117220,25 uV dan luas area yang didapatkan sebesar 86,14%. Pada peak kedua ini
kandungan yang didapatkan berupa etanol.
 Pada kelompok keempat hasil gc yang didapatkan terdapat 4 peak. Namun hasil yang
dianalisa hanya 2 peak yang tertinggi. Peak tertinggi pertama mucul pada menit 6,53
dengan peak sebesar 60013,81 Uv dan luas area yang didapat sebesar 32,20 %.
Kemungkinan pada peak tertinggi pertama kandungan yang didapatkan adalah
propanol. Untuk peak tertinggi yang kedua muncul pada menit 6,85 dengan peak
sebesar 126451,80 uV dan luas area yang didapatkan sebesar 67,22 %. Pada peak kedua
ini kandungan yang didapatkan berupa etanol. Kemungkinan pada peak yang lainnya
dari hasil gc kelompok ke empat masih ada kandungan rantai karbon lain selain etanol.

Dari hasil yang didapatkan pada setiap kelompok dapat disimpulkan bahwa hasil
bioetanol yang paling baik adalah pada kelompok ke dua.

Anda mungkin juga menyukai