net/publication/323725811
CITATIONS READS
0 4,221
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
JARGON PERETAS YANG DIBENTUK MELALUI PROSES PERLUASAN MAKNA View project
All content following this page was uploaded by Erlan Aditya Ardiansyah on 13 March 2018.
Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Jatinangor km 21 Jatinangor 45363
Pos-el: nikolauskebubun@gmail.com
erlanaditya@yahoo.com
ABSTRACT
Provinsi Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari 29
kabupaten kota. Hampir setiap kabupaten di Papua memiliki beberapa suku besar,
misalnya suku Ayam Maru, Moi yang mendiami wilayah Kabupaten Sorong, suku Arfak
di Manokwari, dimana tersebar di provinsi Papua Barat. Selain itu, provinsi Papua
didominasi oleh suku Dani, Paniai, Komoro, Amume yang mendiami wilayah
Pegunungan, sedangkan suku Serui, Biak, Sentani berada di wilayah bagian Utara
Papua. Sebelah Selatan Papua pun terdapat suku Asmat, Muyu, Mandobo, Mappi, dan
suku Marind sebagai suku yang lebih dominan.
Kabupaten Merauke adalah salah satu kabupaten terluas di Provinsi Papua.
Suku asli Merauke adalah suku Marind. Suku Marind tersebar di 20 distrik di kabupaten
Merauke. Bahasa asli suku Marind adalah bahasa Marind itu sendiri. Dalam
mengembangkan dan melestarikan bahasa, Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke
berupaya menggunakan istilah Marind dalam sistem penamaan. Pengunaan bahasa
Marind juga digunakan dalam berbagai bidang baik pendidikan, ekonomi, politik,
olahraga, militer dan sebagainya. Dalam penelitian ini dibahas tentang istilah dalam
bahasa Marind yang digunakan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke dalam
mengembangkan dan melestarikan bahasa Marind.
Bahasa merupakan alat komunikasi antar seluruh umat manusia yang berada di dunia ini.
Hampir seluruh negara mempunyai bahasa sebagai identitatas atau jadi diri bangsa atau negara
tersebut. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku,budaya yang beraneka
ragam. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempersatukan seluruh warga masyarakat di
Indonesia dari Merauke sampai Sabang dan dari Miangas sampai Pulau Rote.
Di samping bahasa Indonesia sebagi bahasa persatuan dan kesatuan hampir seluruh
daerah di Indonesia mempunyai bermacam–macam bahasa daerah sebagai lambang atau identitas
suatu kelompok masyarakat atau daerah itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (116
: 2011) bahasa daerah adalah bahasa yang lazim dipakai disuatu daerah; bahasa suku bangsa
seperti Batak, Jawa, Sunda dll.
Menurut Alwi (5: 2011) bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa
perhubungan bahasa intradaerah atau intramasyarakat di samping bahasa Indonesia dan dipakai
sebagai sarana pendukung sastra serta budaya atau masyarakat etnik di wilayah Republik
Indonesia. Bahasa-bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan kekuatan suatu bahasa antara lain; (1) faktor
kekuasaan bahasa berkaitan dengan masalah demografi, penyebaran, mobilitas, ekonomi,
ideologi, dan kebudayaan; (2) faktor daya tarik bahasa berkaitan dengan status, teritorial, dan
interlingual; dan (3) faktor ciri perilaku (behaviorial traits) dan akulturasi konsep (concept
acculturation) merupakan kriteria untuk mengetahui seberapa jauh daya tekan yang dimilki suatu
bangsa.
Selain itu, Mackey dalam Alwi (2011: 225) menjelaskan bahwa bahasa daerah
merupakan; (1) lambang kebanggaan daerah; (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat
penghubung atau komunikasi di dalam keluarga atau masyarakat daerah. Indonesia adalah negara
yang mengenal banyak bahasa daerah, pada tahun 2010 jumlah bahasa yang ada di Indonesia
726 bahasa daerah seperti yang tercantum dalam data berikut:
No. Nama Daerah Jumlah Ragam Bahasa
1 Pulau Sumatera 35
2 Pulau Jawa dan Bali 13
3 Pulau Nusa Tenggara dan Maluku Barat Daya 74
4 Maluku Tengah 54
5 Maluku Utara 25
6 Maluku Selatan 46
7 Pulau Kalimantan 74
8 Pulau Sulawesi 114
9 Papua Barat Laut 62
10 Papua Timur 272
Jumlah 769
Kata Kebijakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu upaya oleh
penguasa untuk menjalankan sebuah kuasa yang di buat oleh pengusa atau pemerintah. Papua
adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki 272 lebih suku, budaya dan bahasa
(Kondjara Ningrat: 1992-115 ). Hampir setiap kabupaten di Papua terdapat suku–suku besar,
misalnya seperti suku Ayam Maru, Moi yang mendiami wilayah Kabupaten Sorong, Suku Arfak
di Manokwari kedua suku besar ini berada di Propinsi Papua Barat. Sedangkan di propinsi Papua
terdapat suku Dani, Paniai, Komoro, Amume yang mendiami wilayah pegunungan. Suku Serui,
Biak, Sentani hidup berdampingan di wilayah bagian Utara Papua. Selain itu, wilayah Selatan
Papua didominasi oleh suku Asmat, Muyu, Mandobo, Mappi, dan Marind.
Merauke merupakan salah satu dari 29 kabupaten yang ada di Propinsi Papua.
Kabupaten Merauke terletak di ujung timur Indonesia. Merauke juga merupakan salah satu
kabupaten terluas di Indonesia, terletak pada 137 “30-141”BT dan 5”00-9”00LS dengan batas
batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Boven Digoel
b. Sebelah Timur dengan Negara Papua New Guinea
c. Sebelah Selatan dengan Laut Arafura
d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Mappi.
Penduduk asli Merauke adalah suku Marind. Suku Marind terbagi atas sembilan suku
yang tersebar di 20 distrik di Kabupaten Merauke yaitu:
Walaupun masyarakat memiliki dialek yang berbeda, namun dalam berkomunikasi selain
mengunakan bahasa Marind, mereka juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam meningkatkan dan melastarikan bahasa Marind Pemerintah Daerah Kabupaten
Merauke berupaya untuk mengembangkan dan melestarikan bahasa Marind. Pengembangan dan
pelestarian tersebut diwujudkan dengan dikeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) No 4 tahun
2012 Bab X pasal 37 ayat 2 tentang kurikulum lokal. Selain itu dengan berlakunya Otonomi
Khusus (OTSUS) bagi propinsi Papua dan dibentuknya Majelis Rakyat Papua (MRP) yang
fungsinya melindungi hak-hak dasar, adat istiadat dan budaya orang Papua, maka lembaga ini
mengeluarkan Peraturan Daerah Otonomi (PERDASI) dan Peraturan Daerah Khusus
(PERDASUS). Dalam Peraturan daerah khusus selain perlindungan adat istiadat dan budaya,
peraturan ini juga untuk pelestarian dan pengembangan bahasa-bahasa daerah disetiap kabupaten
kota di tanah Papua.
Pelestarian dan pengembangan bahasa daerah ini dapat kita lihat hampir setiap kabupaten
kota di Propinsi Papua Menggunakan moto atau semboyan daerahnya mengunakan bahasa
daerahnya masing masing. Kabupaten Jayapura memiliki motto “Kinambay Umbay”(Bersatu
Membangun), Kabupaten Mimika “Eme neme Yaware” (Kita Bersatu Bersaudara Membangun),
Kabupaten Mappi “Usubi Yohu Kuda Takobayaman” (Damai Bersehati dan Saling Melayani),
Kabupaten Asmat “Ja Asaman Apcamar”(Berjalan Bersama dalam Keseimbangan). Selain itu,
Kabupaten Merauke menggunakan bahasa Marind “Izak kod bekai Izak kod kai” yang artinya
Satu Hati Satu Tujuan.
Selain motto dan semboyan, dari 20 distrik di Kabupaten Merauke ada beberapa distrik
pemekaran yang menggunakan bahasa Marind misalnya distrik Malind (Marind), Naukenjerai
(nama tempat orang marind), dan Anim Ha (manusia Sejati). Selain nama distrik juga ada nama
Komando Rayon Militer 174 (KOREM) TNI AD di beri nama dalam bahasa Marind Aninti
Waninggap yang artinya (baik dengan sesama) dan Batalyon 755 diberi nama Yalet (tegas atau
jahat). Salah satu Universitas Negeri di Merauke di beri nama Musamus (rumah semut) selain
data yang di uraikan masi ada conto lain yang menggunakan bahasa Marind misalnya tempat-
tempat pertemuan,olaraga atau nama jalan. Gedung Olah Raga Head Sai (tempat bermain),
Taman Hiburan Rakyat Hasanab Sai (tempat pertunjukan), Gedung Noken Sai (saya punya
tempat), Gedung Mean Sai (gedung tempat rapat), Bomi Sai (rumah semut), Kanol Sai (tempat
yang keramat). Di samping itu, nama jalan pun menggunakan bahasa Marind misalnya Jl.
Ndorem Kai (jalan-jalan), Jln. Kamisaul (nama tempat untuk marga), Jln. Mumu.(Siput) Jln.
Ongatmit (pohon kelapa), dll.
Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke juga memiliki 4 (empat) buah Pesawat 3
Pesawat Boing 737 seri 300 yang di beri nama dalam bahasa Marind misalnya Kli (burung nuri),
Aoba (bangau biru), dan Bugodi (elang putih) dan 1 pesawat Twin Otter yang diberi nama
Musamus (rumah semut) selain pesawat Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke juga memiliki
3 kapal yang juga di beri nama dalam bahasa Marind yaitu Muli Anim (Manusia dari wilayah
barat), Maroka Ehe (nama asli kota merauke), dan nama asli kota merauke Yelmasu (nama asli
Merauke sebelum zaman penjajahan).
Dari data dan contoh yang telah di uraikan dapat kita lihat bahwa bagimana peran dan
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke yang sangat peduli untuk mengembangkan
dan melestarikan bahasa Marind agar tidak punah dan di kenali oleh masyarakat.
1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat dilihat bahwa ada upaya serta
kebijakan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke dalam meningkatkan dan melestarikan
bahasa Marind.
Masalah umum dalam penelitian ini dapat di rincikan sebagi berikut:
1. Jenis istilah apa saja dalam bahasa marind yang digunakan pemerintah Kabupaten Merauke
dalam mengembangkan bahasa?
2. Apakah makna yang terdapat dalam bahasa Marind yang digunakan pemerintah Kabupaten
Merauke dalam mengembangkan bahasa?
3. Seperti apa pola-pola kalimat pada bahasa marind?
2. Perencanaan Bahasa
2.1 Penelitian sebelumnya
Sehubungan dengan itu sejumlah penelitian mencoba menelaah tentang perencanaan
bahasa (language planning) dari sudut pandang tertentu. Haugen (1959) misalnya mengkaji
perencanaan bahasa atau language planning adalah suatu usaha untuk membimbing
perkembangan bahasa ke arah yang diinginkan oleh para perencana. Usaha-usaha tersebut
misalnya menyiapkan ortografi, penyusunan tata bahasa dan kamus yang normatif sebagai
panduan untuk penulis dan pembicara dalam suatu komunitas bahasa yang tidak homogen.
Di lain pihak, Cooper (1989:29) dalam Moeliono (1981:5) menegaskan perencanaan
bahasa sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah kebahasaan. Neustupny (1970)
dalam Moeliono (1981:6) mengungkapkan masalah bahasa timbul akibat adanya ketakpadanan
atau ketakadakekuatan dalam bahasa. Ketakpadanan yang pertama menyangkut ragam bahasa
tertentu di dalam masyarakat, sedangkan ketakpadanan kedua bertalian dengan penggunaan
bahasa orang perorang. Berdasarkan uraian sebelumnya, masalah kebahasaan dapat diatasi
dengan melakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Rancangan garis haluan (policy approach) menangani masalah seperti pemilihan bahasa
kebangsaan, pembakuan bahasa, keberaksaan (literacy), tata ejaan, pelapisan bahasa
beragam, dan
Neustupny (1968) dalam Moeliono (1981: 6-7) tiga hal dalam perencanan
(1) Tata hubungan antara kode bahasa dan ujaran;
(2) Tata hubungan antara kode bahasa dan pola perilaku kemasyarakatan
(3) Hubungan antara komunikasi verbal dan yang bukan verbal.
Berbeda dengan itu Rubin dan Jernudd (1975), perencanaan bahasa juga harus dilakukan
dari berbagai sudut pandang yakni sosiolinguistik, sosiologi, sosial psikologi, ilmu politik, dan
ekonomi karena perencanaan bahasa tidak dapat dilakukan terpisah dari perencanaan sosial.
Dari beberapa penelitian tersebut Ibrahim (1995: 266) menyatakan bahwa bila kelompok
elite (Pemerintah) dan seluruh populasi masyarakat dalam beberapa hal sepakat akan adanya
tradisi besar dengan sebuah bahasa. Persetujuan yang banyak berimplikasi pada kesatuan
sosiokultural dan politik yang akhirnya membuat bahasa diambil dari tradisi besar sebagai
bahasa nasional.
Selain itu juga Ibrahim (1995: 266) sebagai kebijakan yang timbul dari pengakuan
adanya beberapa tradisi besar yang saling berkompetisi, masing-masing dengan tradisi sosial,
agamanya sendiri atau dengan dasar geografis linguistiknya. Muliono (1981) Perencanaan
bahasa biasanya meliputi beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Analisis kebutuhan, yang melibatkan analisis sosial politik dari pola komunikasi
dalam masyarakat, dan
2. Tahap perencanaan bahasa yang melibatkan pemilihan bahasa atau ragam bahasa untuk
tujuan perencanaan.
Dari uraian di atas sesunguhnya untuk mempertegas bahwa perencanaan bahasa muncul
sebagai kebijakan dan keputusan atau sebagai respon terhadap kebutuhan sosial politik yang
terjadi dalam kehiduapan masyarakat. Kebijakan perencanaan bahasa biasanya berusaha untuk
memenuhi kebutuhan dengan mengurangi keanekaragaman bahasa, seperti bahasa nasional di
negara multibahasa seperti bahasa Indonesia di Indonesia.
Menurut (Lambert & Tucker, 1972) Peraturan Pemerintah dalam perencanaan bahasa sangatlah
penting, dikatakan penting karena dapat dapat meningkatkan atau mengurangi keanekaragaman
bahasa. Dengan demikian, bentuk tanggapan yang mengurangi keanekaragaman bahasa meliputi:
(a) instruksi satu bahasa dalam bahasa target, dan (b) pendidikan bilingual transisi, seperti dalam
bahasa ibu mengasu anak secara bertahap dikurangi. Di lain pihak, tanggapan yang
mempromosikan keberagaman bahasa meliputi: program pemeliharaan bahasa yang menekankan
sama bahasa asli anak,bahasa target dan budaya.
Berdasarkan rumusan masalah dapat di kaji sebagi berikut sebagi berikut: dari data yang
tersaji dapat dilihat bahwa ada upaya pemerintah daerah Kabupaten Merauke dalam
mengembangkan bahasa Marind dengan di tetapkan Peraturan Daerah Peraturan Daerah
(PERDA) No 4 tahun 2012 Bab X pasal 37 ayat 2 tentang kurikulum lokal. Dalam PERDA ini
mengatur bagaimana bahasa Marind dijadikan kurikulum lokal yg di gunakan dari SD,SMP,dan
SMA. Ini merupakan bentuk upaya Pemerintah Daerah dalam mengembangkan dan melestarikan
bahasa Marind.
Noken Sai (saya punya tempat) Mean Sai (gedung tempat rapat)
M D M D
Pola kalimat dalam bahasa Maraind dapat kita lihat sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung
Alwi, Hasan. 2011. Butir-Butir Perencanaan Bahasa (Kumpulan Makalah). Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Alwi, et al. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka
Cipta.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa, Yogyakarta: Am Media.
Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa, Jakarata : Rajawali
Ohiwutun, Paul. 1997. Sosiolinguistik. Jakarta : Kesain Blanc.
Pateda, Mansoer. 2001. Sosiolinguistik. Gorontalo : Viladen
Parera. 1983. Pengantar Linguistik Umum. Ende : Nusa Indah.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Penelitian.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Malang : Erlangga.
Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.