Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323725811

ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA MARIND YANG DIGUNAKAN PEMERINTAH


DAERAH KABUPATEN MERAUKE (PAPUA) DALAM UPAYA PENGEMBANGAN

Conference Paper · February 2013

CITATIONS READS

0 4,221

2 authors, including:

Erlan Aditya Ardiansyah


UIN Sunan Gunung Djati Bandung
5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

JARGON PERETAS YANG DIBENTUK MELALUI PROSES PERLUASAN MAKNA View project

All content following this page was uploaded by Erlan Aditya Ardiansyah on 13 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA MARIND YANG DIGUNAKAN PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN MERAUKE (PAPUA) DALAM UPAYA PENGEMBANGAN
DAN PELESTARIAN BAHASA

Richardus Nikolaus, Erlan Aditya

Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Jatinangor km 21 Jatinangor 45363
Pos-el: nikolauskebubun@gmail.com
erlanaditya@yahoo.com

ABSTRACT

Provinsi Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari 29
kabupaten kota. Hampir setiap kabupaten di Papua memiliki beberapa suku besar,
misalnya suku Ayam Maru, Moi yang mendiami wilayah Kabupaten Sorong, suku Arfak
di Manokwari, dimana tersebar di provinsi Papua Barat. Selain itu, provinsi Papua
didominasi oleh suku Dani, Paniai, Komoro, Amume yang mendiami wilayah
Pegunungan, sedangkan suku Serui, Biak, Sentani berada di wilayah bagian Utara
Papua. Sebelah Selatan Papua pun terdapat suku Asmat, Muyu, Mandobo, Mappi, dan
suku Marind sebagai suku yang lebih dominan.
Kabupaten Merauke adalah salah satu kabupaten terluas di Provinsi Papua.
Suku asli Merauke adalah suku Marind. Suku Marind tersebar di 20 distrik di kabupaten
Merauke. Bahasa asli suku Marind adalah bahasa Marind itu sendiri. Dalam
mengembangkan dan melestarikan bahasa, Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke
berupaya menggunakan istilah Marind dalam sistem penamaan. Pengunaan bahasa
Marind juga digunakan dalam berbagai bidang baik pendidikan, ekonomi, politik,
olahraga, militer dan sebagainya. Dalam penelitian ini dibahas tentang istilah dalam
bahasa Marind yang digunakan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke dalam
mengembangkan dan melestarikan bahasa Marind.

Kata Kunci: Papua, Merauke, bahasa Marind, perencanaan bahasa


1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bahasa merupakan alat komunikasi antar seluruh umat manusia yang berada di dunia ini.
Hampir seluruh negara mempunyai bahasa sebagai identitatas atau jadi diri bangsa atau negara
tersebut. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku,budaya yang beraneka
ragam. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempersatukan seluruh warga masyarakat di
Indonesia dari Merauke sampai Sabang dan dari Miangas sampai Pulau Rote.
Di samping bahasa Indonesia sebagi bahasa persatuan dan kesatuan hampir seluruh
daerah di Indonesia mempunyai bermacam–macam bahasa daerah sebagai lambang atau identitas
suatu kelompok masyarakat atau daerah itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (116
: 2011) bahasa daerah adalah bahasa yang lazim dipakai disuatu daerah; bahasa suku bangsa
seperti Batak, Jawa, Sunda dll.
Menurut Alwi (5: 2011) bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa
perhubungan bahasa intradaerah atau intramasyarakat di samping bahasa Indonesia dan dipakai
sebagai sarana pendukung sastra serta budaya atau masyarakat etnik di wilayah Republik
Indonesia. Bahasa-bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan kekuatan suatu bahasa antara lain; (1) faktor
kekuasaan bahasa berkaitan dengan masalah demografi, penyebaran, mobilitas, ekonomi,
ideologi, dan kebudayaan; (2) faktor daya tarik bahasa berkaitan dengan status, teritorial, dan
interlingual; dan (3) faktor ciri perilaku (behaviorial traits) dan akulturasi konsep (concept
acculturation) merupakan kriteria untuk mengetahui seberapa jauh daya tekan yang dimilki suatu
bangsa.
Selain itu, Mackey dalam Alwi (2011: 225) menjelaskan bahwa bahasa daerah
merupakan; (1) lambang kebanggaan daerah; (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat
penghubung atau komunikasi di dalam keluarga atau masyarakat daerah. Indonesia adalah negara
yang mengenal banyak bahasa daerah, pada tahun 2010 jumlah bahasa yang ada di Indonesia
726 bahasa daerah seperti yang tercantum dalam data berikut:
No. Nama Daerah Jumlah Ragam Bahasa
1 Pulau Sumatera 35
2 Pulau Jawa dan Bali 13
3 Pulau Nusa Tenggara dan Maluku Barat Daya 74
4 Maluku Tengah 54
5 Maluku Utara 25
6 Maluku Selatan 46
7 Pulau Kalimantan 74
8 Pulau Sulawesi 114
9 Papua Barat Laut 62
10 Papua Timur 272
Jumlah 769

Hasil penelitian terbaru menunjukkan jumlah bahasa yang terdapat di Indonesia


meningkat menjadi 746 bahasa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Daerah-daerah yang
memiliki sistem aksara hanya sembilan yakni, Aceh, Batak, Lampung, Melayu, Jawa, Bali,
Bugis, Sunda, dan Sasak.

Kata Kebijakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu upaya oleh
penguasa untuk menjalankan sebuah kuasa yang di buat oleh pengusa atau pemerintah. Papua
adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki 272 lebih suku, budaya dan bahasa
(Kondjara Ningrat: 1992-115 ). Hampir setiap kabupaten di Papua terdapat suku–suku besar,
misalnya seperti suku Ayam Maru, Moi yang mendiami wilayah Kabupaten Sorong, Suku Arfak
di Manokwari kedua suku besar ini berada di Propinsi Papua Barat. Sedangkan di propinsi Papua
terdapat suku Dani, Paniai, Komoro, Amume yang mendiami wilayah pegunungan. Suku Serui,
Biak, Sentani hidup berdampingan di wilayah bagian Utara Papua. Selain itu, wilayah Selatan
Papua didominasi oleh suku Asmat, Muyu, Mandobo, Mappi, dan Marind.

Merauke merupakan salah satu dari 29 kabupaten yang ada di Propinsi Papua.
Kabupaten Merauke terletak di ujung timur Indonesia. Merauke juga merupakan salah satu
kabupaten terluas di Indonesia, terletak pada 137 “30-141”BT dan 5”00-9”00LS dengan batas
batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Boven Digoel
b. Sebelah Timur dengan Negara Papua New Guinea
c. Sebelah Selatan dengan Laut Arafura
d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Mappi.

Penduduk asli Merauke adalah suku Marind. Suku Marind terbagi atas sembilan suku
yang tersebar di 20 distrik di Kabupaten Merauke yaitu:

No. Nama Suku Wilayah


1 Yeinan atau Yelanim Distrik Bupul
2 Kanum Distrik Sota (Perbatasan Papua Nugini)
3 Nggawib Kota Merauke
4 Langhub Distrik Wendu
5 Malind Kampung Kumbe
6 Saghuwab Distrik Okaba
7 Mbian Distrik Muting
8 Maklew Okaba Deg
9 Kimaam Pulau Kimaam

Walaupun masyarakat memiliki dialek yang berbeda, namun dalam berkomunikasi selain
mengunakan bahasa Marind, mereka juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam meningkatkan dan melastarikan bahasa Marind Pemerintah Daerah Kabupaten
Merauke berupaya untuk mengembangkan dan melestarikan bahasa Marind. Pengembangan dan
pelestarian tersebut diwujudkan dengan dikeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) No 4 tahun
2012 Bab X pasal 37 ayat 2 tentang kurikulum lokal. Selain itu dengan berlakunya Otonomi
Khusus (OTSUS) bagi propinsi Papua dan dibentuknya Majelis Rakyat Papua (MRP) yang
fungsinya melindungi hak-hak dasar, adat istiadat dan budaya orang Papua, maka lembaga ini
mengeluarkan Peraturan Daerah Otonomi (PERDASI) dan Peraturan Daerah Khusus
(PERDASUS). Dalam Peraturan daerah khusus selain perlindungan adat istiadat dan budaya,
peraturan ini juga untuk pelestarian dan pengembangan bahasa-bahasa daerah disetiap kabupaten
kota di tanah Papua.
Pelestarian dan pengembangan bahasa daerah ini dapat kita lihat hampir setiap kabupaten
kota di Propinsi Papua Menggunakan moto atau semboyan daerahnya mengunakan bahasa
daerahnya masing masing. Kabupaten Jayapura memiliki motto “Kinambay Umbay”(Bersatu
Membangun), Kabupaten Mimika “Eme neme Yaware” (Kita Bersatu Bersaudara Membangun),
Kabupaten Mappi “Usubi Yohu Kuda Takobayaman” (Damai Bersehati dan Saling Melayani),
Kabupaten Asmat “Ja Asaman Apcamar”(Berjalan Bersama dalam Keseimbangan). Selain itu,
Kabupaten Merauke menggunakan bahasa Marind “Izak kod bekai Izak kod kai” yang artinya
Satu Hati Satu Tujuan.
Selain motto dan semboyan, dari 20 distrik di Kabupaten Merauke ada beberapa distrik
pemekaran yang menggunakan bahasa Marind misalnya distrik Malind (Marind), Naukenjerai
(nama tempat orang marind), dan Anim Ha (manusia Sejati). Selain nama distrik juga ada nama
Komando Rayon Militer 174 (KOREM) TNI AD di beri nama dalam bahasa Marind Aninti
Waninggap yang artinya (baik dengan sesama) dan Batalyon 755 diberi nama Yalet (tegas atau
jahat). Salah satu Universitas Negeri di Merauke di beri nama Musamus (rumah semut) selain
data yang di uraikan masi ada conto lain yang menggunakan bahasa Marind misalnya tempat-
tempat pertemuan,olaraga atau nama jalan. Gedung Olah Raga Head Sai (tempat bermain),
Taman Hiburan Rakyat Hasanab Sai (tempat pertunjukan), Gedung Noken Sai (saya punya
tempat), Gedung Mean Sai (gedung tempat rapat), Bomi Sai (rumah semut), Kanol Sai (tempat
yang keramat). Di samping itu, nama jalan pun menggunakan bahasa Marind misalnya Jl.
Ndorem Kai (jalan-jalan), Jln. Kamisaul (nama tempat untuk marga), Jln. Mumu.(Siput) Jln.
Ongatmit (pohon kelapa), dll.
Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke juga memiliki 4 (empat) buah Pesawat 3
Pesawat Boing 737 seri 300 yang di beri nama dalam bahasa Marind misalnya Kli (burung nuri),
Aoba (bangau biru), dan Bugodi (elang putih) dan 1 pesawat Twin Otter yang diberi nama
Musamus (rumah semut) selain pesawat Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke juga memiliki
3 kapal yang juga di beri nama dalam bahasa Marind yaitu Muli Anim (Manusia dari wilayah
barat), Maroka Ehe (nama asli kota merauke), dan nama asli kota merauke Yelmasu (nama asli
Merauke sebelum zaman penjajahan).
Dari data dan contoh yang telah di uraikan dapat kita lihat bahwa bagimana peran dan
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke yang sangat peduli untuk mengembangkan
dan melestarikan bahasa Marind agar tidak punah dan di kenali oleh masyarakat.
1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat dilihat bahwa ada upaya serta
kebijakan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke dalam meningkatkan dan melestarikan
bahasa Marind.
Masalah umum dalam penelitian ini dapat di rincikan sebagi berikut:
1. Jenis istilah apa saja dalam bahasa marind yang digunakan pemerintah Kabupaten Merauke
dalam mengembangkan bahasa?
2. Apakah makna yang terdapat dalam bahasa Marind yang digunakan pemerintah Kabupaten
Merauke dalam mengembangkan bahasa?
3. Seperti apa pola-pola kalimat pada bahasa marind?

1.3 Tujuan Penelitian


Sejalan dengan masalah penelitian,tujuan umum penelitian ini adalah memaparkan dan
menjelaskan bagimana Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke dalam
mengembangkan dan melestarikan bahasa Marind. Tujuan umum itu di rincikan menjadi tujuan
tujuan khusus sebagi berikut:
1. Mendiskripsikan dan menjelaskan istilah bahasa daerah yang digunakan pemerintah daerah
dalam mengembangkan bahasa Marind.
2. Mendiskripsikan dan menjelaskan makna yang terdapat bahasa Marind.
3. Mendeskripsikan pola kalimat dalam bahasa Marind.

1.4 Kegunaan Penelitian


Sejalan dengan paparan sebelumnya penelitian ini merupakan penelitian sosiolinguistik.
Hasil penelitian ini secara fungsional memaparkan pengembangan bahas Marind dalam bidang
semantik dan pola kalimat dalam bahasa Marind. Manfaat lain dari penelitian ini adalah
memperkenalkan dan mempopulerkan bahasa Marind kepada masyarakat di seluruh nusantara,
lebih khusus masyarakat yang bedomisili di Kabupaten Merauke. Selain itu, penelitian ini dapat
mengungkapkan makna dan pola-pola kalimat dalam bahasa Marind.
Pada sisi lain penelitian ini juga akan dapat menambah khasanah kepustakaan bahasa
daerah khusunya bahasa Marind yang sampai saat ini masi terbatas penelitiannya. Dengan
mengetahui bahasa Marind diharapkan masyarakat khususnya masyarakat pendatang yang
berdomisili di Kabupaten Merauke dapat berinteraksi lintas budaya dengan masyarakat pribumi
(suku Marind), sehingga lebih muda membina relasi dan kerjasama dalam membangun
kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Merauke.

1.5 Kerangka Pemikiran


Objek penelitian sosiolinguistik mengenai perencanaan bahasa mencakup upaya-upaya
yang dilakukan suatu pemerintah dalam memberdayakan bahasa. Pelestarian dan pengembangan
bahasa daerah ini telah dikembangkan di setiap kabupaten kota di Propinsi Papua, seperti
penggunaan motto atau semboyan. Dengan demikian, teori utama yang digunakan penulis dalam
menganalisis penelitian ini adalah teori yang diungkapkan Alwasilah (1985) dan Chaer (1997)
dalam uraian sosiolinguistik, Samsuri (1994) mengenai analisis bahasa, dan Alwi (2011) dalam
mendefinisikan ruang lingkup perencanaan bahasa.

1.6 Metodologi Penelitian


Setelah memaparkan uraian di atas, penelitian ini diorieantasikan untuk mengungkapkan
kebijakan pemerintah daerah kabupaten Merauke dalam mengembangkan dan melastarikan
bahasa Marind dalam kehidupan masyarakat khususnya masyarkat yang berdomisili di
kabupaten Merauke. Dalam kehidupan sehari hari masyarakat sadar atau tidak penggunaan
bahasa Marind sudah ada di dalam kehidupan sehari-hari yang di buat oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Merauke.
Sehubungan dengan itu penelitian ini dilakukan secara deskriptif–kualitatif. Konsekuensi
penggunaan rancangan ini adalah peneliti memaparkan konsep dan temuan data di lapangan dan
menjelaskan dengan kata-kata yang baik dan jelas. Uraian tentang kebijakan pemerintah daerah
Kabupaten Merauke dalam mengembangkan dan melestarikan bahasa Marind dari segi
linguistik, baik dari makna dan juga pola-pola kalimat yang terkandung di dalamnya.

1.7 Data yang Diperlukan


Data dalam penelitian ini terdiri atas dua macam yaitu data pokok dan data tambahan.
Data pokok penelitian ini adalah berbagi macam bahasa marind yang di pakai dalam segala
bidang kehidupan masyarakat di Merauke. Data tambahan yaitu data yang di peroleh berupa
tuturan secara kreatif dan inovatif institusi lingual yang di miliki oleh peneliti. Data jenis seperti
ini disebut data introspektif (Botha,1981) atau data rekletif (Wunderlich,1979). Data semacam
ini memungkinkan peneliti untuk adalah warga masyarakat yang berdomisili di kabupaten
Merauke yang hidup berdampingan dengan masyarakat penutur bahasa Marind.

1.8 Sumber Data dan Cara Menentukannya


Data dalam penelitian in bukan berasal dari ketiadaan, melainkan benar-benar ada sumber
asalmuasalnya. Tempat asalmusal itu yang disebut sumber data. Sumber data yang diambil oleh
peneliti dengan mendata semua lembaga lembaga atau peralatan milik pemerintah daerah
kabupaten Merauke maupun lembaga swasta yang menggunakan bahasa Marind. Sumber data
yang lain yaitu peneliti mengumpulkan cerita,artikel surat kabar dan lainnya yang menggunakan
bahasa Marind.

1.9 Teknik Pengumpulan Data


Objek dalam penelitian ini adalah kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Merauke dan
masyarakat yang berdomisili di Merauke dalam menggunakan bahasa Marind. Dalam
pengumpulan data penulis menggunakan metode simak yang dikemukakan oleh Sudaryanti
(1993) yang terdiri atas :
1. Teknik Sadap.
Penulis mengumpulkan data pertama dengan menyadap pembicaraan beberapa orang.
2. Teknik Lanjut 1.
Penulis mendapat data dengan cara menyimak dan terlibat langsung dalam pembicaraan.
3. Teknik Lanjut 2.
Penulis merekam pembicaraan yang sedang berlangsung.
4. Teknik Lanjut 3.
Penulis menyiapankan alat tulis menulis untuk mencatat.
Setelah seluruh data terkumpul penulis melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu menganalisis
data. Data yang telah dikumpulkan dengan cara mendiskripsikan bagian yang menjadi pokok
pembahasan. Dengan mengacu pada landasan teori yang telah diuraikan.
1.10 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Merauke yang didiami suku Marind.
Mengingat Kabupaten Merauke cukup luas, yaitu sekitar 20 distrik. Penelitian ini mengambil
lokasi di beberapa distrik antara lain: (1) Yeinan atau Yelanim sekitar wilayah Distrik Bupul, (2)
Kanum sekitar wilayah Distrik Sota (Perbatasan Papua New Guinea), (3) Nggawib sekitar Kota
Merauke, (4) Langhub sekitar Distrik Wendu, dan (5) Malind sekitar Kampung Kumbe. Dari
setiap distrik tersebut akan didata dan ditetapkan pemandu yang akan menemani peneliti
mengumpulkan data dari masyarakat.

2. Perencanaan Bahasa
2.1 Penelitian sebelumnya
Sehubungan dengan itu sejumlah penelitian mencoba menelaah tentang perencanaan
bahasa (language planning) dari sudut pandang tertentu. Haugen (1959) misalnya mengkaji
perencanaan bahasa atau language planning adalah suatu usaha untuk membimbing
perkembangan bahasa ke arah yang diinginkan oleh para perencana. Usaha-usaha tersebut
misalnya menyiapkan ortografi, penyusunan tata bahasa dan kamus yang normatif sebagai
panduan untuk penulis dan pembicara dalam suatu komunitas bahasa yang tidak homogen.
Di lain pihak, Cooper (1989:29) dalam Moeliono (1981:5) menegaskan perencanaan
bahasa sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah kebahasaan. Neustupny (1970)
dalam Moeliono (1981:6) mengungkapkan masalah bahasa timbul akibat adanya ketakpadanan
atau ketakadakekuatan dalam bahasa. Ketakpadanan yang pertama menyangkut ragam bahasa
tertentu di dalam masyarakat, sedangkan ketakpadanan kedua bertalian dengan penggunaan
bahasa orang perorang. Berdasarkan uraian sebelumnya, masalah kebahasaan dapat diatasi
dengan melakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Rancangan garis haluan (policy approach) menangani masalah seperti pemilihan bahasa
kebangsaan, pembakuan bahasa, keberaksaan (literacy), tata ejaan, pelapisan bahasa
beragam, dan

2. Rancangan pembinaan (cultivation approach) dicirikan oleh perhatian utama pada


masalah ketepatan keefisienan dalam pemakaian bahasa, langgam bahasa (style), kendala
(constraint) dalam berkomunikasi.

Neustupny (1968) dalam Moeliono (1981: 6-7) tiga hal dalam perencanan
(1) Tata hubungan antara kode bahasa dan ujaran;
(2) Tata hubungan antara kode bahasa dan pola perilaku kemasyarakatan
(3) Hubungan antara komunikasi verbal dan yang bukan verbal.

Berbeda dengan itu Rubin dan Jernudd (1975), perencanaan bahasa juga harus dilakukan
dari berbagai sudut pandang yakni sosiolinguistik, sosiologi, sosial psikologi, ilmu politik, dan
ekonomi karena perencanaan bahasa tidak dapat dilakukan terpisah dari perencanaan sosial.
Dari beberapa penelitian tersebut Ibrahim (1995: 266) menyatakan bahwa bila kelompok
elite (Pemerintah) dan seluruh populasi masyarakat dalam beberapa hal sepakat akan adanya
tradisi besar dengan sebuah bahasa. Persetujuan yang banyak berimplikasi pada kesatuan
sosiokultural dan politik yang akhirnya membuat bahasa diambil dari tradisi besar sebagai
bahasa nasional.
Selain itu juga Ibrahim (1995: 266) sebagai kebijakan yang timbul dari pengakuan
adanya beberapa tradisi besar yang saling berkompetisi, masing-masing dengan tradisi sosial,
agamanya sendiri atau dengan dasar geografis linguistiknya. Muliono (1981) Perencanaan
bahasa biasanya meliputi beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Analisis kebutuhan, yang melibatkan analisis sosial politik dari pola komunikasi
dalam masyarakat, dan
2. Tahap perencanaan bahasa yang melibatkan pemilihan bahasa atau ragam bahasa untuk
tujuan perencanaan.
Dari uraian di atas sesunguhnya untuk mempertegas bahwa perencanaan bahasa muncul
sebagai kebijakan dan keputusan atau sebagai respon terhadap kebutuhan sosial politik yang
terjadi dalam kehiduapan masyarakat. Kebijakan perencanaan bahasa biasanya berusaha untuk
memenuhi kebutuhan dengan mengurangi keanekaragaman bahasa, seperti bahasa nasional di
negara multibahasa seperti bahasa Indonesia di Indonesia.

2.2 Ihwal dan Pengertian Interogatif


Perencanaan bahasa dapat mempengaruhi semua bidang penggunaan bahasa tetapi
biasanya berkonsentrasi pada yang lebih diamati.
a. Menulis bentuk tertulis dari bahasa mungkin harus dikembangkan, dimodifikasi atau
standard.
b. Leksikon kosakata dari suatu bahasa perlu untuk memperluas untuk mengikuti
perkembangan teknologi yang meningkat.
c. Sintaksis suatu bahasa perlu untuk memperluas bahasa dan fungsi bahasa nasional.

Menurut (Lambert & Tucker, 1972) Peraturan Pemerintah dalam perencanaan bahasa sangatlah
penting, dikatakan penting karena dapat dapat meningkatkan atau mengurangi keanekaragaman
bahasa. Dengan demikian, bentuk tanggapan yang mengurangi keanekaragaman bahasa meliputi:
(a) instruksi satu bahasa dalam bahasa target, dan (b) pendidikan bilingual transisi, seperti dalam
bahasa ibu mengasu anak secara bertahap dikurangi. Di lain pihak, tanggapan yang
mempromosikan keberagaman bahasa meliputi: program pemeliharaan bahasa yang menekankan
sama bahasa asli anak,bahasa target dan budaya.
Berdasarkan rumusan masalah dapat di kaji sebagi berikut sebagi berikut: dari data yang
tersaji dapat dilihat bahwa ada upaya pemerintah daerah Kabupaten Merauke dalam
mengembangkan bahasa Marind dengan di tetapkan Peraturan Daerah Peraturan Daerah
(PERDA) No 4 tahun 2012 Bab X pasal 37 ayat 2 tentang kurikulum lokal. Dalam PERDA ini
mengatur bagaimana bahasa Marind dijadikan kurikulum lokal yg di gunakan dari SD,SMP,dan
SMA. Ini merupakan bentuk upaya Pemerintah Daerah dalam mengembangkan dan melestarikan
bahasa Marind.

3. Istilah-Istilah dalam Bahasa Marind


Pengembangan dan pelestarian bahasa Marind dapat dilihat juga bahwa hapir setiap
tempat umum baik milik pemerintah maupun suwasta mengunakan bahasa Marind, contohnya
ada beberapa distrik pemekaran menggunakan bahas Marind seperti distrik Malind (marind)
Naukenjerai (nama tempat orang marind), dan Anim Ha (manusia Sejati). Selain nama distrik
juga ada nama Komando Rayon Militer 174 (KOREM) TNI AD di beri nama dalam bahasa
Marind Aninti Waninggap yang artinya (baik dengan sesama ) dan Batalyonnya 755 diberi nama
Yalet (tegas atau jahat). Salah satu Universitas Negeri di Merauke di beri nama Musamus
(rumah semut) selain data yang di uraikan masi ada conto lain yang menggunakan bahasa
Marind misalnya tempat-tempat pertemuan,olaraga atau nama jalan.
Gedung Olah Raga Head Sai (tempat bermain) Taman Hiburan Rakyat Hasanab Sai
(tempat pertunjukan), Gedung Noken Sai (saya punya tempat), Gedung Mean Sai (gedung
tempat rapat), Bomi Sai (rumah semut), Kanol Sai (tempat yang keramat). Nama Jalan yang
menggunakan bahasa Marind misalnya Jl. Ndorem Kai (jalan-jalan), Jln. Kamisaul (nama
tempat untuk marga), Jln. Mumu. (Siput), dan Jl. Ongatmit (pohon).
Selain itu Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke juga memilika 4 (empat) buah Pesawat
3 Pesawat Boing 737 seri 300 yang di beri nama dalam bahasa Marind misalnya Kli (burung
nuri), Aoba(bangau biru) dan Bugodi (elang putih) dan 1 pesawat Twin Otter yang diberi nama
Musamus (rumah semut) selain pesawat Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke juga memiliki
3 kapal yang juga di beri nama dalam bahasa Marind yaitu Muli Anim (Manusia dari wilayah
barat), Maroka Ehe (nama asli kota merauke), dan nama asli kota merauke Yelmasu (nama asli
merauke sebelum zaman penjajahan).
Berdasarkan data yang di sajikan makna yang terdapat dalam bahasa Marind adalah
dalam bahasa Marind mengunakan mengenal bentuk Menerangkan Diterangkan (MD)
contohnya :

Aninti Waninggap yang artinya (baik dengan sesama)


M D

Head Sai (tempat bermain ) Hasanab Sai (tempat pertunjukan)


M D M D

Noken Sai (saya punya tempat) Mean Sai (gedung tempat rapat)
M D M D

Bomi Sai(tempat alam) Kanol Sai(tempat yang keramat).


M D M D

Pola kalimat dalam bahasa Maraind dapat kita lihat sebagai berikut :

Namek kambeta bugodi e pe? (Laki-laki itu naik pesawat bugodi)


S P O

Fredi nda he tok na rumah e pe? (Fredi pulang ke rumah)


S P K.tempat

Kli na’a Jakarta. (Pesawat Kli berada di Jakarta)


S P K
4.1 Simpulan
Bahasa Marind adalah salah satu bahasa yang digunakan sebagian besar penduduk
Merauke. Bahasa Marind terbagi menjadi beberapa dialek. Perbedaan dialek tersebut
menyulitkan bagi peneliti, karena bahasa yang dipergunakan berbeda satu sama lain. Namun,
keanekaragaman tersebut sangat sulit dipertahankan mengingat belum melalui proses
standardisasi.
Akan tetapi, bentuk nyata kepedulian pemerintah daerah dalam melestarikan bahasa.
Perencanaan bahasa merupakan kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam mengakomodasi
kebutuhan sosial politik yang terjadi dalam kehiduapan masyarakat. Kebijakan perencanaan
bahasa biasanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan dengan mengurangi keanekaragaman
bahasa, seperti keragaman bahasa yang terdapat dalam bahasa Marind. Pemerintah daerah
kabupaten Merauke membudayakan pemakaian bahasa daerah dalam penamaan di lingkungan
sekitar institusi pemerintah. Istilah yang dipergunakan diambil dari bahasa daerah atau nama
tokoh. Selain itu, data berupa kalimat yang terkumpul menunjukan bahwa bahasa Marind sudah
mengenal pola kalimat.

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung
Alwi, Hasan. 2011. Butir-Butir Perencanaan Bahasa (Kumpulan Makalah). Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Alwi, et al. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka
Cipta.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa, Yogyakarta: Am Media.
Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa, Jakarata : Rajawali
Ohiwutun, Paul. 1997. Sosiolinguistik. Jakarta : Kesain Blanc.
Pateda, Mansoer. 2001. Sosiolinguistik. Gorontalo : Viladen
Parera. 1983. Pengantar Linguistik Umum. Ende : Nusa Indah.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Penelitian.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Malang : Erlangga.
Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai