Teknik Pengukuran Kedalaman Laut
Teknik Pengukuran Kedalaman Laut
DANAU)
Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut atau
danau/waduk yaitu dengan menggunakan teknik bandul timah hitam
(dradloading) dan teknik Gema duga atau Echo Sounder atau Echoloading.
Potensi sumber daya laut di Indonesia sangatlah besar yang mencakup potensi
sumber daya hayati dan non-hayati. Sumber daya laut tersebut sampai sekarang
belum secara maksimal dapat dieksplorasi. Demikian pula pada sektor sumber daya
hayati laut, eksploitasi terhadap ikan-ikan laut dan sejenisnya membutuhkan
kearifan disamping teknologi canggih namun tidak merusak lingkungannya.Untuk
menunjang eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakan teknologi
akustik bawah air (underwater acoustics). Teknologi ini dikenal luas dengan sebutan
teknologi akustik yang tidak lain adalah penggunaan gelombang suara yang dalam
dunia navigasi disebut Sonar atau Echosounder dan sejenisnya. Dengan pendekatan
fungsi, Sonar atau Echo sounder pada teknologi navigasi dapat disetarakan dengan
penggunaan Radar untuk pendeteksian objek di permukaan air.
Side Scan Sonar
Secara garis besar pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat
dikelompokkan menjadi lima yakni untuk survey, budidaya perairan, penelitian
tingkah laku ikan, mempelajari penampilan dan selektifitas alat-alat penangkapan
ikan dan lain-lain. Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies
ikan, menduga ukuran individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut
(plankton dan ikan). Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam
penentuan/pendugaan jumlah biomass dari ikan dalam jaring/ kurungan
pembesaran (penned fish/enclosure), untuk menduga ukuran individu ikan dalam
jaring/kurungan dan untuk memantau tingkah laku ikan (dengan telemetering tags),
khususnya aktifitas makan (feeding activity).
Sedangkan dalam penelitian tingkah laku ikan dapat digunakan untuk
pergerakan/migrasi ikan (vertical dan horizontal) dan orientasi ikan (tilt angel),
reaksi menghindar (avoidance) tewrhadap gerak kapal dan alat penangkapan ikan,
respon terhadap rangsangan (stimuli) cahaya, suara, listrik, hydrodinamika, kimia,
mekanik dan sebagainya.
Untuk kegiatan aplikasi studi penampilan dan selektifitas alat penangkapan ikan
terutama dalam studi pembukaan mulut trawl, kedalam, posisi dan sebagainya.
Dalam selektifitas penangkapan (persentase ikan yang tertangkap terhadap yang
terdeteksi didepan mulut trawl atau didalam lingkaran purse seine).
Kegiatan lain yang dapat dikaji dengan teknologi akustik bawah air adalah sifat sifat-
sifat akustik dari air laut dan obyek bawah air, pendeteksian kapal selam dan obyek-
obyek lainya.
Menurut Arnaya (1991) Kegunaan lain dari akustik bawah air adalah untuk
penentuan kedalaman air dalam pelayaran, jenis dan komposisi dasar laut (lumpur,
pasir, kerikil, karang dan sebagainya), untuk penentuan contour dasar laut, lokasi
kapal berlabuh atau pemasangan bangunan laut, untuk eksplorasi minyak dan
mineral didasar laut, mempelajari proses sedimentasi dan untuk pertahanan
keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan pemasangan buoy-system)
Berikut adalah penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya non-hayati laut
Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo
Sounder dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara
pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan
Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat
dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan
pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom
profilers).
Seperti telah disebutkan diatas bahwa dengan teknologi akustik bawah air, peralatan
side-scan sonar yang mutahir dilengkapi dengan subbottom profilers dengan
menggunakan prekuensi yang lebih rendah dan sinyal impulsif yang bertenaga tinggi
yang digunakan untuk penetrasi kedalam lapisan-lapisan sedimen dibawah dasar
laut. Dengan adanya klasifikasi lapisan sedimen dasar laut dapat menunjang dalam
menentukkan kandungan mineral dasar laut dalam. Dengan demikian teknologi
akustik bawah air dapat menunjang esplorasi sumberdaya non hayati laut.
Dengan teknologi side-scan sonar dalam pemetaan dasar laut, dapat menghasilkan
tampilan peta dasar laut dalam tiga dimensi. Dengan teknologi akustik bawah air
yang canggih ini dan dikombinasikan dengan data dari subbottom profilers, akan
diperoleh peta dasar laut yang lengkap dan rinci. Peta dasar laut yang lengkap dan
rinci ini dapat digunakan untuk menunjang penginterpretasian struktur geologi
bawah dasar laut dan kemudian dapat digunakan untuk mencari mineral bawah
dasar laut.
Pencarian kapal-kapal karam dapat ditunjang dengan teknologi side-scan sonar baik
untuk untuk kapal yang sebagian terbenam di dasar laut ataupun untuk kapal yang
keseluruhannya terbenam dibawah dasar laut. Dengan teknologi ini, lokasi kapal
karam dapat ditentukan dengan tepat. Teknologi akustik bawah air ini dapat
menunjang eksplorasi dan eksploitasi dalam bidang Arkeologi bawah air
(Underwater archeology) dengan tujuan untuk mengangkat dan mengidentifikasikan
kepermukaan laut benda-benda yang dianggap bersejarah.
g. Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.
Dengan diperolehnya peta dasar laut secara tiga dimensi dan ditunjang dengan
data subbottom profiler, jalur pipa dan kabel sebagai sarana utama atau penunjang
dapat ditentrukan dengan optimal dengan mengacu kepada peta geologi dasar laut.
Jalur pipa dan kabel tersebut harus melalui jalur yang secara geologi stabil, karena
sarana-sarana tersebut sebagai penunjang dalam eksplorasi dan eksploitasi di Laut.
Teknologi akustik bawah air Side-Scan Sonar ini dapat juga menunjang analisa
dampak lingkungan di dasar laut. Sebagai contoh adalah setelah eksplorasi dan
ekploitasi sumber daya hayati di dasar laut dapat dilakukan, Side-Scan Sonar dapat
digunakan untuk memonitor perubahan-perubahan yang terjadi disekitar daerah
eksplorasi tersebut. Pemetaan dasar laut yang dilakukan setelah eksplorasi sumber
daya non-hayati tersebut, dapat menunjang analisa dampak lingkungan yang telah
terjadi yang akan terjadi.
Bar check adalah alat yag digunagkan untuk melakukan kalibrasi alat perum
gema.cara kalibrasi ini sangat membantu untuk mendapatkan ukuran kedalaman yg
benar dri akibat beberapa sumber kesalahan skaligus,utamanya akibat tdak
ketidakhomogenan medium rambat yg mengakibatkan tidak konstannya kecepatan
gelombang suara.
*bar check harus dilakukan setiap hari pada saat sebelum dan sesudah
kegiatan pemeruman.
*koreksi bar check (Kbc) diperoleh dri selisih antara fix depth(Dfx)dngan
bacaan kedalaman echosounder yang sudah terkoreksi draft tranduser formulasinya
sbagai brikut:
Kbs=Dfx-(d+t)
*fix depth(Dfx) diperoleh dengan alat bantu tali yg diberi bandul atau
galah/rambu ukur,dengan asumsi bahwa kedalaman ini bebas dari kesalahan.
*koreksi bar check sbelum pemeruman di beri notasi Kbc1 n koreksi bar
check sesudah pemeruman diberi notasi Kbc2,maka koreksi bar check diperoleh dri
nilai reratanya yaitu: Kbc=Kbc1+Kbc2/2
*pengukuran fix depth dan pengukuran echosounder untk koreksi bar chech
harus dilakukan pda lokasi titik yg sama,biasanya dilakukan pada daerah dekat
pantai
*kedalaman sesaat(ds)d suatu titik di rumuskan sebagai
berikut ds=d'+t+Kbc
Teknik echo sounder yang dipakai untuk mengukur kedalaman laut, bisa
dibuat alat pengukur jarak dengan ultra sonic. Pengukur jarak ini memakai
rangkaian yang samadengan Jam Digital dalam artikel yang lalu, ditambah dengan
rangkaian pemancar dan penerima Ultra Sonic.
Prinsip kerja echo sounder untuk pengukuran jarak digambarkan dalam
Gambar dibawah. Pulsa Ultrasonic, yang merupakan sinyal ultrasonic dengan
frekwensi lebih kurang 41 KHz sebanyak 12 periode, dikirimkan dari pemancar
Ultrasonic. Ketika pulsa mengenai benda penghalang, pulsa ini dipantulkan, dan
diterima kembali oleh penerima Ultrasonic.
Dengan mengukur selang waktu antara saat pulsa dikirim dan pulsa pantul
diterima, jarak antara alat pengukur dan benda penghalang bisa dihitung.
Gambar Prinsip Echo Sounder
Gambar dibawah merupakan Rangkaian Jam Digital dalam artikel lalu yang
direvisi untuk keperluan ini. Titik desimal pada tampilan satuan dinyalakan dengan
tahanan R8. Setiap kali tombol Start ditekan, AT89C2051 membangkitkan pulsa
ultrasonic pada Pin P3.4 yang dipancarkan dengan rangkaian, selanjutnya lewat pin
P3.5 yang terhubung ke rangkaian penerima ultrasonic, sambil mengukur selang
waktu AT89C2051 memantau datangnya pulsa pantul. Hasil pengukuran waktu itu,
dengan sedikit perhitungan matematis ditampilkan di system penampil 7 ruas
sebagai besaran jarak, dengan satuan centimeter dan 1 angka dibelakang titik
desimal.
Single-beam echo sounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan
pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem
batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan :
- Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan
frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung
menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari
kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah
transmitter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa
yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang
diberikan.
- Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai
pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan
dari bawah kapal menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur
yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang
disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan
(mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-
sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat
diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga
digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses berlangsung.
Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor Mapping
Group mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz. Single-beam
echosounders relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan
informasi kedalaman sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature
yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang mana
ada ruang sekitar 10 sampai 100 meter yang tidak terlihat oleh sistem ini.
MULTI-BEAM ECHOSOUNDER