Anda di halaman 1dari 46

1.

Latar Belakang
Kementerian Pemuda dan Olahraga selalu berusaha mengikuti
perkembangan zaman di dalam pemanfaatan Teknologi Infomasi dan
Komunikasi. Apalagi saat ini pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komputer
sudah sangat mendukung kegiatan keolahragaan ataupun kepemudaan. Sistem
Informasi Manajemen saat ini sudah tak dapat dipisahkan lagi dari pengelolaan
suatu organisasi modern. Suatu organisasi modern yang baik akan
memaksimalkan menggunakan Sistem Informasi untuk perencanaan, pengelolaan
serta evaluasi dari organisasi tersebut. Tentu saja tanpa suatu strategi yang tepat
maka penggunaan Teknologi Informasi seperti halnya Sistem Informasi
Manajemen ini malah dapat menjadi bumerang, dan hanya menghasilkan
pemborosan dana serta ketidak efisienan kerja.
Mengembangkan Sistem Informasi yang baik tidak bisa dilakukan hanya
dengan pendekatan yang sifatnya kasus per kasus. Pengembangan untuk
kebutuhan organisasi harus dilakukan secara teintegrasi dan holistik. Dengan kata
lain semua aspek harus dipertimbangkan baik teknis maupun non teknis. Dari
kebutuhan perangkat keras dan jaringan, hingga kebutuhan SDM dan organisasi.
Pertimbangan hukum dan efisiensi pembiayaan juga perlu dilakukan.
Pengembangan Sistem Informasi yang baik harus memiliki suatu arah
sasaran yang tertuang dalam strategi dan road map. Di dalam pelaksanaan
pengembangan Sistem Informasi tersebut, harus dilaksanakan dengan mengikuti
kaidah-kaidah yang tertuang dalam bakuan-bakuan. Hal ini menyebabkan
pengembangan dapat dilakukan secara baik dan tertata dengan baik.
Kemampuan pertukaran informasi antar pihak di tempat yang berbeda
(terpisah pada jarak yang jauh) merupakan salah satu ciri era globalisasi. Bahkan
penggunaan teknologi komputer tersebut akan menjadi syarat utama untuk
menunjukkan kualitas sesuatu bidang dan menjadi modal terpenting dalam
memenangkan persaingan. Oleh karena itu berbagai organisasi berlomba-lomba
memanfaatkan Teknologi Infor-masi dengan tujuan dapat memberikan manfaat di
dalam pengambilan keputusan di organisasi tersebut, dan juga sebagai sistem
evaluasi pada organisasi tersebut.
Pada saat ini Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mulai
bermetamorfosa menjadi suatu tahapan teknologi yang pervasif. Artinya teknologi
tersebut akan terasa keberadaannya ketika tidak ada (atau tak bekerja). Dengan
kata lain manusia sudah makin tergantung pada teknologi informasi. Pada
umumnya teknologi akan melewati ta-hapan dalam pengembangan seperti berikut
ini :
1. Berawal dari rasa penasaran di tingkat laboratorium penelitian.
2. Digunakan oleh sekelompok kecil spesialis untuk mengerjakan suatu
masalah khusus.
3. Lalu menjadi dapat diproduksi masa, dan sudah mulai umum
digunakan tapi masih membutuhkan pelatihan yang khusus dan
masih digunakan oleh sekelompok pengguna yang sedikit.
4. Akhirnya menjadi pervasif dan dipandang sebagai bagian dari
kehidupan normal pada sebagian besar masyarakat

Secara umum dapat dikatakan teknologi informasi saat ini dapat dikatakan
berada pada tahapan dari ke tiga menuju ke empat. Sebelum menjadi pada tahapan
pervasif, maka TI haruslah menjadi dapat terak-ses secara intuitif oleh masyarakat
banyak dan memberikan nilai yang mencukupi sehingga investasi besar yang
dilakukan untuk penyediaan infrastruktur tidaklah menjadi sia-sia.
Kemajuan perkembangan Internet dan World Wide Web (WWW) telah
menunjukkan suatu langkah ke arah ini. Konsekuensi dari sistem informasi yang
menjadi pervasif adalah timbulnya dampak yang besar pada masyarakat secara
luas. Akan banyak industri yang berubah atau digantikan sama sekali. Atau juga
akan banyak tumbuh industri baru sesuai dengan kebutuhan perkembangan
teknologi informasi itu.
Dari pandangan rekayasa informasi, informasi dapat dipandang sebagai
media pertukaran murni. Walaupun ada biaya untuk mengakses,
mendistribusikan, ataupun menyimpan informasi, informasi itu dianggap tak ada
biayanya. Pada organisasi modern, informasi telah menjadi komoditas yang
sangat berharga, dan telah berubah dan di-anggap sebagai sumber daya habis
terpakai, bukan lagi barang bebas. Dalam suatu organisasi perlu dipertimbangkan
bahwa informasi me-miliki karakter yang multivalue, dan multidimensi. Dari sisi
pandangan teori sistem, informasi memungkinkan kebebasan beraksi,
mengendalikan pengeluaran, mengefisiensikan pengalokasian sumber daya dan
waktu. Sirkulasi informasi yang terbuka dan bebas merupakan kondisi yang
optimal untuk pemanfaatan informasi.
Di samping iming-iming keuntungan dari pemanfaatan teknologi
informasi, sangatlah tidak realistik bila mengasumsikan bahwa teknologi
informasi tidak menimbulkan permasalahan dalam penerapannya. Berikut ini
diberikan potensi-potensi kerugian yang disebabkan pemanfaatan teknologi
informasi tersebut secara kurang tepat :
Rasa ketakutan. Banyak orang mencoba menghindari pemakaian komputer,
karena takut merusakkan, atau takut kehilangan kontrol, atau secara umum
takut menghadapi sesuatu yang baru. Hal ini ditambah-tamah oleh perilaku
beberapa sistem misalnya sistem komputer yang sangat ringkih atau mudah
hang tanpa adanya penjelasan yang logikal. Sehingga ketakutan ak-an
kehilangan data, atau harus diinstal ulang sistem program menjadikan
pengguna makin memiliki rasa ketakutan ini.

Keterasingan. Pengguna komputer cenderung mengisolir dirinya, dengan


kata lain menaiknya jumlah waktu pemakaian komputer, akan juga membuat
mereka makin terisolir. Memang pada beberapa komunitas walaupun
terisolir secara fisik tetapi malah timbul kedekatan rohani di antara mereka.
Memang ini suatu kontradiksi yang terjadi misalnya pada komunitas online.

Golongan miskin informasi dan minoritas. Akses kepada sumber daya


informasi juga terjadi ketidak seimbaangan di tangan pemilik kekayaan dan
komunitas yang mapan. Sehingga masih dipertanyakan apakah teknologi
informasi ini akan menghilangkan jurang yang kaya dan miskin atau malah
makin memperlebar. Apalagi ditambah makin mahalnya perangkat lunak
yang digunakan untuk mengakses informasi tersebut, untungnya beberapa
alternatif seperti Open Source dapat digunakan untuk merendahkan biaya
pengaksesan informasi.

Pentingnya individu. Organisasi besar menjadi makin imperso-nal, sebab


biaya untuk untuk menangai kasus khusus/pribadi satu persatu menjadi
makin tinggi. Individu yang frustasi mencoba mendapatkan penanganan
pribadi akan melampiaskan kekesalannya pada organisasi, orang, ataupun
teknologi yang membatasinya. Tetapi bila pemanfaatan TI dapat dilakukan
dengan tepat, maka individu dapat makin terasa dilayani secara perso-nal,
dengan kata lain pelayanan kasus perkasus, hal ini tampak misalnya pada
personalisasi layanan e-commerce.

Tingkat kompleksitas ini menjadi makin tinggi dan sulit ditangani,


karena dengan makin tertutupnya sistem serta makin besarnya ukuran sistem
(sebagai contoh program MS Windows 2000 yang baru diluncurkan
memiliki program sekitar 60 juta baris). Sehingga proses pengkajian demi
kepentingan publik banyak makin sulit dilakukan. Tingkat kompleksitas
serta kecepatan yang sudah tak dapat ditangani. Sistem yang dikembangkan
dengan birokrasi komputer begitu kompleks dan cepat berubah sehingga
sangat sulit bagi individu untuk mengikuti dan membuat pilihan.

Makin rentannya organisasi. Suatu organisasi yang bergantung pada


teknologi yang kompleks cenderung akan menjadi lebih ringkih. Ketika
suatu kesalahan terjadi, maka dapat terpropagasi secara cepat dan dapat
menghentikan kerja banyak orang misal pada sistem pengendalian inventori
yang berbasiskan komputer. Di sini letak pengujian kualitas dan penaganan
kerusakan pada tiap produk TI menjadi lebih penting lagi.

Dilanggarnya privasi. Ketersediaan sistem pengambilan data yang sangat


canggih memungkinkan terjadiny pelanggaran privasi dengan mudah dan
cepat. Misal dengan memanfaatkan teknik cross-reference pada berbagai
database yang tersedia, atau pengambilan data yang dilakukan secara tidak
sadar, contohnya pada penggunaan kartu kredit, belanja di e-commerce.
Seringkali tanpa sadar selama pengguna berjalan-jalan pada suatu situs e-
commerce gerak-gerik, pilihan, selera dan apa yang dilakukannya tercatat.
Dengan teknik profiling dan data mining maka dapat dilakukan ekstraksi
data yang secara tidak langsung telah melanggar privasi orang.

Pengangguran dan pemindahan kerja. Biasanya ketika suatu sistem


otomasi diterapkan, produktivitas dan jumlah tempat pekerjaan secara
keseluruhan meningkat, akan tetapi beberapa jenis pekerjaan menjadi makin
kurang nilainya, atau bahkan dihilangkan. Sebagai contoh pada beberapa
kantor fungsi tenaga kerja menengah (misal tukang ketik) telah
diminimalkan dengan terjadinya pemanfaatan program aplikasi perkantoran.
Atau mau tidak mau pegawai tersebut harus memiliki pengetahuan baru agar
tak tersingkir dari pekerjaannya.

Kurangnya tanggung jawab profesi. Organisasi yang tak bermuka (hanya


diperoleh kontak elektronik saja), mungkin memberikan respon yang kurang
personal, dan sering melemparkan tanggung jawab dari permasalahan.
Kompleksitas teknologi informasi juga memberikan kesempatan bagi
seseorang melemparkan tanggung jawab pada bagian lain, atau pada
komputer, bahkan yang lebih buruk lagi produsen pun dapat melepaskan
tanggung jawab ini (misal pada kasus bug di perangkat lunak).

Kaburnya citra manusia. Kehadiran terminal pintar (intelligent terminal),


mesin pintar, dan sistem pakar telah menghasilkan persepsi yang salah pada
banyak orang. Banyak orang menganggap bahwa mesin telah mengambil
alih kemampuan manusia. Sedikit yang beranggapan bahwa kehadiran mesin
tersebut dapat memperkaya kemampuan manusia jadi bukan saja Artificial
Intelligent (AI), tapi yang lebih penting adalah Intelligent Amplification
(IA).
Informasi jelas dapat disalahgunakan. Polusi informasi, yaitu propagasi
informasi yang salah, dan pemanfaatan informasi (baik benar atau salah) untuk
mengendalikan hidup manusia tanpa atau dengan disa-dari merupakan suatu
akibat dari penyalahgunaan ini. Juga penggunaan informasi yang tak lengkap
dapat digunakan sebagai senjata untuk memenangkan pada suatu kampanye
pemilihan. Memang ketika menyajikan informasi seringkali akan menimbulkan
bias. Hal ini timbul dari interpretasi dan proses pengambilan kesimpulan yang
dilakukan oleh manusia, serta filter perseptual yang memfilter persepsi, dan juga
secara tak sadar hal ini berlaku juga pada jurnalis yang ter-jebak pada suatu
paradigma, politik, dan menyertakan pandangan ini pada informasi yang
diberikan.
Misinformasi akan terakumulasi dan menyebabkan permasalahan pada
masyarakat. Semakin tua suatu masyarakat, semakin besar pula kemungkinan
mengakumulasi beragam misinformasi ini, dan mulailah mengalami berbagai
dampak buruk. Masyarakat menjadi tak bergeming dari suatu paradigma karena
misinformasi ini terpegang dengan erat. Memang tak ada "senjata" yang universal
untuk menghadapi masalah dan dilema di atas. Walau begitu ada beberapa
langkah strategis yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi dampak buruk
tersebut, antara lain :

Disain yang berpusat pada manusia. Pendekatan ini menempatkan


pengguna atau sumber daya manusia sebagai titik tengah perhatian, begitu
juga dengan tugas yang harus dilakukan oleh si pengguna. Sehingga daripada
difokuskan pada pemanfaatan perangkat keras atau lunak yang mahal tetapi
sebaiknya memfokuskan pada manusia pengguna perangkat lunak tersebut,
baik dari tahapan disain, maupun hingga pelatihan dan kebutuhan
penggunanya, misal gaji para pegawainya.

Dukungan organisasi. Organisasi harus mendukung pengguna. Sehingga


strategi yang melibatkan pengguna dalam disain suatu sistem informasi
sebaiknya diterapkan. Ketimbang desain yang datang dari luar, tanpa
memperhatikan masukan dari pengguna. Sehingga pemilihan perangkat
bantu haruslah sefleksibel mungkin sehingga dapat dikustomisasi untuk
menyesuaikan dengan kultur organisasi setempat.

Perencanaan pekerjaan (job). Aturan untuk pekerjaan tertentu bagi


pengguna komputer haruslah dibuat, termasuk batas waktu penggunaannya,
waktu istirahat, perputaran pekerjaan, dan pendidikan. Pengawasan
pelaksanaan aturan ini sebaiknya dilaksanakan secara berkelanjutan. Di
sinilah peranan standard kompetensi pada pekerjaan yang berkaitan dengan
teknologi informasi. Seringkali perusahaan atau organisasi mencampur-
adukkan wewenang suatu jenis pekerjaan demi usaha penghematan.
Sayangnya hal ini malah menimbulkan kondisi yang tidak produktif pada
jangka panjang.

Pendidikan. Kompleksitas dari teknologi sistem informasi membuat


pendidikan memainkan peran yang sangat penting bahkan kritis. Pendidikan
yang berkelanjutan, on the job training, dan pendidikan untuk pengajar
haruslah diutamakan dalam pertimbangannya. Pendidikan bukan dalam arti
pemberian pengetahuan operasional suatu produk belaka, tetapi yang lebih
penting adalah penguasaan teknologi yang ada di belakang suatu produk.
Begitu juga dengan penguasaan dasar teori tentang teknologi informasi,
misal metoda pengembangan, analisis usabilitas, metoda formal, dan juga
pemahaman akan jaminan kualitas.

Umpan balik dan imbalan. Umpan balik dari kelompok pengguna


merupakan nilai tambah yang lebih berarti daripada masukan dari pengamat
pasif. Keberhasilan sebaiknya diberitahukan dalam suatu organisasi, melalui
perwakilan organisasi. Pemilihan teknologi misal perangkat lunak mahal
haruslah dinomorduakan ketimbang investasi di bidang pelatihan.

Meningkatkan kesadaran publik. Menginformasikan pengguna PC dan


pengguna sistem komersial akan memberikan keuntungan bagi seluruh
masyarakat. Masyarakat profesional, dan juga kelompok pengguna
memainkan peran yang penting melalui public relation, dan consumer
education, serta adanya suatu etika profesi. Saat ini bisa dikatakan banyak
kasus yang masih diabaikan oleh publik, lembaga perlindungan konsumen
atau bahkan oleh para praktisi TI sendiri. Misal yang berkaitan de-gan azas
legalitas, contohnya pembajakan perangkat lunak, ataupun yang berkaitan
dengan perlindungan konsumen akibat kurangnya informasi dari produsen
(misal masalah virus).

Perangkat hukum. Masih banyak pekerjaan yang berkaitan dengan


perangkat hukum termasuk Undang-Undang dan kesiapan aparat yang harus
dilakukan dalam kaitannya dengan teknologi informasi. Misal privasi, hak
pengaksesan informasi, perlindungan data, kejahatan komputer. Keberadaan
perlindungan hukum akan mencegah disalahgunakannya sistem dalam
pengemba-ngannya. Kasus-kasus cracker pada situs Internet, ataupun
kerentanan transaksi e-commerce dari perangkat hukum, menunjukkan
bahwa saat ini di Indonesia, perangkat hukum masih jauh perhatiannya dari
dampak penerapan teknologi informasi ini.

Riset yang maju. Individu, organisasi dan pemerintah dapat mendukung


riset yang mengembangkan idea baru, untuk meminimalkan kerugian serta
meluaskan keuntungan dari teknologi informasi. Teori seperti perilaku
kognitif pengguna, persepsi visual dan perubahan organisasi dapat
dimanfaatkan sebagai pedoman yang baik bagi pengembang sistem. Riset
tidak saja yang berkaitan dengan teknologi praktis tetapi juga pada ilmu
dasar. Keterkaitan bidang ilmu (multi displin) sebaiknya diterapk-an di
dalam kajian teknologi informasi. Bidang ilmu sosial pun sebaiknya turut
serta secara aktif dalam kajian teknologi informasi, misal permasalahan
culture fit. Begitu juga bidang seperti linguistik pun sebaiknya dilibatkan
aktif dalam riset TI ini.
Sebagian besar desain sistem informasi saat ini dilakukan oleh para
perekayasa perangkat lunak (softaware engineer) dan programer yang
memfokuskan perhatian dan energi kreatifnya pada mekanisme dari sistem
informasi. Programer berfikir bagaimana menulis program secara efisien dan
elegan serta memaksimalkan kinerja serta kemudahan perawatan. Pada banyak
kasus, kegunaan dan manfaat sistem informasi sering tidak dipertimbangkan pada
tahapan desain. Pendekatan seperti ini sering kali menghasilkan sisten informasi
yang tak dapat memberikan informasi yang handal pada pengguna.
Di samping itu, sistem seperti ini dapat menghasilkan informasi yang
dapat disalah tafsirkan. Dengan mempertimbangkan strategi untuk memasuki
abad informasi dan usaha menghindari hasil yang tak diinginkan dalam
pengembangan sistem informasi, maka pendekatan dengan metoda user centered
atau terpusatkan pada manusia akan lebih tepat untuk diterapkan. Metode seperti
collaborative design, ethnography, dan juga contextual design patut dilibatkan
dan dijadikan masukan juga. Jelas hal ini akan melibatkan pengetahuan dan
kemampuan para ahli bidang sosial pula. Dengan demikian para pengembang TI
sebaiknya tidak hanyamemfokuskan perhatiannya kepada metode-metodaeteknis
seperti Object Oriented Analysis (OOA), atau Unified Modelling Language
(UML) untuk mengembangkan sistem yang lebih baik.
Pergeseran fokus perhatian ke sisi manusia membuat perhatian pada
perkembangan TI yang telah ditempuh selama ini harus direvisi. Yang biasanya
hanya terfokuskan pada pembelian perangkat yang lebih canggih dan cenderung
lebih mahal, kini haruslah dipertimbangkan kembali. Di tambah lagi di tengah
situasi kesulitan ekonomi seperti sekarang ini. Sehingga sudah seharusnya
perhatian bukan saja dengan cara mengikuti trend yang menghabiskan dana untuk
pembelian perangkat lunak/keras, akan tetapi juga harus dipertimbangkan
pengkayaan kemampuan SDM (brainware) yang dimiliki.
2. Ruang Lingkup
Kegiatan peningkatan dan pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Kementerian Pemuda dan Olahraga terdiri dari serangkaian kegiatan pelaksanaan
yang terdiri dari:
1. Tahapan inventarisasi, yang dilakukan pada tahapan ini adalah inventaris
data SIM yang ada, aplikasi yang telah ada, serta infrastruktur yang
terpasang, serta pengidentifikasian terhadap sistem dan arsitektur yang telah
ada.
2. Tahapan survei untuk memahami kebutuhan organisasi terhadap Sistem
Informasi Manajemen. Juga survei terhadap kebutuhan ataupun harapan
pengguna terhadap Sistem Informasi Manajemen di lingkungan Kemenpora.
3. Penyusunan bakuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan Sistem
Informasi Manajemen di lingkungan Kemenpora. Penyusunan bakuan
dilakukan dengan mengambil acuan bakuan-bakuan internasional dan
nasional serta penyesuaian dengan kondisi Kemenpora.
4. Kemudian juga diikuti dengan sosialisasi bakuan dan road map.

3. Kondisi Sistem Informasi Manajemen


Pada saat ini Kemenpora memiliki 2 datacenter yang dikelola secara
terpisah. Tetapi kedua datacenter tersebut tetap dalam koordinasi Biro
Perencanaan dan Informasi Kemenpora. Dua data center tersebut terletak di :
Data Center PT Telkom Tbk, di Jl. Gatot Subroto. Pada data center ini
dioperasikan server-server yang digunakan untuk Portal Kementerian
Pemuda dan Olahraga [http://www. kemenpora.go.id]
Data Center di Kantor Kemenpora lantai 9. Pada data center ini
dioperasikan server-server yang digunakan untuk mendukung operasi dari
Sistem Informasi Manajemen di lingkungan Kemenpora.

Untuk data center di kantor Kemenpora, maka struktur jaringan dapat


dilihat di Gambar. 3.1. Detail dari kondisi saat ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
 Koneksi 10 MB via TELKOM melalui koneksi fibre optic via AS-
TINET.
 Beberapa server di datacenter Kemenpora. Setiap server saat ini
menghosting lebih dari 1 jenis aplikasi SIM.
 Koneksi wireless ke Wisma dari kantor Kemenpora untuk mela-yani
beberapa unit kerja, serta kantor Portal Kemenpora.
 Setiap PC yang terhubung ke jaringan mendapatkan pengaturan IP
secara otomatis melalui DHCP server yang ada di datacenter.
Berdasarkan survei yang dilakukan hingga saat ini, Kementerian Pemuda
dan Olahraga memiliki berbagai SIM yang pengelolaannya di bawah naungan
beberapa deputi kementerian. Sedangkan sebagai akses utama informasi di
lingkungan Kementerian Pemuda dan Olahraga adalah melalui Portal
Kementerian Pemuda dan Olahraga yang memiliki alamat di
[http://www.kemenpora.go.id]. Situs ini dibangun atas inisiatif langsung dari
Menteri Negara Pemuda dan Olah-raga, Dr. Andi A. Mallarangeng. Portal ini
dikembangkan di akhir 2009 dan diluncurkan Januari 2010.

Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data Kemenpora yang berfungsi
dalam manajemen pemberdayaan sistem informasi Kementerian mengelola
beberapa SIM diantaranya :
A. Portal Kementerian Pemuda dan Olahraga
Portal ini merupakan inisiatif langsung dari Menteri Pemuda dan
Olahraga, Dr. Andi Alfian Mallarangeng. Tujuan utama dari portal ini ada-lah
memberikan informasi langsung ke publik secepat dan seakurat mungkin
mengenai informasi kepemudaan dan keolahragaan di Indonesia. Pendekatan
utama yang dilakukan sangat berbeda dengan situs-situs kementerian lainnya.
Pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
 Penyajian portal bergaya dinamis, sportif, dan bergaya muda. Ini sesuai
dengan warna dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.
 Isi berita atau content pada portal ini berorientasi pada kegiatan bukan
struktur kementerian. Artinya isi dibagi bukan berdasarkan deputi atau
unit kerja, tetapi lebih kepada kegiatan tersebut.
 Portal Kemenpora akan memberikan info dari berbagai kegiatan
Kepemudaan dan Keolahragaan baik yang dilakukan oleh unit kerja
Kemenpora atuapun yang terjadi di Indonesia.
 Portal Kemenpora memberikan info untuk berbagai kegiatan yang akan
terjadi misal pengumuman lelang, pengumuman CPNS dan lain
sebagainya.
 Portal akan memberikan data statistik kepemudaan dan keolahragaan
Indonesia.
 Portal ini tidak saja diisi oleh pihak Kemenpora tetapi juga akan
membuka pihak luar atau publik untuk mengisi content dari portal
tersebut.

Fitur-fitur utama yang diterapkan di sistem portal informasi yaitu:


 Menggunakan teknologi semodel dengan situs Presiden SBY.info, yang
memfokuskan pada kinerja tinggi dan keamanan.
 Memanfaatkan teknologi mobile (submit, view, edit, publish) sehingga
melalui perangkat HP situs dapat diakses dengan mudah. Portal
Kemenpora merupakan portal pemerintah yang per-tama kali
menyediakan akses dengan teknologi mobile.
 Memungkinkan pihak non kemenpora berkotribusi content (misal
media center pada suatu event).
 Memanfaatkan teknologi Web 2.0, sehingga memungkinkan banyak
kontributor secara aktif memberikan berita.
 Banyak kegiatan yang dikelola beragam pihak (event olahraga,
persatuan olahraga, dsb) .
 Beragam info dari sub unit di Kementerian Pemuda dan Olahraga.
 Mendorong keterbukaan informasi tapi tetap dapat ditentukan mana
yang layak dipublikasi atau tidak.
Portal ini sudah populer dan didukung oleh tim pengisi content yang
beroperasi seperti halnya media online, lengkap dengan dewan redaksi dan para
wartawannya. Tim pendukung dari Portal ini terdiri dari 2 kelompok utama :
Pendukung teknis bekerja sama dengan Universitas Guna-darma.
Pendukung teknis ini bertanggung jawab terhadap pengembangan Content
Management System dan perawatannya. Termasuk juga penambahan fitur-
fitur baru pada CMS. Di samping itu, tim teknis juga bertanggung jawab
pada monitoring sistem dan keamanan dari sistem. Tim teknis ini memonitor
dan siap sedia selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
Pendukung content tim Portal, yang terdiri dari tim redaksi dan wartawan
serta didukung oleh bagian Humas dari Kemenpora. Bagian content ini
bertanggung jawab terhadap pengisian content dari portal. Juga untuk
melakukan persetujuan pemasukan berita yang dilakukan oleh pihak lain
(misal staf di Kemenpora ataupun publik). Tim Content akan selalu standby
24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
B. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Kemenpora
Deskripsi dari SIM ini adalah pemanfaatan aplikasi Sistem Informasi
Kepegawaian akan digunakan pada Bagian Kepegawaian Kementerian Pemuda
dan Olahraga sebagai basis data dan informasi pegawai di lingkungan
Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Unit pengelola: Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data.

Gambar 3.2 Portal Kemenpora Lama

Gambar 3.3 Portal Kemenpora Baru

Waktu pengembangan: 3 (tiga) bulan (1 April s/d. 30 Juni 2009). Sistem


merupakan sistem berbasis Web dengan disusun menggunakan arsitektur LAMP
(Linux, Apache, MySql dan Php). Source code dari aplikasi ini diberikan kepada
pihak Kemenpora. Sehingga pada aplikasi ini source code dari program dapat
dilihat. Pengguna dari sistem ini adalah sebagai berikut :
– Operator: Bagian Kepegawaian Biro Umum Sekretariat Ke-menterian
Pemuda dan Olahraga
– Publik: tidak menggunakan SIM ini.

 Penggunaan data oleh pihak lain: tidak ada data, artinya data dari
SIM ini belum banyak dimanfaatkan secara langsung kepa-da pihak
lain
 Format data: tidak ada pendefinisian format data baku dari SIM ini.
 Kondisi implementasi berjalan baik dengan URL:
http://simpeg.kemenpora.go.id

Gambar 3.4 Manual SIM Kepegawaian

Problem yang ada: aplikasi SIM ini belum menyediakan kemampuan untuk
bertukar data dengan SIM lain atau melakukan interoperabiltias data dengan baik.

 Dokumentasi: Tersedia buku manual penggunaan sistem ini.

 Lisensi: tidak ada dalam kontrak, walaupun demikian source code dari
program ini diserahkan kepada pihak Kemenpora sebagai pemberi kerja.

C. Sistem Informasi Manajemen Atlet Indonesia


Deskripsi dari SIM Atlet Indonesia
Pemanfaatan: Sistem Informasi ini mengenai Atlet Berprestasi. Pemanfaatan
aplikasi untuk memberikan informasi data atlet PPLP dari seluruh provinsi di
Indonesia sebagai bahan rekomendasi atau acuan bagi para stakeholder
keolahragaan.
Unit pengelola: Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data.

Gambar 3.5 Data Profil Pegawai


Waktu pengembangan: 60 hari kalender dengan menggunakan Linux, Apache, PHP
dan MySql, dikerjakan secara swa-kelola oleh Kemenpora.

User :

– Operator : Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan data Biro Perencanaan


– Publik : tidak ada data

 Penggunaan data oleh pihak lain : Stakeholder bidang keolahra-gaan, dengan


mengunduh data yang ada.
 Format data: tidak ada bakuan format data.
 Kondisi implelementasi: masih perlu direvitalisasi karena data yang terisi masih
minim.
 Problem yang terindentifikasi: Aplikasi Sistem Informasi Atlet masih pada
proses integrasi dengan server.
 SIM ini memiliki dokumentasi yang kurang lengkap, sehingga ba-gi perawat
sistem sedikit mengalami kesulitan untuk menerusk-an pekerjaan.
 Lisensi: tidak ada dalam kontrak tetapi source code disertakan oleh
pengembang kepada pihak Kemenpora.

D. Sistem Informasi Manajemen Lelang


Deskripsi dari Sistem Informasi nengenai Pelelangan ini adalah seba-gai berikut :
Pemanfaatan: SIM Lelang ini akan memberikan informasi-informasi
mengenai pelelangan yang ada di lingkungan Kemenpora, serta
memungkinkan peserta lelang memasukkan berkas-berkas yang dibutuhkan
untuk mengikuti proses lelang di lingkungan Kemenpora.
Unit pengelola: Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data
Waktu pengembangan: 60 hari Kalender.
Komponen sistem: PHP, Apache, MySQL dengan Linux.
Arsitektur Sistem: tidak ada data.
User :
– Operator: Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data Biro
Perencanaan Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga.
– Publik: pihak – pihak lain terkait pengadaan barang dan jasa.
 Penggunaan data oleh pihak lain: pihak – pihak lain terkait pe-
ngadaan barang dan jasa.
 Format data: tidak ada data
 Kondisi implelementasi: berjalan baik dengan URL http://
lelang.kemenpora.go.id
 Problem yang ada: proses pendaftaran secara online masih belum
bisa berjalan dengan baik, peserta lelang lebih banyak menggunakan
pendaftaran secara manual, sehingga sistem in-formasi lelang hanya
berguna sebagai web pengumuman lelang saja dan tidak berjalan
bagaimana mestinya web lelang penga-daan barang dan jasa lainnya.
 Dokumentasi: tersedia panduan user manual.

Gambar 3.6 Panduan User Manual Lelang


 Lisensi: tidak dinyatakan tetapi source code disertakan, karena
menggunakan program PHP untuk membuat aplikasi pelelangan ini.
E. Sistem Informasi Manajemen Evaluasi
Sistem Informasi mengenali Evaluasi Pelaporan ini memiliki deskripsi sebagai
berikut :
Pemanfaatan: Mempermudah memperoleh laporan pekerjaan (laporan
triwulan dan tahunan) dari unit – unit kerja di lingkungan Kemenpora dan
memepercepat laporan pada setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Unit pengelola: Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data.
Waktu pengembangan: 60 hari Kalender dilakukan oleh pihak ketiga.

Gambar 3.7 Tampilan Home Lelang


Arsitektur sistem: Linux, Apache, PHP dan MySql. Aplikasi web yang digunakan
dikembangkan oleh pihak ketiga dengan mengunakan PHP.
User:
– Operator: Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data Biro
Perencanaan Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga.
– Publik: Dinas – Dinas Pemuda dan Olahraga.
 Penggunaan data oleh pihak lain : belum ada
 Format data: MySQL.
 Kondisi implelementasi: berjalan baik dengan URL:
http://lelang.kemenpora.go.id.
 Problem yang ada: dalam proses pengisian formulir
pelaporan masih ada beberapa bagian yang harus
diperbaiki. Dan ada be-berapa struktur pengisian form
tidak sesuai dengan yang diha-rapkan Bagian Evaluasi
dan Pelaporan selaku bagian yang akan menjalankan
sistem informasi evaluasi ini.
 Dokumentasi: laporan dan panduan user manual.

Gambar 3.8 Dokumentasi Sistem Informasi


 Lisensi: tidak ada dalam kontrak tetapi karena menggunakan PHP,
maka source code ada pada dasarnya diberikan kepada pihak
Kemenpora.

F. Sistem Infromasi Manajemen Geographic Infomation System (GIS)


Deskripsi dari Sistem Informasi Geografis dari Kemenpora :
Pemanfaatan: pemanfaatan aplikasi untuk memberikan informasi
kepemudaan dan keolahragaan disajikan dalam bentuk Peta Geografis dari
seluruh provinsi di Indonesia sebagai bahan re-komendasi atau acuan bagi
para stakeholder kepemudaan dan keolahragaan.
Unit pengelola: Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data.
Waktu pengembangan: 60 hari kalender ( 6 Oktober s.d. 4 De-sember 2009)
dikerjakan oleh pihak ketiga.
Arsitektur Sistem: masih menggunakan aplikasi GIS proprietary (Mapinfo)
Gambar 3.9 Form Rencana Kerja

Gambar 3.10 Laporan Rencana Kinerja


User:
– Operator: Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Da-ta Biro
Perencanaan Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga.
– Publik: tidak ada data

 Penggunaan data oleh pihak lain: Stakeholder bidang kepemu-daan dan


keolahragaan.
 Format data: tidak ada data.
 Kondisi implementasi: pada tahapan untuk dijalankan.
 Problem yang ada: belum bisa berjalannya aplikasi sistem informasi
geografis karena masih ada masalah dengan proses integrasi dengan
server. Aplikasi ini hanya dapat berjalan pada sistem operasi Windows
dengan frameworknya Chameleon sedangkan web server yang ada di
Kemenpora menggunakan sistem Operasi Linux. Sedangkan menurut
anjuran MenPAN pada tahun 2011 ini server pemerintah sebaiknya
menggunakan Open Source.
 Dokumentasi: panduan untuk pengguna tersedia.
 Lisensi: tidak ada dalam kontrak tetapi karena aplikasi menggunakan
komponen yang berlisensi proprietary, maka menjadi sulit di masa
mendatang untuk merawat aplikasi ini. Karena setiap pembaruan versi
harus membayar lisensi dari aplikasi proprietary tersebut.

G. Sistem Informasi Manajemen Lainnya


Di lingkungan Kemenpora terdapat juga beberapa SIM yang di luar wewenang
Biro Informasi dan Perencanaan yaitu :
– Database Fasilitator Kepemudaan Indonesia.
– PDPJOI online, Pangkalan Data Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Indonesia [http://pdpjoi.kemenpora.go.id]
– Sistem Informasi Fasilitator Kepemudahaan [http://sifa.
kemenpora.go.id]
– Zona Kreasi Muda

Gambar 3.11 Panduan untuk pengguna GIS


Gambar 3.12 SIFA

Gambar 3.13 PDPJOI

Gambar 3.14 Zona Kreasi Muda


4. Platform di Lingkungan Kemenpora
Pada saat ini platform sistem yang digunakan di lingkungan Kemenpora seperti
yang ditampilkan pada Gambar. 2.15. Sebagian besar aplikasi SIM yang
digunakan di lingkungan Kemenpora berbasiskan web. Sehingga tidak
membutuhkan program client yang harus diinstal secara khusus. Sehingga
arsitektur yang digunakan di lingkungan Kemenpora terdiri dari 4 komponen
utama yaitu :
Linux. Untuk server sebagian besar server di Kemenpora menggunakan
distro Linux OpenSUSE, sebagian desktop mengguna-kan Ubuntu terutama
untuk desktop.
Apache. Merupakan suatu web server yang dikembangkan oleh Apache
Foundation dan bersifat Open Source. Sehingga bebas untuk didapatkan,
digunakan dan diubah sesuai kebutuhan pengguna.
MySQL. Merupakan database yang sangat terkenal akan kecepatannya.
Banyak digunakan untuk aplikasi web.
PHP. Bahasa pemrograman yang bersifat skrip dan banyak digunakan untuk
membuat aplikasi web.
Arsitektur di atas lazim dikenal dengan istilah arsitektur LAMP yang bersifat
Open Source. Kemenpora telah mengikuti anjuran dari pemerintah baik dalam
surat edaran IGOS, ataupun surat edaran MenPAN tentang penggunaan program
legal di kalangan pemerintahan.

Gambar 4.1 Platform yang digunakan di lingkungan Kemenpora


Gambar 4.2 Pola integrasi di Kemenpora saat ini
Pada saat ini SIM di Kemenpora belumlah terintegrasi menjadi satu,
sehingga belum memungkinkan pertukaran data secara otomatis. Dari hasil survei
maka diperoleh bahwa mekanisme integrasi dari SIM-SIM di lingkungan
Kemenpora masihlah berupa pada tahapan sistem direktori. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.2, Aplikasi-aplikasi SIM yang digunakan belum
diikat menjadi suatu aplikasi khusus.
SIM di lingkungan kemenpora dibangun berdasarkan SIM-SIM yang
tersebar di unit-unit kerja. Sebagai pusat direktori adalah Portal Kemenpora
[http://www.kemenpora.go.id] pada Portal Kemenpora ada daftar yang melink ke
semua SIM yang ada di lingkungan Kemenpora. Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 5.1 Sehingga pengguna dengan mengklik daftar tersebut, dapat
mengakses SIM-SIM lainnya di lingkungan Kemenpora. Tetapi antara SIM di
Kemenpora belum dapat melakukan pertukaran data. Begitu juga Portal
Kemenpora belum dapat secara otomatis mendapatkan data dari SIM-SIM lain.

5. Pengguna dan Pemanfaatan


Pada saat ini SIM-SIM di lingkungan Kemenpora pada dasarnya digunakan oleh
berbagai pihak dari stakeholder yaitu :
Pengambil keputusan serta staff di lingkungan Kemenpora, misal Menteri,
Deputi dan lain sebagainya.
Gambar 5.1 Direktori Portal Keemenpora

Gambar 5.2 Memasukan berita melalui portal

Gambar 5.3 Hasil pemasukan berita oleh publik


Organisasi kepemudaan dan keolahragaan di seluruh Indonesia. Baik membaca
berita ataupun memberikan berita via fasiltias yang disediakan di Portal
Kemenpora. Melalui fasilitas yang ditampilkan pada Gambar 5.2.
Wartawan dan media massa untuk memperoleh berita dan peraturan berkaitan
dengan kepemudaan dan keolahragaan.
Publik, banyak memanfaatkan portal Kemenpora untuk mendapatkan informasi-
informasi terbaru mengenai kegiatan Kemenpora. Publik juga memasukkan
sumbangan berita mengenai kegiatan kepemudaan dan keolahragaan di sekitarnya.
Saat ini animo publik untuk memasukkan berita sudah mulai tinggi, seperti
tergambar pada Gambar 5.3.

6. Permasalahan yang Teridentifikasi


Pada implementasi SIM di lingkungan Kemenpora ada beberapa permasalahan
yang sering timbul. Permasalahan-permasalahan tersebut diidentifikasi sebagai
berikut :
Permasalahan definisi kebutuhan. Salah satu problem terbesar di dalam
pengembangan SIM adalah ketika stakeholder dan pengguna tidak dapat
menginformasikan kebutuhannya kepada pengembang aplikasi SIM.
Sehingga seringkali SIM yang dikembangkan tidak dapat berfungsi karena
tidak menyediakan fungsi yang diminta oleh pengguna.

Permasalahan disain. Di dalam pengembangan disain yang dilakukan


masih belum melibatkan pengguna secara intens dari awal pengembangan
sistem. Hal ini disebabkan sebagian proses pengembangan sistem masih
memanfaatkan metoda classic Software Development Lifecycle (SDLC)
belum dimanfaatkan metoda participatory yang melibatkan pengguna sistem
se-jak awal misal dengan penggunaan prototype.

Permasalahan implementasi. Dokumentasi dari implementasi masih


minim, sehingga menyulitkan pada kegiatan perawatan. Penggunaan data
bersama masih belum terjadi dilingkungan Kemenpora sehingga masih
dilakukan proses copy dan sharing secara manual.
Permasalahan operasional. Karena sistem yang tidak disusun memberikan
kinerja tinggi sehingga sering baik perangkat keras ataupun perangkat lunak
tidak mampu menangani beban sistem

Permasalahan perawatan. Perawatan seiring kali menjadi sedikit


terabaikan karena tidak adanya kepedulian sejak awal sistem dibangun. Di
lingkungan Kemenpora dengan dimulai dengan pembangunan Portal
Kemenpora, maka telah dilakukan fokus pada perawatan sejak awal, di
samping perbaikan pada metodologi pengembangan sistem.

Permasalahan interoperabilitas dan penggunaan data bersama belum


didefinisikan dari awal. Sebaiknya bakuan yang disepakati untuk masalah
pertukaran data

Permasalahan aspek legal. Lisensi perangkat lunak yang digunakan


ataupun lisensi perangkat lunak yang dikembangkan belum ditentukan.
Untuk itu bakuan mengenai lisensi sudah tak dapat dihindari lagi.

Permasalahan non teknis. Sosialisasi penggunaan sistem yang belum


cukup, ataupun sistem dikembangkan tidak mempertimbangkan kondisi non
teknis dari pengguna. Sosialisasi sebaiknya dilakukan sejak masa disain dan
hingga ketika sistem telah selesai. Perihal non teknis lainnya adalah masalah
kejelasan struktur organisasi pengelola SIM.

7. Strategi Pengembangan SIM Kemenpora


7.1 Strategi Nasional E-government
E-government saat ini banyak didorong pemerintah, dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas layanan pemerintah kepada masyarakat. Definisi dari e-
government itu [Becker, 2003]:
“Pemanfaatan dan Implementasi TIK oleh Pemerintah untuk
tersedianya informasi dan layanan administrasi publik bagi masyarakat”
Kesuksesan e-government ditentukan berdasarkan kualitas dan keberadaan
layanan administrasi, khususnya yang menyediakan proses transaksi secara
keseluruhan. E-government memiliki tujuan:
 Menyediakan informasi pemerintahan yang efisien
 Memberikan layanan yang lebih baik untuk masyarakat
 Menguatkan komunitas melalui akses ke Informasi dan partisi-pasi
dalam pengambilan keputusan publik;
 Mengintegrasikan “Businesses, Citizens, Employees” (G2G, G2B,
G2C, G2E)
Seperti yang disajikan pada Gambar 7.1 terlihat untuk menerapkan e-government
yang sukses perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu SDM (sumber daya
manusia), penerapan proses implementasi e-government, serta komponen TIK
yang perlu diperhatikan.

Gambar 7.1 Strategi E-Government


Berdasarkan draft rancangan penyelenggaraan e-government di Indonesia, terlihat
bahwa sistem informasi merupakan salah satu yang yang sangat mendasar yang
diperlukan di lingkungan badan peme-rintah khususnya di Kemenpora. Hal ini
sangat bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan di Kemenpora. Untuk menciptakan
e-government yang baik diperlukan beberapa komponen yang saling berkaitan
satu sama lain seperti penerapan teknologi informasi, infrastruktur jaringan
teknologi informasi, interoperabilitas sistem informasi, dan keamanan sistem
informasi. Penyelenggaraan e-government dapat dilakukan melalui kemitraan
antar instansi pemerintah pusat, antara Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah,
Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Badan Usaha atau masyarakat,
antar instansi pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengembangan aplikasi e-government di setiap badan pemerintah berdasarkan
rancangan penyelenggaraan e-government dapat dibagi menjadi dua:
Aplikasi umum dapat disediakan langsung oleh Menteri atau kementrian.
Aplikasi khusus dapat dikembangkan oleh setiap Instansi Pe-merintah Pusat
dan Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan persetujuan
Menteri.

7.2 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Gambar 7.2.1
Gambar 7.2.1 menunjukkan perubahan trend dalam Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) mulai dari perubahan sumber daya utama seperti infrastruktur
yang berubah dari sistem telepon menjadi jaringan digital, kecepatan penyebaran
informasi yang sekuensial dan lambat hingga menjadi cepat bahkan tergolong
sangat cepat. Hal ini pun mempengaruhi penambahan sumber informasi maupun
pengguna informasi yang di masa industrialisasi bersifat terpusat artinya hanya
bagian tertentu yang dapat mengakses informasi menjadi tersebar artinya seluruh
informasi dapat diakses jika informasi bersifat terbuka. Perubahan struktur dan
perkembangan teknologi informasi menuntut juga perubahan aksesibilitas data
yang semakin tinggi artinya data dan informasi dapat diakses kapan dan di mana
saja.
Perubahan trend yang terjadi dalam TIK menuntut terjadinya tranformasi di dalam
lingkungan khususnya Kemenpora. Hal ini bertujuan untuk membentuk TI yang
dapat menunjang dan mendorong transformasi keseluruhan informasi dan data di
lingkungan Kemenpora sehingga dapat mendukung perkembangan TIK.
Transformasi ini hanya bisa didapatkan dengan perubahan dalam cara pengelolaan
TI:

Gambar 7.2.2 Komponen Implementasi TIK


 Pengembangan TI sektoral yang bersifat : terpadu, lintas-sektoral
 Orientasi pengembangan TI internal (“build” dan “operate internally”)
dengan melakukan optimasikan keikutsertaan swasta (“buy” dan
“outsourcing”)
 Dukungan tersebar yang bersifat dukungan umum yang terpusat, dan
dukungan khusus tersebar
Transformasi merupakan proses panjang dan sulit sehingga memerlukan fokus
dan komitmen penuh dari seluruh jajaran Kemenpora. Di samping itu perlu
mempertimbangankan beberapa komponen TIK seperti ditunjukkan pada Gambar
7.2.2.
Dari sisi teknologi berikut ini perkembangan yang perlu dipertimbangkan di
dalam menyusun strategi pengembangan SIM di lingkungan Kemenpora.
Perkembangan teknologi web juga mendukung karena pergeseran yang terjadi
secara teknologi sebagai berikut:
Web 0.0, adalah sebelum web, seperti: Face-to-face meetings, Telephones,
fax, Newspapers, books, magazines, television, ci-nemas, VCRs,
Encyclopedias, Diaries, Libraries, Internet, ftp, AOL, Compuserve, Prodigy.
Web 1.0, adalah merupakan awal web dan sering disebut sebagai ’Read
Only Web’. Contohnya adalah HTML, CSS, XML standards, Browsers
semisal Mosaic, Mozilla, Internet Explorer, Firefox, Opera, E-commerce,
web-based forms, Plugins semisal Flash, Streaming music dan video, situs
web dinamis tapi belum interaktif, mesin mencari (search engine), Java,
PHP, web services. Web 1.0 memiliki karakteristik :
– Universal akses, artinya untuk mengakses sistem tidak membutuhkan
program client yang beragam. Sistem dapat diakses cukup menggunakna
program yang sama, yaitu browser. Berbeda dengan sebelum ada Web,
maka setiap program client dibutuhkan untuk mengakses layanan yang
berbeda.
– Konten yang portabel, dan hyperlink sehingga bersifat non-linear.
Web 2.0, merupakan perkembangan lebih lanjut dari Web 1.0 dan sering
diistilahkan sebagai ’Read-Write Web’, sebagai contoh Blogs, wikis,
jaringan sosial, Web-based email, word processors, spreadsheets, CRM,
SOA (service oriented architecture). Web 2.0 dengan karakteristik :
– Konten yang dihasilkan user.
– Mobile access menjadi dominan.
Web 3.0, merupakan perkembangan Web 2.0 yang dari manusia bergeser ke
mesin. Pada web sebelumnya, fungsi web adalah hanya dipahami oleh
manusia, tetapi mesin belum memiliki fasilitas yang memadai. Sehingga
pada Web 3.0 akan dikembangkan pemahaman yang lebih baik antara
manusia-manusia, mesin-mesin dan manusia-mesin. Saat ini Web 3.0 masih
terus dikembangkan dalam tingkat penelitian, arah yang dominan adalah ke
semantic web, web services dan interoperabilitas. Web 3.0 dengan
karakteristik :
– Fokus pada layanan universal dan dapat saling bertukar layanan.
– Berbasiskan semantik yang menunjang interoperabilitas.

7.3 Open Source dan Open Standard


Salah satu trend TIK yang makin dipertimbangkan berbagai negara dalam 10
tahun belakang ini adalah Open Source dan Open Standard. Pemanfaatan Open
Source Software dalam Implementasi TIK merupakan hal yang sangat penting
karena beberapa alasan.
– Efisien dan efektif; Mengimplementasikan Open Standar sehingga
mempermudah dalam pertukaran data digital
– Stabil, Aman;
– Dukungan Komunitas;
– Custom Build Software; Peningkatan Industri Perangkat Lunak Lokal
untuk Implementasi TIK
Pemerintah telah memberikan dukungan terhadap Implementasi OSS pada e-
Government dengan cara:
 Secara bertahap dan berkesinambungan dengan tetap pada orientasi
pencapaian target.
 Pemerintah berperan sebagai pendorong dengan cara memberikan
contoh sebanyak mungkin penggunaan OSS di instansi pemerintah,
menggunakan piranti lunak yang legal termasuk dengan OSS.
 Pendekatan yang tidak mewajibkan untuk semua implementasi (tidak
ada pemihakan), tetapi memberikan dorongan untuk penggunaan
OSS seluas-luasnya.
 Keterlibatan bersama seluruh stakeholder dan komunitas TI dalam
implementasi program.
Tabel 7.3.1 Implementasi OSS di Berbagai Daerah
No. Pemda Action

1 Kab. Jembrana Migrasi Desktop, Migrasi Server,

Pengembangan aAplikasi, Pelatihan,

Kustomisasi Aplikasi

2 Kab. Kebumen Migrasi server, Pelatihan

3 Kab. Sragen Migrasi Server, Pengembangan Aplikasi,

Pelatihan, Kustomisasi Aplikasi,

Maintenance OSS

4 Prov. Jawa Tengah Migrasi Desktop, Migrasi Server,

Pelatihan, Kustomisasi Aplikasi, Official

Support OSS

5 Prov. Jawa Timur Migrasi Server, Pengembangan Aplikasi,

Kustomisasi Aplikasi

6 Prov. Nangroe Aceh Darussalam Migrasi Komputer lokal dan Desktop

Hal ini terlihat dengan penerapan aplikasi open source di beberapa daerah
seperti yang terlihat pada tabel 7.3.1. Penerapan OSS tidak hanya dilakukan di
Indonesia tapi berbagai negara telah melakukan hal yang sama seperti pada
gambar 7.3.2 Beberapa contoh apilikasi OSS yang sering dan telah digunakan
antara lain:
 Aplikasi Desktop: Sistem Operasi (Linux), Office Application
(Open Office), Gambar/Grafik (Gimp, Blender),
 Aplikasi Statistik: R-statistik, GIS: MapServer, GRASS
 Pemrograman: PHP, GCC, Fortran, Java, Phyton, dll
 Server: Database, Web, Mail, Virtualisasi, DNS, Proxy
Berdasarkan data tersebut maka implementasi Open Source di lingkungan
Kemenpora merupakan suatu strategi yang penting. Hal ini tidak saja untuk
memberikan kinerja tinggi, tetapi juga untuk memecahkan masalah legalitas dan
pertimbangan pemanfaatan dana publik secara optimal. Untuk itu beberapa
aplikasi yang terlanjur disusun dengan menggunakan aplikasi proprietary harus
secara bertahap dimigrasi menjadi aplikasi open source untuk mendukung
program pemerintah tersebut.
Tabel 7.3.2 Implementasi OSS di berbagai Negara

No. Negara Action

1 German Perjanjian antara Pemerintah Pusat dengan

Perusahaan OSS (SusE) dan IBM untuk

mengimplementasikan OSS dalam

pengembangan sistem pemerintahan.

2 Inggris Pemerintahan dan Otoritas mengusulkan

pemanfaatan OSS (untuk Open Standar) sebagai

hal yang sama dengan proprietry dalam proses

belanja TIK

3 Perancis Pemerintah dan otoritas administrasi memutuskan

untuk pemanfaatan OSS untuk mengurangi budget

TIK. Hal ini juga sebagai wujud peningkatan

industri software

4 Denmark Research commitee of the Folketing

merekomendasikan untuk mengimplementasikan

OSS dalam administrasi Pemerintahan

5 Findland Beberapa anggota parlemen merekomendasikan

pemanfaatan OSS untuk administrasi

Pemerintahan

6 China China’s Ministry of Information Industry

membentuk Open Source Alliance untuk

mendukung sistem berbasis Linux

7 Brasil Pemerintah migrasikan 300.000 komputer di

kantor pemerintah ke sistem OSS, sedangkan

legistafif memberi mandat agar seluruh software di

federal administration dan publik harus OSS


8. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kemenpora
Pengembangan SIM yang baik di suatu Kementerian haruslah memiliki suatu
strategi dan perencaan yang terintegrasi, holistik dan berjangka panjang dan
berkesinambungan. Untuk kebutuhan tersebut perlu disusun road map
pengembangan SIM Kemenpora. Road map ini diharapkan menjadi panduan bagi
unit kerja yang mengembangkan SIM ataupun pengembang SIM di lingkungan
Kemenpora. Road map ini bukan sekedar daftar aplikasi yang direncanakan
dibuat, tetapi lebih kepada strategi dan tahapan pembangunan SIM yang
terintegrasi.
Dalam melakukan pengembangan SIM Kemenpora diperlukan beberapa
perencanaan pengembangan perangkat lunak. Perencanaan ini ada yang bersifat
teknis ataupun bersifat non teknis (organisatoris, aturan dan bakuan). Persiapan
tersebut meliputi :
Persiapan aspek teknis
 Melakukan survei untuk mengetahui kondisi dukungan teknis yang ada
saat ini di lingkungan Kemenpora.
 Memilih suatu model untuk proses pengembangan SIM yang dianut.
 Memilih notasi yang digunakan untuk spesifikasi dan perancangan sistem
informasi.
 Memilih bahasa pemrograman yang disarankan untuk digunakan di
dalam pengembangan Sistem Informasi Manejemen di lingkunga
Kemenpora.
 Menentukan arsitektur perangkat keras dan perangkat lunak dari Sistem
Informasi Manajemen.
 Memilih mekanisme pengaturan konfigurasi dari sistem.
 Memilih produk berpotensi berdasarkan pengalaman keorgani-sasian,
sumber daya, dan tujuan.
 Mengevaluasi informasi pasar mengenai viablitas produk.
 Membeli atau menyewa perangkat keras/lunak yang dibutuhkan.
Persiapan aspek organisasi
 Menetapkan standard untuk dokumentasi, coding, verifikasi dan
pengujian.
 Mengestimasi biaya, jadwal, tersiko dan harga dari produk.
 Memilih bentuk laporan dan cara pengukuran perkembangan proyek.
 Menentukan organisasi pendukung pelaksanaan SIM di lingkungan
Kemenpora.
Persiapan sumber daya manusia
 Mengontrak dan menyusun team pembuat software.
 Menyiapkan bahan dan personil untuk instalasi, perawatan.
 Melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai proses pengem-bangan
SIM sehingga ketika dilaksanakan pengembangan SIM kerjasama antar
pihak Kemenpora dan pengembang dapat ter-jadi secara baik. Oleh
karena itu untuk meletakkan dasar dan fondasi perencanaan ser-ta
pelaksanaan pengembangan SIM di lingkungan Kemenpora maka perlu
ditetapkan beberapa bakuan yang dituangkan dalam dokumen-tasi.
Dokumen bakuan dan perencanaan tersebut disusun dengan
pendekatan:
1. Tidak terlalu teknis agar dapat dibaca secara luas dan juga mu-dah
dipahami oleh pihak manajemen.
2. Tidak terikat pada satu jenis teknologi atau vendor. Tetapi lebih
kepada konsep dan bakuan yang bersifat terbuka.
3. Pengembangan yang dilakukan berbasiskan kondisi yang ada. Tidak
terlalu ambisius. Aplikasi-aplikasi yang direncanakan ber-basiskan
kebutuhan yang ada.
4. Pengembangan teknis yang direncanakan harus melihat kepada
keterbatasan organisasi dan sumber daya manusia yang ada.

8.1 Rencana Pengembangan Infrastruktur


Salah satu yang perlu dikembangkan di dalam penyusunan SIM di lingkungan
Kemenpora adalah infrastruktur teknis pendukung SIM. Yaitu sistem perangkat
server dan jaringan. Pada saat ini sistem jaringan dan server di lingkungan
Kemenpora dapat dilihat seperti pada Gambar 3.1. Saat ini beberapa server sudah
dijalankan dengan menggunakan teknik virtualisasi. Kemenpora adalah
kementerian yang tergolong pertama kali memanfaatkan teknologi ini.
Teknik virtualisasi digunakan untuk menyediakan beragam layanan SIM yang
terpisah tetapi menjadikan lebih mudah dikelola dan dirawat. Karena dijalankan
pada suatu lingkungan terisolir yang terpaket menjadi satu. Di samping itu, teknik
virtualisasi ini membuat sistem lebih aman dan reliable serta dapat memanfaatkan
perangkat keras secara lebih efisien.

Gambar 8.1.1 Kondisi sekarang

Perencanaan untuk pengembangan infrastruktur sehingga menjadikan layanan


SIM yang lebih baik dapat dilihat pada Gambar 8.1.1 Pada dasarnya perbaikan
yang perlu dilakukan untuk 1 tahun ke depan di tingkat infrastruktur jaringan
adalah hal-hal sebagai berikut :
 Separasi atau pembagian yang lebih jelas antara unit kerja yang di
dalam dan di luar. Hal itu dilakukan dengan memasang sistem firewall
dan router tambahan.
 Dilengkapinya dengan sistem inventori, management serta help desk
yang memudahkan pengoperasian serta perawatan infras-truktur
jaringan
 Penambahan beberapa fasilitas dasar untuk infrastruktur seperti Intruder
Detection System, Intruder Prevention System, Backup system dan lain
sebagainya.
 Pemanfaatan sistem dengan Quality of Service (QoS) sehingga dapat
membedakan layanan yang diberikan dan dapat meman-faatkan
bandwidth yang tersedia secara lebih baik.

Gambar 8.1.2 Kondisi Jaringan yang Diharapkan

8.2 Jenis SIM yang perlu dikembangkan


Di dalam mengembangkan SIM Kemenpora di masa mendatang, maka perlu
dilakukan tahapan-tahapan pengembangan SIM. Pemilihan urutan-urutan tersebut
berdasarkan tingkat kebutuhan serta prasyarat dari SIM selanjutnya. Tahapan-
tahapan pengembangan SIM di lingkungan Kemenpora tersebut ditampilkan pada
Gambar 8.2.1.1 Beberapa tahapan membutuhkan kesuksesan pelaksanaan tahapan
selanjutnya. Road map ini dibagi menjadi beberapa jenis pekerjaan SIM yang
pada dasarnya dapat untuk memenuhi kebutuhan :
 Kebutuhan publik untuk mendapatkan informasi mengenai Kepemudaan
dan Keolahragaan.
 Memberikan layanan fasilitas informasi kepada publik misal kepada
OKP ataupun organisasi olahraga.
 Kebutuhan Kemenpora dalam menciptakan kebijakan dan melaksanakan
kebijakan-kebijakan Kepemudaan dan Keolahragaan.
 Operasional dari SIM tersebut sehingga SIM tersebut dapat bekerja
menenuhi fungsinya.
Jenis-jenis SIM yang akan dikembangkan tersebut akan dijabarkan pada
penjelasan berikut :
8.2.1 SIM untuk Pengoprasian
Untuk memudahkan dan mengatasi permasalahan pengoperasian. Maka perlu
dikembangkan beberapa Sistem Informasi yang terkait dengan fasilitas SIM di
lingkungan Kemenpora, Sistem tersebut adalah Sistem Informasi Manajemen
Infrastruktur Jaringan. SIM ini pada dasarnya memiliki 3 komponen utama yaitu :
Sistem inventory infrastruktur jaringan. Sistem ini akan mendata
perangkat jaringan, perangkat keras di lingkungan Kemenpora. Sehinga bila
terjadi gangguan maka akan lebih mudah menelusuri kerusakannya. Hal ini
akan membantu pengoperasian jaringan di lingkungan Kemenpora.
Prototype sistem ini tampak seperti Gambar 8.2.1.2

Sistem monitoring dan visualisasi jaringan. Sistem ini akan memonitor,


traffic, layanan apakah selalu up, serta memberikan laporan tentang
sebagaimana baiknya layanan SIM yang ada di lingkungan Kemenpora. Juga
akan melaporkan titik mana yang paling banyak menggunakan bandwidth,
ataupun dapat juga melaporkan perkabelan di lantai mana yang kurang baik.
Prototype sistem ini tampak pada Gambar 8.2.2.1

Sistem help desk. Sistem ini akan membantu mengelola pelaporan dari
pengguna bila terjadi kerusakan. Sehingga setiap pengguna di lingkungan
Kemenpora dapat melaporkan dengan lebih ditail dan akan langsung dicatat
oleh bagian teknis. Proto-type sistem ini tampak seperti pada Gambar 8.2.2.2
Gambar 8.2.1.1 Road Map SIM di Kemenpora

Gambar 8.2.1.2 Sistem inventory jaringan

8.2.2 SIM Berbasiskan Database


Sistem lnformasi berbasiskan Aplikasi Database in misal meliputi berbagai sistem
misal :
Sistem database pendukung interoperabilitas. Sistem database yang ada
di lingkungan Kemenpora belum mendukung aspek interoperabilitas.
Sehingga sulit bila antar SIM dapat bertukar data. Sebagai dampaknya data
yang tersebar di beberapa Unit Kerja tak dapat dimanfaatkan. Dengan
adanya sistem database pendukung interoperabilitas yang berbasis ontologi,
maka proses pertukaran data akan dapat dilakukan secara lebih mudah.

Sistem datawarehouse. Untuk memudahkan proses pengambilan keputusan,


maka ketersediaan data secara terkumpul baik yang bersumber dari sumber
data internal (dari dalam organisasi) ataupun sumber data eksternal (luar
organisasi) akan sangat dibutuhkan. Dengan terkumpulnya data tersebut
dalam suatu sistem datawarehouse, maka dapat diterapkan teknik-teknik data
mining untuk melakukan perkawinan informasi dari data dengan sumber
yang berbeda. Cara ini akan menghasilkan suatu informasi pendukung
pembuat keputusan yang sangat membantu sekali Kementerian Pemuda dan
Olahraga dalam pekerjaan sehariharinya.

Gambar 8.2.2.1 Sistem Monitoring

Gambar 8.2.2..2 Help Desk


Executive Information System yang mendukung mobile devices. SIM ini
merupakan SIM yang digunakan para pembuat keputusan. Sehingga
memang didisain untuk memberikan informasi tentang Kementerian Pemuda
dan Olahraga secara singkat tetapi real time. Sistem ini juga menyajikan
informasi tentang Kepemudaan dan Keolahragaan, misal daftar OKP di
Indonesia dan alamatnya, daftar atlit berpartisipasi dan lain sebagainya.
Pengguna setelah memperoleh suatu informasi dapat mencari informasi yang
lebih ditail. EIS ini sebaiknya juga dapat diakses melalui perangkat mobile
devices, karena akan memudahkan untuk mengakses informasi dari
manapun.
Model pengintegrasian layanan SIM di lingkungan Kemenpora dikembangkan
dengan model seperti pada Gambar 8.2.3.1. Pada model ini setiap SIM tidak harus
memiliki model database ataupun menggunakan database yang sama. Tetapi antar
SIM tersebut dapat saling bertukar data dengan menggunakan mekanisme
“generic service”. Setiap SIM yang dikembangkan di lingkungan Kemenpora
yang ingin melaku-kan pertukaran data, harus memenuhi pra-syarat penyediaan
“generic service” ini. Sehingga antar SIM cukup melakukan request dengan
metoda yang sama dan tiap SIM akan melakukan pemetaan sesuai dengan
teknologi yang diimplementasikannya.

8.2.3 SIM Berbasiskan Social Network


Social Network merupakan suatu jenis aplikasi yang mencoba menghubungkan
antara pengguna dengan pengguna lainnya. Misal dalam rangkaian “friend of
friend”. Salah satu aplikasi jenis Social Network yang terkenal adalah Facebook.
Saat ini lazim suatu organisasi atau suatu jenis kegiatan membuat situs Social
Network sendiri. Sebagai contoh bila di lingkungan Kemenpora, maka Social
Network ini dapat digunakan untuk tujuan :
 Menghubungkan mereka (pemuda) yang pernah mengikuti kegi-atan,
 Menghubungkan mereka yang tertarik dengan organisasi pemuda misal
anggota organisasi pemuda atau “alumni” kegiatan Menpora
 Menghubungkan organisasi-organisasi kepemudaan
Gambar 8.2.3.1 Interoperabilitas dengan Service generic
Jenis aplikasi lainnya yang tergolong pada keluarga aplikasi Social Network
adalah aplikasi mikroblog. Salah satu aplikasi jenis ini yang pa-ling terkenal
adalah twitter, seperti yang nampak pada Gambar 8.2.3.2. Aplikasi jenis ini
memiliki karakeristik:
 Pesan singkat < 140 karakter
 Dapat dibaca dan ditulis melalui perangkat mobile (smartphone,
ataupun via SMS).
 Cocok untuk laporan singkat misal ketika ada event seperti SEA
GAMES. Tujuannya memberikan laporan singkat terbaru.

Gambar 8.2.3.2 Mikroblog


8.2.4 SIM untuk Berkolaborasi
Salah dari tujuan dari aplikasi ini adalah untuk menghubungkan mereka (pemuda)
yang pernah mengikuti kegiatan. Salah satu dari aplikasi ini adalah seperti yang
ditunjukan pada gambar 8.2.4.1. Aplikasi ini akan membantu dalam
menkoordinasikan pekerjaan. Dengan sistem ini, maka setiap staf di Kemenpora
akan dapat login ke sistem dan memperoleh “desktop” yang menerangkan jadwal
kerja, kelompok kerja termasuk target dan tenggat. Aplikasi semacam ini
ditampilkan pada Gambar 8.2.4.1. Di samping masing-masing pengguna dapat
melihat jadwal dan bekerja sama secara online (misal menulis dokumen
bersamaan), maka pengguna dapat juga bertukar data.

Gambar 8.2.4.1. Contoh Aplikasi CSCW

8.2.5 SIM untuk Knowledge Management


Beberapa SIM yang tergolong kelompok ini dan dapat dikembangkan di
lingkungan Kemenpora adalah :
Sistem Ensiklopedia berbasis Wiki. Salah satu aplikasi yang dapat
dikembangkan adalah ensiklopedia pemuda dan olahraga. Aplikasi ini
berbasis knowledge base artinya pengunjung bisa menambahkan informasi
contohnya seperti yang ditunjukkan Gambar 8.2.5.1 Prototype situs ini dapat
diakses dengan URL : [http://wiki.kemenpora.go.id].
Sistem tanya jawab (Frequently Asked Question). Aplikasi SIM ini dapat
digunakan untuk mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang sering
dilontarkan oleh publik terhadap suatu permasalahan yang berkaitan dengan
Kepemudaan. Sebagai contoh, prototype situs ini dapat diakses dengan URL
[http: //tanya-jawab.kemenpora.go.id]. Model prototype dari aplikasi seperti
ini dapat dilihat pada Gambar 8.2.5.2.
Sistem eLearning. Sistem ini akan mendukung mekanisme pembelajaran
jarak jauh. Sehingga di masa depan Kemenpora dapat memberikan materi
pelatihan melalui eLearning, misal materi pelatihan juri dan wasit untuk
cabang olahraga tertentu. Ataupun juga materi pelatihan untuk para pemuda.
Dengan memanfaatkan teknologi ini maka dapat ditingkatkan jumlah
pelatihan baik kuantitas ataupun kualitasnya. Sebagai contoh dari fasilitas
seperti ini adalah yang ditampilkan pada Gambar 8.2.5.3.

Gambar 8.2.5.1 Contoh Ensiklopedia

Gambar 8.2.5.2 Fasilitas tanya jawab (FAQ)


Gambar 8.2.5.3 Fasilitas eLearning

Anda mungkin juga menyukai