Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KERUPUK IKAN

TENGGIRI (Scomberomorus Commerson)


(Studi Kasus : UD. Seven Islands, Kelurahan Sei Bilah,
Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat)
Nurul Hidayah Lubis*), Dr. Ir. Salmiah, MS**) dan Dr. Ir. Satia Negara
Lubis, M.Ec **)

*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera


Utara
E-mail: nurulhidayahlubis01@gmail.com
**) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan kerupuk
ikan tenggiri di UD. Seven Islands, menganalisis besarnya pendapatan dan untuk
menganalisis besarnya nilai tambah kerupuk ikan tenggiri. Metode penelitian
adalah metode purposive untuk menentukan daerah penelitian. Metode yang
digunakan untuk penentuan sampel adalah metode purposive sampling atau
sengaja memilih UD. Seven Islands. Metode analisis yang digunakan adalah
metode deskriptif, metode perhitungan pendapatan dan dianalisis secara
deskriptif, dan metode perhitungan nilai tambah Hayami. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses pengolahan kerupuk ikan tenggiri di
UD. Seven Islands terdiri dari 6 tahapan yaitu tahap pembersihan ikan,
penggilingan ikan, pembuatan adonan, pencetakan kerupuk, penggorengan
kerupuk dan pengemasan. Pendapatan yang diperoleh dari pengolahan kerupuk
ikan tenggiri per satu kali produksi adalah sebesar Rp. 1.168.781,62. Nilai
tambah yang dihasilkan dari pengolahan kerupuk ikan tenggiri adalah sebesar
Rp. 14.292/kg dengan rasio nilai tambah sebesar 23,30%.
Kata Kunci : Ikan Tenggiri, Kerupuk Ikan Tenggiri, Nilai Tambah

ABSTRACT
The objectives of the study were to know the processing of mackerel fish
crackers in UD. Seven Islands, analyze the amount of income and to analyze the
value added of mackerel fish crackers. The Method of research is purposive
method for the research area determination. The research method used to
determine the sample is purposive sampling or intentionally choose UD. Seven
Islands. The analysis method used is descriptive method, income calculation
method and analyzed descriptively, and method of calculation of value added
Hayami. The results showed that the processing of mackerel fish crackers in UD.
Seven Islands consisted of 6 stages of fish cleaning phase, fish milling, dough
making, cracker printing, frying crackers and packaging. Revenues earned from
the processing of mackerel fish crackers from one time production amounted to
Rp. 1.168.781,62. The value added resulting from the processing of mackerel fish
crackers is Rp. 14.292 / kg with the value added ratio was 23.30%.
Keywords: Mackerel Fish, Mackerel Fish Crackers, Value Added

PENDAHULUAN

1
Latar Belakang
Hasil perikanan bersifat mudah rusak sehingga tingkat kehilangan atau
kerusakan pascapanen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pangan
lainnya. Oleh karena itu, peningkatan produk perikanan harus diimbangi dengan
penaganan pascapanen dan teknologi pengolahan yang memadai. Banyak jenis
ikan di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal. Beberapa jenis ikan
tersebut mempunyai prospek yang baik untuk diolah, salah satunya adalah ikan
tenggiri (Putra, 2005).
Berikut tingkat produksi ikan tenggiri di Kabupaten Langkat tahun 2012–
2016 dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Produksi Ikan Tenggiri di Kabupaten Langkat Tahun 2012–2016

Tahun Produksi (Ton)


2012 660
2013 540
2014 350
2015 156
2016 743
Total 2449
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat, 2017

Seiring dengan menurunnya produksi ikan tenggiri di Kabupaten Langkat


mulai dari tahun 2012–2015 menyebabkan industri pengolahan kerupuk ikan
tenggiri mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku pengolahan.
Penurunan produksi ikan tenggiri juga diiringi dengan kenaikan harga ikan
tenggiri. Sehingga beberapa industri pengolahan kerupuk ikan tenggiri di
kelurahan Sei Bilah berhenti untuk memproduksi kerupuk ikan tenggiri.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih jauh tetang bagaimana proses pengolahan kerupuk tenggiri
tersebut, berapa besar pendapatan dan berapa besar nilai tambah yang dihasilkan
dari pengolahan kerupuk ikan tenggiri di UD.Seven Islands.
Perumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pengolahan kerupuk ikan tenggiri di UD. Seven Islands?
2. Berapa besar pendapatan pengolahan kerupuk ikan tenggiri di UD. Seven
Islands?

2
3. Berapa besar nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ikan tenggiri
menjadi kerupuk ikan tenggiri di UD. Seven Islands?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pengolahan kerupuk ikan tenggiri di UD. Seven
Islands.
2. Untuk menganalisis pendapatan pengolahan kerupuk ikan tenggiri di UD.
Seven Islands.
3. Untuk menganalisis berapa besar nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan
ikan tenggiri menjadi kerupuk ikan tenggiri tenggiri di UD.Seven Islands.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Daging ikan tenggiri mengandung protein berkualitas tinggi dan vitamin
yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan ketahanan tubuh. Semua ikan pelagis
mengandung Omega 3. Daging ikan tenggiri merupakan salah satu produk pangan
hewani yang kontribusinya penting sebagai sumber protein (Sudariastuty, 2011).
Kerupuk ikan didefinisikan sebagai hasil olahan dari campuran yang terdiri
atas ikan segar, tepung tapioka dan bahan-bahan lain yang mengalami perlakuan:
pengadonan, pencetakan, pengukusan, pengangin-anginan, pengirisan dan
pengeringan. Ada juga sebagian yang menambahkan monosodium glutamat
sebagai penyedap (Istanti, 2005).
Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau dengan
peralatan berteknologi modern. Untuk industri rumah tangga yang memproduksi
kerupuk ikan, dapat menggunakan alat-alat yang sederhana. Pembuatan kerupuk
ikan dengan skala besar biasanya menggunakan alat-alat dan mesin dengan
teknologi yang lebih maju dan modern (Indrayani, 2012).
Landasan Teori
Agroindustri
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai
bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui
perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk

3
agroindustri dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi atau sebagai
produk bahan baku industri lainnya (Soekartawi, 2000).
Proses Produksi
Menurut Soekartawi (2006), FC biasanya diartikan sebagai biaya yang
dikeluarkan dalam usahatani yang besar kecilnya tidak tergantung dari besar-
kecilnya output yang diperoleh. Selanjutnya VC (biaya tidak tetap) biasanya
diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh perolehan output.
Menurut Suratiyah (2006), Pendapatan kotor atau penerimaan adalah
seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode
diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali (Rp).
Keuntungan atau laba perusahaan adalah penghasilan bersih yang diterima
oleh pengusaha, sesudah dikurangi dengan biaya-biaya produksi. Atau dengan
kata lain, laba pengusaha adalah selisih antara penghasilan kotor dan biaya-biaya
produksi (Lipsey et al, 1990).
Nilai Tambah
Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas
karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam
suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefenisiskan
sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input
lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai
produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen
faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa
pengusaha pengolahan (Hayami et al., 1987).
Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan merupakan selisih antara nilai
komoditas yang mendapat perlakuan pada suatu tahap dengan nilai komoditas
yang harus dikeluarkan selama proses produksi terjadi. Nilai tambah yang
diperoleh lebih dari 50% maka nilai tambah dikatakan besar dan sebaliknya,
nilai tambah yang diperoleh kurang dari 50% maka nilai tambah dikatakan
kecil (Sudiyono, 2004).
METODE PENELITIAN
Metode Lokasi Penelitian

4
Metode Penelitian daerah penelitian ditentukan secara purposive atau
sengaja yaitu Kelurahan Sei Bilah, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat.
Dengan pertimbangan bahwa hanya Kelurahan Sei Bilah yang memiliki unit
usaha pengolahan keurupuk ikan tenggiri di Kecamatan Sei Lepan Kabupaten
Langkat.
Metode Pengambilan Sampel
Metode penentuan sampel pada penelitian ini ditetapkan secara Purposive
Sampling. Purposive Sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan
kriteria atau tujuan tertentu (disengaja). Dengan metode tersebut, maka ditetapkan
yang menjadi sampel penelitian ini adalah pemilik industri pengolahan kerupuk
ikan tenggiri UD. Seven Islands.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui proses pengolahan ikan
tenggiri menjadi kerupuk ikan adalah metode analisis deskriptif yaitu menjelaskan
proses awal pengolahan ikan tenggiri hingga menjadi kerupuk ikan tenggiri.
Metode analisis yang digunakan untuk menghitung pendapatan adalah
menggunakan rumus perhitungan pendapatan dan dianalisis secara deskriptif,
dimana rumus perhitungan pendapatan adalah sebagai berikut :
π = TR – TC
TR = Py.Y
TC = FC + VC
Dimana :
π : Pendapatan (Rp)
TR : Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
TC : Total Cost atau Biaya total (Rp)
Py : Harga Produksi (Rp/Kg)
Y : Jumlah Produksi
FC : Fixed Cost atau Biaya Tetap (Rp)
VC : Variable Cost atau Biaya Tidak Tetap (Rp) (Suratiyah, 2009)

Dimana kriteria ujinya yaitu :

5
1. Jika TR >
TC, maka pendapatan tergolong besar dan memperoleh keuntungan.
2. Jika TR <
TC, maka pendapatan tergolong kecil dan mengalami kerugian.
3. Jika TR =
TC, maka pendapatan dalam kondisi impas, yaitu tidak memperoleh
keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Metode analisis yang digunakan untuk menghitung nilai tambah pengolahan
kerupuk ikan tenggiri digunakan Metode Hayami. Adapun prosedur perhitungan
nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 2
berikut :
Tabel 2. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah dengan Metode Hayami.

Variabel Nilai
I. Output, Input dan Harga
1. Output (Kg) (1)
2. Input (Kg) (2)
3. Tenaga Kerja (HKO) (3)
4. Faktor Konversi (4) =
5. Koefisien Tenaga Kerja (HKO/Kg) (1)/(2)
6. Harga Output (5) =
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HKO) (3)/(2)
(6)
(7)
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8)
9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) (9)
10. Nilai Output (Rp/Kg) (10) =
11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) (4) x (6)
b. Rasio Nilai Tambah (%) (11a) =
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) (10) –
b. Pangsa Tenaga Kerja (%) (9) – (8)
13. a. Keuntungan (Rp/Kg) (11b) =
b. Tingkat Keuntungan (%) (11a/(10
) x
100%
(12a) =
(5) x (7)
(12b) =
(12a/11a
) x
100%

6
(13a) =
(11a) –
(12a)
(13b) =
(13a/11a
) x
100%
III. B
alas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Margin (Rp/Kg) (14) =
a. P (10) –
endapatan tenaga Kerja Langsung (%) (8)
b. S (14a) =
umbangan Input Lain (%) (12a/14)
c. K x 100 %
euntungan Pemilik Perusahaan (%) (14b) =
(9/14) x
100 %
(14c) =
(13a/14)
x 100 %
Sumber : Hayami et al, 1987
Dimana, kriteria ujinya yaitu :
a. Jika nilai
tambah > 50%, maka nilai tambah dikatakan tinggi
b. Jika nilai
tambah < 50%, maka nilai tambah dikatakan rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sistem Produksi Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan Tenggiri
Terdapat 6 tahapan dalam pengolahan kerupuk ikan tenggiri di UD. Seven
Islands yaitu :
1. Tahap pembersihan ikan, tujuannya yaitu untuk membuang bagian-bagian
tubuh yang tidak digunakan dalam proses produksi seperti kepala dan isi perut
ikan.
2. Tahap penggilingan ikan, tujuannya untuk memisahkan daging ikan dengan
tulang maupun duri ikan sehingga diperoleh daging ikan yang halus.

7
3. Tahap pembuatan adonan, semua bahan di campurkan kedalam wadah lalu
dimasukkan ke mesin adonan agar diperoleh adonan yang kalis dengan
campuran bahan merata.
4. Tahap Pencetakan kerupuk, yaitu dengan membentuk adonan dalam ukuran
sebesar jari tangan dan memanjang lalu adonan dipotong-potong dalam ukuran
tertentu.
5. Tahap Penggorengan, kerupuk digoreng sampai mengembang dengan tingkat
kematangan yang sempurna kemudian dilakukan penirisan dengan
menggunakan mesin peniris atau mesin spinner.
6. Tahap Pengemasan, kerupuk dimasukkan kedalam plastik kemasan ukuran
tertentu sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen.
Jadi, proses pengolahan dilakukan secara tradisional karena kegiatan
pengolahan masih dikerjakan secara manual. Tetapi sudah menggunakan bantuan
mesin atau alat-alat modern pada beberapa tahapan pengolahan.
Penggunaan Bahan Baku
Tabel 3. Biaya Penggunaan Bahan Baku per Satu Kali dalam Pengolahan
Kerupuk Ikan Tenggiri Produksi di “UD. Seven Islands”
Tahun 2017.
Uraian Frekuensi Kebutuhan Ikan Total Harga
Pembuatan Tenggiri (Kg) Beli Ikan
(Hari) Tenggiri (Rp)
Per Hari - 150 2.700.000
Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Tabel 3 menunjukkan ikan tenggiri yang dipakai dalam satu kali produksi
adalah sebanyak 150 Kg dimana harga per kilogram ikan tenggiri adalah
Rp.18.000. Jadi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dalam satu
kali produksi adalah Rp.2.700.000.
Penggunaan Bahan Penunjang
Tabel 4. Biaya Bahan Penunjang per Satu Kali Produksi dalam Pengolahan
Kerupuk Ikan Tenggiri di “UD. Seven Islands” Tahun 2017.
No Bahan Penunjang Biaya (Rp)
1 Tepung Sagu 1.102.500
2 Minyak Goreng 1.296.000
3 Gula 18.000
4 Penyedap Rasa 37.500

8
5 Plastik 411.600
6 Garam 20.000
7 Telur 330.000
8 Gas 432.000
9 Cap/Label 500.000
10 Anak Hekter 2.500
11 BBM 100.000
Total 4.250.100
Biaya Penyusutan Peralatan 55.954
Biaya Listrik dan Air 50.000
PBB 164,38
Total Biaya Bahan Penunjang 4.356.218,38
Penggunaan Bahan Baku (Kg) 150
Sumbangan Input Lain (Rp/Kg Bahan Baku) 29.041,45
Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan untuk bahan
penunjang dalam pengolahan kerupuk ikan tenggiri dalam satu kali produksi
adalah Rp. 4.356.218,38 untuk 150 kg ikan tenggiri. Dimana biaya bahan
penunjang untuk 1 Kg ikan tenggiri adalah sebesar Rp. 29.041,45.
Modal Investasi
Adapun penggunaan modal investasi dalam pengolahan kerupuk ikan
tenggiri dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Biaya Penyusutan Peralatan per Satu Kali Produksi dalam


Pengolahan Kerupuk Ikan Tenggiri di “UD. Seven Islands”
Tahun 2017.
N0 Jenis Alat Jumlah Biaya Penyusutan (Rp/Hari)
1 Mesin Giling Ikan 1 14.090
2 Mesin Adonan 1 12.329
3 Alat Press Besar 1 2.877
4 Alat Press Sedang 2 256
5 Alat Press Kecil 7 621
6 Freezer Ikan 2 6.575
7 Mesin Spinner 2 10.568
8 Kuali 6 1.048
9 Kompor 6 555

9
10 Parang 3 96
11 Toples 48 1.973
12 Ember 48 1.096
13 Keranjang 24 767
14 Sendok Saring 6 164
15 Sendok Goreng 6 164
16 Timbangan Kecil 2 94
17 Timbangan Besar 2 196
18 Derigen Minyak 6 164
19 Meja 6 329
20 Hekter 10 55
21 Pisau 13 356
22 Tampah 24 329
23 Fiber Ikan 10 1.252
Total 55.954
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Dari Tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa biaya penyusutan peralatan yang
harus dikeluarkan per hari dalam pengolahan kerupuk ikan tenggiri adalah
Rp.55.954/hari. Adapun biaya penyusutan yang paling tinggi adalah biaya mesin
penggiling ikan yaitu sebesar Rp.14.090. Sedangkan biaya penyusutan yang
paling rendah adalah biaya hekter yaitu sebesar Rp.55.
Penggunaan Tenaga Kerja
Adapun penggunaan tenaga kerja dalam pengolahan kerupuk ikan tenggiri
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Kebutuhan dan Upah Tenaga Kerja per Satu Kali Produksi dalam
Pengolahan Kerupuk Ikan Tenggiri di “UD. Seven Islands”
Tahun 2017.
Uraian Jumlah HKO Total Upah (Rp) Upah/HKO (Rp)
(Orang)
Tenaga kerja 35 20,27 975.000 48.100,64
Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Dari Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja dalam satu
kali proses produksi pembuatan kerupuk ikan tenggiri membutuhkan tenaga kerja
sebanyak 35 orang. Jadi, Hari kerja orang yang digunakan dalam satu kali
produksi adalah sebanyak 20,27 HKO dengan upah/HKO sebesar
Rp. 48.100,64. Jadi, total upah yang dikeluarkan dalam satu kali produksi adalah
sebesar Rp. 975.000.

10
Penerimaan dalam Pengolahan Kerupuk Ikan Tenggiri
Penerimaan dalam pengolahan kerupuk ikan tenggiri adalah besarnya
volume produksi dikalikan dengan harga jual produk. Jumlah penerimaan dari
pengolahan kerupuk ikan tenggiri dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Penerimaan Hasil Pengolahan Kerupuk Ikan Tenggiri per Satu Kali
Produksi di “UD. Seven Islands” Tahun 2017.
Penerimaan
No Uraian
per Produksi (Rp)
1 Frekuensi Pembuatan 1
2 Kebutuhan Bahan Baku (Kg) 150
3 Harga Jual :
a. Kemasan 125 gr/bungkus (1,25 kg/Bal) 80
b. Kemasan 500 gr/bungkus (2,50 kg/Bal) 40
4 Harga Jual :
a. Kemasan 125 gr @ Rp.60.000/Bal 4.800.000
b. Kemasan 500 gr @ Rp.110.000/Bal 4.400.000
5 Total Penerimaan (Rp) 9.200.0000

Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah output yang dihasilkan dalam
satu kali pengolahan kerupuk ikan tenggiri adalah sebanyak 200 Kg yang di
kemas ke dalam 120 Bal. Kemasan 125 gr/bungkus (1,25 kg/Bal) sebanyak 80 bal
dan kemasan 500 gr/bungkus (2,50 kg/Bal) sebanyak 40 bal. Maka penerimaan
yang diperoleh UD.Seven Islands per satu kali produksi yaitu sebesar
Rp.9.200.000.
Pendapatan yang Diperoleh dari Pengolahan Kerupuk Ikan Tenggiri
Besarnya pendapatan yang diperoleh pengolah kerupuk ikan tenggiri dapat
dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Pendapatan Bersih per Satu Kali Produksi Pengolah Kerupuk Ikan
Tenggiri di “UD. Seven Islands” Tahun 2017.
Uraian Total (Rp)
1. Pener
imaan (TR) 9.200.000
Kerupuk Ikan Teggiri
2. Biaya
Produksi
Biaya Tetap 55.954
a. Penyu 50.000
sutan Peralatan 164,38

11
b. Listrik 106.118,38
dan Air 6.950.100
c. PBB 975.000
Total Biaya Tetap 8.031.218,
Biaya Variabel 38
Upah Tenaga Kerja
Total Biaya (TC)
3. Keunt 1.168.781,
ungan (TR-TC) 62
Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa biaya tetap yang dikeluarkan dalam satu
kali produksi adalah sebesar RP. 106.118,38. Biaya variabel yang dikeluarkan
yaitu sebesar Rp. 6.950.100 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 975.000. Sehingga
total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali produksi adalah Rp. 8.031.218,38 dan
penerimaan dari hasil penjualan kerupuk ikan tenggiri adalah Rp. 9.200.000,00.
Dengan demikian pendapatan yang diperoleh produsen dari pengolahan ikan
tenggiri segar menjadi kerupuk ikan tenggiri adalah Rp. 1.168.781,62 per satu
kali produksi.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa besarnya penerimaan yang diperoleh
oleh produsen lebih besar daripada total biaya produksi yang dikeluarkan.
Artinya, produsen mendapatkan keuntungan dari pengolahan kerupuk ikan
tenggiri. Maka, hipotesis 1 dapat diterima.
Nilai Tambah yang Diperoleh dari Pengolahan Kerupuk Ikan Tenggiri
Berikut ini merupakan tabel perhitungan nilai tambah usaha pengolahan
kerupuk ikan tengggiri dengan menggunakan Metode Hayami sebagai berikut :
Tabel 9. Nilai Tambah yang Diperoleh dari Pengolahan Ikan Tenggiri
Menjadi Kerupuk Ikan Tenggiri di UD. Seven Islands Tahun
2017.
Variabel Nilai
I. Output,
Input dan Harga
1. Output (Kg) 200
2. Input (Kg) 150
3. Tenaga Kerja (HKO) 20,27
4. Faktor Konversi 1,33
5. Koefisien Tenaga Kerja (HKO/Kg) 0,14
6. Harga Output 46.000
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HKO) 48.100,64
II. Penerimaan dan Keuntungan

12
8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 18.000
9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 29.041,45
10. Nilai Output (Rp/Kg) 61.333
11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 14.292
b. Rasio Nilai Tambah (%) 23,30
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) 6.500
b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 45,48
13. a. Keuntungan (Rp/Kg) 7.792
b. Tingkat Keuntungan (%) 54,54
III. Balas
Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Margin (Rp/Kg) 43.333
a. Pendapa 15,00
tan tenaga Kerja Langsung (%) 67,02
b. Sumban 17,98
gan Input Lain (%)
c. Keuntun
gan Pemilik Perusahaan (%)
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 9), 2017

I. Output, Input, Harga


Dari Tabel 9 dapat diuraikan bahwa dalam usaha pengolahan ikan tenggiri
menjadi kerupuk ikan tenggiri menggunakan bahan baku sebanyak 150 Kg dapat
menghasilkan output sebanyak 200 Kg. Sehingga menghasilkan faktor konversi
sebesar 1,33. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa 1 Kg ikan tenggiri dapat
menghasilkan 1,33 kg kerupuk ikan tenggiri. Dalam proses pengolahan tersebut
menggunakan tenaga kerja sebanyak 20,27 HKO. Sehingga koefisien tenaga kerja
yang digunakan untuk memproduksi 1 Kg kerupuk ikan tenggiri adalah
0,14 HKO.
II. Penerimaan dan Keuntungan
Adapun harga rata-rata bahan baku usaha pengolahan kerupuk ikan tenggiri
di daerah penelitian adalah Rp.18.000,00/Kg. Sedangkan sumbangan input lain
dalam pengolahan kerupuk ikan tenggiri adalah Rp.29.041,45/Kg bahan baku ikan
tenggiri.
Harga rata-rata output produk kerupuk ikan tenggiri adalah Rp.46.000/kg
dan nilai output produk kerupuk ikan tenggiri adalah Rp.61.333/kg. Nilai tambah
yang diperoleh dari hasil pengolahan ikan tenggiri menjadi produk kerupuk ikan
tenggiri adalah sebesar Rp.14.292/kg. Sedangkan rasio nilai tambah produk
kerupuk ikan tenggiri adalah sebesar 23,30%.

13
Imbalan tenaga kerja diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga kerja
dengan upah tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 6.500/kg dengan nilai persentase
terhadap nilai tambah adalah sebesar 45,48%. Keuntungan dari pengolahan ikan
tenggiri menjadi kerupuk ikan tenggiri adalah sebesar Rp.7.792/Kg, dengan
tingkat keuntungan sebesar 54,52%. Keuntungan diperoleh dari nilai tambah
dikurangi dengan besarnya imbalan tenaga kerja.
III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
Marjin yang diperoleh sebesar Rp.43.333/kg dengan persentase pendapatan
tenaga kerja langsung yaitu sebesar 15,00%. Balas jasa untuk sumbangan input
lain sebesar 67,02%. Keuntungan pengusaha pembuat kerupuk ikan tenggiri
adalah sebesar 17,98%. Distribusi nilai tambah pengolahan kerupuk ikan tenggiri
untuk tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan bagi pemilik
perusahaan adalah tidak merata. Margin terbesar pada pengolahan kerupuk ikan
tenggiri adalah pada sumbangan input lain yaitu sebesar 67,02%.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai tambah pengolahan kerupuk ikan
tenggiri di UD. Seven Islands adalah sebesar Rp.14.292/Kg dengan rasio nilai
tambah sebesar 23,30% (<50%). Maka Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa nilai
tambah yang diperoleh dari pengolahan ikan tenggiri menjadi kerupuk ikan
tenggiri adalah >50 % atau nilai tambah dinyatakan tinggi ditolak.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pengolahan ikan tenggiri menjadi kerupuk ikan tenggiri di
“UD. Seven Islands” terdiri dari 6 tahapan yaitu tahap pembersihan ikan,

14
penggilingan ikan, pembuatan adonan, pencetakan kerupuk, penggorengan
kerupuk, pengemasan.
2. Penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada total biaya yang dikeluarkan.
Maka, Pengolahan kerupuk ikan tenggiri di “UD. Seven Islands” memperoleh
keuntungan.
3. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ikan tenggiri menjadi kerupuk
ikan tenggiri di “UD.Seven Islands” tergolong rendah.
Saran
Adapun saran peneliti ditujukan kepada :
1. Kepada Pengusaha
Kepada pengusaha diharapkan agar agar terus mengembangkan usahanya
dibidang pengolahan ikan tenggiri serta terus berinovasi dalam usaha pengolahan
ikan tenggiri dengan tujuan agar memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi.
2. Kepada Pemerintah
Kepada pemerintah diharapkan agar lebih memperhatikan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan kebijakan harga
input maupun harga output dan juga pemerintah diharapkan dapat memfasilitasi
pengusaha seperti dengan memberikan program-program pelatihan terkait dengan
usaha pengolahan ikan tenggiri dan pemberian kredit modal usaha.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar meneliti tentang strategi
pemasaran kerupuk ikan tenggiri, pengaruh teknologi terhadap produksi serta
kemungkinan perluasan usaha produksi kerupuk ikan tenggiri.

DAFTAR PUSTAKA
Hayami, Y; Kawagoe, T; Morooka, Y; Siregar, M. 1987. Agricultural Marketing
and Processing in Upland Java A Perspective from a Sunda Village.
CGPRT Centre. Bogor.
Indrayani, Effie. 2012. Cara Praktis Membuat Aneka Olahan Ikan. PT. Wahyu
Media. Jakarta Selatan.

15
Istanti, Iis. 2005. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Karakteristik Kerupuk
Ikan Sapu-Sapu (Hyposarcus Pardalis). Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lipsey et al. 1990. Economic. Nithedition. Harper and Row Publisher. New York

Putra, F. 2005. Cara Praktis Pembuatan Pempek Palembang. Kanisius.


Yogyakarta.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

_________. 2006. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.


Sudariastuty, E. 2011. Pengolahan Ikan Tenggiri. Kepala Pusat Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang

Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai