Anda di halaman 1dari 7

By : Evy Paridawaty Sianturi

WORSHIP LEADER

1. SIAPAKAH WORSHIP LEADER?


Worship Leader adalah istilah yang dipakai untuk seorang pemimpin ibadah (Worship
: Penyembahan; Leader: Pemimpin). Ada istilah lain yang juga sering dipakai, yaitu :
Master Ceremonial (MC) dan Song Leader (SL??). Namun yang paling tepat untuk
sebuah ibadah dalam hal pujian penyembahan adalah Worship Leader (WL).

Worship Leader (selanjutnya disebut dengan WL) bukan sekedar pemimpin pujian
atau ibadah, tetapi lebih dari pada itu seorang WL seharusnya berperan sebagai
penyembah yang benar (taken of role to be a true worshiper) yang senantiasa hidup di
dalam doa (Yoh. 4:23), mempunyai beban dan panggilan sebagai seorang WL
(menyerahkan hidup sepenuhnya dan setia melayani dalam bidang ini) dan
mengaplikasikan pujian penyembahan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang WL adalah jembatan antara manusia dengan Allah dalam sebuah ibadah.
Pada zaman Perjanjian Lama dikenal sebagai imam (kaum Lewi) yang bertugas dalam
kemah suci mempersembahkan korban bagi Tuhan (Im.8)

Seorang WL bertanggung jawab kepada Tuhan dan Gereja-Nya dalam rangka


melaksanakan tugas pelayanan yang Tuhan percayakan serta sebagai wujud ucapan
syukur atas setiap anugerah yang diberikan-Nya kepada kita, sesuai dengan talenta
dan kapasitas rohani masing-masing.

2. KRITERIA
Untuk menjadi seorang Worship Leader yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan,
maka diperlukan kecakapan khusus secara rohani maupun teknis, agar pelayanan
pujian dan penyembahan dapat berlangsung sesuai rencana, sehingga jemaat diberkati
secara rohani melalui pelayanan kita tersebut. Berikut ini akan diuraikan kriteria
secara rohani dan teknis yang hendaknya dipenuhi oleh seorang Worship Leader.
A. Kriteria Rohani
- Lahir baru (2 Kor. 5:17, Ef. 4:21-32) serta mengalami buah-buah pertobatan
dalam dirinya (Gal. 5:22-23).
- Memiliki karakter Kristus (Fil. 2:1-5).
- Selalu semangat untuk melayani Tuhan (Rom. 12:11) dan hidup dalam pimpinan
Roh Kudus (Ef. 5:18b).
- Hidup dalam doa dan penyembahan yang benar setiap hari (Yoh. 4:23, Ef. 5:19-
20).
- Mengerti dan melakukan kebenaran firman Tuhan setiap hari (Mzm. 119:105,
Mat. 13:23, II Tim. 3:14-17).
- Berusaha untuk senantiasa hidup dalam kekudusan (Ibr. 12:14, Mzm. 15:1-3,
24:4-5, I Ptr. 1:16).
B. Kriteria Teknis
- Memiliki talenta vokal yang cukup baik serta selalu membiasakan diri agar tidak
menyanyi dengan suara yang sumbang (fals voice).
- Mengerti pengetahuan dasar tentang musik (nada dasar dan kode/simbol instruksi
lagu sebagai sarana komunikasi antara WL dengan pemain musik pada saat
performance).
- Mampu memimpin pujian dan penyembahan dengan baik (tumbuhkan rasa
percaya diri/ berusaha untuk meminimalisasi rasa gugup/grogi pada saat akan
melayani; disinilah salah satu alasan pentingnya doa sebelum melayani, agar Roh
Kudus memampukan kita untuk memimpin dengan tegas dan penuh percaya diri).
- Mampu berkomunikasi dengan baik melalui penggunaan kata-kata yang positif
untuk menguatkan iman dan membangun kehidupan rohani jemaat yang sedang
dilayani.
- Mencari dan mengembangkan perbendaharaan lagu pujian (belajar untuk
menghafal lirik atau kata-kata dalam syair lagu, baik lagu pujian dan
penyembahan versi lama maupun baru).
- Membuat daftar lagu dan nada dasar yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri
(standar umum/jemaat).

3. PERSIAPAN WORSHIP LEADER

Persiapan awal merupakan bagian yang sangat penting bagi seorang Worship Leader
(Pemimpin Pujian), sebab hal ini akan mempengaruhi keberhasilan kita pada saat
memimpin pujian dan penyembahan dalam sebuah ibadah gerejawi. Adapun
persiapan awal tersebut meliputi 2 (dua) hal sebagai berikut:

A. Persiapan Diri (Rohani)

Sebelum mengawali pelayanan pujian dan penyembahan, seorang Worship Leader


hendaknya mempersiapkan diri dengan baik, dengan cara membangun hubungan
pribadi yang erat bersama Tuhan melalui kehidupan doa yang benar untuk memohon
pengampunan dosa, penyertaan dan hikmat dari Tuhan. Karena tanpa penyertaan dan
hikmat dari Tuhan, maka pelayanan kita akan menjadi kacau dan sia-sia (Mzm. 127:1)
serta Tuhan tidak berkenan dengan pelayanan pujian dan penyembahan kita (Kej. 4:4-
5, Hos. 4:6).

Persiapan doa ini bisa dilakukan secara pribadi maupun dalam kelompok doa yang
telah diagendakan oleh gereja. Betapa pentingnya mengawali setiap pelayanan dengan
doa, sehingga pelayanan pujian dan penyembahan yang kita lakukan menyenangkan
hati Tuhan serta menggerakkan Roh Kudus untuk melawat setiap jemaat yang hadir
dalam ibadah (Rom. 12:1, Kis. 2:1-4).
B. Persiapan Teknis

Setelah melakukan persiapan diri dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan persiapan secara teknis.
1. Menentukan tema pujian dan penyembahan sebelum memilih susunan lagu atau
jenis musik yang akan dinyanyikan.
2. Perhatikan pemilihan lagu dalam daftar pujian yang disusun berdasarkan tema dan
urutan liturgi apakah WL dan jemaat menguasai lagu yang akan dinyanyikan
tersebut dengan baik atau tidak. WL dan singer harus menghafal lagu.
3. Mempersiapkan daftar lagu/pujian yang akan dinyanyikan untuk diserahkan kepada
para pemain musik dan petugas OHP/LCD projector.
4. Perhatikan alokasi waktu untuk setiap acara dalam ibadah.
5. Mengikuti latihan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan bersama
dengan singers (jika hendak menggunakan beberapa singer sebagai pendukung
vokal) dan tim musik.
6. Hadir 10-20 menit sebelum ibadah dimulai untuk persiapan diri (doa bersama) dan
persiapan teknis (check sound/microphone dengan pemain musik).
7. Beradaptasi dengan suasana gereja dimana liturgi atau acara ibadah akan
diselenggarakan.

4. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT MENJADI WORSHIP


LEADER ( WL)
a. Cobalah untuk membangun komunikasi yang erat dan hangat dengan jemaat yang
kita layani pada kesempatan pertama dengan penuh kasih dan tidak terkesan
“dibuat-buat”, baik melalui kata-kata pembuka yang mengakrabkan atau yang
menguatkan rohani jemaat, serta jangan lupa berikan pandangan mata dan
senyuman yang manis agar tidak terkesan bahwa pujian dan penyembahan sedang
dalam suasana yang tegang. Ciptakan suasana pujian dan penyembahan yang
nyaman serta menyenangkan, sehingga jemaat dapat menikmati hadirat Tuhan
dengan baik.

b. Hindari menggunakan kata-kata atau instruksi yang melemahkan dan menghakimi


jemaat, misalnya menghakimi atau menegur jemaat yang terlambat datang ibadah
pada saat WL sedang memimpin pujian dan penyembahan, atau menghakimi
jemaat mengenai cara mereka ketika memuji Tuhan. Jangan paksakan jemaat
untuk “menjadi sama” seperti kita, tugas kita hanyalah mengajak dan
mengarahkan jemaat untuk tetap fokus dan menikmati suasana pujian dan
penyembahan. Gunakan selalu kata-kata iman untuk memotivasi jemaat dan
mendorong mereka untuk semangat dalam memuji Tuhan. Berikut ini adalah
beberapa contoh kata-kata positif yang dapat digunakan untuk memotivasi
jemaat….

c. Hindari khotbah dan doa syafaat. WL adalah WL, bukan pengkhotbah atau
pendoa syafaat.

d. Perhatikan kondisi jemaat (apakah mayoritas orang tua, muda atau seimbang
antara tua dan muda). Berkaitan dengan pemilihan lagu dan kata-kata.

e. Perhatikan kapasitas ruang dan sound system. Hal ini berkaitan dengan miking.
f. Mempersiapkan penampilan yang terbaik untuk Tuhan dan jemaat dengan cara
berpakaian yang rapi dan sopan, rambut disisir dengan rapi dan menarik, serta
tunjukkan ekspresi wajah yang segar, cerah, dan bersih.

g. Hindari pertentangan atau kesalahpahaman (miss understanding) dengan singers


dan tim musik agar tidak menimbulkan suasana tegang dan perasaan seolah tidak
ada damai sejahtera selama ibadah berlangsung.

h. Berikan instruksi atau komentar lagu dengan jelas disertai senyuman manis, baik
instruksi kepada tim musik (berkaitan dengan kode lagu) maupun kepada jemaat.

i. Jika pada saat pujian dan penyembahan berlangsung terjadi kesalahan atau
gangguan secara teknis, maka usahakan pujian dan penyembahan tersebut tetap
berlangsung dengan tertib dan jangan panik. Berusahalah untuk tetap tenang serta
arahkan jemaat untuk tetap fokus memuji dan menyembah Tuhan. Ingatlah bahwa
kita sedang memuji dan menyembah Tuhan, maka jangan mudah terpengaruh oleh
situasi dan kondisi yang berusaha untuk mengganggu jalannya pujian dan
penyembahan. Percayalah bahwa Roh Kudus yang akan menolong kita untuk
mengatasi gangguan tersebut.

j. Hindarilah pengulangan lagu yang terlalu sering agar jemaat tidak bosan atau
jenuh, sehingga jemaat merasa enggan dan menjadi turun semangatnya untuk
memuji Tuhan.

k. Berusahalah peka terhadap kehendak Roh Kudus untuk suatu perubahan berkaitan
dengan sikap dan berbagai ekspresi atau bersikap fleksibel ketika sedang
memimpin pujian dan penyembahan agar tercipta suasana ibadah yang hidup,
penuh sukacita, semangat, dan harmonis serta jemaat dapat merasakan jamahan
kuasa Roh Kudus secara pribadi atas hidup mereka. Hal ini dapat terjadi ketika
Worship Leader memiliki kualitas doa dan hubungan pribadi yang intim dengan
Tuhan (have an intimacy relationship with God).

l. Hindari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik seperti terlalu sering menutup


mata, gerakan tangan yang kurang baik (misalnya tangan diletakkan di saku,
tangan diletakkan di belakang punggung, atau tangan menggaruk-garuk kepala),
membelakangi jemaat, dan gerak refleks mata yang sering berkedip-kedip.

m. Bahasa tubuh (body language) yang sesuai dengan kata-kata lagu,


bersemangat/antusias, tegas (tidak lemas/lemah). Ikuti irama musik. Hindari
ekspresi wajah murung/cemberut saat bernyanyi.

1. Raut wajah
ekspresi wajah inilah yang paling mudah ditebak karena sulit bagi orang
untuk menyembunyikan ekspresi wajahnya. Misalnya, pastilah raut wajah
tersenyum akan hadir untuk menggambarkan kesenangannya. Namun,
bukan tidak mungkin kalau sebuah rasa sedih ditutupi oleh senyuman agar
orang-orang disekitar tidak tahu.
2. Gestur badan
Gestur badan juga bisa memberikan banyak arti dalam komunikasi.
Elemen-elemen gestur badan terbentuk dari postur, pergerakan badan,
dan cara menaruh tangan. Biasanya, perbedaan gestur badan itu terlihat
dalam cara mereka berjalan, berdiri, duduk, dan sebagainya.

3. Eye Contact
Sense terhadap pandangan mata menjadi sangat penting, karena saat berbicara
dengan seseorang, pastilah harus menatap mata si lawan bicara untuk
menghormati pembicaraan dan fokus terhadap pembicaraan.
Selain menghormati, menatap mata dapat menyampaikan berbagai
makna.
Eye contact juga penting untuk menjaga flow pembicaraan dan untuk
memancing respon jemaat.

4. Voice (Intonasi)
Tidak hanya apa yang kamu sampaikan, tapi bagaimana kamu
menyampaikannya juga berpengaruh besar terhadap maksud dari apa
yang disampaikan.

n. Komentar terhadap lagu seperlunya saja, sesuaikan dengan lirik lagu serta suasana
pujian dan penyembahan pada saat itu.

o. Jangan biarkan suasana menjadi vakum (kosong tanpa ekspresi) karena WL seolah
kehabisan kata-kata atau sedang berusaha untuk meminimalisasi perasaan gugup
atau grogi yang terlalu lama.

p. Buatlah kesepakatan dengan tim musik dan singers mengenai instruksi atau kode
tangan (hand signal) berkaitan dengan pemilihan nada dasar, pengulangan lagu
(intro, middle, atau ending) menaikkan nada (overtone), memperlambat atau
mempercepat tempo lagu, tinggi rendahnya volume suara, memberikan coda atau
bridge (variasi tertentu dalam gaya bermusik), menunjuk hanya satu alat musik
saja yang bunyi (drum only, keyboard only, guitar only, saxsophone only).

q. Perhatikan waktu penyelenggaraan Ibadah:


 Berkaitan dengan ‘Time Management’ (pengulangan lagu)
 Berkaitan dengan pemilihan lagu
 Berkaitan dengan nada dasar (kunci) lagu. (biasanya jam latihan dan
penyelenggaraan ibadah berbeda/tidak sama).
Note :
Ada orang yang secara cepat belajar dari pengalaman (kesalahan-kesalahan pribadi selama
memimpin dan ada juga yang belajar dari pengalaman kesalahan orang lain).

An effective corporate worship leader, aided and led by the Holy Spirit,
skillfully combines biblical truth with music to magnify the worth of God and the
redemptive work of Jesus Christ, thereby motivating the gathered church to
join him in proclaiming and cherishing the truth about God and seeking to live all
of life for the glory of God.
Seorang worship leader yang efektif, dengan pertolongan dan pimpinan Roh
Kudus, dengan ahli memadukan kebenaran Alkitab dan musik, mengagungkan
pribadi Tuhan, dan karya penebusan Yesus Kristus. Dengan begitu, dia
memotivasi jemaat yang berkumpul untuk bergabung dengannya dalam
memproklamasikan dan merayakan kebenaran Tuhan dan mengejar kehidupan
yang memuliakan Tuhan
Bob Kauflin,
(seorang worship leader dan dosen praise & worship)

Markus 12:30
GOD BLESS YOU
Beberapa masalah/tantangan saat menjadi WL:
1. Demam panggung
2. Kurang mengerti menyampaikan kata-kata pengantar dalam memimpin
maupun dalam setiap lagu (kalimat transisi).
3. Kurang mampu menentukan tema lagu
4. Kurang mampu menguasai suasana
5. Kurang mampu mengikuti tempo musik (khususnya saat memulai)
6. Kurang mampu menentukan nada dasar (cord), biasanya karena tidak
latihan atau acuh tak acuh terhadap nilai cord yang dipilih.
7. Kurang mampu menentukan/menunjukkan body language yang baik saat
berada di altar.

Anda mungkin juga menyukai