Anda di halaman 1dari 3

Tes Spirometri

Spirometri merupakan tes fungsi paru yang umum digunakan serta berguna
untuk mengetahui volume paru, kapasitas paru dan kecepatan aliran udara.
Spirometri penting digunakan untuk menilai fungsi paru, respon pengobatan,
penilaian berkelanjutan dari penyakit kronik serta berguna untuk mengetahui
episode akut dari penyakit pernapasan (Mulyadi, et al., 2011).

Ada bermacam-macam parameter tes fungsi paru yang dikenal serta peralatan
yang serba mutakhir, namun untuk pemakaian di lapangan khususnya jika ditujukan
sebagai pemeriksaan rutin dan berkala tentunya dibutuhkan alat yang sederhana,
mudah penggunaannya dan murah. Peak Flow Meter suatu alat yang sederhana,
ringkas, mudah dibawa, murah, serta mudah penggunaannya dapat dipakai untuk
memeriksa Peak Expiratory Flow Rate (PEFR). Peak Expiratory Flow Rate
merupakan salah satu parameter yang diukur pada spirometri yaitu kecepatan aliran
udara maksimal yang terjadi pada tiupan paksa maksimal yang dimulai dengan paru
pada keadaan inspirasi maksimal (Mulyadi, et al., 2011).
Hasil pengukuran PEF dalam bentuk angka dibandingkan dengan nilai PEF
prediksi yang dibuat sesuai jenis kelamin, usia, tinggi badan, yang diintrepretasikan
dengan sistem zona “traffic light”. Zona hijau bila nilai PEF 80%-100%
dibandingkan nilai prediksi, mengindikasikan fungsi paru baik. Zona kuning 50%-
80% menandakan mulai terjadi penyempitan saluran respiratorik, dan zona merah
≤ 50% berarti saluran respiratorik besar telah menyempit (Siregar, 2007).

Tahap-tahap dalam melakukan pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE) / Peak


Expiratory Flow (PEF) menggunakan peak flow meter, sebagai berikut (Adeniyi &
Erhabor, 2011):
1) Pasang mouthpiece ke ujung peak flow meter, bila perlu.
2) Posisikan pasien untuk berdiri atau berdiri atau duduk dengan punggung
tegak dan pegangan peak flow meter dengan posisi horizontal (mendatar)
tanpa menyentuh atau mengganggu gerakan marker. Pastikan marker berada
pada posisi skala terendah (nol).
3) Anjurkan pasien menghirup nafas sedalam mungkin, masukkan ke mulut
dengan bibir menutup rapat mengelilingi mouthpiece, dan buang nafas
segera dan sekuat mungkin.
4) Selanjutnya saat membuang nafas, marker bergerak dan menunjukkan
angka pada skala, catat hasilnya.

Tes Oksimetri

Tes oksimetri digunakan untuk mengukur kadar oksigen di darah arteri. Alat ini
bekerja dengan cara ditempelkan dibagian tertentu di tubuh pasien seperti telinga,
jari, atau kaki yang selanjutnya akan mentransmisikan sinar melalui pembuluh
darah pasien. Alat ini lalu mengukur perbedaan absorpsi panjang gelombang cahaya
yang berbeda (Widiyanto & Yamin, 2010).
Pulse oximeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur saturasi
oksigen. Saturasi oksigen mengukur seberapa banyak kandungan oksigen dalam
darah bila dibandingkan dengan kapasitas total dari sel darah. Hasil pengukuran
saturasi oksigen dapat menunjukkan kondisi kesehatan yaitu (Medicalogy, 2019):
- 95 - 100% = normal
- 90 – 94% = hipoksia
- 85 – 89% = hipoksia yang serius
- < 85% = hipoksia kritis

Beberapa faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi (Kozier, 2010):


a) Hemoglobin (Hb)
Jika Hb tersaturasi penuh dengan O2 walaupun nilai Hb rendah maka akan
menunjukkan nilai normalnya. Misalnya pada klien dengan anemia
memungkinkan nilai SpO2 dalam batas normal.
b) Sirkulasi
Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika area yang di
bawah sensor mengalami gangguan sirkulasi.
c) Aktivitas
Menggigil atau pergerakan yang berlebihan pada area sensor dapat
menggangu pembacaan SpO2 yang akurat

Anda mungkin juga menyukai