Anda di halaman 1dari 19

Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

PERTEMUAN 8:
ETIKA DALAM AUDITING

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
8.1 Mahasiswa mampu menjelaskan peran etika dalam kegiatan pemeriksaan
akuntansi.
8.2 Mahasiswa mampu menjelaskan peran kode etik independensi dalam
pemeriksaan akuntansi.
8.3 Mahasiswa mampu menerapkan perilaku etis dalam kegiatan pembelajaran

B. URAIAN MATERI
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut. (Sukrisno Agoes, 2012).
Perlu diperhatikan bahwa laporan keuangan disusun oleh manajemen, dan
manajemen bertanggungjawab atas kewajaran laporan keuangan tersebut.
Akuntan publik bertugas untuk memeriksa laporan keuangan tersebut dan
bertanggungjawab atas opini (pendapat) yang diberikannya atas kewajaran
laporan keuangan tersebut.
1. Kepercayaan Publik
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, mengapa diperlukan audit?
Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang pemiliknya adalah para pemegang
saham, terutama perusahaan yang mendapatkan modal dari publik.
Biasanya setahun sekali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
para pemegang saham akan meminta pertanggungjawaban manajemen
perusahaan dalam bentuk laporan keuangan.
Laporan keuangan yang merupakan tanggungjawab manajemen perlu
diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena:

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 92


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

a. Jika diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut


mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya
kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut.
b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa
pengecualian (unqualified) dari KAP, berarti pengguna laporan
keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari slah
saji material dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total asetnya Rp 25 milyar ke atas
harus memasukkan audited financial statements-nya ke Departemen
Perdagangan dan Perindustrian.
d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial
statements – nya ke Bapepam LK paling lambat 90 hari setelah tahun
buku (sekarang OJK).
e. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih diperaya
oleh pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan
keuangan yang belum diaudit.
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan,
karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir
pemeriksaan akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian
umumnya, merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai
kesimpulan tentang realibilitas dari pernyataan seseorang.
Sebagai seorang profesional, maka seorang akuntan publik punya
tanggungjawab besar kepada publik yang telah mempercayakan penilaian
profesional seorang akuntan publik yang independen untuk mewakili
kepentingan mereka terhadap kondisi sesungguhnya tentang keuangan
perusahaan.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 93


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

2. Tanggung Jawab Akuntan Publik (Auditor Independen)


a. Statement Auditing Standards
Beberapa Statements on Auditing Standards (SAS) yang dikeluarkan oleh
Auditing Standards Board (ASB) di Amerika Serikat yang cukup penting
adalah :
1) SAS No. 53 tentang “The Auditor’s Responsibility to Detect and Report
Errors and Irregularities,” yaitu mengatur tanggung jawab auditor
untuk mendeteksi dan melaporkan adanya kesalahan (error) dan
ketidakberesan (irregularities).
2) SAS No. 55 tentang “Consideration of Internal Control in a Financial
Statement Audit,” yang merubah tanggung jawab auditor mengenai
internal control. Statement yang baru ini meminta agar auditor untuk
merancang pemahaman tentang pengendalian intern yang memadai
(internal control sufficient) dalam merencanakan audit. SAS No. 55
kemudian diperbaharui dengan diterbitkan SAS No. 78 pada tahun
1997, dengan mencantumkan definisi ulang pengendalian intern
(redefined internal control) dengan memasukkan dua komponen yaitu
lingkungan pengendalian (control environment) dan penilaian risiko
(risk assessment) yang merupakan usulan dari the Treadway
Commission.
3) SAS No. 61 mengatur tentang komunikasi antara auditor dengan komite
audit perusahaan (Communication with Audit Committees). Auditor
harus mengkomunikasikan dengan komite audit atas beberapa temuan
audit yang penting, misalnya kebijakan akuntansi (accounting policy)
perusahaan yang signifikan, judgments, estimasi akuntansi (accounting
estimates), dan ketidaksepakatan manajemen dengan auditor.
4) SAS No. 82 “Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit”
dikeluarkan ASB pada Februari 1997. SAS no. 82 menyatakan bahwa
auditor harus bertanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan
adanya kecurangan (fraud) yang terjadi dalam laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen. Selaij itu, SAS no. 82 juga menyatakan
bahwa setiap melakukan audit auditor harus menilai risiko (assessment

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 94


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

of risk) kemungkinan terdapat salah saji material (material


misstatement) pada laporan keuangan yang disebabkan oleh fraud.

5) SAS No. 99 “Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit”


merupakan revisi dari SAS No. 82 dan mulai diberlakukan efektif untuk
audit laporan keuangan setelah tanggal 15 Desember 2002, penerapan
lebih awal sangat dianjurkan. Auditor bertanggungjawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan keyakinan
memadai (reasonable assurance) bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan (error)
maupun kecurangan (fraud).
Pengaruh SAS No. 99 terhadap tanggung jawab auditor antara lain :
a) Tidak ada perubahan atas tanggung jawab auditor untuk mendeteksi
fraud atas audit laporan keuangan.
b) Tidak ada perubahan atas kewajiban auditor untuk
mengkomunikasikan temuan atas fraud.
c) Terdapat perubahan penting terhadap prosedur audit (audit
procedure) serta dokumentasi yang harus dilakukan oleh auditor
atas audit laporan keuangan.
Dua tipe salah saji (misstatements) yang relevan dengan tanggung
jawab auditor, yaitu salah saji yang diakibatkan oleh fraudulent
financial reporting dan salah saji yang diakibatkan oleh
penyalahgunaan asset (misappropriation of assets). SAS No. 99 juga
menegaskan agar auditor independen memiliki integritas (integrity)
serta menggunakan kemahiran professional (professional
skepticism) melalui penilaian secara kritis (critical assessment)
terhadap bukti audit (audit evidence) yang dikumpulkan.

6) SAS No. 110 “Fraud & Error” dinyatakan bahwa auditor harus dapat
mendeteksi terhadap kesalahan material (material mistatement) dalam
laporan keuangan yang ditimbulkan oleh kecurangan atau kesalahan
(fraud or error). SAS 110 , paragraf 14 & 18 berbunyi sbb. :

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 95


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

“Auditors plan, perform and evaluate their audit work in order to have a
reasonable expectation of detecting material misstatements in the financial
statements arising from error or fraud. However, an audit cannot be
expected to detect all errors or instances of fraudulent or dishonest conduct.
The likelihood of detecting errors is higher than that of detecting fraud,
since fraud is usually accompanied by acts specifically designed to conceal
its existence…”

b. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)


Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tangggung jawab
yang sangat besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan
kepadanya oleh masyarakat (publik). Terdapat 3 (tiga) tanggung jawab
akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu :
1) Tanggung jawab moral (moral responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab moral untuk :
a) Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai perusahaan
yang diaudit kepada pihak yng berwenang atas informasi tersebut,
walaupun tidak ada sanksi terhadap tindakannya.
b) Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif (objective) dengan
kemahiran profesional (due professional care).
2) Tanggung jawab profesional (professional responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab profesional terhadap
asosiasi profesi yang mewadahinya (rule professional conduct).
3) Tanggung jawab hukum (legal responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar
profesinya yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum yang
berlaku.Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Auditing Seksi 110,
mengatur tentang “Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen”.
Pada paragraf 2, standar tersebut antara lain dinyatakan bahwa auditor
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 96


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan,
auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak.
Bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan
bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.

3. Risiko yang dihadapi Akuntan Publik


Profesi Akuntan Publik di seluruh dunia merupakan profesi yang
menghadapi risiko yang sangat tinggi. Hampir semua akuntan publik
menyadari bahwa mereka harus memberikan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar profesional akuntan publik, mentaati kode etik akuntan
publik dan memiliki standar pengendalian mutu. Jika tidak, akuntan publik
bisa salah dalam memberikan opini, karena memberikan opini Wajar Tanpa
Pengecualian padahal laporan keuangan mengandung salah saji material
(ini disebut audit failure). Sejak terjadinya kasus Enron, WorldCom,
Xerox dan lain-lain yang menyebabkan ditutupknya KAP Arthur Andersen,
kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik menurun drastis.
Akuntan publik bisa dituntut secara hukum oleh klien jika tidak bisa
memenuhi kontrak yang dibuat dengan klien atau tidak hati-hati (lalai)
dalam memberikan jasa profesionalnya.
Tuntutan hukum juga bisa terjadi karena business failure, audit failure,
dan audit risk. Business failure terjadi manakala perusahaan tidak mampu
membayar kewajibannya atau tidak bisa memenuhi harapan investor karena
kondisi ekonomi atau bisnis yang memberatkan.
Audit failure terjadi manakala akuntan publik memberikan opini yang slah
karena gagal mematuhi apa yang diatur dalam standar auditing.
Audit risk adalah risiko bahwa akuntan publik menyimpulkan bahwa
laporan keuangan disajikan secara wajar dan memberikan opini Wajar
Tanpa Pengecualian padahal dalam kenyataannya laporan keuangan
mengandung salah saji material.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 97


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

Tanggungjawab hukum akuntan publik terjadi jika timbul kelalaian atau


akuntan publik tersangkut fraud. Jenis pelanggaran dapat dibedakan
menjadi:
o Ordinary negligence (kesalahan ringan, manusiawi, tidak disengaja) ini
merupakan pelanggaran ringan.
o Gross negligence (kesalahan agak berat, harusnya tidak terjadi jika
auditor menerapkan due profesional due care).
o Contrutive fraud (pelanggaran berat, akuntan publik terlibat secara
langsung atau tidak langsung membantu dalam fraud yang dilakukan
manajemen).
o Fraud (pelanggaran sangat berat, akuntan publik secara sadar terlibat
bersama manajemen dalam melakukan fraud)
4. Independensi Auditor
Sebagaimana telah diketahui, ada dua jenis independensi yang dikenal, yaitu
independensi dalam fakta (independence in fact) dan independensi dalam
penampilan (independence in appearance). Untuk independensi dalam
fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu independensi dalam pikiran
(independence in mind)
Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang
memungkinkan pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh
yang dapat mengompromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang
individu bertindak berdasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan
skeptisme profesional. Independensi dalam penampilan adalah
penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian signifikan sehingga pihak
ketiga yang paham dan berpikir rasional-dengan memiliki pengetahuan akan
semua informasi yang relevan termasuk pencegahan yang diterapkan- akan
tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme profesional, objektivitas,
dan integritas anggota firma, atau tim penjaminan (assurane team) telah
dikompromikan. Prinsip-prinsip fundamental etika tidak dapat
dinegosiasikan atau dikompromikan bila seorang akuntan ingin tetap
menjaga itra profesinya yang luhur.
a. Ancaman terhadap Independensi

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 98


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, ancaman terhadap independensi


dapat berbentuk:
1) Kepentingan diri (self-interest), ancaman kepentingan diri dapat
muncul apabila ada kepentingan keuangan atau ada kepentingan dari
keluarga langsung atau keluarga dekat, atau kepentingan lain dari
akuntan yang bersangkutan.
a) Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan
keuangan bersama pada suatu perusahaan klien.
b) Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu klien.
c) Memiliki hubungan bisnis yang sangat erat dengan klien.
d) Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan klien.
e) Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien.
f) Fee kontijensi sehubungan dengan perikatan penjaminan
(assurane engagement).
g) Ada pinjaman dari/atau kepada klien penjaminan, atau
kepada/dari direktur atau pejabat dari klien (IFA, 200.4)

2) Review diri (self-review), dapat muncul jika pertimbangan


sebelumnya dievaluasi ulang oleh akuntan profesional yang sama
dan yang telah melakukan penilaian sebelumnya tersebut. Contoh:
a) Temuan kesalahan material saat dilakukan evaluasi ulang
b) Pelaporan operasi sistem keuangan setelah terlibat dalam
perancangan dan implementasi tersebut.
c) Terlibat dalam pemberian jasa pencatatan akuntansi sebelum
perikatan penjaminan (assurance)
d) Menjadi anggota tim penjaminan setelah baru saja menjadi
karyawan/pejabat di perusahaan klien yang memiliki pengaruh
langsung berkaitan dengan perikatan penjaminan tersebut.
e) Memberikan jasa kepada klien yang berpengaruh langsung pada
materi perikatan penjaminan tersebut (IFAC,200:5)

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 99


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

3) Advokasi (advocacy), ancaman advokasi dapat timbul bila akuntan


profesional mendukung suatu posisi atau pendapat sampai titik di
mana objektivitas dapat dikompromikan.
a) Mempromosikan saham perusahaan publik dari klien, di mana
perusahaan tersebut merupakan klien audit.
b) Bertindak sebagai pengacara (penasihat hukum) untuk klien
penjaminan dalam suatu ligitasi atau perkara perselisihan dengan
pihak ketiga (IFAC, 200.6)

4) Kekerabatan (familiarity),ancaman kekerabatan timbu dari


kedekatan hubungan sehingga akuntan profesional menjadi terlalu
bersimpati terhadap kepentingan orang lain yang mempunyai
hubungan dekat dengan akuntan tersebut. Contohnya:
a) Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan
seorang direktur atau pejabat perusahaan klien.
b) Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan
seorang karyawan klien yang memiliki jabatan yang berpengaruh
langsung dan signifikan terhadap pokok dari penugasan.
c) Mantan rekan (partner) dari kantor akuntan yang menjadi
direktur atau pejabat klien atau karyawan pada posisi yang
berpengaruh atas pokok satu penugasan.
d) Menerima hadiah atau perlakuan istimewa dari klien, kecuali
nilainya tidak signifikan.
e) Hubungan yang terjalin lama dengan karyawan senior
perusahaan klien (IFAC, 200.7)

5) Intimidasi (intimidation), dapat timbul jika akuntan profesional


dihalangi untuk bertindak objektif, baik seara nyata maupun
dipersepsikan. Contoh ancaman intimidasi untuk akuntan publik,
antara lain, namun tidak terbatas pada:
a) Diancam dipecat atau diganti dalam hubungannya dengan
penugasan klien.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 100


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

b) Diancam dengan tuntutan hukum.


c) Ditekan secara tidak wajar untuk mengurangi ruang lingkup
pekerjaan dengan maksud untuk mengurnagi fee (IFAC, 200.8)

Gambar 8.1
Proses Menjamin Independensi Pikiran dan Independensi Penampilan

Identifikasi dan evaluasi Eliminasi ancaman atau


keadaan dan hubungan kurangi sampai ke tingkat
yang menciptakan yang dapat diterima
ancaman terhadap dengan:
independensi: Menerapkan pengamanan
Kepentingan diri Profesi
Review diri Legislasi
Advokasi Regulasi
Keakraban Di dalam Klien
Intimidasi Di dalam Firma

Sumber: Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi:
Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya Edisi Revisi, Salemba Empat,
Edisi terbaru.

5. Penyebab Fraudulent Financial Reporting


Menurut Ferdian & Na’im (2006), kecurangan dalam laporan keuangan
dapat menyangkut tindakan yang disajikan berikut ini :
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan
keuangan.
b. Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan,
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.
c. Salah penerapan secara senngaja prinsip akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.
Fraudulent financial reporting juga dapat disebabkan adanya kolusi antara
manajemen perusahaan dengan akuntan publik. Salah satu upaya untuk
mencegah timbulnya kolusi tersebut, yaitu perlunya perputaran (rotasi)
akuntan publik dalam melakukan general audit suatu perusahaan.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 101


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

Carcello (2004) dalam artikelnya yang berjudul ” Audit firm tenure and
fraudulent financial reporting ”, menyatakan :
The Sarbanes-Oxley Act (U.S. House of Representatives 2002) required the
U.S. Comptroller General to study the potential effects of requiring
mandatory audit firm rotation. The U.S. General Accounting Office (GAO)
concludes in its recently released study of mandatory audit firm rotation
that “mandatory audit firm rotation may not be the most efficient way to
strengthen auditor independence” (GAO 2003, Highlights). However, the
GAO also suggests that mandatory audit firm rotation could be necessary if
the Sarbanes-Oxley Act’s requirements do not lead to improved audit
quality (GAO 2003, 5).
Berdasarkan hasil penelitian COSO (1999) yang berjudul “Fraudulent
Financial Reporting : 1987 – 1997, An Analysis of U.S. Public Company”,
atas perusahaan yang listing di Securities Exchange Commission (SEC)
selama periode Januari 1987 s.d. Desember 1997 (11 tahun) dapat
disimpulkan bahwa teridentifikasi sejumlah 300 perusahaan yang terdapat
fraudulent financial reporting. Hasil analisa perusahaan yang terkategori
fraudulent financial reporting memiliki karakteristik yaitu mengalami
permasalahan bidang keuangan (experiencing financial distress), lax
oversight dan terdapat fraud dengan jumah uang yang besar (Ongoing,
large-dollar frauds). Beberapa perusahaan yang termasuk kasus / skandal
Fraudulent Financial Reporting antara lain Enron, Tyco, Adelphia dan
WorldCom.

6. Pencegahan & Pendeteksian Fraud


Fraudulent financial reporting di suatu perusahaan merupakan hal yang
akan berpengaruh besar terhadap semua pihak yang mendasarkan
keputusannya atas informasi dalam laporan keuangan (financial statement)
tersebut. Oleh karena itu akuntan publik harus bisa menccegah dan
mendeteksi lebih dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya
fraud, biasanya ditunjukkan oleh timbulnya gejala-gejala (symptoms) berupa
red flag (fraud indicators), misalnya perilaku tidak etis manajemen.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 102


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

Red flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan (fraud)
yang terjadi.
Hasil penelitian Wilopo (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis
yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan
kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan kefektifan
pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen,
serta menghilangkan asimetri informasi. Hasil penelitian Wilopo tersebut
juga menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis
manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha
yang menyeluruh, tidak secara partial. Menurut Wilopo, upaya
menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan
kecurangan akuntansi, antara lain :
 Mengefektifkan pengendalian internal, termasuk penegakan hukum.
 Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian.
 Pelaksanaan good governance.
 Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan
mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara dan
masyarakat.
The National Commission On Fraudulent Financial Reporting (The
Treadway Commission) merekomendasikan 4 (empat) tindakan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya fraudulent financial reporting, yaitu :
 Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap
integritas proses pelaporan keuangan(financial reporting).
 Mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor yang mengarah ke
fraudulent financial reporting.
 Menilai resiko fraudulent financial reporting di dalam perusahaan.
 Mendesain dan mengimplementasikan internal control yang memadai
untuk financial reporting.

Mulfrod & Comiskey (2002) menulis buku terkait dengan creative


accounting yang berjudul “The Financial Numbers Game : Detecting
Creative Accounting Practices”. Buku tersebut meskipun lebih difokuskan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 103


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

bagi para investor sebagai pembelajaran untuk mengetahui secara cepat


adanya kecurangan akuntansi (fraudulent accounting), namun perlu
diketahui juga oleh auditor.
Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya risiko
terdapat fraudulent financial reporting di perusahaan, antara lain :
Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control).
Perusahaan tidak memiliki komite audit.
Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara
manajemen (Director) dengan karyawan perusahaan.

Klasifikasi dari Creative Accounting Practices menurut Mulfrod &


Comiskey, terdiri dari :
Pengakuan pendapatan fiktif (recognizing Premature or Ficticious
Revenue).
Kapitalisasi yang agresif dan Kebijakan amortisasi yang terlalu lebar
(Aggressive Capitalization & Extended Amortization Policies).
Pelaporan keliru atas Aktiva & Utang (Misreported Assets and
Liabilities).
Perekayasaan Laporan Laba Rugi (Creative with the Income Statement).
Timbul masalah atas pelaporan Arus Kas (Problems with Cash-flow
Reporting).
Menurut laporan dari The National Commission on Fraudulent Financial
Reporting, pencegahan (prevention) dan pendeteksian (detection) awal atas
fraudulent financial reporting harus dimulai saat penyiapan laporan
keuangan.
Rezaee (2002), dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Fraud:
Prevention and Detection”, membahas cukup mendalam tentang teknik
untuk mencegah dan mendeteksi adanya fraud dalam laporan keuangan.
Dalam buku tersebut dijelaskan kasus kolapsnya enron di Amerika Serikat,
yang menghebohkan kalangan dunia usaha secara jelas dan lengkap,
termasuk adanya praktek kolusi.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 104


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

Salah satu cara untuk mencegah timbulnya fraud yang diakibatkan kolusi antara
manajemen perusahaan dengan akuntan publik adalah pengaturan rotasi auditor
(akuntan publik). Sesuai Keputusan Menkeu (KMK) No. 359/KMK. 06/2003
tentang perubahan KMK No. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik
tertanggal 21 Agustus 2003, telah diatur tentang pembatasan dan rotasi terhadap
akuntan publik. Pasal 6 ayat 4 Kepmenkeu tersebut dinyatakan bahwa pemberian
jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk lima tahun buku berturut-turut
dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun berturut-turut.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi perlu
menyelenggarakan suatu lokakarya (workshop) tentang fraudulent financial
reporting atau fraud in financial statement untuk para akuntan publik agar
terdapat pemahaman yang sama, sehingga dapat dilakukan pencegahan serta
pendeteksian secara dini kemungkinan terjadinya fraud di perusahaan. Hal ini
dimaksudkan agar akuntan publik dapat berhasil mendeteksi adanya fraud,
sehingga dapat dihindarkan akuntan publik gagal mendeteksi terjadinya fraud
yang sangat merugikan berbagai pihak.

C. SOAL DISKUSI

Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.


Permasalahan
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di
Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di
audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian
BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan
mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober
2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena
telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang
baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih
rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 105


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan
berupa overstatedpenjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral
berupaoverstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit
Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar
dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai
yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma,
melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan
(master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3
Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian
persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan
dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut
dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak
berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa
KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti
standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut.
Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan
kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan
bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham
milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi
penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada
semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan
Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 –
Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3)
Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis,
kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta
dan kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar
harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 106


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

(restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan


dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian
pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak
praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan
standar akuntansi keuangan baru”.
Sanksi dan Denda
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-
undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan
Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45
tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu
sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
maka:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002
diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)
untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek
penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa
selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar
sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas
Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero)
Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan
adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar
denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional
yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi
Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana
disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor
independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman
berpraktik sebagai auditor independen.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 107


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.


Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau
penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun
terhadap akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan
publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus bertanggung jawab, karena
akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31 Desember
2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan
pencatatan atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan
publik Hans Tuanakotta Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan
alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar
modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi
para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik
dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk.
untuk tahun buku 2001.
Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen
karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya
ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal
1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya
dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam.
Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat
dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi
akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan
pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian
kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya
kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor
mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional
akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah
dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen
akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 108


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau


tidak.
Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk
Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran
dalam kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan
keuangan perusahaan milik negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri
BUMN meminta agar kantor akuntan itu menyatakan kembali (restated) hasil
sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma tahun buku 2001.
Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta
pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di
Indonesia itu telah mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar.
Namun kemudian Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai,
pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi
penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001
seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang
laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni
2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans
Tuanakotta & Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma
juga siap melakukan revisi dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001,
jika nanti ternyata ditemukan kesalahan dalam pencatatan. Untuk itu, perlu
dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba bersih
Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap
menilai bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas
yang bertanggung jawab atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan
keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-mark up ini, merupakan
kesalahan manajemen lama.
Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam
laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan
sebagai tindak pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 109


Modul Etika Profesi Akuntansi Akuntansi-SI

adanya rekayasa keuangan dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan


kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-bukti tersebut antara lain
adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja atau
memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada
karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti
diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132
miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan
Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya
ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik
Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali
(restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi
laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini
dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para
pemegang saham Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa.
Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi
menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan publik.

Pertanyaan diskusi:
1. Pelanggaran etika apa saja yang terjadi?
2. Siapakah yang paling bertanggungjawab atas kasus di atas? Akuntan publik
atau manajemen PT Kimia Farma?
3. Sudah tepatkah sanksi yang diberikan?

D. DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya Edisi Revisi, Salemba Empat, Edisi
terbaru.
Agoes, Soekrisno,Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik, Salemba Empat, 2012.

LINK
https://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandal-manipulasi-laporan-
keuangan-pt-kimia-farma-tbk/ diakses pada 08 September 2016

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 110

Anda mungkin juga menyukai