Sap Ppok
Sap Ppok
Disusun oleh :
Amita Pratama Putri (P27820715010)
Afifa Dwi Mas’udah (P27820715011)
Intan Ayu Agustin (P27820715013)
Dhinda Yulia Puspitasari (P27820715014)
Mohammad Risky Aulia R. (P27820715017)
Oleh :
KELOMPOK 3 TINGKAT II SEMESTER III
D IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
Telah disahkan
Pada tanggal :
Mengetahui
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di Ruangan Palem II RSUD Dr. Soetomo
I. PENDAHULUAN
1. Keluarga dapat menyebutkan definisi, tanda dan gejala, penyebab, jenis penyakit
serta cara penanganan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
2. Keluarga dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang menderita PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik).
IV. MATERI
Terlampir
V. METODE
VI. MEDIA
VII. PENGORGANISASIAN
Penyaji : Amita Pratama Putri
Moderator : Mohammad Risky Aulia R.
Observer : Afifa Dwi Mas’udah
Fasilitator I : Dhinda Yulia Puspitasari
Fasilitator II : Intan Ayu Agustin
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media : leaflet
d. Peserta hadir ditempat penyuluhan
e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Palem II RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Pasien antusias terhadap materi penyuluhan
c. Pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana penyuluhan tertib dan pasien mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien dapat:
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
PPOK adalah penyakit paru obstruktif kronik dengan karakteristik adanya hambatan
aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial,
serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Gold,
2009).
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE) merupakan
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama
dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson : 2005)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPDadalah : Bronchitis kronis,
emfisema paru-paru dan asma bronchiale (S Meltzer, 2001)
P P O K adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Bruner & Suddarth,
2002).
PPOK merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan ireversibel,
terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya (Snider, 2003).
2. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut:
1) Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan
mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk
kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun
berturut – turut (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae.
2) Alergi
3) Rangsang : missal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang
mana akan meningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan
mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan
dan meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi
timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga
produksi mukus akan meningkat.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan
normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan
produksi mukus yang banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula
mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh saluran
nafas akan terkena.
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan
penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi abnormal
timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga
meningkatkan nilai PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi
polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi
sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada
RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,
hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF
2) Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus,
duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
3) Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan
yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa
berat),
3) wheezing,
4) batuk non produktif
5) takikardi
6) takipnea
3. Tanda dan Gejala PPOK
Menurut Mansjoer (2008:480) tanda dan gejala pada penderita PPOK adalah:
Batuk.
Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulent atau mukopurulen.
Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernapasan tambahan untuk bernapas.
Dada terasa berat
Pernafasan lambat
Nadi cepat
4. Cara Penanganan PPOK
a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan
b. Obat-obatan
c. Terapi Oksigen
d. Pemasangan alat bantu napas
e. Nutrisi (Diit TKTP)
f. Perawatan di Rumah Sakit
5. Cara Pencegahan kekambuhan dan pencegahan terjadinya PPOK
a. Hindari merokok
b. Hindari konsumsi alkohol
c. Menghindari lingkungan yang polusi
d. Gunakan penutup hidung (masker) saat bekerja ditempat berpolusi / tercemar
e. Minum obat secara teratur
f. Pola hidup bersih dan sehat
6. Cara Perawatan
a. Minum yang cukup supaya tidak terjadi dehidrasi dan secret (dahak) encer
b. Mengurangi sekresi lendir
Minum yang cukup supaya tidak terjadi dehidrasi dan sekret encer
c. Pengeluaran sekresi bronkial dengan cara: postural drainage, clapping, vibrasi dan
latihan batuk efektif.
Postural drainage
Pengeluaran sekret dengan prinsip gravitasi bumi
Caranya:
Posisikan klien sesuai bagian paru yang mengandung banyak sekret (untuk
membersihkan paru kanan maka klien miring kiri dan begitu jg sebaliknya), lanjutkan
dengan prosedur clapping dan vibrasi, lakukan 10-15 menit.
Clapping dan vibrasi
Caranya:
Atur posisi klien, duduk atau miring. Menepuk punggung dengan kedua tangan masing-
masing sisi 30 kali tepukan, sampai ada rangsangan batuk. Vibrasi dilakukan dengan
cara melakukan getaran-getaran lembut disamping depan cekungan iga saat klien
menarik napas dalam.
Batuk Efektif
Batuk efektif merupakan latihan batuk yang mengeluarkan sekret (Kusyati, 2006:263).
Caranya:
Anjurkan klien menarik napas dalam, tahan selama 3 detik dan batukkan. Sekret
ditampung dalam sputum pot
Postural drainase, clapping, vibrasi dan batuk efektif dilakukan secara berurutan
sebagai suatu paket manajemen pengeluaran sekret.
7. Komplikasi PPOK
· Korpulmonale
· Pneumotoraks spontan sekunder
· Infeksi paru
· Gagal napas.
8. Makanan dan kebiasaan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan bagi
penderita PPOK
Makanan yang diperbolehkan bagi penderita PPOK
Jahe
Jahe dapat melegakan semua jenis penyakit pernapasan.Tambahkan jahe parut
ke dalam teh dan baik dikonsumsi pagi saat perut kosong.
Sereal dan roti gandum
Sereal dan roti gandum serta produk lain yang tinggi serat berpotensi memiliki
kemampuan menjaga kesehatan paru-paru
Makanan yang mengandung vitamin c
Tidak hanya baik untuk mata, tapi juga untuk paru-paru. Wortel yang
mengandung vitamin A baik untuk pasien yang memiliki radang paru-paru.
Madu
Sebaiknya tambahkan madu, bukan gula, dalam makanan Anda. Sifat
antibakteri dalam madu membantu membunuh kuman yang berkembang dalam tubuh.
Teh hitam
Penderita dengan penyakit paru sebainya menjauhi semua jenis produk susu.
Konsumsi teh hitam yang dapat membantu mengobati penyakit paru.
Makanan yang tidak mengandung protein hewani
Mengapa ikan asin dikatakan sebagai pantangan untuk penderita penyakit paru
Dalam ikan asin terdapat zat Nitrosamin yang merupakan salah satu zat karsinogenik
yang dapat memicu terjadinya peradangan pada organ tubuh manusia. Bukan hanya
nitrosamin, ada kandungan zat lain dalam ikan asin yang merupakan mediator utama
dalam pembentukan dan perkembangan virus Epstein-Barr. Virus ini berperan dalam
timbulnya peradangan pada organ paru-paru manusia.
Daging Kambing
Perlu kita ketahui bahwa didalam daging kambing,terdapat beberapa kandungan zat
yang dapat mempengaruhi sistem sirkulasi darah dan juga pembentukan zat
nitrosamin yang telah kita jelaskan dapat memicu terjadinya peradangan paru-paru
dan berakibat fatal pada kesehatan seseorang yang berujung pada penyakit penumonia
(Radang Paru-Paru).
Terasi merah
Di masyarakat kita sendiri terasi sudah menjadi salah satu bahan konsumsi
yang cukup populer, akan tetapi perlu kita ingat bahwa dalam terasi merah ini
mengandung Rhodamin B, suatu zat yang memicu timbulnya iritasi pada saluran
pernafasan. Dan jika Rhodamin B dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat
karsinogenik dalam jangka waktu yang lama, kemungkinan besar dapat
mengakibaktan timbulnya peradangan pada tubuh, terutama pada sistem pernafasan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA