Sapi Kisyar GABUNG
Sapi Kisyar GABUNG
Disusun oleh:
Rizki Syarah Setiawati
18/424597/PT/07649
Kelompok II
Latar Belakang
Ternak potong adalah ternak atau hewan yang dipelihara yang kemudian
dipotong untuk diambil dagingnya. Tujuan dari budaya ternak potong itu sendiri
untuk menghasilkan daging. Susilorini (2008) menyatakan bahwa ternak potong
adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk
utamanya.
Ternak potong di Indonesia pada zaman dahulu digunakan sebagai alat
transportasi atau digunakan untuk membajak sawah. Kinerja ternak potong dapat
dilihat dari produktivitas daging pada tubuh ternak dengan biaya minimal seperti
pemberian pakan yang memiliki harga murah tetapi dapat meningkatkan proporsi
dan kualitas daging pada ternak. Ternak potong yang terdapat di Indonesia
didominasi oleh komoditas sapi dan sapi, disamping itu ternak potong lainnya
yaitu babi, kuda, domba, dan kelinci. Damara et al. (2016) menyatakan bahwa
kinerja ternak potong adalah kemampuan dalam melakukan kegiatan sesuai
dengan kapasitas yang dimiliki. Susilorini et al. (2008) menyatakan bahwa
komoditas ternak potong meliputi sapi potong, sapi potong, domba, babi, kerbau,
kelinci, dan kuda.
Syarat ternak potong adalah ternak harus memiliki jumlah proporsi daging
yang banyak dan besar dan memiliki kualitas daging yang baik dan tinggi.
Kualitas daging yang baik dapat dilihat dari keempukan atau kelunakan,
kandungan lemak atau marbling, warna, rasa dan aroma, dan kelembaban yang
berkaitan dengan adanya mikroorganisme pada daging. Rosyidi (2017)
menyatakan bahwa syarat utama ternak potong adalah tidak membahayakan jika
dipotong. Pemeriksaan awal sebelum ternak dipotong yang disebut pemeriksaan
ante-morten atau pre-mortem. Pemeriksaan tersebut akan diputuskan apakah
ternak diizinkan dipotong untuk konsumsi masyarakat atau tidak. Apabila hewan
tersebut sehat, akan diizikan dipotong tanpa syarat apapun. Jika pada
pemeriksaan menunjukan adanya penyakit tertentu, tetapi tidak begitu
berbahaya (masih dapat ditanggulangi), ternak akan diizinkan dipotong dengan
syarat. Ternak dapat ditolak untuk dipotong jika ditemui penyakit yang
membahayakan.
Tujuan Praktikum
Praktikum acara komoditas sapi bertujuan untuk mengetahui cara
melakukan handling sapi dengan baik dan benar dan dapat mengidentifikasi
bangsa sapi. Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui data fisiologis dan
data vital dari api. Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui cara penafsiran
umur dan berat badan sapi. Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui
kinerja reproduksi dari sapi.
Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum acara komoditas sapi antara lain mengetahui cara
handling sapi yang baik dan benar dan dapat mengidentifikasi bangsa sapi.
Manfaat lain dari praktikum ini yaitu mengetahui cara pengukuran dan standar
data fisiologis dan data vital dari sapi. Manfaat lain yang didapat dari praktikum
ini yaitu mengetahui umur dan berat badan sapi dengan cara penafsiran.
Praktikum ini juga bini juga bermanfaat untuk mengetahui kinerja reproduksi dari
sapi.
BAB II
MATERI DAN METODE
Materi
Handling Ternak
Alat. Alat yang digunakan dalam handling ternak sapi antara lain tali
keluh, tali leher, dan tali tuntun.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam handling ternak sapi yaitu sapi PO
betina dan sapi Simpo jantan.
Identifikasi Bangsa Ternak
Alat. Alat yang digunakan dalam identifikasi bangsa ternak sapi yaitu
kamera.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam identifikasi bangsa ternak sapi PO
betina dan sapi Simpo jantan.
Pengukuran Data Fisiologis
Alat. Alat yang digunakan dalam pengukuran data fisiologis sapi antara
lain termometer dan stopwatch.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam pengukuran data fisiologis sapi PO
betina dan sapi Simpo jantan.
Pengukuran Data Vital
Alat. Alat yang digunakan dalam pengukuran data vital sapi antara lain
mistar ukur dan pita ukur, kamera, lembar kerja, alat tulis, dan stopwatch.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam pengukuran sata vital sapi PO
betina dan sapi Simpo jantan.
Penafsiran Umur
Alat. Alat yang digunakan dalam penafsiran umur sapi yaitu kamera,
lembar kerja, dan alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam penafsiran umur sapi yaitu sapi PO
betina dan sapi Simpo jantan.
Penafsiran Berat Badan
Alat. Alat yang digunakan dalam pengukuran data fisiologis sapi antara
lain timbangan digital, kalkulator, mistar ukur, dan pita ukur.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam pengukuran data fisiologis sapi PO
betina dan sapi Simpo jantan.
Pengukuran Kinerja Reproduksi
Alat. Alat yang digunakan dalam pengukuran data fisiologis sapi yaitu
kalkulator, lembar kerja, da alat tulis.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam pengukuran data fisiologis sapi PO
betina dan sapi Simpo jantan.
Metode
Handling Ternak
Metode yang dilakukan pada saat praktikum handling sapi adalah tali
keluh dan tali leher digenggam dengan satu tangan dari bagian samping sapi.
Siku tangan pelaksana handling ditekan ke arah leher sapi. Sapi dituntun dengan
menggunakan tali tuntun.
Identifikasi Bangsa Ternak
Metode yang dilakukan pada saat identifikasi bangsa sapi adalah jenis
kelamin, gelambir, punuk, tanduk, warna rambut, warna kuku kaki, dan profil
muka dari sapi diamati. Nomor identifikasi sapi diamati dan dicatat. Sapi difoto
secara parallelogram menggunakan kamera dan identifikasi dengan analisis
poster.
Pengukuran Data Fisiologis
Metode yang dilakukan pada saat pengukuran data fisiologis sapi adalah
frekuensi respirasi, temperatur rektal, dan frekuensi pulsus dihitung sebanyak
tiga kali masing-masing selama satu menit. Frekuensi respirasi dihitung dengan
cara punggung tangan ditempelkan pada bagian hidung sapi. Temperatur rektal
dihitung dengan cara termometer dimasukkan ke dalam rektum sapi. Frekuensi
pulsus dihitung dengan cara jari ditekan sedikit pada bagian pangkal ekor (arteri
caudalis).
Pengukuran Data Vital
Metode yang dilakukan pada saat pengukuran data vital sapi yaitu mistar
ukur dan pita ukur disiapkan. Lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, tinggi
pinggul, tinggi gumba, panjang badan relatif, dan panjang badan absolut diukur
dengan menggunakan mistar ukur. Lingkar dada, lebar kepala, dan panjang
kepala diukur dengan menggunakan pita ukur. Lebar kepala diukur dengan pita
ukur jarak antara bagian terlebar dari kepala. Panjang kepala diukur dengan pita
ukur dari ujung moncong sampai pertengahan tanduk. Indeks kepala diperoleh
dengan cara lebar kepala dibagi panjang kepala kemudian dikali 100%.
Lingkar dada diukur dengan pita ukur dilingkarkan pada tulang rusuk 3
sampai 4 yang letaknya di belakang kaki depan. Lebar dada diukur dengan
mistar ukur antara tulang iga kanan dan kiri, tepat pada tulang rusuk 3 sampai 4
yang letaknya dibelakang kaki depan. Dalam dada diukur dengan mistar ukur
dari gumba sampai titik terendah dada ternak. Lebar pinggul diukur dengan
mistar ukur antara tube coxae kiri dan kanan bagian terlebar dari pinggul. Tinggi
pinggul diukur dengan mistar ukur secara vertikal dari bidang datar sampai titik
tertinggi pinggul titik pertengahan tube coxae. Tinggi gumba diukur dengan
mistar ukur dari bidang datar sampai titik tertinggi gumba atau titik terendah
punuk. Panjang badan relatif diukur dengan mistar ukur dari ujung sendi bahu
sampai proyeksi tube os ischii atau tonjolan tulang duduk membentuk garis
horizontal. Panjang badan absolut diukur dengan mistar ukur dari ujung sendi
bahu atau scapula humeralis sampai tube os ischii atau tonjolan tulang duduk
membentuk garis diagonal.
Penafsiran Umur
Metode yang dilakukan pada saat praktikum penafsiran umur sapi yaitu
umur sapi diperkirankan dengan melihat jumlah poel pada gigi seri sapi. Tangan
praktikan dimasukkan ke dalam mulut sapi melalui diastema sapi dan mulut sapi
didorong ke bawah. Gigi seri sapi diamati dan dihitung poel nya lalu diperkirakan
umurnya.
Penafsiran Berat Badan
Metode yang dilakukan dalam penafsiran berat badan sapi adalah lingkar
dada diukur dengan pita ukur. Panjang badan absolut diukur dengan
menggunakan mistar ukur. Hasil dari pengukuran lingkar dada dan panjang
badan absolut dimasukkan ke dalam rumus untuk dihitung hasilnya.
Pengukuran Kinerja Reproduksi
Metode yang dilakukan dalam pengukuran kinerja reproduksi sapi adalah
pengambilan data reproduksi. Data reproduksi dapat diperoleh dnegan melihat
recording yang ada di kandang. Data yang diamati meliputi: dewasa kelamin,
pertama kali kawin, siklus birahi/estrus, lama bunting, litter size, Post Partum
Mating (PPM), Post Partum Estrus (PPE), jarak beranak, service per conception
(S/C), berat lahir, umur sapih, dan berat sapih.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Handling Ternak
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa handling
adalah upaya yang diberikan atau dilakukan kepada ternak untuk
mengkondisikan ternak. Pengkondisian dilakukan agar mudah dikendalikan
tanpa melukai ternak tersebut dan peternaknya. Aan et al. (2017) menyatakan
bahwa manajemen handling merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
manusia kepada hewan dengan tujuan mengendalikan hewan sesuai dengan
yang kita inginkan tanpa menyakiti hewan tersebut dan tanpa mencederai
pelaksana handling.
Handling sapi bertujuan untuk mempermudah mengendalikan sapi saat
dilakukan pengukuran data fisiologis dan vital sapi tersebut. Penanganan sapi
yang benar dapat mengurangi cidera dan mudah diberi perlakuan. Sujana (2017)
menyatakan bahwa handling adalah upaya penanganan yang dilakukan oleh
manusia kepada ternak dengan tujuan mengendalikan ternak dan
mempermudah penanganan seperti grooming ternak, pemotongan, dan
pemeriksaan kesehatan.
Handling sapi dilakukan dengan cara memasangkan tali keluh, tali leher,
dan tali tuntun. Tali keluh dan tali leher digenggam dengan menggunakan satu
tangan, lalu siku pelaksana handling ditekan ke arah leher sapi. Sapi dituntun
dengan menggunakan tali tuntun. Riyanto (2015) menyatakan bahwa
penanganan (handling) sapi diperlukan terutama ketika ternak akan dilakukan
perlakuan khusus sehingga ternak dibawa keluar kandang. Umumnya,
penanganan dilakukan dengan mengikat atau merobohkan sapi. Pengikatan sapi
juga biasanya dilakukan ketika sapi akan dituntun keluar kandang. Proses
handling pada saat praktikum berjalan dengan aik sehingga ternak dapat
dikendalikan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
a b
b
Gambar 1. Sketch sapi 1. Tampak samping kanan (a) samping kiri (b)
a b
c d
c
Gambar 2. Sapi 1. Tampak samping kanan (a), tampak samping kiri (b)
tampak depan (c), dan tampak belakang (d)
Sapi yang digunakan dalam praktikum yaitu sapi PO berjenis kelamin
betina dan sapi Simpo berjenis kelamin jantan. Sapi PO memiliki nomor
identifikasi P6, berwarna putih, bergelambir, berpunuk, bertanduk, dan rambut
kibas berwarna hitam. Sapi Simpo tidak memiliki nomor identifikasi, berwarna
belang coklat dan putih, bergelambir, memiliki warna putih di wajahnya, dan tidak
berpunuk. Fikar dan Ruhyadi (2010) menyatakan bahwa hasil persilangan sapi
Simpo dengan sapi Ongole yang dikenal dengan nama sapi Simpo Ongole
(Simpo). Sapi Simpo sudah tidak memiliki gelambir dengan rambut berwarna
merah bata, merah tua, hingga coklat muda. Ciri khas sapi Simpo yaitu adanya
warna putih berbentuk segitiga di antara kedua tanduknya.
Hartatik (2019) menyatakan bahwa sapi Peranakan Ongole mempunyai
ciri-ciri yaitu warna tubuh dominan putih sampai keabu-abuan, warna kaki dan
pantat berwarna putih keabu-abuan, bibir atas berwarna hitam, sedangkan bibir
bawah berwarna putih, warna hidung hitam, warna ekor putih dan bagian ujung
berwarna hitam, tanduk berwarna hitam, dan punuk atau gumba berwarna putih
keabu-abuan. Sapi Peranakan Ongole mempunyai bentuk tanduk meruncing,
melengkung ke arah belakang, kadang berupa bungkul, bentuk telinga panjang
dan menggantung, bentuk mata besar dan terang dengan kulit sekitar mata
berwarna hitam. Bagian gelambir pada sapi PO panjang menggantung dari leher
sampai belakang kaki depan. Hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang
tersedia. Hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan literatur yang tersedia.
c d
e f
Gambar 3. Pengukuran data vital menggunakan mistar ukur. Tinggi pinggul (a)
dalam dada(b), lebar dada (c), lebar pinggul (d), panjang badan absolute (e),
panjang badan relative (f), dan tinggi gumba (g).
a aa b
Penafsiran Umur
Penafsiran umur merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperkirakan umur suatu ternk berdasarkan ciri-ciri yang tampak. Penafsiran
umur penting dilakukan ketika suatu sapi tidak dilengkapi dengan catatan umur.
Yulianto dan Saparinto (2011) menyatakan bahwa secara alamiah masing-
masing makhluk hidup telah dilengkapi cara penandaan umur. Beberapa organ
sapi yang digunakan sebagai pendugaan umur, di antaranya berdasarkan
penilikan cincin tanduk dan penilikan gigi.
Penafsiran umur bermanfaat untuk mengetahui kisaran usia
sesungguhnya dari sapi. Yulianto dan Cahyo (2011) menyatakan bahwa
penafsiran umur bermanfaat untuk mengetahui kisaran usia sesungguhnya dari
sapi. Putra et al. (2014) menytatakan bahwa penafsiran berfungsi untuk
mengetahui berat badan sapi secara tidak langsung.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan penafsiran umur
menggunakan tiga metode yaitu penafsiran berdasarkan poel, putusnya tali
pusar, dan jumlah cincin tanduk. Penafsiran umur dengan melihat perkembangan
dan pergantian gigi seri serta terasahnya gigi seri (permanen). Yulianto dan
Saparinto (2011) juga menyatakan bahwa secara alamiah masing-masing
makhluk hidup telah dilengkapi cara penandaan umur. Ada beberapa organ sapi
yang digunakan sebagai pendugaan umur, di antaranya berdasarkan penilikan
cincin tanduk dan penilikan gigi. Hasil penafsiran umur dapat dilihat pada gambar
berikut.
a a b
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa sapi yang diidentifikasi bangsanya merupakan sapi PO dan Simpo.
Kondisi fisiologis sapi dalam keadaan relatif normal. Umur sapi Simpo berusia 1
tahun sedangkan sapi PO berusia 3 sampai 3,5 tahun, penafsiran berat badan
sapi adalah 372 kg dan sapi PO adalah 273 kg. Kinerja reproduksi kedua sapi
berjalan dengan normal. Faktor yang memengaruhi perbedaan data yaitu jenis Commented [A2]:
kelamin, suhu lingkungan, umur, bangsa ternak, dan ukuran tubuh. Commented [A3R2]: faktor
Saran
Pelaksanaan praktikum Ilmu Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan
komoditas Domba berjalan lancar. Waktu pelaksanaan praktikum tidak berjalan
sesuai jadwal. Saran untuk praktikum berikutnya adalah meningkatkan efektifitas
waktu praktikum, baik dari praktikan maupun asisten jaga.
DAFTAR PUSTAKA
Aan, A., Y. R. Nugraheni, dan S. Nusantoro. 2017. Teknik handling dan
penyembelihan hewan qurban. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Peternakan. 2(2): 84-97.
Aditia, E. L., A. Yani, dan A. F. Fatonah. 2017. Respons fisiologi ternak sapi bali
pada sistem integrasi kelapa sawit berdasarkan kondisi lingkungan
mikroklimat. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan.
5(1):23-28.
Affandhy, L. P. S., P. W. Prihandito, D. B. Wijono. 2002. Performa reproduksi dan
pngelola sapi potong induk pada kondisi peternakan rakyat. Seminar
Peternakan dan Veteriner push it bag. Bogor
Budisatria, G. S., Panjono, Dyah, M., A, Ibrahim. 2018. Sapi Peranakan Etawah:
Kepala Hitam atau Coklat.
Damara, V. V. A, dan M. J. Eliot. 2016. Horse Power in the World. UK
University.Australia
Fikar, S. dan D. Ruhyadi. 2010. Beternak dan Berbisnis Sapi Potong. PT
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Ghalem, S., N. Khebichat, K. Nekkal. 2012. The Physiologi of Animal Respiration
Study of Domestic Animal. Article of Animal
Hartatik, T. 2019. Analisis Genetik Ternak Lokal. Gadjah Mada University Press.
Yogayakarta.
Ifafah, W.W. 2012. Hubungan Kondisi Fisiologis Domba Ekor Gemuk Jantan dan
Palatabilitas Limbah Tauge Sebagai Ransum Selama Penggemukan.
Skripsi Sarjana Perternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Karno, R. 2017. Hubungan umur dan jenis kelamin terhadap bobot badan sapi
bali di Kecamatan Donggo. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin. Makasar.
Kurnianto, E. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Mutua, dan J. Adam. 2014. Identification of Living Things. Interna Publishing.
Jakarta.
Moningka. 2016. Penampilan reproduksi kedua betina pasca pacu di Desa
Pemotongan Raya Kecamatan Tompaso Barat Kabupaten Minahasa.
Jurnal Peyernakan. 36(2):432-446
Panjono, B. P. Widyobroto, B. Suhartanto, dan Endang B. 2009. Pengaruh
penjemuran terhadap kenyamanan dan kinerja reproduksi sapi PO.
Buletin Peternakan 33(1):17-22
Putra, W. P. B, Sumadi, dan T. Hartatik. 2014. Pendugaan bobot badan pada
sapi aceh dewasa menggunakan dimensi ukuran tubuh. JITP. 3(2):76-
80
Rahman, M. A., S. B. Komar, A. A. Yulianti. 2016. Kajian status faali kuda polo
sebelum dan sesudah dilatih di Nusantara Polo Club. Jurnal Peternakan.
5(4): 20-27.
Riyanto, J., Lutojo, dan D. M. Barcelona. 2015. Kinerja reproduksi induk sapi
potong pada usaha peternakan rakyat di Kecamatan Mojogedang. Sains
Peternakan. 13(2): 73-79.
Rosita, E., I. G. Permana, T. Toharmat, dan Daspal. 2015. Kondisi fisiologis,
profit darah, dan status mineral pada induk dan anak sapi PE. Buletin
Makanan Ternak. 102(1):9-18
Rosyidi, D. 2017. Rumah Potong Hewan dan Teknik Pemotongan Ternak Secara
Islami. UB Press. Malang.
Sujana, E. 2017. Handling Ternak Ruminansia. Direktorat Jendral Guru dan
Tenaga Kependidikan. Yogyakarta
Susilawati, T. 2017. Sapi Lokal Indonesia (Jawa Timur dan Bali). UB Press.
Malang.
Susilorini, T. E., M. E. Sawitri, dan Muharlien. 2008. Budidaya 22 Ternak
Potensial. Penebar Swadaya. Depok.
Trifena, B., I.G.S. dan Hartatik, T. 2011. Perubahan fenotip sapi Peranakan
Ongole, Simpo, dan LimPO pada keturunan pertama dan keturunan
kedua (backcross). Buletin Peternakan. 35(1): 11-16.
Utomo, B., D. P. Miranti, dan G. C. Intan. 2010. Kajian Termoregulasi Sapi Perah
Periode Laktasi Dengan Introduksi Teknologi Peningkatan Kualitas
Pakan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Ungaran.
Victori, A., E. Purbowati, C. M. Sri Lestari. 2016. Hubungan antara ukuran-ukuran
tubuh dengan bobot badan sapi peranakan etawa jantan di Kabupaten
Klaten. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26(1): 23-28
Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2011. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari 3
Bulan Panen. Penebar Swadaya. Depok.
LAMPIRAN
Sapi 2
2
L xG 59,44 x 72,042
W= = =681,1 kg
300 300
462-681,1
Kesalahan: x 100%=47,42%
462
Rumus Lambourne
Sapi 1
2
L xG 134 x 1632
W= = =328,43 kg
10840 10840
336,5-328,43
Kesalahan: x 100%=2,39%
336,5
Sapi 2
2
L xG 151 x 1832
W= = =466,49 kg
10840 10840
462-466,49
Kesalahan: 462
x 100%=0,97%
Rumus Scroll
Sapi 1
2
(G+22) (163+22)2
W= = =342,25 kg= (G+22)^2/100=
100 100
(163+22)^2/100=342,25 kg
336,5-342,25
Kesalahan: x 100%=1,7%
336,5
Sapi 2
2
(G+22) (183+22)2
W= 100
= 100
=420,25 kg= (G+22)^2/100=
Sapi 2
2
LxG 151 x 1832
W= = =457,84 kg = L x G^2/11050= 151 x
11050 11050