Anda di halaman 1dari 42

BAB 3

ANALISA PENGEMBANGAN
RSUD DR. LOEKMONO HADI

Analisis aspek Eksternal maupun aspek Internal dilakukan duna mendapatkan rumusan
Kecenderungan pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Loekmono Hadi Kudus dalam
melakukan pembangunan atau melakukan pengembangan berupa peningkatan status layanan Rumah
Sakit.
Analisis ini dilakukan untuk mengkaji ulang Data yang ada dan hasil dari Analisis inidapat bermanfaat
bagi penyusunan Rencana Induk/ Master Plan RSUD Dr Loekmono Hadi.
Aspek-aspek yang dikaji sebagai Analisis ini diharapkan mendapatkan suatu kecenderungan Rumah
Sakit, aspek-aspek tersebut antara lain:

3.1. ANALISA ASPEK EKSTERNAL


3.1.1. Kebijakan Pengembangan Kab Kudus Terkait Pengembangan RSUD
Dr.Loekmono Hadi
Sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945 bahwa pelayanan
kesehatan merupakan hak dasar setiap orang yang dijamin dan harus diwujudkan dengan
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Rumah Sakit adalah
wadah yang menjadi sarana utama untuk membantu masyarakat dalam mewujudkan
peningkatan kesehatannya. Menurut Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 bahwa Rumah
Sakit adalah institrusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri
yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus berlokasi di Jl Dr. Loekmono Hadi No 19 Kudus ini secara posisi
sudah tepat dan sesuai dengan yang diamahkan dalan RTRW Kabupaten Kudus Th 2012 –
2032. Sesuai dengan perannya sebagai sarana kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Kudus,
RSUD Dr Loekmono Hadi cukup mudah diakses dari segala arah mengingat posisinya berada
di pusat perkotaan Kudus.
Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana diamanatkan dalam RTRW Kabupaten
Kudus Th 2012 – 2032 pada kawasan perkotaan dengan proporsi paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari luas kawasan perkotaan, yang secara rinci akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Daerah tentang RDTR Kawasan Perkotaan. Dalam tapak RSUD Dr. Loekmono Hadi
Kudus RTH yangdimiliki masih sangat minim (dibawah 30%), dan pemanfaatmya sebagai lahan
parkir dan jalur sirkulasi kendaraan. Sehingga RTH yang ada belum bisa dimanfaatkan sebagi
daerah resapan air.
Seiring perkembangan yang ada kebutuhan akan ruang pelayanan di RSUD Dr. Loekmono Hadi
Kudus akan bertambah, sedangkan lahan yang dimiliki sangat terbatas (tidak ada penambahan
lahan). Untuk mengatasi kebutuhan ruang pelayanan kesehatan (baik rawat inap maupun

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 1


rawat jalan dll) dalam pengembangannya RSUD Dr. Loekmono Hadi dapat meningkatkan
kuantitas ruangnya dengan jalan pengembangan vertikal (bangunan bertingkat).
Sesuai dengan yang diamatkan dalam Perda Kab Kudus No 3 TH 2008 tentang urusan
pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah Kab Kudus, yang dalam
kewenangannya mengamanatkan:
 Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung perumusan
kebijakan Kabupaten.
 Pengelolaan Survey Kesehatan Daerah (Surkesda) skala Kabupaten.
 Implementasi penapisan Iptek di bidang pelayanan kesehatan skala Kabupaten.
Untuk itu RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus sebagai sarana Kesehatan yang dimiliki oleh Pemda
Kudus akan berbenah untuk meningkatkan pelayanan dan bekerjasama dengan dinas
pendidikan (Universitas Muria Kudus/UMK) dalam memfasilitasi mashasiswa UMK khususnya
fakultas Kedokteran untuk melakukan penelitian/prakteknya.
Sesuai dengan Pedoman dan peraturan yang ada, apabila RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus
akan berkembang dan menyelenggarakan atau memfasilitasi pendidikan formal dibidang
kesehatan maka stasus dari RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus harus ditingkatkan dari Rumah
sakit umumkelas B menjadi Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan.

3.1.2. Geografi
Letak Kabupaten Kudus antara 110o36’ dan 110o50’ Bujur Timur dan antara 6o51’ dan 7o16’
Lintang Selatan. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 16 km dan dari utara ke selatan 22
km dengan luas wilayah 425,165 Km2 yang terbagi atas 9 Kecamatan, 123 Desa dan 9
Kelurahan.
Kabupaten Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, terletak diantara 4 (empat)
Kabupaten, dengan pebatasan yaitu :
 sebelah utara : Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati,
 sebelah timur : Kabupaten Pati,
 sebelah selatan : Kabupaten Grobogan dan Pati
 sebelah barat : Kabupaten Demak dan Jepara.

Gambar 3.1. Posisi RSUD Dr. Loekmono Hadi Dalam Wilayah Admnistrasi
Kabupaten Kudus

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 2


3.1.3. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2010 sebesar 779.192, sedang pada tahun
2014 menjadi 821.136 sehingga terjadi pertambahan penduduk sebesar 41.944 jiwa selama
4tahun (1.26 % pertahun).

Tabel 3. 1. Tabel Jumlah Penduduk tahun 2010 - 2014


TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
2010 383.631 395.561 779.192
2011 388.918 401.021 789.939
2012 394.109 406.288 800.397
2013 399.235 411.575 810.810
2014 404.318 416.818 821.136
Sumber : Kudus dalam angka 2015

Dengan prosentase pertumbuhan penduduk yang ada prediksi jumlah penduduk kota Kudus
di tahun 2023 akan mencapai 1.254.375 jiwa.

Tabel 3. 2. Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk tahun 2038


TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
2010 383.631 395.561 779.192
2011 388.918 401.021 789.939
2012 394.109 406.288 800.397
2013 399.235 411.575 810.810
2014 404.318 416.818 821.136
2018 425.084 438.226 863.310
2028 546.051 496.681 1.042.732
2038 701.442 562.933 1.264.375
Sumber : Kudus dalam angka 2015 & Analisis 2018

3.1.4. Sosial Ekonomi dan Budaya


A. Sosial Ekonomi
Pada Kajian ini melihat proyeksi Sosial Ekonomi pada wilayah Kabupaten Kudus dimana
lokasi RSUD Loekmono Hadi berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun
mendatang dengan dasar data series tahun 2014 terkait dengan kondisi perekonomian
penduduk dan perekonomian daerah terkait.:

Tabel 3. 3. Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Berumur 15 tahun keatas yg bekerja


menurut Lapangan Usaha tahun 2038
JENIS KELAMIN
LAPANGAN USAHA UTAMA JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Sektor Primer 31.453 9.155 40.608
Sektor Sekunder 124.573 98.705 223.281
Sektor Tersier 83.677 79.238 162.915
JUMLAH 2014 239.703 187.098 426.804
2018 252.014 196.707 448.722
2028 285.630 222.946 508.577

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 3


JENIS KELAMIN
LAPANGAN USAHA UTAMA JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
2038 323.731 252.685 576.415
Sumber : Kudus dalam angka 2015 & Analisis 2018
Keterangan:
Sektor Primer : Pertanian, Pertamnangan dan Penggalian
Sektor Sekunder : Listrik, Gas dan Air; Industri; dan Konstruksi
Sektor Tersier : Perdagangan; Angkutan dan Komunikasi; Keuangan; & Jas

B. Sosial Budaya
Kajian ini melihat proyeksi Sosial Budaya pada wilayah dimana lokasi RSUD Loekmono
Hadi berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun mendatang dengan
dasar data series tahun 2014 terkait, berupa proyeksi Jumlah penduduk secara
kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan agama, serta kajian terhadap kebiasaan
atau budaya wilayah terkait dengan pola hidup masyarakat sekitar

3.1.5. Ketenagakerjaan
Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)/ Ketenagakerjaan di Bidang Kesehatan di
Kabupaten Kudus sudah cukup memadai. Berdasarkan data yang tercatat tahun 2016, jumlah
tenaga dokter di Kudus sebanyak 325 orang.
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Kudus, rasio tenaga kesehatan
terhadap penduduk di Kabupaten Kudus adalah untuk Dokter Umum 17.68. Dokter Spesialis
21.17 dan Dokter Gigi 6.3 Rasio tenaga Farmasi 14.79, Perawat 21.65 Sedangkan untuk tenaga
Bidan 121.08, tenaga Kesehatan Masyarakat 8.66 dan tenaga Sanitasi 3.36.

Gambar 3.1. Rasio Tenaga Kesehatan di Kabupaten Kudus


Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 4


Tabel 3. 4. Ketersediaan dokter di Kabupaten Kudus

Sumber: Laporan Kesehatan, 2016

3.1.6. Derajat Kesehatan


Derajat kesehatan dalam penyusunan Rencana Induk/ Master Plan RSUD Loekmono Hadi
perlu dilakukan Kajian, dengan tujuan melihat kecenderungan derajat kesehatan pada wilayah
tertentu sehingga dalam menyiapkan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit sesuai dengan
kecenderungan di wilayah dimana lokasi Rumah Sakit tersebut berada.
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai derajat kesehatan antara lain
angka kematian, angka kesakitan dan status Gizi. Angka kematian yang digambarkan adalah
angka kematian neonatal, angka kematian bayi (AKB), angka kematian Balita (AKABA) dan
angka kematian Ibu (AKI).
Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas sumber daya
manusia. Untuk menggambarkan derajat kesehatan digunakan indikator kualitas utama
seperti angka kematian, kesakitan, kelahiran, status gizi dan lain-lain. Derajat kesehatan dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan maupun sebagai dasar dalam menyusun rencana untuk
masa yang akan datang.
Untuk kualitas hidup yang digunakan sebagai indikator adalah Angka Kelahiran Hidup Waktu
Lahir, sedangkan untuk mortali tas yakni Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup,

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 5


Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Ibu per 100.000
Kelahiran Hidup, termasuk angka morbiditas penyakit yang banyak terjadi di Indonesia.

Gambar 3.2. Kematian Neonatal, Bayi dan Balita per Kecamatan di Kab.
Kudus Th 2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah sebagai berikut :
A. Angka Kematian Neonatal (AKN) per 1000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan jumlah kematian bayi umur kurang dari 28
hari (0 - 28 hari) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKN
mengambarkan tingkat pelayanan ibu dan anak termasuk antenatal care, pertolongan
persalinan dan post natal. Semakin tinggi angka kematian neonatal, berarti semakin
rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Tahun 2015 Jumlah Kematian neonatal ada 121 jiwa, angka kematian neonatal yang
dilaporkan 7,76 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian neonatal yang tertinggi di
Kecamatan Jekulo sebesar 20 Jiwa, sedang terendah adalah kecamatan Undaan 6 jiwa.
B. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0 - 11 bulan-termasuk
neonatal ) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB mengambarkan
tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab
kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan
Program KIA/ KB serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabiila AKB di suatu
wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah.
Jumlah Kematian bayi di Kabupaten Kudus tahun 2015 adalah 152 jiwa. Angka Kematian
Bayi 9,75 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi terbesar adalah kecamatan
Jekulo 31 Jiwa, sedang terendah di kecamatan Undaan 6 Jiwa.
Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar penyebabnya ada
2 (dua) macam, yaitu faktor endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen disebut
adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau di dapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau
kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 6


menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan
pengaruh lingkungan luar.

Gambar 3.3. Kecenderungan Angka kematian Bayi dan Balita tahun 2012
s.d 2015 di Kab Kudus
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Grafik 3.2. menunjukkan ada nya peningkatan angka kematian pada bayi, tahun 2012
sebesar 5,3, meningkat menjadi 7,1 ditahun 2013 dan di tahun 2015 menjadi 9,75.
Meskipun masih dibawah angka kematian nasional, namun hal ini cukup memprihatinkan
karena angka kematian bayi tidak menurun malah meningkat.
C. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian Balita (0 - 5 tahun–termasuk
bayi dan anak balita) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA
menggambarkan permasalahan kesehatan balita, tingkkat pelayanan KIA dan posyandu,
tingkat keberhasilan program KIA dan kondisi sanitasi lingkungan.
Tahun 2015 dijumpai ada 178 kematian Balita. Angka kematian Balita 11,42 per 1000
kelahiran hidup. Kematian Balita terbesar di kecamatan Jekulo dengan jumlah 34Jiwa,
sedangkan terkecil adalah kecamatan Mejobo dengan 13 jiwa.
Seperti kecenderungan angka kematian Bayi, Grafik 3.2. juga menunjukkan adanya
peningkatan kematian Balita dari tahun ke tahun. Di tahun 2015 ada peningkatan yang
cukup signifikan dari 9 di tahun 2014 menjadi 11,45 di tahun 2015.
D. Angka Kematian Ibu
Angka kematian Ibu (AKI) mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan
sampai dengan pasca persalinan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial
ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai
komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka
kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan
kesehatan , termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula.
Jumlah kematian ibu di tahun 2015 ada 18 Jiwa, 8 kematian ibu hamil (44,4 %), 1 kematian
ibu bersalin (5,56 %) dan 9 kematian ibu nifas (50 %). Angka kematian ibu 115 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini sudah diatas target nasional 2015 yaitu 105 per 100.000
kelahiran hidup.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 7


Pada Grafik 3.3. dapat dilihat bahwa jumlah kematian paling banyak pada kecamatan
Gebog, 4 kasus (Warna Merah), Kecamatan Mejobo, Jekulo, Bae dan Dawe masing-
masing 3 Kasus (warna orange), kecamatan Kaliwungu dan Kota masing-masing 1 Kasus
(warna hijau), kecamatan Jati dan Undaan tidak ada kematian ibu (warna putih)
Penyebab kematian ibu antara lain karena tidak mempunyai akses ke pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang
dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga
tidak lepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 ”terlalu”
yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (> 35 tahun), terlalu muda ( < 20 tahun), terlalu
banyak anak (> 4 anak) dan terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (< 2 tahun). Dari Tabel
profil, dapat dilihat bahwa 15 orang meninggal pada usia reproduktif 20 - 34 tahun (83,3
%), dan 3 orang pada usia >35 tahun (16,7 %).

Gambar 3.4. Peta Jumlah Kematian Ibu Maternal Per Kecamatan di Kab.
Kudus Th 2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015
Pencapaian derajat kesehatan juga dapat dilihat dari keadaan gizi masyarakat melalui status
gizi balita dan data Kecamatan Bebas Rawan Gizi.
A. Berat Badan Lahir Rendah
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah merupakan salah satu faktor risiko kematian bayi.
Oleh Karena itu sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kematian bayi
adalah dengan penangganan BBLR.
Bayi Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram,. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami
anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan ataupun lahir kurang bulan. Bayi
yang lahir dengan berat badan lahir rendah perlu penangganan yang serius, karena pada

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 8


kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya
pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama
kematian bayi.
Tabel 3. 5. Jumlah BBLR dan Prosentase BBLR per kelahiran hidup Menurut
Kecamatan di Kabupaten Kudus Tahun 2015

Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

dapat diliihat jumlah bayi yang lahir hidup Kabupaten Kudus sebanyak 15. 587 bayi, dan
yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 527 bayi (3,38 %). Prevalensi
ini lebih kecil dibanding Target BBLR Nasional yaitu maksimal 7%. Prosentase BBLR
terbanyak didapat di Kecamatan Kaliwungu.

B. Status Gizi Baduta dan Balita


Jumlah Baduta dan balita ditimbang di Posyandu merupakan data indikator terpantaunya
pertumbuhan balita melalui pengukuran perubahan berat badan setiap bulan sesuai
umur. Balita yang rutin menimbang adalah balita yang selalu terpantau pertumbuhannya.
Secara kuantitatiif indikator balita ditimbang menjadi indicator pantauan sasaran
(monitoring convered), sedangkan secara kualitatif merupakan indikator cakupan deteksi
dini (Surveilance covered). Semakin besar persentase balita ditimbang semakin tinggi
capaian sasaran balita yang terpantau pertumbuhannya, dan semakin besar peluang
masalah gizi bias ditemukan secara dini.
D/S merupakan gambaran dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung kegiatan
pemantauan pertumbuhan di Posyandu. Kehadiran Baduta/ Balita di Posyandu
merupakan hasil dari akumulasi peran serta ibu, keluarga, kader dan seluruh komponen
masyarakat dalam mendorong, mengajak, memfasilitasi dan mendukung balita agar
ditimbang di Posyandu, dengan demikian indicator D/S dapat dikatakan sebagai Indikator
peran serta masyarakat.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 9


Tabel 3. 6. Jumlah Baduta dan Balita, ditimbang, D/S dan Jumlah BGM Menurut
Kecamatan di Kabupaten Kudus

Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Status Gizi Baduta dan Balita dapat dilihat pada Tabel diatas. Jumlah Baduta di kabupaten
Kudus adalah 34.094 Baduta, Ditimbang 28.972 Jumlah balita di Kabupaten Kudus
sebanyak 70.849 balita, balita yang ditimbang sebanyak 58.050 balita. D/S merupakan
prosentase jumlah balita yang ditimbang dari seluruh jumlah balita sasaran yang ada. D/S
menunjukkan partisipasi masyarakat untuk menimbangkan anaknya. Target D/S balita
yang ditimbang adalah 85 %. Pada baduta D/S 84,94 %, sedangkan D/S pada balita (81,93
%), masih dibawah target
Selanjutnya Baduta BGM (Bawah Garis Merah) sebanyak 352 (1,2 %) dan Balita BGM
sebanyak 605 (1,0 %), Target Balita dibawah Garis Merah adalah kurang dari 15 %.
Meskipun angka BGM masih dibawah Target, tetapi tetap harus diperhatikan secara
khusus, dan perlu di konfirmasi dengan pemeriksaan antropometri TB/ BB, sehingga hasil
dapat diinterpretasikan dengan benar, perlu perawatan atau tidak.

C. Balita Gizi Buruk


Kejadian Gizi buruk dapat dideteksi dini melalui intensitas pemantauan tumbuh kembang
di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan desa atau petugas
kesehatan lainnya. Skrining pertama dilakukan di Posyandu, jika ditemukan balita berada
di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi
status gizi. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus gizi buruk, maka segera
dilakukan perawatan gizi buruk sesuai dengan pedoman di Posyandu dan Puskesmas, jika
ternyata terdapatt penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas,
maka segera dirujuk ke Rumah Sakit.
Ditemukan kasus Gizi buruk di Kabupaten Kudus. Dari 20 kasus tidak murni karena
kekurangan makan, tapi karena ada penyakit penyerta seperti kelainan jantung, kelainan
syaraf, KP, hidrochepallus an lain-lain. Semua kasus Gizi buruk mendapat perawatan
(100%), terkendala dengan penyakit penyerta sehingga kenaikan berat badan belum
optimal.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 10


Gambar 3.5. Grafik Peta Kasus Gizi Buruk per Puskesmas di Kabupaten
Kudus Tahun 2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Dari 19 Puskesmas, ada 6 Puskesmas yang mempunyai kasus balita gizi Buruk. Ada 2
Puskesmas, yaitu Puskesmas Gribig dan Gondosari yang mempunyai 3 Kasus, 1
Puskesmas mempunyai 2 Kasus gizi Buruk, 2 Puskesmas mempunyai 1 kasus gizi buruk
dan yang lainnya tidak memiliki kasus gizi buruk. Kasus gizi buruk terbanyak di Puskesmas
Rejosari dengan 10 kasus Gizi buruk.

3.2. ANALISA ASPEK INTERNAL


3.2.1. Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang ada di Kabupaten Kudus yaitu:
A. Jumlah Rumah Sakit Umum dan Khusus
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarkat juga diperlukan upaya kuratif
dan rehabilitative selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai
penyedia pelayanan kesehatan rujukan.
Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit mengelompkkan rumah sakit
berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus. Rumah sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit Khusus adalah Rumah Sakit
yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
Di Kabupaten Kudus ada 7 (tujuh) Rumah Sakit Umum yaitu :
 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Loekmono Hadi

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 11


 RS Mardi Rahayu
 RSI Sunan Kudus
 RS Kartika Husada
 RS Nurussyifa
 RS Kumala Siwi
 RS ’Aisiyah

Sedangkan Rumah Sakit Khusus ada 3 (tiga), yaitu :


 RS Permata hati
 RS Harapan Bunda
 RSIA Buah Hati

B. Jumlah Puskesmas dan jaringannya


Peraturan mentreri kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan mendefinisikan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutmakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang stinggi-tinginya di wilayah kerja.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
terwujudnya kecamatan sehat.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang :
 Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat
 Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
 Hidup dalam lingkungan sehat , dan
 Memiliki derajat kesehtaan yang optimal, baik individu, keluarga kelompok dan
masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat pembangunan kawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer, dan pusat
pelayanan kesehatan perorangan primer, puskesmas berkewajjiban memberikan upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.Upaya kesehatan wajib terdiri
dari:
 Upaya Promosi Kesehatan
 Upaya Kesehatan Lingkungan,
 Upaya Kesehatan ibu dan anak,
 Upaya Perbaikan Gizi
 Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
 Upaya pengobatan.
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Kudus ada 19, 10 Puskesmas dengan rawat inap dan 9
Puskesmas non rawat inap. Peningkatan jumlah Puskesmas tidak mengindikasikan secara
langsung seberapa baik keberadaan Puskesmas mampu memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan primer di masyarakat. Indikator yang mampu menggambarkan secara kasar
tercukupi kebutuhan pelayanan kesehatan primer oleh Puskesmas adalah Rasio
Puskesmas terhadap 30.000 penduduk.
Rasio Puskesmas (19) terhadap 30.000 penduduk Kabupaten Kudus (831.343) adalah
0,69. Rasio penduduk bertambah karena ada peningkatan jumlah penduduk tetapi
jumlah Puskesmas sama dalam 5 tahun terakhir.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 12


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, dalam rangka
meningkatkan aksessibilitas pelayanan , Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan
Puskesmas dan jejaring dfasilitas pelayanan kesehatan. Jaringan pelayanan Puskesmas
terdiri atas PuskesmasPembantu, Puskesmas keliling dan bidan desa. Pada tahun 2015 di
Kabupaten Kudus terdapat 43 Puskesmas Pembantu, 56 Puskesmas Keliling dan 112
Bidan desa.
Angka kematian ibu di Kabupaten Kudus masih tinggi, yaitu 115 per 100.000 kelahiran
hidup. Salah satu upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah
dengan peningkatan akses kepada pelayanan kegawatdaruratan obsetri dan neonatal
dasar. Oleh karena itu Badan Kesehatan Dunia (WHO) mentargetkan agar minimal
terdapat 4(empat) puskesmas PONED di tiap Kabupaten/ Kota, dan Kabupaten Kudus
sudah memenuhi target tersebut

C. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola


Sarana pelayanan yang dibahas dalam bab ini adalah rumah sakit, Puskesmas dan
jaringannya, sarana pelayanan lain, dan sarana produksi dan distribusi kefarmasian.
Rumah sakit terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Puskesmas dan
jaringannya terdiri atas puskesmas rawat inap dan puskesmas non rawat inap, puskesmas
keliling dan puskesmas pembantu.
D. Persentase Rumah Sakit dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level 1
Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki Dokter
Umum on site (berada ditempat) 24 jam dengan kualifikasi GELS (General Emergency Life
Support) dan/atau ATLS (Advance Trauma Life Support) + ACLS (Advance Cardiac Life
Support), serta memiliki alat transportasi dan komunikasi .
Di Kabupaten Kudus ada 10 Rumah sakit, 10 rumah sakit umum yang sudah memenuhi
gawat darurat level 1 namun demikian 3 rumah sakit khusus sarana gadar level 1 nya
perlu ditingkatkan.
E. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) merupakan bentuk partisipasi/
peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Bentuk Peran
serta masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk yaitu : manusianya,
pendanaanya, aktivitasnya dan kelembagaannya seperti posyandu, pos lansia, polindes,
PKD, Pos UKK, poskestren, KP-KIA, Toga, BKB, Posbindu, Pos Malaria Desa, Pos TB DEsa
dan masih banyak lainnya. Upaya Kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibahas
pada bagian ini adalah posyandu dan Pos Kesehatan Desa.
1. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari ,oleh ,untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayaan masyarakat dan member kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh lpelayanan kesehatan dasar, utamanya lima program prioritas yang
meliputi (KIA, KB, Gizi, Imunisasi,penanggungan diare dan ISPA) dengan tujuan
mempercepat penurunan angka kematian-kematian ibu dan bayi.
Secara Definisi operasioanal Strata posyandu adalah sebagai berikut :
a. Posyandu Pratama : Posyandu yang belum mantap, ditandai oleh kegiatan
Posyandu belum terlaksana secara rutin setiap bulan dan jumlah kader kurang
dari 5 orang.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 13


b. Posyandu Madya : Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali
per tahun , dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan
kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50 %.
c. Posyandu Purnama : Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih,
cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50 %, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana
sehat yang dikelola oleh masyarakat yang kepersertaannya masih kurang dari
50 % KK di Wilayah kerja Posyandu.
d. Posyandu Mandiri : Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali pere tahun, rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan
kelima kegiatannnya lebih dari dari 50 %, mampu menyelenggarakan program
tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang
dikelola oleh masyarakat yang kepesertaannya lebih dari 50 % KK di wilayah
kerja Posyandu.

Jumlah posyandu yang aktif di Kabupaten Kudus pada tahun 2014 sebanyak 793
buah, dengan perincian sebagai berikut : Posyandu Purnama berjumlah 313 buah
dan 24 buah Posyandu Mandiri, sedangkan Madya 386buah dan 70 buahPosyandu
Pratama.

Gambar 3.6. Jumlah Posyandu Menurut Strata Di Kabupaten Kudus Tahun


2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

2. Desa Siaga Aktif


Desa siaga aktif adalah Desa dan kelurahan yang penduduknya dapat mengakses
pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan Upaya Kesehatanb Bersumber
daya Masyarakat. Desa Siaga terbagi dalam beberapa Katagori :
 Desa Siaga Aktif Pratama : Desa dan kelurahan Siaga yang telah memiliki forum
desa/ kelurahan tetapi belum berjalan, memiliki 2 orang kader Pemberdayaan
Masyarakat/ kader tehnis, memiliki kemudahan akses pelayanan kesehatan
dasar, memiliki Posyandu yang aktif, memiliki dukungan dana untuk kegiatan
kesehatan dari pemerintah desa/ kelurahan, ada peran aktif masyarakat dan
melakukan pembinaan PHBS kurang dari 20 % rumah tangga yang ada
 Desa Siaga Aktif Madya : Desa dan kelurahan Siaga yang telah memiliki forum
desa/ kelurahan tetapi belum rutin tiap triwulan, memiliki 3-5 orang kader
Pemberdayaan Masyarakat/ kader tehnis, memiliki kemudahan akses pelayanan

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 14


kesehatan dasar, memiliki Posyandu dan 2 UKBM lain yang aktif, memiliki
dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahan dan
masyarakat/ dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan peran minimal 1 ormas
, memiliki peraturan kepala Desa/ kelurahan tentang Desa siaga aktif meskipun
belum di realisasikan, serta melakukan pembinaan pembinaan PHBS kurang dari
20 % rumah tangga yang ada
 Desa Siaga Aktif Purnama : Desa dan kelurahan Siaga yang telah memiliki forum
desa/ kelurahan tetapi belum rutin tiap triwulan, memiliki 6-8 orang kader
Pemberdayaan Masyarakat/kader teh nis, memiliki kemudahan akses pelayanan
kesehatan dasar, memiliki Posyandu dan 3 UKBM lain yang aktif, memiliki
dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/kelurahandan
masyarakat/ dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan peran minimal 2 ormas
, memiliki peraturan kepala Desa/ kelurahan tentang Desa siaga aktif dan sudah
di realisasikan, serta melakukan pembinaan pembinaan PHBS kurang dari 40 %
rumah tangga yang ada
 Desa Siaga Aktif Mandiri : Desa dan kelurahan Siaga yang telah memiliki forum
desa/ kelurahan tetapi belum rutin tiap triwulan, memiliki 9 orang atau lebih
kader Pemberdayaan Masyarakat/kader tehnis, memiliki kemudahan akses
pelayanan kesehatan dasar, memiliki Posyandu dan 4 UKBM lain yang aktif,
memiliki dukungan dana untuk kegiatan kesehatan dari pemerintah desa/
kelurahandan masyarakat/ dunia usaha, ada peran aktif masyarakat dan peran
minimal 2 ormas , memiliki peraturan kepala Desa/ kelurahan tentang Desa siaga
aktif dan sudah di realisasikan, serta melakukan pembinaan pembinaan PHBS
kurang dari 70 % rumah tangga yang ada.

Grafik dibawah ini menunjukkan seluruh desa di kabupaten kudus sudah


melaksanakan desa siaga dengan jumlah : desa siaga pratama 37 Desa/ kelurahan,
Desa siaga Madya 68, Desa siaga Purnama 23 dan desa siaga mandiri 4 Desa/
kelurahan.

Gambar 3.7. Jumlah Desa siaga menurut katagori di Kabupaten Kudus


Tahun 2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

F. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Ketersediaan Farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam pelayanan
kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merupakan salah

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 15


satu hak masyarakat, dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban
bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehtan baik public maupun privat.
Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat
dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, oleh karena itu salah satu
upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah
menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga
keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga
pengelola yang terlatih.
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatan adalah
pengendalian obat dan perbekalan kesehtan diarahkan untuk menjamin keamanan,
khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Haal ini bertujuan untuk
melindungi masyarakat sari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan atau pengguanaan yang salah/ tidak tepat serta tidak
memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi,
distribusi hingga penggunanannya di masyarakat.
Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan
tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di
bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri farmasi, Industri Obat Tradisional
(IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBM), Industri Kosmetika, Usaha kecil Obat
Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat tradisional (UMOT), Produksi Alat Kesehatan
Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan Industri Kosmetika.
Di Kabupaten Kudus ada 1 Usaha keciil Obat Tradisional, 4 Pedagang Besar Farmasi, Ada
111 apotek, 8 Toko Obat, 2 penyalur alat kesehatan.
Obat yang dipantau kecukupannya dalam pelayanan kesehatan dasar merupakan obat
esensial yang merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan
dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Obat esensial adalah
obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya
diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia di fasilitas
kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya.
Data kecukupan obat essensial diambil sebagai gambaran kecukupan obat esenssial pada
akhir tahun 2015. Presentase kecukupan tiap jenis obat essensial bervriasi. Adanya
Presentase yang rendah merupakan dampak dari adanya perubahan sistem menjaadi
sistem katalog elektronik. Hal ini berdampak dalam hal pengadaan obat, sehingga
beberapa obat yang tidak bisa diadakan, dan berdampak terhadap ketersediaan /
kecukupan obat.
Psikrotopika adalah zat / bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas dan perilaku. Pengamanan
psikotropika yang tidak memmenuhi syarat. Serta memantau penyimpanan, penyaluran,
penyerahan obat psikotropika di puskesmas.
Dalam hal penyimpanan psiktropika di tingkat kabupaten dan puskesmas sudah pada
tempat yang sesuai dengan persyaratan, sehingga mampu menjaga keamanan,
kemanfaatan dan mutu. Penyaluran obat psikotropika ke puskemas dilakukan
berdasarkan laporan pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang dibuat oleh
puskesmas. Penyerahan obat psikotropika di puskesmas dilakukan berdasarkan resep
dari dokter puskesmas.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 16


3.2.2. Pola Penyakit
Kajian Pola Penyakit di RSUD Dr. Loekmono Hadi dimaksudkan untuk melihat kecederunagn
Pola Penyakit yang banyak terjadi pada Rumah Sakit tersebut dengan memproyeksikan
kencenderungan Pola Penyakit guna menentukan Unggulan Layanan Kesehatan Rumah Sakit
serta penyiapan Fasilitas Sarana dan Prasarananya.
Berdasarkan data SP3 dan laporan seksi/ penanggung jawab program, jumlah kasus dan angka
kesakitan penyakit menular di Kabupaten Kudus seperti pada lampiran tabel 7, s/d 25.
A. Tuberculosis (TB) Paru
Kasus Tuberculosis Paru dari 19 Puskesmas di Kabupaten Kudus pada tahun 2014 adalah
sebagai berikut : jumlah kasus TB Paru sebanyak 495 penderita. Penemuan kasus Baru TB
BTA (+) sebanyak 361 penderita, Case Notification Rate (CNR) Kasus TB BTA ( +) per
100.000 penduduk adalah 43,42, Sedang CNR Seluruh Kasus TB per 100.000 penduduk
adalah : 59,54. Penemuan kasus TB Paru BTA (+) yaitu 361 dari jumlah suspek 2,748, yang
berarti Prosentase BTA (+) terhadap suspek : 13.14 %.. Angka kesembuhan (Cure Rate)
sebesar 95,78 %. Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/ SR) 96,33 %. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel dibawah ini

Tabel 3. 7. Angka Kejadian Program P2 TB Paru SeKabupaten Kudus Tahun 2015

Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 17


Dari Tabel diatas dapat dilihat , penemuan Kasus di Puskesmas dan 4 Rumah Sakit di
Kabupaten Kudus pada Tahun 2015, Jumlah Kasus TB BTA (+) yang ditemukan dan diobati
sebanyak 946 Pasien atau Case Dete ction Rate 71%. Sedangkan kasus BTA (+) yang
ditemukan sebanyak 608 kasus. Angka CDR di Kudus 71 % hal ini sudah melampaui target
Jawa Tengah yaitu 60 %, tetapi masih dibawah target nasional ( 90 %). Angka
Kesembuhan (Cure Rate) adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB
Paru BTA (+) yang sembuh setelah selesai pengobatan, diantara pasien baru TB Paru BTA
(+) yang tercatat, di Kabupaten Kudus : 87 %, angka ini sudah diatas target Cure Rate (85
%), Sedangkan angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) di Kabupaten Kudus: 95%.
B. Pneumonia pada balita
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat
kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang
Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun,
atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Pada table profil 10, ada 79 Kasus Pnemonia yang ditemukan dan ditangani dari 1,993
perkiraan penderita (3,963 %).Kasus terbanyak ditemukan di Puskesmas Bae sebanyak 20
Kasus.
Masyarakat perlu lebih mengenal tanda dan gejala dari pneumonia, sehingga kasus
pneumonia lebih awal bisa terdeteksi. Balita yang berobat ke Puskesmas biasanya
mengeluh dengan adanya gejala pneumonia seperti nafas cepat. Begitu juga kesadaran
masyarakat perlu ditekankan pada pengobatan dan penangganan pada balita dengan
pneumonia.
C. HIV/AIDS
HIV/ AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeki virus Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh, sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif.,
tetapi beberapa ditemukan sudah dalam keadaan AIDS. Jumlah HIV positif yang ada di
masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling
and Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP), baik
dilakukan di Puskesmas maupun Rumah Sakit.
Ada 26 kasus HIV, paling banyak pada usia produktif 25 – 40 tahun (73,08 %).. Ada 11
Kasus AIDS , terbanyak pada usia 20 – 40 tahun (72,73 %). Kematian AIDS ada 8 kasus
dengan proporsi 62,50 % laki-laki dan 37,50 % perempuan.
Ada 20.618 jumlah pendonor yang sampel darahnya diperiksa skrening terhadap HIV,
tidak ditemukan yang positif HIV.
Grafik dibawah ini menunjukkan kecenderungan kasus HIV/ AIDS dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2015. Ada peningkatan kasus HIV dari tahun 2014 sebanyak 8 kasus
menjadi 26 kasus.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 18


Gambar 3.8. Kecenderungan Jumlah Kasus dan Kematian Akibat HIV-AIDS
Tahun 2012 -2015di Kabupaten Kudus Th 2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

D. Kasus Sifilis
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema
Pallidum. Rute utama penularan melalui kontak seksual, infeksi ini juga dapat ditularkan
dari ibu ke janin, selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya
sifilis kongenital.
Ada 17 kasus Sifilis, 8 kasus ditemukan pada umur 25 - 40 tahun (47,06 %), 5 kasus
ditemukan pada umur 20 - 24 tahun (29,41 %), yang memprihatinkan adalah adanya 2
kasus yang ditemukan pada umur remaja 15 – 18 tahun (11,76 %). Berdasarkan jenis
kelamin, 16 kasus (94,12 %) laki-laki dan 1 kasus (5,88 %).
E. Penyaki Diare
Jumlah kasus diare yang ditangani 17,945 kasus, angka kesakitan diare 214 per 1.000
penduduk.

Gambar 3.9. Jumlah Kasus Diarea di Kabupaten Kudus Th 2015


Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 19


F. Kusta
Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Leprae. Baakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antar 2-
3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman
Kustta memiliki masa inkubasi 2 – 5 tahun, bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari
5 tahun. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.
Kasus Kusta terdiri dari dua jenis yaitu PB (Pausi Bacillary)dan MB (Multi Bacillary). PB
(Pausi Bacillary) disebut juga kusta kering, bilamana ada bercak keputihan seperti panu
dan mati rasa atau kurang merasa, permukaan bercak kering dan kasar serta tidak
berkeringat, tidak tumbuh rambut/bulu, ada kerusakan saraf tepi pada satu tempat, hasil
pemeriksaan bakteriologis negatif, kusta tipe ini tidak menular. MB (Multi Bacillary) atau
Kusta basah, bilamana bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di
seluruh kulit badan, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, pada kulit lebih
dari 5 tempat, kerusakan banyak saraf tepi dan hasil pemeriksaan bakteriologi positif.
Kusta tipe ini sangat menular.
Kasus baru penderita Kusta PB sebanyak 5penderita. sedangkan Kasus baru penderita
Kusta MB sebanyak 50 penderita, angka Penemuan Kasus baru (New Case Detection
Rate/ NCDR adalah 6,61 per 100.000 penduduk. Angka NCDR ini masih dibawah target
yaitu < 1 per 10.000 atau < dari 10 per 100.000 penduduk.
Laki-laki memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dibanding wanita 69,09 :
30,91. Kecamatan yang tertingi kasus kusta adalah kecamatan Jati (10 Kasus).
Kasus baru yang sudah sampai cacat tingkat 2 sebanyak 2 penderita. Kasus kusta yang
tercatat pada tahun 2015 sejumlah 55 penderita, sehingga angka prevalensinya 0.241 per
100.000 penduduk.
Dari 7 Penderita kusta penderita Pausi Basiler (PB +) yang selesai berobat (Release From
Treatment/RFT) sebanyak 7 (100 %), sedang dari 45penderita Multi Basiler (MB +) yang
RFT MB sebamyak 43 (96%).

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 20


Gambar 3.10. Jumlah penderita PB dan MB dan Release From
Treatmen (RFT) menurut Puskesmas di Kabupaten Kudus
Tahun 2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah penderita terbanyak PB adalah Puskesmas
Jati dengan 4 Kasus PB, sedangkan Jumlah penderita M B terbanyak adalah di Puskesmas
Mejobo.
G. AFP (Accute Flaccid Paralysis)
Upaya Pemerintah membebaskan Indonesia dari penyakit Polio dilakukan Program
Eradikasi Polio (ERAPO), yang terdiri dari pemberian Imunisasi Polio rutin, pemberian
Imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan Surveilans
AFP.
Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi
secara mendadakk dan sifatnya Flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada
poliomyelitis.
Jumlah kasus AFP (Non Polio) di Kabupaten Kudus tahun 2015 adalah 4 kasus dari 283,490
jumlah penduduk < 15 tahun. Angka AFP Rate per 100.000 penduduk usia < 15 tahun
adalah 1,41.(Tabel Profil 18).

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 21


H. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Pertusis, Tetanus non Neonatorum ,Tetanus
Neonatorum, campak, Difteri dan Hepatitis B. Dalam upaya untuk membebaskab
Indonesia dari Penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya
angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO),
Reduksi Campak (Redcam) dan Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN).
Tidak ditemukan kasus Difteri, pertusis, tetanus non neonatorum dan tetanus
neonatorum. Ditemukan 5 Kasus campak dan 2 kasus Hepatitis B.

I. Demam Berdarah Dengue (DBD).


Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang
anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.
Grafik dibawah ini menggambarkan jumlah kasus DBD ada 528, kasus terbanyak di
wilayah kerja Puskesmas Gribig sebanyak 39 kasus. Dari 528 kasus, kasus meninggal
dengan DBD sebanyak 17 orang. Insident Rate ( IR) .kasus DB D adalah 63,5 per 100.000
penduduk. Angka ini lebih tinggi dari target nasional ( < 51/ 100.000 penduduk).

Gambar 3.11. Jumlah kasus DBD menurut puskesmas dan jumlah


Meninggal di Kabupaten Kudus Tahun 2015.
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 22


Gambar 3.12. Kecenderungan Penyakit DBD Kabupaten Kudus Tahun
2012 s.d 2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Dibanding Tahun 2014 ada peningkatan Kasus DBD dari 438 kasus menjadi 528 kasus, ada
peningkatan sebesar 90 kasus. Case Fatality Rate (CFR) tahun 2015 adalah 3,2, angka ini
masih lebih tinggi dibanding dengan target nasional (< 1 %).
Tingginya angka kesakitan DBD disebabkan karena adanya iklim tidak stabil dan curah
hujan cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegypty yang cukup potensial. Upaya PSN perlu dimaksimalkan untuk bisa
memotong daur hidup nyamuk.

J. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
di masyarakat Indonesia. Ditemukan 3 kasus malaria di Kabupaten Kudus.
Walaupun angka kesakitan malaria cenderung turun, namun masih sangat diperlukan
upaya-upaya untuk mempertahankan kasus supaya tidak meningkat kembali.
Keterlambatan penangganan kasus malaria impot di daerah reseptif sangat potensial
untuk terjadinya penularan local (Indegenous) bahkan peningkatan kasus KLB.

K. Penyakit Filariasis
Meskipun tidak didapati kasus Filariasi di Kabupaten Kudus, namun upaya
penanggulangan penyakit filariasis tetap harus dilaksanakan dengan pemutusan
transmisi dengan pengobatan masal pada populasi berisiko (endemis).

L. Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menulat (PTM) seperti Jantung, stroke, kanker, diabetes militus, cedera
dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63 %
penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun( WHO,
2010). Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan
penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 23


Hal tersebut menjadi beban ganda (double bourden) dalam pelayanan kesehatan,
sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan.
Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa.
Pengobatan PTM sewringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar.
Beberapa jenis PTM merupakan penyakit Kronik dan/ atau katasropik yang dapat
menganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM
adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen.
Beberapa faktor resiko PTM antara lain ialah : merokok dan keterpaparan terhadap asap
rokok, minum-minuman beralkohok, diet/pola makan, gaya hidup yang tidak sehat
kegemukan, obat-obatan, dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya pencegahan
tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan penyakit tidak menular lebih
ditujukan kepada factor resiko yang telah diidentifikasi.

Gambar 3.13. Proporsi kasus Penyakit Tidak menular di Kabupaten


Kudus Tahun 2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Grafik diatas menunjukkan bahwa Prosentase PTM terbanyak adalah Hipertensi 55 % baik
hipertensi esensial maupun hipertensi lain, disusul oleh Diabetes Millitus 21 %,, baik
IDDM (Insulin dependent Diabetes Millitus) ataupun NIDDM (Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus). Dua penyakit tersebut menjadi prioritas utama dalam pengendalian
PTM. Jika Hipertensi dan Diabetes Millitus tidak dikelola dengan baik maka akan
menimbulkan PTM Lanjutan seperti Jantung, Stroke, Gagal Ginjal dan sebagainya.
Pengendalian PTM dapat dilakukan dengan intervensi yang tepat pada setiap
sasaran/kelompok populasi tertentu sehingga peningkatan kasus baru PTM dapat
ditekan.
Pengukuran tekanan darah merupakan salah satu kegiatan deteksi dini terhadap faktor
resiko PTM seperti Hipertensi, Stroke, jantung, Kelainan fungsi ginjal atau lainnya. Tabel
Profil 24 dapat dilihat dari 458,648 penduduk berumur 18 tahun keatas, hanya 15.533
(3,39 %) yang tercatat memeriksakan tekanan darahnya, perlu ditingkatkan kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah. Kegiatan ini bisa dilakukan di

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 24


Puskesmas, klinik kesehatan lain, atau di Pos pembinaan Terpadu (PTM) yang ada di
masyarakat.

Gambar 3.14. Jumlah Kasus Tekanan Darah Tinggi dari Hasil


pengukuran di Fasilitas Kesehatan Dasar di Kabupaten Kudus
Tahun 2015.
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Grafik diatas dapat dilihat bahwa dari 15.533 penduduk yang diperiksa, 5.125 Laki-laki,
1.579 (30,81%) mengalami Hipertensi dan 3546 (69,19%) tidak Hipertensi. Dari 10.408
perempuan yang diperiksa, 2.147 (20,63%) mengalami Hipertensi dan 8261 (79,34%)
tidak mengalami Hipertensi.

M. Desa/ Kelurahan terkena KLB


Kejadian Luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna secara epidemologis pada suatu desa/ kelurahan dalam
jangka waktu tertentu.
Dapat dilihat dari 17 Kasus KLB, semuanya disebabkan karena Demam Berdarah. 8 kasus
laki-laki dan 9 kasus perempuan. Berdasar ummur, 4 kasus dialami pada usia 1-11 Bulan
(23,53 %), Usia 1 – 4 Tahun 4 Kasus (23,53 %), Usia 5 – 9 Tahun ada 7 Kasus ( 41,18 %)
dan Usia 10 - 14 Tahun ada 2 Kasus (11,76 %).

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 25


Tabel 3. 8. Kasus Meninggal Kejadian Luar Biasa menurut Umur Di Kabupaten
Kudus, tahun 2015

Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Grafik dibawah ini dapat digambarkan, 10 desa diwilayah kerja Puskesmas tidak ada
kejadian KLB, 5 Puskesmas ada 1 desa di wilayah kerjanya mengalami KLB, 3 Puskesmas
yang 2 desa di wilayah kerjanya mengalami KLB, dan 1 Puskesmas yaitu Kaliwungu yang
didapati ada 6 desa di wilayah kerjanya mengalami KLB.

Gambar 3.15. Pemetaan Kejadian Luar Biasa menurut Jumlah desa di


wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Kudus Tahun 2015
Sumber : Profil Kesehatan Daerah Kabupaten Kudus Th. 2015

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 26


3.2.3. Tekhnologi/Peralatan
Kajian terhadap kemajuan Teknologi berupa Peralatan Kesehatan/ Sumber Daya Alat (SDA)
yang terus menerus mengalami perkembangan tentunya sangat berpengaruh terhadap
Layanan Kesehatan serta kesiapan SDM Rumah Sakit tersebut.
Beberapa tekhnologi yang ada di RSUD Kabupaten Kudus antara lain sebagai berikut:
a. Tekhnologi Medis
1. Peralatan fisioterapi :
a) Short wave diathermi ( 2 buah)
b) UItra Sound diathermi (2 buah)
c) Elektrikal trkasi (1 buah)
d) Parafin bath (1 buah)
e) Infra merah ( 5 buah)
f) Tens (1 buah)
g) CPM (Contineu Passive Mavement)
h) Statistic By Clycle
i) Parapack
2. Peralatan Okupasi Terapi yang tersedia :
a) Bola Bobath (1 buah)
b) Standing Table (1 buah)
c) Terapevtic Toys (1 set)
d) Aneka Puzle
e) Meja Kursi Anak (1 set)
f) Matras
g) Kursi CP (Serebral palsy)
h) Sensory Integrasi (1 set)
3. Peralatan Lab.Rawat Inap dan Rawat Jalan
a) Kimia Klinik Analyzer
b) Humareader single (eliza)
c) Mikroskop binnokuler
d) Uritex 151
e) ABX Mira
f) Micrisgo
g) Electrolyt Analyzer
4. Peralatan Radiologi Rawat Jalan dan Rawat Inap
a) Trophy Rajawali 500 MA
b) USG
c) Automatic Proc Film
d) Mobil X ray
e) Computed Radiography/CR
f) CT Scan
g) Fluoroscopy
h) Panoramik
i) USG 4 Dimensi
5. Peralatan IGD Bedah dan Non Bedah
a) Tensimeter Hg on trolly
b) Vena sectie set
c) ECG Portable
d) Manometer + tabung O²
e) THT Set
f) Gipscheren

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 27


g) Laringoscop dewasa dan anak
h) Defibrilator
i) Instrumen minor basic surgery
j) Spirometer
k) Suction pump
l) Infus pump
m) Syting pump
n) Emergency kit:
• Ambuban Dewasa
• Ambulan Anak
• Laryngoscop Dewasa
• Laryngosdop Anak
• Endotracheal tube segala ukuran
• Tabung
o) Ventilator mobile
p) Oksimetri
6. Peralatan Instalasi Bedah Sentral
a) Ultra Violet sterilisation
b) Electric counter
c) Anestesi Acoma
d) Monitor T, PaOs
e) Operating Microscop
f) Steam sterilizer
g) Murti electric top table
h) Operating lamp 10+4 bulk
i) Suction WSD
j) Wire cutting plier
k) Video endoscopy FESS
l) Video endoscopy intern
m) C-arm
n) Phaecomulsification
o) Power System
p) Microscope mata
q) Ultra Sound Cleaner
7. Peralatan ICU (Intensif Care Unit)
a) Ventilator Raphael
b) Bed ICU dan matras
c) Standar inf stainlestel
d) Defibilator (Flu Burung)
e) Meja kabinet
f) ECG Portable
g) Slem suiker
h) Suction pump
i) Syringe pump
j) Infus pump
k) Laryngoscop
l) Endotracheal tube rusch set
m) Vena sectie set
n) Bed side monitor
o) Emergency trolly
p) Inkubator

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 28


q) Blood Warmer
r) Head Box
s) WAD Kid
t) Nebulizere
b. Tekhnologi Informasi
1. Komputer
2. Internet dan Wifi
3. Telepon PABX

Tabel 3. 9. Ketersediaan Peralatan di RSUD Kudus


No. Peralatan Jumlah
A Tekhnologi Medis
1 Peralatan fisioterapi :
a) Short wave diathermi ( 2 buah) 2
b) UItra Sound diathermi (2 buah) 2
c) Elektrikal trkasi (1 buah) 1
d) Parafin bath (1 buah) 1
e) Infra merah ( 5 buah) 5
f) Tens (1 buah) 1
g) CPM (Contineu Passive Mavement) 1
h) Statistic Bycycle 1
i) Parapack 1
2 Peralatan Okupasi Terapi yang tersedia :
a) Bola Bobath (1 buah) 1
b) Standing Table (1 buah) 1
c) Terapevtic Toys (1 set) 1
d) Aneka Puzle 1
e) Meja Kursi Anak (1 set) 1
f) Matras 1
g) Kursi CP (Serebral palsy) 1
h) Sensory Integrasi (1 set) 1
3 Peralatan Lab.Rawat Inap dan Rawat Jalan
a) Kimia Klinik Analyzer 1
b) Humareader single (eliza) 1
c) Mikroskop binnokuler 1
d) Uritex 151 1
e) ABX Mira 1
f) Micrisgo 1
g) Electrolyt Analyzer 1
4 Peralatan Radiologi Rawat Jalan dan Rawat Inap
a) Trophy Rajawali 500 MA 1
b) USG 1
c) Automatic Proc Film 1
d) Mobil X ray 1
e) Computed Radiography/CR 1

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 29


No. Peralatan Jumlah
f) CT Scan 1
g) Fluoroscopy 1
h) Panoramik 1
i) USG 4 Dimensi 1
5 Peralatan IGD Bedah dan Non Bedah
a) Tensimeter Hg on trolly 1
b) Vena sectie set 1
c) ECG Portable 1
d) Manometer + tabung O² 1
e) THT Set 1
f) Gipscheren 1
g) Laringoscop dewasa dan anak 1
h) Defibrilator 1
i) Instrumen minor basic surgery 1
j) Spirometer 1
k) Suction pump 1
l) Infus pump 1
m) Syting pump 1
n) Emergency kit:
• Ambulan Dewasa 3
• Ambulan Anak 1
• Laryngoscop Dewasa 1
• Laryngosdop Anak 1
• Endotracheal tube segala ukuran 1
• Tabung 1
o) Ventilator mobile 1
p) Oksimetri 1
6 Peralatan Instalasi Bedah Sentral
a) Ultra Violet sterilisation 4
b) Electric counter 4
c) Anestesi Acoma 4
d) Monitor T, PaOs 4
e) Operating Microscop 4
f) Steam sterilizer 4
g) Murti electric top table 4
h) Operating lamp 10+4 bulk 4
i) Suction WSD 4
j) Wire cutting plier 4
k) Video endoscopy FESS 4
l) Video endoscopy intern 4
m) C-arm 4
n) Phaecomulsification 4
o) Power System 4

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 30


No. Peralatan Jumlah
p) Microscope mata 4
q) Ultra Sound Cleaner 4
7 Peralatan ICU (Intensif Care Unit)
a) Ventilator Raphael 5
b) Bed ICU dan matras 5
c) Standar inf stainlestel 5
d) Defibilator (Flu Burung) 5
e) Meja kabinet 5
f) ECG Portable 5
g) Slem suiker 5
h) Suction pump 5
i) Syringe pump 5
j) Infus pump 5
k) Laryngoscop 5
l) Endotracheal tube rusch set 5
m) Vena sectie set 5
n) Bed side monitor 5
o) Emergency trolly 5
p) Inkubator 5
q) Blood Warmer 5
r) Head Box 5
s) WAD Kid 5
t) Nebulizere 5
b Tekhnologi Informasi
1. Komputer 20
2. Internet dan Wifi 1
3. Telepon PABX 1
Sumber: RSUD Kabupaten Kudus, 2018

3.2.4. SDM/Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga yang bekerja di RSUD Kabupaten Kudus tahun 2017 tercatat sebanyak 875
orang. Tenaga kerja tersebut terdiri dari tenaga manajemen, tenaga profesional medik, dan
tenaga penunjang.

Tabel 3. 10. Tabel Jumlah Tenaga di RSUD Kudus


No. Tenaga Jumlah
A. Dokter
1 Dr Umum 20 Orang
2 Dokter Sp Obstetri dan Gynekologi 3 Orang
3 Dokter Sp Penyakit Dalam 6 Orang
4 Dokter Sp Bedah 3 Orang
5 Dokter Sp Radiologi 1 Orang

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 31


No. Tenaga Jumlah
6 Dokter Sp Rehabilitasi Medik 2 Orang
7 Dokter Sp Anak 3 Orang
8 Dokter Sp Jantung 1 Orang
9 Dokter Sp Mata 2 Orang
10 Dokter Sp THT 2 Orang
11 Dokter SP Penyakit Kelamin 2 Orang
12 Dokter SP Paru 1 Orang
13 Dokter SP Bedah Thoraks 0 Orang
14 Dokter SP Bedah Anak 0 Orang
15 Dokter SP Bedah Orthopedi 0 Orang
16 Dokter Sp Anastesi 2 Orang
17 Dokter Sp Okupasi 0 Orang
18 Dokter Sp Urologi 1 Orang
19 Dokter Sp Orthopedi 1 Orang
20 Dokter Sp Kulit dan Kelamin 1 Orang
21 Dokter Sp Forensik 0 Orang
22 Dokter Sp Psikiatri 0 Orang
23 Dokter Sp Ofthalmologi 0 Orang
24 Dokter Sp Patologi Anatomi 1 Orang
25 Dokter Sp Kes. Jiwa 2 Orang
26 Dokter Sp Saraf 2 Orang
27 Dokter Sp Lainnya 2 Orang
28 Dokter SP Bedah Saraf 0 Orang
29 Dokter SP Bedah Plastik 0 Orang
30 Dokter Sub Spesialis 0 Orang
31 Dokter Gigi 3 Orang
32 Dokter Gigi Sp Karang Gigi 1 Orang
B. Perawat
1 Ners 90 Orang
2 Perawat Bedah 0 Orang
3 Perawat Maternitas Orang
4 Perawat Komunitas 0 Orang
5 Perawat gigi 3 Orang
6 Perawat Anestesi 0 Orang
7 Perawat Anak 0 Orang
8 Perawat Lainnya 282 Orang
C. Bidan
1 Bidan Pendidik 0 Orang
2 Bidan Klinik 0 Orang
3 Apoteker 54 Orang
4 Analis Farmasi 0 Orang
D. Keteknisan Medis
1 Radiografer 9 Orang

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 32


No. Tenaga Jumlah
2 Radioterapis 0 Orang
3 Elektromedis 2 Orang
4 Teknisi Gigi 0 Orang
5 Analis Kesehatan 16 Orang
6 Refraksionis 1 Orang
7 Rekam Medik 6 Orang
8 Ortotik 0 Orang
9 Teknisi Transfusi Darah 1 Orang
10 Teknisi Kardiovaskular 0 Orang
11 Epidemiologi 0 Orang
12 Promosi Kesehatan 0 Orang
13 Perilaku 0 Orang
14 Kesja 0 Orang
15 Administrasi Kesehatan 0 Orang
16 Biostatistik 0 orang
17 Reproduksi 0 orang
18 Informasi Kesehatan 0 orang
19 Kesmas Lainnya 20 orang
E. Tenaga Kesehatan Lainnya
1 Sanitasi 5 Orang
2 Entomologi 0 Orang
3 Mikrobiologi 0 Orang
4 Kesehatan Lingkungan 0 Orang
5 Terapi Wicara 1 Orang
6 Nutrisionis 10 orang
7 Dietisien 34 orang
8 Fisioterapi 4 orang
9 Terapi Okupasi 2 orang
10 Akupunturis 0 orang
F. Tenaga Non Kesehatan
1 Program Kesehatan 0 Orang
2 Administrasi Keuangan 25 Orang
3 Humas 3 orang
4 Perencanaan 3 Orang
5 Jaminan Kesehatan 0 Orang
6 Dosen 0 Orang
7 Psikologi Orang
8 Pelaporan 5 orang
9 Informasi Teknologi 5 orang
10 Hukum 2 orang
11 Pekarya 0 orang
12 Perpustakaan 0 orang
13 Widyaiswara 0 orang

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 33


No. Tenaga Jumlah
14 Tenaga Non Kes 190 Orang
Sumber: RSUD Kabupaten Kudus, 2018

3.2.5. Organisasi
Secara keorganisasian, RSUD dipimpin oleh direktur yang membawahi 2 wakil direktur, 1
komite dan 1 satuan pengawas intern, 5 kepala bagian, dan beberapa sub kepala bagian serta
jabatan fungsiaonal. Struktur organisasi yang secara lengkap dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 3.16. Struktur Organisasi Fungsional RSUD Dr Loekmono


Hadi Kudus

3.2.6. Kinerja dan Keuangan


RSUD Dr Loekmono Hadi sebagai rumah sakit umum di kabupaten kudus saat ini sudah
memiliki kelengkapan pelayanan kesehatan yang cukup beragam, yang meliputi:
A. Pelayanan Medis, yaitu:
 Dokter Umum  Klinik VCT
 Dokter Gigi  Hemodialisa
 Medical Chek Up  Unit Stroke
 Klinik Psikologi  HDN
 Klinik Gizi
B. Pelayanan Poliklinik Spesialis, yaitu:
 Anak  THT
 Bedah  Mata
 Kebidanan & Kandungan  Paru
 Penyakit Dalam  Kulit & Kelamin
 Syaraf  Orthopedi

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 34


 Rehabilitasi Medik  Orthodonti
 Urologi  Castdiologi/Penyakit Jantung
 Jiwa
C. Pelayanan 24 Jam, yaitu:
 IGD
 Radiologi
 Laboratorium
 Farmasi
Kelengkapan pelayanan yang ada di RSUD Loekmono Hadi saat ini sudah memenuhi stadart
kelengkapan RSUD kelas B sesuai dengan standart yang tercantum dalam Permen Kesehatan
RI No 56 Th 2014 yang mensyaratkan rumah sakit kelas B pendidikan harus memiliki pelayanan
minimal:
 pelayanan medik;
 pelayanan kefarmasian;
 pelayanan keperawatan dan kebidanan;
 pelayanan penunjang klinik;
 pelayanan penunjang nonklinik; dan
 pelayanan rawat inap.
Sistem Keuangan RSUD Dr. Loekmono Hadi selain mendapatkan subsidi dari Pemerintah
Kabupaten Kudus melalui dana APBD tentunya juga mendaparkan pemasukan dari biaya
pelayanan terhadap pasien.
Pada saat ini standart pelayanan dan biaya/tarif yang dikenakan di RSUD Dr.Loekmono Hadi
telah mengikuti standar dari PERMENKES No 59 Th 2014. Adapun standart pelayaan tersebut
meliputi:
A. Standar Pelayanan Instalasi Rawat Jalan
1. Prosedur Pelayanan
 Pengambilan nomor antrean oleh pasien/keluarga
 Melakukan pendaftaran di loket pendaftaran
 Menunggu pemanggilan sesuai dengan poli yang dituju
 Dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan pemeriksaan penunjang ( lab atau
rontgen)
 Pemberian terapi atau resep obat
 Pengambilan obat di depo farmasi
 Penyelesaian administrasi/pembayaran di kasir
 Pasien pulang/dirawat
2. Waktu Pelayanan  1 Jam (khusus prosedur point 1 s/d 5)
3. Biaya/Tarif
Umum :
 Klinik Umum Rp 9.000,-
 Klinik Spesialis Rp. 23.000,-
 Klinik Gigi Dan Mulut Rp. 13.000,-
 Klinik Psikologi Rp. 9.000,-
 Klinik Gizi Rp. 7.500,-
JKN : Permenkes Nomor 59 Tahun 2014
4. Produk Layanan
Pelayanan rawat jalan , klinik THT, klinik Syaraf, klinik Bedah Ortopedi, klinik Bedah,
klinik Penyakit Dalam, klinik Mata, klinik Anak. Klinik Obsgyn, klinik Kulit, klinik
Jiwa,klinik Jantung, klinikUrologi, klinik gigi, klinik VCT, Klinik Fisioterapi, Psikologi,
klinik Paru, DOTs.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 35


B. Standar Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
1. Prosedur Pelayanan
 Pasien datang
 Pendaftaran oleh keluarga/pengantar
 Dilakukan tindakan medis sesuai dengan keluhan
 Pemeriksaan penunjang (bila ada)
 Pengambilan obat
 Penyelesaian administrasi di kasir
 Pasien pulang/dirawat/rujuk
Catatan :
 Diprioritaskan pada penanganan pasien
 Pendaftaran dapat dilakukan secara simultan dengan penanganan pasien
2. Waktu Pelayanan
 Respon tindakan oleh petugas kurang dari 5 menit.
 Lama tindakan disesuaikan dengan kondisi pasien
3. Biaya/Tarif
Umum :
 Rawat Jalan Rp. 30.000,-
 Rawat Inap Rp. 66.000,-
 Tindakan Sederhana Rp. 18.000,-
 Tindakan Kecil Rp. 21.600,-
 Tindakan Sedang Rp. 28.600,-
 Tindakan Besar Rp. 57.200,-
JKN : Permenkes Nomor 59 Tahun 2014
4. Produk Layanan
Pelayanan gawat darurat
C. Standar Pelayanan Instalasi Farmasi
1. Prosedur Pelayanan
 Pasien Rawat Jalan

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 36


 Pasien Rawat Inap

2. Waktu Pelayanan
Pelayanan farmasi 24 jam
3. Biaya/Tarif
Sesuai Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan
pada Badan Layanan Umum Daerah Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus
4. Produk Layanan
Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, Pelayanan
Informasi Obat dan Konseling.

D. Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap


1. Prosedur Pelayanan
 Melakukan pendaftaran rawat inap
 Petugas mengantar pasien ke ruang rawat inap
 Penerimaan pasien di ruang rawat inap
 Pemberian asuhan Medis, keperawatan & tim kesehatan lainnya selama
perawatan
 Perencanaan pulang pasien
 Penyelesaian administrasi di kasir
 Pasien pulang/dirujuk
2. Waktu Pelayanan
Waktu sampai di ruang rawat inap 1 jam
3. Biaya/Tarif
Umum/Pribadi :
 VVIP Rp. 176.000,-

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 37


 VIP Rp. 121.000,-
 Kelas 1 Rp. 66.000,-
 Kelas 2 Rp. 55.000,-
 Kelas 3 Rp. 22.000,-,-
JKN : Permenkes Nomor 59 Tahun 2014
4. Produk Layanan
Pelayanan rawat inap

E. Standar Pelayanan Kamar Bersalin


1. Prosedur Pelayanan
 Pasien kiriman dari Puskesmas atau bidan praktek mendafta di bagian
admisnistrasi
 Pemeriksaan dan tindakan kebidanan
 Pasien/ keluarga menandatangani persetujuan tindakan
 Pemeriksaan penunjang ( bila ada )
 Pengambilan obat
 Pasien pindah ke ruang rawat / kamar operasi/rujuk/pulangWaktu Pelayanan
2. Waktu sampai di ruang rawat inap 1 jam
3. Biaya/Tarif
Umum:
 VVIP Rp. 176.000,-
 VIP Rp. 121.000,-
 Kelas 1 Rp. 66.000,-
 Kelas 2 Rp. 55.000,-
 Kelas 3 Rp. 22.000,-,-
JKN : Permenkes Nomor 59 Tahun 2014
4. Produk Layanan
Pelayanan kamar bersalin

F. Standar Pelayanan Instalasi Bedah Sentral


1. Prosedur Pelayanan
 Pasien/ keluarga dari klinik menandatangani persetujuan tindakan
 Pasien dari ruang perawatan yang sudah dijadwalkan dokter untuk program
operasi.
 Petugas mengantar pasien ke kamar operasi
 Petugas kamar operasi timbang terima pasien
 asien pindah ke ruang rawat /pulang
2. Waktu Pelayanan
 Sesuai dengan kasus dan jenis tindakan
3. Biaya/Tarif
Umum (Tindakan Medik Non Operasi):
 Kecil Rp. 60.000,-
 Sedang Rp. 75.000,-
 Besar Rp. 120.000,-
 Khusus Rp. 750.000,-
Umum (Tindakan Medik Operasi):
 Sederhana Rp. 398.800,-
 Kecil Rp. 750.000,-
 Sedang Rp. 1.232.500,-
 Besar Rp. 1.812.500,-
 Khusus Rp. 2.682.500,-

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 38


JKN : Permenkes Nomor 59 Tahun 2014
4. Produk Layanan
Pelayanan bedah sentral

G. Standar Pelayanan Instalasi Rawat Intensif


1. Prosedur Pelayanan
 Pasien masuk melalui IGD.
- Triase IGD .
- DPJP advis masuk ICU.
- Ruang ICU ada bisa masuk, bila penuh bisa rujuk RS lain,
 Pasien dari poliklinik,
- Pengantar dokter Poliklinik.
- keluarga mendaftar.
 Petugas mengantar pasien ke ruang rawat intensif
 Petugas ruang intensif timbang terima pasien dan orientasi ruangan.
 Asuhan medis dan keperawatan selama perawatan
 Pasien pindah ruang rawat/pulang/rujuk
2. Waktu Pelayanan
 Waktu monitoring rawat intensif 24 jam
3. Biaya/Tarif
 VIP : Rp. 190.000,-
 Non VIP : Rp. 95.000,-
 Biaya tersebut belum termasuk pemeriksaan dkter, therapi dan penggunaan alat-
alat kedokteran
JKN : Permenkes Nomor 59 Tahun 2014
4. Produk Layanan
Pelayanan tawat intensif
H. Standar Pelayanan Unit Hemodialisa
1. Prosedur Pelayanan
 pasien datang ke ruang HD (Penjadwalan )
 Pendaftaran oleh keluarga
 Pemeriksaan dokter
 Pelaksanaan tindakan HD
 Penyelesaian administrasi
 Pasien pulang/ di rawat/ Rujuk.
2. Waktu Pelayanan
 Jam kerja 07.00 – 14.00 setiap hari.
 Pelayanan disesuaikan dengan kondisi pasien.

3. Biaya/Tarif
Pasien Umum:
 Single use : Rp. 923.500,-
 Re use : Rp. 676.000,-
JKN : Permenkes Nomor 59 Tahun 2014
4. Produk Layanan
Pelayanan Hemodialisa/ cuci darah

I. Standar Pelayanan Rehabilitasi Medik


1. Prosedur Pelayanan
Rawat Jalan:
 Pasien/keluarga menyerahkan bukti pendaftaran dan persyaratan

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 39


 Menunggu panggilan
 Pelayanan Fisioterapi
 Penyelesaian administrasi.
Rawat Inap:
 Pasien dari ruang perawatan dibawa ke R. Fisioterapi oleh petugas ruangan
 Pasien dilakukan tindakan fisioterapi sesuai dengan kasusnya
 Petugas adminstrasi melakukan input data
 Pasien bisa dibawa kembali keruang perawatan
 Bila memungkinkan pelaksanaan fisioterapi bisa dilakukan diruang perawatan
oleh petugas fisioterapi.
2. Waktu Pelayanan
 Jam 07.30 – 13.00
3. Biaya/Tarif
Umum:
 Infra Red : Rp. 13.000,-
 Lokal Exercise : Rp. 13.000,-
 Short Wave Diatermi : Rp. 25.000,-
 Micro Wave Diatermi : Rp. 25.000,-
 Ultra Sonic : Rp. 75.000,-
 PBM : Rp. 13.000,-
 Terapy ADL : Rp. 25.000,-
 Terapy Stroke : Rp. 25.000,-
 ROM Exercise : Rp. 25.000,-
 Sensori Integrasi : Rp. 75.000,-
 Latihan Bahasa : Rp. 17.000,-
 Latihan Bicara : Rp. 17.000,-
4. Produk Layanan
Pelayanan
J. Standar Pelayanan Instalasi Radiologi
1. Prosedur Pelayanan
 Pasien/keluarga melakukan registrasi
 Menunggu panggilan sesuai dengan ruang pemeriksaan
 Dilakukan pemeriksaan sesuai dengan surat pengantar
 Dilakukan pembacaan – ekspertisi
 Penyerahan hasil – kembali ke unit pengirim
2. Waktu Pelayanan
 Rata-rata 3 jam ( disesuaikan dengan jenis pemeriksaan)
3. Biaya/Tarif
Umum:
 Foto Thorax : Rp. 121.000,-
 Foto BNO : Rp. 121.000,-
 Foto USG : Rp. 200.000,-
 Foto CT Scan : Rp. 572.000,-
 Foto CT Scan Kontras : Rp. 784.000,-
4. Produk Layanan
Pelayanan Radiologi

K. Standar Pelayanan Instalasi Laboratorium


1. Prosedur Pelayanan
 Pasien / keluarga melakukan registrasi
 Menunggu panggilan untuk pengambilan sampel

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 40


 Pengambilan sampel oleh petugas sampling
 Proses pemeriksaan sampel-analisa
 Pencatatan hasil-verifikasi
 Penyerahan hasil
2. Waktu Pelayanan
 Hasil laboratorium selesai dalam waktu ≤ 140 menit
3. Biaya/Tarif
Umum:
 Darah Rutin Rp. 32.000,-
 Darah Lengkap 5 Diff Rp. 60.000,-
 Urin Rutin Rp. 14.000,-
 Urine Lengkap Rp. 21.000,-
 Faeses Rutin Rp. 15.000,-
KIMIA KLINIK
 Glucusa Darah Sewaktu Rp. 11.000,-
 Gula Darah Puasa Rp. 11.000,-
 Gula Darah 2 Jam PP Rp. 11.000,-
 Kolesterol Rp. 16.000,-
 Trigliserid Rp. 16.000,-
 Asam Urat Rp. 16.000,-

L. Standar Pelayanan Kasir


1. Prosedur Pelayanan
Pasien rawat jalan
 Pasien / keluarga melakukan registrasi Pasien/keluarga menyerahkan bukti
 pendaftaran dan persyaratan
 Menunggu panggilan
 Pengecekan biling oleh petugas
 Penyelesaian administrasi
Pasien rawat inap
 Keluarga/penanggungjawab pasien menyerahkan CPO dan persyaratan jaminan
 Menunggu panggilan
 Pengecekan biling oleh petugas
 Penyelesaian administrasi
 Menyerahkan bukti penyelesaian administrasi ke petugas ruangan
2. Waktu Pelayanan
 < 20 menit
3. Biaya/Tarif
Umum:
 Umum : Sesuai Per aturan Bupati Kudus Nomor Tahun
 JKD : Peraturan Bupati Kudus Nomor Tahun
 JKN : Permenkes Nomor 59 Tahun 2014

M. Standar Pelayanan Humas/Pengaduan


1. Prosedur Pelayanan
 Pengadu menyampaikan pengaduan nya secara lisan atau tertulis
 Staf informasi/ pengaduan menerima dan mencatat pengaduan.
 Kasubbag Pelayanan Informasi dan Publikasi melakukan penelaahan awal.
 Pengaduan didistribusikan ke bidang terkait untuk dilakukan penelusuran/
pemeriksaan lebih lanjut.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 41


 Unit / bidang melakukan tindakan perbaikan sesuai dengan perbaikan yang telah
ditetapkan dalam laporan Keluhan Pelanggan.
 Subbag Pelayanan Informasi dan Publikasi menyampaikan tanggapan kepada
pengadu.
2. Waktu Pelayanan
 Maksimal 5 hari kerja tergantung berat/ringannya pengaduan.
3. Produk Layanan
 Penanganan Pengaduan masyarakat.

Penyusunan Masterplan RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus 3- 42

Anda mungkin juga menyukai