Backup of Tugas Akhir
Backup of Tugas Akhir
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara
kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Jadi kebutuhan
dalam instruksional adalah kesenjangan keadaan saat ini dibandingkan dengan keadaan
seharusnya. Apabila kesenjangan itu besar atau menimbulkan akibat lebih jauh sehingga perlu
ditempatkan sebagai prioritas untuk diatasi, maka kebutuhan itu disebut masalah. Kegiatan
mengindetifikasi kebutuhan instruksional adalah besumber dari peserta didik, guru dan
masyarakat yang terdiri dari orangtua murid dan alumni sekolah.
Ada empat unsur yang menjadi dasar pertimbangan untuk menganalisis kebutuhan
instruksional yaitu:
1. Masalah pembelajaran yang dihadapi
2. Pengajar (Dosen)
3. Peserta (siswa)
4. Pengguna hasil lulusan (Stakeholder)
Kesenjangan masalah instruksional yang terdapat pada mata pelajaran sistem pengapian
konvensional pada mobil dapat dilihat dari kondisi siswa, yaitu antara lain :
1. Karena
Dalam masalah intstruksional ini, guru sebagai tenaga pendidik yang senantiasa membimbing
siswa dalam proses belajar mengajar diharapkan untuk mendorong siswa untuk aktif, inovatif,
efektif, dan tentunya efisien dalam melakukan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan
demikian hasil yang diperoleh siswa dalam mempelajari mata pelajaran ini dapat menambah
wawasan/ pengetahuan pada siswa untuk mengimplementasikan materi-materi tersebut
dikehidupan sehari-hari dan juga didunia kerja ( industry ) maupun didunia perkuliahan
nantinya.
Klien merumuskan 3 (tiga) tahap pengukuran dalam menganalisis kebutuhan, yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang ingin dicapai dari mata pelajaran sistem pengapian konvensional pada mobil ini
diharapkan siswa akan dapat menguasai keterampilan tentang sistem pengapian
konvensional pada mobil sesuai dengan materi yang diberikan dan dapat menganalisa
permasalahan sistem konvensional pada mobil dilingkungan masyarakat maupun nantinya
kedunia industri dan dunia perkuliahan.
2. Menyusun/mengurutkan tujuan berdasarkan tingkat kepentingan
Dalam hal ini, dikembangkan ukuran kriteria untuk mengukur tingkah laku tertentu sesuai
dengan mata pelajaran sistem pengapian konvensional pada mobil , setelah itu diharapkan
akan diperoleh kesepakatan persyaratan perubahan dari berbagai pihak pendidikan,
misalnya:
1. siswa
2. pengajar
3. pengelola pendidikan, dan
4. pengguna lulusan (stakeholder).
Selanjutnya data yang diperoleh dikumpullkan untuk mengetahui apakah indikator
kesenjangan tersebut terpenuhi atau tidak. Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan
khusus secara rinci, kemudian mengembangkan program yang akan dilaksanakan sampai pada
tahap evaluasi dan revisi.
3. Mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi yang ada dan kondisi yang diharapkan
Pada tahap ini dilakukan analisis kesenjangan antara pembelajaran terdahulu dan
pembelajaran yang akan diharapkan. Hasil belajar siswa terdahulu dalam mata pelajaran
system pengapian konvensional pada mobil masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa jurusan Teknik Kendaraan Ringan sesuai
dengan tujuan pembelajaran dirasakan perlu untuk mengupayakan strategi pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Adapun analisis kondisi terdahulu dan yang diharapkan dapat dilihat sebagai berikut :
Proses Pembelajaran Terdahulu
1. Perolehan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran system pengapian konvensional
pada mobil masih dibawah rata-rata.
2. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak memotivasi sehingga siswa
merasa jenuh dan bosan.
3. siswa cenderung kurang mandiri dan masih terfokus pada materi yang diberikan oleh
pengajar.
4. Sarana dan prasarana masih kurang kondusif sehingga pencapaian hasil proses
pembelajaran tdak maksimal.
B . M E RUM US K AN TI U
A. M E R U M U S
K AN T I U
Ada beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert F. Magner
(1962) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai
atau yang dapat dikerjakan pleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada Eduard L. Dejnozka dan
David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan
spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984)
yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan
penampilan/ keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar.
Pada tahap ini akan dirumuskan tujuan yang dirinci menjadi 2 , yaitu :
1. tujuan Instruksiunal Umum mata pelajran berupa tujuan instruksional umum yang
ingin dicapai setelah siswa mengikuti 2 kali pertemuan, dan
2. tujuan Instruksional Umum setiap pokok bahasan berupa tujuan instruksional umum
yang ingin dicapai setelah siswa selesai mengikuti materi 1 pokok bahasan.
TIU 1 : siswa akan mampu menjelaskan cara kerja sistem pengapian konvensional
pada mobil beserta fungsinya sesuai dengan teori yang dijelaskan.
TIU 2: siswa akan mampu menjelaskan penyelesaian masalah ( troubleshooting )
sistem pengapian konvensional pada mobil sesuai dengan teori yang
dijelaskan.
C . T U J U AN
I NS T RU KS I O
D . S T R AT E G I P E M B E L AJ AR AN
Mata pelajaran sistem pengapian konvensional pada mobil ini dilaksanakan selama 3 (dua)
pertemuan sebagai berikut :
Pert. ke- MATERI
1 Pengenalan komponen-komponen dan cara kerja pengapian konvensional pada
mobil
2 Urutan pengapian (firing order/ FO) serta penyelesaian masalah
(troublleshooting) pada pengapian konvensional pada mobil
DIAGRAM ALIR STRATEGI
z PEMBELAJARAN
STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam
bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar
1. Lingkungan hidup dan sumber daya alam sebagai anugrah Tuhan yang maha
Esa harus dijaga keletarian dan kelangsungan hidupnya.
2. Pengembangan dan penggunaan teknologi dalam kegiatan belajar harus selaras
dan tidak merusak dan mencemari lingkungan, alam dan manusia
3. Menunjukkan sikap cermat dan teliti dalam memahami komponen komponen
dalam sitem pengapian konvenisonal pda mobil
4. Mengidentifikasi fungsi setiap komponen
5. Mengidentifikasi kesrusakan yang terjadi pada sitem pengapian konvensional
pada mobil
6. Mengetahui cara cara perbaikan kerusakan yang terjadi secara benar dan tepat
7. Pemeliharaan sistem pengapian sitem pengapian konvensional pada mobil
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok diharapkan siswa terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran, sikap senang, percaya diri, motivasi internal,
sikap kritis, berperilaku peduli lingkungan dan bertanggungjawab dalam
menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta
dapat menjelaskan & melaksanakan indikator-indikator pencapaian kompetensi
dalam pembelajaran ini:
E. Materi Pembelajaran
• komponen – komponen pada sitem pengapian konvensioanal pada mobil
• fungsi dari setiap komponen pada sitem pengapian konvensioanal pada
mobil
Mengetahui kerusakan dan penyebab kerusakan sitem pengapian
konvensioanal pada mobil
Mengetahui cara perbaikan kerusakan sitem pengapian
konvensioanal pada mobil
F. Model/Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah pendekatan saintifik (scientific). Pembelajaran
koperatif (cooperative learning) menggunakan kelompok diskusi yang berbasis
masalah (problem-based learning).
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka Siswa yang ditunjuk 30 menit
pembelajaran dengan guru langsung
meminta salah seorang memimpin doa dan
siswa untuk memimpin siswa yang lain
doa, kemudian menyapa mengamini.
dan menanyakan keadaan
siswa.
2. Guru mengingatkan ▪ siswa mengingat
materi pada pertemuan kembali materi
sebelumnya.
3. Guru memberikan
informasi tentang tujuan
pembelajaran, strategi ▪ siswa memperhatikan
pembelajaran serta cara penjelasan guru
penilaian yang akan
dilakukan terkait dengan
kompetensi yang ▪ siswa berusaha
dipelajari memecahkan
4. Sebagai apersepsi untuk masalah
mendorong rasa ingin
tahu dan berpikir kritis,
siswa diajak memecahkan
masalah mengenai materi
Inti 1. Guru membagi siswa ▪ siswa segera 145 menit
dalam 3 kelompok yang bergabung dengan
terdiri dari 10 orang dan kelompoknya masing-
mempunyai kemampuan masing dan
berbeda. Kemudian menentukan ketua
masing – masing
kelompok dipersilakan kelompok.
untuk memilih ketua
kelompok.
2. Guru membagi materi
diskusi yaitu kelompok: ▪ siswa mendiskusikan
Kelompok 1 materi yang yang telah
mendiskusikan ditentukan untuk
tentang bagian kelompok masing-
komponen dan masing.
fungsinya
Kelompok 2
mendiskusikan
tentang berbagai
macam kerusakan
dalam dan
penyebabnya pada
pengapian
konvensional pada
mobil
Kelompok 3
mendiskusikan
tentang cara
perbaikan kerusakan
yang terjadi pada
sitem pengapian
▪ Siswa mendiskusikan
konvensional pada
dengan tanya jawab
mobil
di dalam kelompok.
3. Selama siswa bekerja di
dalam kelompok, guru
memperhatikan dan
mendorong semua siswa
untuk terlibat diskusi, dan
mengarahkan bila ada
kelompok yang ▪ Siswa
melenceng jauh dari mempresentasikan
pekerjaannya. hasil diskusinya.
4. Guru meminta salah satu
kelompok dari masing-
masing materi diskusi
untuk mempresentasikan ▪ siswa menanggapi
hasil diskusi. hasil kerja kelompok
5. Guru memberikan lain yang
kesempatan kepada dipresentasikan.
kelompok lain untuk
menanggapi hasil
presentasi dari kelompok ▪ siswa mengumpulkan
dan bersama – sama hasil diskusinya alam
menyempurnakan apa bentuk laporan.
yang dipresentasikan. ▪ siswa didampingi oleh
6. Guru mengumpulkan guru menyimpulkan
semua hasil diskusi tiap hasil diskusi.
kelompok.
7. Dengan tanya jawab, guru
mengarahkan semua
siswa pada kesimpulan
akhir materi
pembelajaran
Penutup 1. Siswa diminta untuk ▪ siswa memberikan 25 menit
memberikan kesimpulan kesimpulkan
pembelajaran.
2. Guru memberikan tugas
PR
3. Guru mengakhiri kegiatan ▪ siswa mencatat tugas
belajar dengan PR yang diberikan.
memberikan informasi
tentang topik pada
pertemuan berikutnya.
200 Menit
TOTAL ALOKASI WAKTU (2xPertemu
an)
H. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. LCD, Lembar Aktifitas Siswa, Lembar penilaian
2. Buku referensi dan artikel yang sesuai
B. Materi Pembelajaran
Sistem pengapian berfungsi untuk membangkitkan percikan bunga
api pada busi yang digunakan untuk membakar campuran udara dan
bahan bakar yang dikompresikan di dalam silinder.
Agar hasil yang diperoleh sistem pengapian sempurna, maka
rangkaian ini harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain :
♦ Dapat merubah tegangan rendah menjadi tegangan tinggi.
♦ Dapat beroperasi dengan sumber tegangan yang berbeda
(tegangan batere dan/atau alternator).
♦ Dapat mengalirkan tegangan tinggi ke busi-busi sesuai dengan
urutan pengapian.
♦ Waktu pembangkitan tegangan tinggi harus tepat sesuai dengan
putaran mesin.
Keterangan :
1. (Za) - Pengapian pada saat yang tepat
2. (Zb) - Pengapian terlalu awal
3. (Zc) - Pengapian terlambat
2. Urutan Pengapian
Urutan pengapian merupakan urutan pengaliran arus bertegangan
tinggi ke busi-busi saat akhir kompresi. Urutan pengapian sudah
dirancang dan disesuaikan dengan silinder engine.
Penomoran silinder pada engine biasanya dimulai dari depan
meskipun demikian ada beberapa variasi pada engine jenis V.
Pada engine empat silinder, urutan pengapiannya 1 - 3 - 4 - 2 atau
1 - 2 - 4 - 3, sedangkan untuk engine enam silinder, secara umum
urutan pengapiannya 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.
Urutan pengapian sangat penting diperhatikan, oleh karena itu
kabel tegangan tinggi antara tutup distributor dengan busi-busi
harus dihubungkan dengan urutan yang benar.
1 3
Terminal 4 1. Terminal
tegangan tinggi
Terminal 15 Terminal 1
2. Isolasi pemisah
kumparan
3. Isolasi penutup
4. Penghubung
tegangan tinggi
melalui kontak pegas
5. Rumah/body
6. Pengikat
7. Plate jacket
(magnetic)
8. Kumparan primer
9. Kumparan sekunder
10. Sealing compound
11. Insulator
12. Inti besi
Busi
Koil pengapian
Eksternal
resistor Distributor
Tahanan ini dipasang antara kunci kontak dan koil, tahanan ini
mengurangi tegangan pada koil yang memang dirancang
untuk bekerja di bawah (lebih rendah) dari tegangan batere 12
volt. Apabila kunci kontak diarahkan pada posisi start untuk
menghidupkan engine, tahanan ballast tidak dilewati arus
karena koil mendapat tegangan dari terminal “ST” (cranking
voltage). Setelah engine hidup dan kunci kontak kembali pada
posisi “IG” tahanan ballast kembali dilewati arus yang dialirkan
ke rangkaian primer, dengan demikian tegangan pengapian
saat start dan saat engine hidup relatif sama..
Beberapa jenis tahanan ballast sensitif terhadap panas. Saat
engine dihidupkan pada putaran rendah, kontak platina
menutup relatip lebih lama daripada saat kecepatan tinggi.
Pada kecepatan rendah, tahanan ballast menjadi panas.
Kondisi ini menyebabkan naiknya nilai tahanan pada tahanan
ballast, dengan demikian arus yang mengalir pada kontak
platina menurun, Cara ini membantu memperpanjang umur
kontak platina.
Pada putaran tinggi, tahanan ballast mempunyai suhu yang
rendah, hal ini memungkinkan mengalirnya arus yang besar,
yang membantu kerja koil.
d. Distributor
Pada dasarnya sebuah distributor berfungsi untuk mengalirkan
arus betegangan tinggi dari koil ke busi-busi sesuai dengan
urutan pengapian. Untuk lebih detailnya bisa disimpulkan
bahwa distributor mempunyai tiga fungsi yaitu :
♦ Menghubungkan dan memutuskan arus pada rangkaian
primer sehingga koil menghasilkan tegangan tinggi (bagian
kontak pemutus/platina).
♦ Menjadikan tepatnya waktu pembangkitan tegangan tinggi
sesuai dengan putaran mesin (Bagian mekanis centrifugal
advancer dan vacuum advancer).
♦ Meneruskan arus bertegangan tinggi pada busi sesuai
dengan urutannya.
1. Tutup dirstributor
1
2. Rotor
3. Tutup penahan
debu
2
4. Poros distributor
5. Cam
3 6 6. Sambungan ke
saluran vakum
4
7. Vacuum advancer
5 8. Kondensor
1. Plat penopang
2. Cam
3. Pengungkit
4. Bobot pemberat
5. Poros distributor
6. Yoke
2) Vacuum Advancer
Vacuum advancer bekerja berdasarkan kevakuman yang
terjadi pada saluran pemasukan (intake manifold).
Karburator
Lubang vakum
Saluran vakum
Katup
gas
Vacuum advancer
e. Kondensor
Kondensor terbuat dari dua lembar alumunium yang dibatasi
dengan kertas isolasi. Lembaran ini digulung dan ditempatkan
pada tabung logam. Dalam pemasangannya kondensor
dirangkai secara paralel dengan kontak platina. Plat-plat
kondensor meredam arus yang dapat menimbulkan percikan
api pada kontak platina pada saat membuka. Hal ini
mempercepat berhentinya aliran listrik pada rangkaian primer.
Lembaran aluminium
Isolasi
Dwell angle
Kontak platina
Keterangan gambar :
a Kontak platina menutup
b Celah kontak platina besar,
sudut dwell kecil
c Celah kontak platina kecil,
sudut dwell besar
W5
W6
W7
W8
W9
W10
5 6 7 8 9 10 11
1400 200
0
1200 output tenaga engine
1000 1 daerah aman
Busi dengan angka tingkat panas busi yang tinggi (busi panas)
karena isolatornya panjang, maka penyusutan panasnya
lambat.
1) Busi dengan angka tingkat panas busi sedang,
isolatornya lebih pendek dari busi panas, penyusutan
panas lebih baik.
2) Busi dengan angka tingkat panas yang rendah (busi
dingin) isolatornya pendek memungkinkan pengaliran
panas sangat mudah.
k
e
r
j
a
b
u
s
i
y
a
n
g
m
celah busi
Jika celah busi terlalu besar berarti membutuhkan tegangan
tinggi untuk proses pengapian. Dalam hal ini tegangan
cadangan jadi rendah.
Walaupun dalam proses pengapian hasilnya bagus, kondisi ini
kemungkinan juga terjadi bahaya kesalahan pengapian
(misfiring). Celah elektroda biasanya berkisar antara 0,7 - 1,1
mm. Celah elektroda secara presisi dan optimal ditentukan
oleh pabrik. Untuk lebih tepatnya harus melihat buku manual
dari kendaraan yang bersangkutan.
♦ Kondisi permukaan kepala busi
Kondisi permukaan ujung kepala busi akan menjelaskan
kemampuan kerja busi, yang erat hubungannya dengan
komposisi campuran udara dan bahan bakar serta
pembakaran di dalam engine.
Informasi yang ditunjukkan permukaan kepala busi menjadi
bagian penting dalam mendiagnosis engine. Informasi yang
ditunjukkan permukaan busi ini bisa diterapkan bila kendaraan
telah beroperasi sebelumnya sekitar 10 km pada kecepatan engine
yang berbeda pada daerah kerja menengah. Berikut ini dijelaskan tentang
kondisi permukaan kepala busi dan kemungkinan penyebabnya.
a. Kondisi normal
Bagian hidung isolator berwarna abu-
abu putih atau abu-abu kuning hingga
coklat. Engine dalam keadaan normal,
daerah kerja busi tepat. Penyetelan
campuran dan saat pengapian tepat,
tidak ada kesalahan pengapian, cold
starting device berfungsi. Tidak ada
kotoran dari kandungan bahan tambah
bahan bakar atau unsur campuran
dalam oli engine. Tidak terjadi Gambar 19
Kondisi busi normal
overheating (panas yang berlebihan)
c. Kotoran Oli
Bagian hidung isolator, elektroda dan
kepala busi tertutup kotoran atau sisa
karbon yang mengkilap. Penyebab :
terlalu banyak oli di dalam ruang bakar,
level oli terlalu tinggi, posisi cincin torak,
silinder dan penghantar katup buruk.
Gambar 21
Pada engine dua langkah, terlalu Kotoran oli pada busi
banyak oli dalam campuran.
d. Formasi Abu
Terdapat kotoran abu dan oli dari
bahan tambah dalam bahan bakar
pada permukaan isolator, scavenging
area dan elektroda massa struktur abu.
Penyebab : unsur campuran pada oli
dapat menyebabkan timbulnya abu ini Gambar 22
pada ruang bakar dan permukaan busi. Formasi abu pada kepala busi
e. Elektroda Meleleh
Pada elektroda tampak permukaan
yang tidak rata seperti bunga kol.
Kemungkinan kotoran bukan dari busi.
Penyebab : overheating
Gambar 23
Elektroda busi meleleh
f. Keausan Berat pada Elektroda Massa
Celah elektroda sangat lebar karena
terjadinya keausan.
Penyebab : bahan tambahan (additives)
pada bahan bakar dan oli yang agresif.
Pengaruh yang tidak menguntungkan
dari turbulensi gas dalam ruang bakar,
Gambar 24
kemungkinan penyebab oleh deposit, Keausan berat pada elektroda
knocking. Bukan overheating.
h. Kabel Tegangan Tinggi
Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk mengalirkan arus
bertegangan tinggi yang dibangkitkan oleh koil melalui
distributor ke busi. Pada ujung kabel tegangan tinggi terdapat
penutup (boot) yang berguna untuk menjaga terminal dari
korosi, minyak dan udara lembab. Penutup ini sifatnya fleksibel
sehingga dapat menutup rapat pada kabel yang dihubungkan
ke tutup distributor, koil dan busi. Engine untuk racing dan
mobil-mobil lama biasanya menggunakan kabel tegangan
tinggi dengan kawat solid. Dalam hal ini yang digunakan
adalah beberapa buah kawat yang dipelintir bersama-sama.
Kabel tegangan tinggi dengan serat kawat ini sudah mulai
ditinggalkan karena mengganggu pesawat radio dan televisi.
Kabel sekunder (tegangan tinggi) yang sekarang banyak
dipakai menggunakan inti karbon sebagai penghantar arus
dari koil ke busi, inti karbon berbentuk serbuk ini
ditempatkan ditengah-tengah anyaman nylon, dengan
demikian kabel tegangan tinggi ini mempunyai tahanan yang
cukup besar yakni sekitar 33.000 ohm/meter. Tujuan
pemakaian inti karbon ini adalah untuk menyaring/meredam
gangguan yang dapat menimbulkan suara berisik pada radio
atau pesawat elektronik lainnya.
Terminal
distributor Isolasi kabel Terminal busi Penutup busi
D. Rangkuman
Sistem pengapian berfungsi untuk membangkitkan percikan bunga
api pada busi yang digunakan untuk membakar campuran udara dan
bahan bakar yang dikompresikan di dalam silinder.
Sistem pengapian konvensional mempunyai beberapa komponen,
antara lain : kunci kontak, koil, distributor, kondensor, busi kabel
tegangan tinggi dan kabel penghubung. Komponen yang berfungsi
untuk memajukan saat pengapian adalah vacuum advancer dan
centrifugal advancer, kedua komponen ini bisa bekerja bersama-
sama atau individual.
Saat pengapian pada kendaraan bersilinder banyak harus mengikuti
urutan yang baku.
Pada engine empat silinder, urutan pengapiannya 1 - 3 - 4 - 2 atau 1 -
2 - 4 - 3, sedangkan untuk engine enam silinder, secara umum urutan
pengapiannya 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4. Urutan pengapian sangat penting
diperhatikan, oleh karena itu kabel tegangan tinggi antara tutup
distributor dengan busi-busi harus dihubungkan dengan urutan yang
benar.
E. Tes
Σ Jawaban benar
Tingkat penguasaan = -------------------------- X 100%
Σ Soal
Jika hasil yang diperoleh telah mencapai 75% atau lebih, maka Anda
telah menguasai materi yang dipelajari dan berhak melanjutkan
pembelajaran berikutnya dengan persetujuan guru pembimbing.
Namun jika hasil yang diperoleh belum mencapai 75% Anda masih
harus mengulangi atau mempelajari kembali bahan ajar ini.
3. Dwell angle atau sudut dwell adalah sudut yang dibentuk selama
kontak platina menutup
4. Jenis-jenis busi :
a. Busi dingin secara umum digunakan pada engine yang
peroperasi pada kecepatan tinggi dan berbeban berat.
b. Busi panas secara umum digunakan pada engine yang
beroperasi pada kecepatan rendah.
c. Busi sedang secara umum digunakan pada engine yang
beroperasi pada kecepatan normal (sedang).
KEGIATAN BELAJAR 2:
PERAWATAN DAN PERBAIKAN
SISTEM PENGAPIAN
A. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta dapat :
1. Memeriksa komponen sistem pengapian dengan alat yang tepat.
2. Menyetel saat pengapian pada engine sesuai spesifikasi.
B. Materi Pembelajaran
1. Alat dan Bahan
Engine 4 silinder
Kunci busi
Kunci 12 mm, 19 mm
Obeng (+) dan (-)
Dwell tester
Tachometer
AVO Meter
Timing light
Feeler gauge
Condensor tester
Bensin dan kertas ampelas
2. Keselamatan Kerja
Gunakan alat sesuai dengan fungsinya !
Hindarkan terjadinya hubungan singkat !
3. Langkah Kerja
a. Siapkan peralatan dan engine yang akan digunakan untuk
pelaksanaan praktik.
b. Periksa kondisi engine dan yakinkan engine dalam keadaan
siap untuk dioperasikan.
c. Hidupkan engine hingga dicapai suhu kerja, lalu matikan
engine.
d. Lepaskan kabel negatif batere.
e. Lepas komponen sistem pengapian, meliputi : distributor, koil,
dan busi-busi.
f. Periksa komponen sistem pengapian meliputi :
1) Pemeriksaan Koil
Pemeriksaan kontinuitas kumparan primer
Pemeriksaan kontinuitas kumparan sekunder
Pemeriksaan hubungan massa.
Pemeriksaan ballast resistor (jika digunakan)
2) Pemeriksaan dan penyetelan komponen distributor
Pemeriksaan kondisi tutup distributor
Pemeriksaan kondisi rotor
Pemeriksaan dan penyetelan kontak platina
Pemeriksaan dan pengukuran kondensor.
Pemeriksaan dan penyetelan timing advancer
Pemeriksaan cam dan poros distributor
3) Pemeriksaan dan penyetelan busi-busi
Pemeriksaan kondisi busi meliputi : permukaan
elektroda busi (elektroda positif dan elektroda negatif),
adanya kotoran baik berupa karbon maupun oli pada
kepala busi, dan kondisi porselen.
Pemeriksaan celah busi, bila celah busi tidak sesuai
dengan harga spesifikasi maka harus dilakukan
penyetelan.
4) Pemeriksaan kabel busi
Kabel busi diperiksa kontinuitasnya, untuk kabel busi
dengan serat karbon harus diperiksa besar tahanannya.
Catatan :
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengetahui
langkah akhir kompresi adalah sebagai berikut :
- Putar poros engkol hingga tanda pengapian pada
puli dan pada blok engine tepat. Kemudian
longgarkan busi sekitar dua atau tiga putaran. Jika
pada saat itu piston berada pada akhir langkah
kompresi maka akan terdengar hembusan angin
melalui celah-celah busi.
- Cara lain yang bisa dilakukan yaitu putar poros
engkol hingga tanda pengapian tepat, kemudian
raba push rod, apabila kedua katup bebas, hal ini
menunjukkan bahwa piston dalam posisi akhir
langkah kompresi.
Skala sudut
Tanda
Coakan pada puli
Puli
Putar searah
putaran rotor
Tanda
Timing light
Garis tengah
poros engkol