Anda di halaman 1dari 35

AKUNTANSI TRANSAKSI ISTISHNA

1. Konsep dasar transaksi istishna

Menurut jumhur ulama fuqaha, bai’ alistishna merupakan suatu jenis khusus dari bai’ assalam.Biasanya jenis ini
dibidang manufaktur.Dengan demikian ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan bai’ assalam. Produk
istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapakali pembayaran.

Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan no.104, Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara pemesan (pembeli, mustashni’) dengan penjual (pembuat,
shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai
shani’.

Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan (mashnu’) sesuai
spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.

Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.Ketentuan harga barang
pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.

Barang pesanan harus memenuhi kriteria:

a) memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;

b) sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized) bukan produk massal; dan

c) harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya.

Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual.Jikabarang
pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.
Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’. Jika entitas bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga
dengan cara istishna’ maka hal ini disebut istishna’ paralel.

istishna’ paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara entitas dan pembeli akhir, tidak bergantung
(mu’allaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain

Pada dasarnya istishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:

a) kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau

b) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian
akad.

Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:

a) jumlah yang telah dibayarkan; dan

b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.

1. Akuntansi untuk penjual

Akuntansi transaksi istishna dari sudut pandang penjual antara lain sebagai berikut :

 Penyatuan dan Segmentasi Akad

1) Bila suatu akad istishna mencakup sejumlah aset pengakuan dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu akad
yang terpisah jika:

a. Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap asset

b. Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dimana penjual dan pembeli dapat menerima atau menolak
bagian akad yang berhubungan dengan masing-masing aset tersebut, dan
c. Biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan

2) Suatu kelompok akad istishna, dengan satu atau beberapa pembeli harus diperlakukan sebagai satu akad istishna
jika:

a. Kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket

b. Akad tersebut berhubungan erat sekali,sebetulnya akad tersebut merupakan bagian dari akad tunggal dengan
suatu margin keuntungan dan

c. Akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara berkesinambungan

3) Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna terpisah, tambahan aset tersebut diperlakukan sebagai
akad yang terpisah jika :

a. Aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna awal dalam desain,teknologi atau
fungsi ; atau

b. Harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna awal

 Pendapatan istishna dan istishna paralel

1) Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode presentase penyelesaian atau metode akad selesai.
Akad dikatakan selesai jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli

2) Jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka :

a. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui
sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan

b. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan pada aset istishna dalam
penyelesaian; dan

c. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan
periode tersebut.
3) Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak dengan ditentukan secara
rasional pada akhir periode laporan keuangan maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai
berikut :

a. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;

b. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;

c. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai; dan

d. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian
pekerjaan.

 Istishna dengan Pembayaran Penuh

1) Jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari
satu tahun dari penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Margin keuntungan pendapatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna dilakukan secara tunai diakui
sesuai persentase penyelesaian; dan

b. Selisih antara nilai akad dengan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara
proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran. Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf 24-25 PSAK
102 : Akuntansi Murabahah

Meskipun istishna dilakukan dengan pembayaran tangguh, penjual harus menentukan nilai tukar istishna
pada saat penyerahan barang pesanan sebagai dasar untuk mengakui margin keuntungan terkait dengan
proses pembuatan barang pesanan. Margin ini menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan pada proses
pembuatan barang pesanan. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai akad dalam istishna dengan
pembayaran langsung adalah harga yang disepakati antara penjual dan pembeli akhir. Hubungan antara
biaya perolehan, nilai tunai, dan nilai akad diuraikan dalam contoh sebagai berikut:

Biaya perolehan (biaya produksi) Rp 1.000


Margin keuntungan pembuatan barang pesanan Rp 200
Nilai tunai pada saat penyerahan barang pesanan Rp 1.200
Nilai akad untuk pembayaran secara angsuran selama tiga tahun Rp 1.600
Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama tiga tahun Rp 400

2) Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun dari
penyerahan barang pesanan maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna dilakukan secara tunai, diakui
pada saat penyerahan barang pesanan

b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara
proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran

3) Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna dan termin istishna (istishna billing) pada
pos lawannya.

Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi istishna dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam
akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian pembuatan barang pesanan.

 Biaya Perolehan Istishna

1) Biaya perolehan istishna terdiri dari:

a. Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan

b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad

Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad disepakati.
Namun jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan.

2) Biaya perolehan istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aset istishna dalam
penyelesaian pada saat terjadinya.

Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya
istishna

 Biaya Perolehan Istishna Paralel

1) Biaya istishna paralel terdiri dari:


a. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas;

b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad

c. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada

2) Biaya perolehan istishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan
dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.

 Penyelesaian Awal

Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual memberikan potongan, maka
potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan istishna.

Pengurangan pendapatan istishna akibat penyelesaian awal piutang istishna dapat diperlakukan sebagai :

a) Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat pembayaran; atau

b) Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah
menerima pembayaran piutang istishna secara keseluruhan

 Perubahan Pesanan dan Tagihan Tambahan

Pengaturan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan biaya istishna akibat perubahan pesanan dan tagihan
tambahan adalah sebagai berikut :

a) Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual dan pembeli ditambahkan kepada
pendapatan istishna dan biaya istishna;

b) Jika kondisi pengenaan setiap tagihan tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi, maka jumlah biaya setiap
tagihan tambahan yang diakibatkan oleh setiap tagihan akan menambah biaya istishna; sehingga pendapatan istishna
akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya akibat klaim tambahan

c) Perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna paralel, akan tetapi biaya perubahan pesanan dan
tagihan tambahan ditentukan oleh produsen atau kontraktor dan disetujui penjual berdasarkan akad istishna paralel.

 Pengakuan Taksiran Rugi


Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna akan melebihi pendapatan istishna, taksiran
kerugian harus segera diakui.

Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan:

a) Apakah pekerjaan istishna telah dilakukan atau belum;

b) Tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan; atau

c) Jumlah laba yang diharapkan dari akad yang tidak diperlakukan sebagai suatu akad tunggal sesuai paragraf.

2. Akuntansi Pembeli

Akuntansi transaksi istishna dari sudut pandang pembeli antara lain sebagai berikut:

a) Pembeli mengakui aset istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan
sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.

b) Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui
sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya
perolehan tunai diakui sebagai beban istishna tangguhan.

c) Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan hutang istishna.

d) Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan pejual dan mengakibatkan kerugian
pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika
kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.

e) Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak memperoleh
kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali
diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk pentisihan kerugian piutang.

f) Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut
diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai
kerugian pada periode berjalan
g) Dalam istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok
istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

D. Penyajian

1) Penjual menyajikan dalam laporan keuangan halal sebagai berikut:

a. Piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir

b. Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir

2) Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan halal sebagai berikut :

a. Hutang istishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi

b. Aset istishna dalam penyelesaian sebesar:

i. Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna paralel; atau

ii. Kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna.

E. Pengungkapan

1) Penjual mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:

a. Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan dan keuntungan kontrak istishna;

b. Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang berjalan;

c. Rincian piutang istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis mata uang, dan kualitas piutang;

d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.

4. Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Transaksi Istishna


Transaksi istishna yang dijelaskan dalam bagian ini merupakan transaksi istishna dalam konteks praktik perbankan
syariah. Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI (2001 : 119) bahwa rukun istishna adalah :

1. Pihak yang berakad

a. Pembuat/produsen

b. Pemesan/pembeli

2. Obyek yang diakadkan

a. Barang/proyek yang dipesan

b. Kesepakatan harga jual

3. Sigot

a. Serah (ijab)

b. Terima (qabul)

Perlakuan akuntansi istishna

Bank sebagai Produsen/Penjual

1. Biaya istishna terdiri dari:

a. Biaya langsung, terutama biaya untuk menghasilkan barang pesanan; sari

b. Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara
objektif;

2. Beban umum dari administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dari pengembangan tidak termasuk dalam
biaya istishna.
3. Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dari diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad
ditandatangani, tetapi jika akad tidak ditandatangani, maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan; dari

4. Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian
pada saat terjadinya.

Pengakuan dari pengukuran biaya istishna paralel adalah sebagai berikut:

a. Biaya istishna paralel terdiri dari :

a) Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan sub-kontraktor kepada bank

b) Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara
obyektif ; dan

c) Semua biaya akibat sub-kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada;

b. Biaya istishna paralel diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari sub-
kontraktor sebesar jumlah tagihan.

5. Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir diakui sebagai piutang istishna dari sebagai termin
istishna (istishna billing) pada pos lawannya.

6. Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dari pembeli akhir; termasuk
margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna dari harga pokok istishna.
Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai.

7. Jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka:

a. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui
sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan;

b. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aktiva istishna
dalam penyelesaian; dari

c. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan
periode tesebut.
8. Jika estimasi persentase penyelesaian akad dari biaya untuk penyelesaian tidak dapat ditentukan secara rasional
pada akhir periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;

b. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;

c. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai; dari

d. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dari keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian
pekerjaan.

9. Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dari bank memberikan potongan, maka
bank menghapus sebagian keuntungannya sebagai akibat penyelesaian awal tersebut.

10. Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal piutang istishna dapat diperlakukan sebagai:

a. Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat pembayaran; atau

b. Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah
menerima pembayaran piutang istishna secara keseluruhan.

Bank sebagai Pembeli

1. Bank mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dari
sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.

2. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan
kerugian bank,maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual.
Apabila kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh
tempo kepada sub-kontraktor.

3. Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur
dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dari biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian
pada periode berjalan.
4. Dalam istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dari harga pokok
istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

5. Jika secara substansi terdapat transaksi bank syariah yang mengadakan/membeli barang pesanan dengan cara
istishna dan menjual dengan cara murabahah sehingga menimbulkan tenggang waktu yang lama (lebih dari 1 tahun)
antara waktu penyelesaian barang pesanan yang dikonstruksi dan waktu pelunasan tagihan bank dari pembeli akhir
maka pengakuan pendapatannya mengikuti ketentuan transaksi murabahah.

JURNAL STANDAR

a. Istishna Biasa-Akuntansi Penjual

a. Saat pengeluaran biaya sebelum akad

(Dr) Beban Istishna yang ditangguhkan XX


(Cr) Kas XX

b. Jika akad tidak ditandatangani

(Dr) Beban pra-akad XX


(Cr) Beban Istishna yang ditangguhkan XX

c. Saat pengeluaran biaya istishna setelah akad ditandatangani

(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian XX


(Dr) Beban Istishna yang ditangguhkan XX
(Cr) Kas XX
d. Pada saat penagihan kepada pembeli

(Dr) Piutang Istishna XX


(Cr) Termin Istishna XX

e. Pada saat penerimaan pembayaran dari pembeli

(Dr) Kas XX
(Cr) Piutang Istishna XX

f. Pengakuan keuntungan pada akhir periode dengan menggunakan metode persentase

(Dr) Beban pendapatan Istishna XX


(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian XX
(Cr) Pendapatan Istishna XX

(sesuai porsi penyelesaian)

g. Pengakuan kerugian pada akhir periode dengan menggunakan metode persentase

(Dr) Beban pendapatan Istishna XX


(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian XX
(Cr) Pendapatan Istishna XX

(sesuai porsi penyelesaian)


h. Pengakuan keuntungan/kerugian pada akhir periode dengan menggunakan metode akad selesai.

Maka,tidak ada jurnal, karena metode ini mengakui pendapatan istishna hanya pada akhir masa kontrak.

i. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode persentase.

(Dr) Beban pendapatan Istishna XX


(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian XX
(Cr) Pendapatan Istishna XX

(sesuai porsi penyelesaian)

j. Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode persentase.

(Dr) Kerugian Istishna XX

(sebesar selisih antara pendapatan dan beban


Istishna)

(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian XX

k. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode akad selesai.

(Dr) Beban pendapatan Istishna XX


(Dr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian XX
(Cr) Pendapatan Istishna XX
l. Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode akad selesai.

(Dr) Kerugian Istishna XX

(sebesar selisih antara pendapatan dan beban


Istishna)

(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian XX

m. Pada saat barang pesanan selesai diproduksi.

(Dr) Persediaan Istishna XX


(Cr) Aktiva Istishna dalam penyelesaian XX

n. Pada saat penjual menyerahkan barang pesanan kepada pembeli

(Dr) Termin Istishna XX


(Cr) Persediaan Istishna XX

o. Pemberian potongan kepada pembeli

a) Potongan secara langsung

(Dr) Pendapatan Istishna XX


(Cr) Piutang Istishna XX
b) Potongan tidak langsung (reimbursed)

(Dr) Beban potongan (muqasah) XX


(Cr) Kas XX

(dibayar setelah pembeli melunasi piutangnya)

1. Akuntansi Pembeli
1. Saat pembeli menerima garansi penyelesaian proyek

Kas xx

Titipan uang garansi xx

1. Pembeli menerima tagihan dari penjual


Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Hutang istishna xx
1. Pembeli membayar tagihan dari kontraktor
Hutang istishna xx

Kas xx

1. Pembeli menerima aktiva istishna

Persediaan xx

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx


1. Pembeli menolak aktiva istishna dari sub-kontraktor akibat salah spesifikasi

Piutang kontraktor xx

(sebesar uang yang belum kembali)

Kas xx

(sebesar uang yang telah kembali)


Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
1. Pembeli menerima aktiva istishna meski salah spesifikasi

Persediaan xx

(sebesar nilai istishna yang salah spesifikasi)


Kerugian aktiva istishna xx

(sebesar penurunan nilai karena salah spesifikasi)

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx


1. Bila kontraktor terlambat mengirim barang pesanan sehingga pembeli merugi

1) Uang garansi < kerugian

Titipan uang garansi xx

Piutang kepada kontraktor xx

Pendapatan ganti rugi istishna xx

2) Uang garansi > kerugian

Titipan uang garansi xx

Hutang kepada kontraktor xx

Pendapatan ganti rugi istishna xx

1. Akuntansi bagi LKS sebagai Penjual & Pembeli (IstishnaParalel)


1. Saat pengeluaran biaya sebelum akad
Beban istishna yang ditangguhkan xx

Kas xx

1. Bila akad tidak ditandatangani

Beban pra-akad xx
Beban istishna yang ditangguhkan xx
1. Saat LKS menerima garansi penyelesaian proyek

Kas xx

Titipan uang garansi xx

1. LKS menerima tagihan dari kontraktor


Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Hutang istishna (kontraktor) xx
1. LKS memberi tagihan kepada pembeli
Piutang istishna (al-mustashni) xx
Termin istishna xx
1. LKS membayar tagihan dari kontraktor
Hutang istishna xx

Kas xx

1. LKS menerima aktiva istishna dari kontraktor

Persediaan xx

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx


1. LKS menolak aktiva istishna dari sub-kontraktor akibat salah spesifikasi

Piutang kontraktor xx

(sebesar uang yang belum kembali)

Kas xx

(sebesar uang yang telah kembali)

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx


1. LKS menerima aktiva istishna meski salah spesifikasi

Persediaan xx

(sebesar nilai istishna yang salah spesifikasi)


Kerugian aktiva istishna xx

(sebesar penurunan nilai akibat salah spesifikasi)

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx


1. Bila kontraktor terlambat mengirim barang pesanan sehingga LKS merugi

1) Uang garansi < kerugian

Titipan uang garansi xx

Piutang kepada kontraktor xx

Pendapatan ganti rugi istishna xx

2) Uang garansi > kerugian

Titipan uang garansi xx

Hutang kepada kontraktor xx

Pendapatan ganti rugi istishna xx


1. LKS menerima pembayaran dari pembeli

Kas xx

Piutang istishna xx
1. Pembeli menolak barang pesanan (nilai perolehan < nilai wajar)
Kerugian aktiva istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
1. Bila aktiva istishna yang dipesan LKS kepada sub-kontraktor tidak sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan (LKS telah menerima aktiva) oleh pemesan akhir dan bank
harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi spesifikasi

1) Saat pengeluaran biaya pemenuhan spesifikasi

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx


Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
2) Saat penyelesaian proses pemenuhan spesifikasi

Persediaan xx

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx


1. Pengakuan keuntungan pada akhir periode menggunakan metode persentase

Beban pendapatan istishna xx

Aktiva istishna dalam penyelesaian xx


Pendapatan istishna xx
Catatan: istishna paralel tidak diperbolehkan menggunakan metode akad selesai.
1. Pengakuan kerugian pada akhir periode menggunakan metode persentase
Beban pendapatan istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Pendapatan istishna xx

(sesuai porsi penyelesaian)

Catatan: istishna paralel tidak diperbolehkan menggunakan metode akad selesai.


1. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak menggunakan metode persentase
Beban pendapatan istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Pendapatan istishna xx

(sesuai porsi penyelesaian)

Catatan: istishna paralel tidak diperbolehkan menggunakan metode akad selesai.


1. Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak menggunakan metode persentase
Beban pendapatan istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
Pendapatan istishna xx

(sesuai porsi penyelesaian)

Catatan: istishna paralel tidak diperbolehkan menggunakan metode akad selesai.


1. Aplikasi Akuntansi Transaksi Istishna
2. Perlakuan akuntansi istishna dengan cara pembayaran di muka
Guna memulihkan kondisi masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah pasca musibah gempa bumi yang mengguncang
tahun 2006, salah satu LSM lokal yang berbentuk lembaga zakat bernama Dompet Dhuafa Republika berencana
membangun beberapa rumah bagi warga korban gempa di wilayah Kabupaten Bantul dengan memilih salah satu
lembaga keuangan syariah di Yogyakarta yaitu BPRS Rizki Ilahi untuk mengkoordinir pembangunan rumah-rumah
tersebut. Rencananya akan dibangun sejumlah 500 rumah dengan Tipe 21 dengan harga yang disepakati Rp
20.000.000,- per unit. Inilah perlakuan akuntansinya sesuai dengan alur transaksi istishna paralel oleh BPRS Rizki
Ilahi:
 10 Januari 2008: BPRS Rizki Ilahi menerima dana dari DD Republika sebesar Rp
10.000.000.000,- sebagai pembayaran keseluruhan pesanan 500 unit rumah

Kas/Bank Indonesia Rp 10.000.000.000,-

Hutang istishna Rp 10.000.000.000,-


 10 Februari 2008: BPRS Rizki Ilahi menyerahkan dana kepada CV. Griya Estetika
sebesar Rp 9.500.000.000,- sebagai pemesanan 500 unit rumah
Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp 9.500.000.000,-

Kas/Bank Indonesia Rp 9.500.000.000,-

 1 November 2008: BPRS Rizki Ilahi menerima 300 unit rumah yang dipesan dari CV.
Griya Estetika sehingga nilai persediaan yang diterima adalah Rp 5.700.000.000,- (300 x Rp
19.000.000,- per unit)
Persediaan istishna Rp 5.700.000.000,-
Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp 5.700.000.000,-
 11 November 2008: BPRS Rizki Ilahi menyerahkan 300 unit rumah kepada DD
Republika sehingga nilai jual yang diserahkan adalah Rp 6.000.000.000,- (300 x Rp
20.000.000,- per unit)
Hutang istishna Rp 6.000.000.000,-

Persediaan Rp 5.700.000.000,-

Pendapatan bersih istishna Rp 300.000.000,-


 1 Desember 2008: BPRS Rizki Ilahi menerima 200 unit rumah yang dipesan dari CV.
Griya Estetika sehingga nilai persediaan yang diterima adalah Rp 3.800.000.000,- (200 x Rp
19.000.000,- per unit)
Persediaan istishna Rp 3.800.000.000,-
Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp 3.800.000.000,-
 21 Desember 2008: BPRS Rizki Ilahi menyerahkan 200 unit rumah kepada DD
Republika sehingga nilai jual yang diserahkan adalah Rp 4.000.000.000,- (200 x Rp
20.000.000,-)
Hutang istishna Rp 4.000.000.000,-

Persediaan Rp 3.800.000.000,-

Pendapatan bersih istishna Rp 200.000.000,-


 Bila DD Republika menolak menerima rumah-rumah yang dipesan karena tidak sesuai
spesifikasi yang disepakati, maka rumah sebagai barang pesanan diukur dengan nilai yang
lebih rendah antara nilai wajar dari harga pokok istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai
kerugian pada periode berjalan. Misalnya penurunan nilai (nilai perolehan < nilai wajar)
disebabkan kesalahan spesifikasi sebesar Rp 500.000.000,-
Kerugian aktiva istishna Rp 500.000.000,-
Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp 500.000.000,-
 Jika aktiva istishna yang
dipesan BPRS Rizki Ilahi kepada sub-kontraktor CV. Griya
Estetika tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan (BPRS telah menerima aktiva) oleh
pemesan akhir dan BPRS harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi spesifikasi
1. Saat pengeluaran biaya pemenuhan spesifikasi (misal Rp 100.000.000,-)
Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp 100.000.000,-

Kas Rp 100.000.000,-

1. Saat penyelesaian proses pemenuhan spesifikasi


Persediaan istishna Rp 100.000.000,-
Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp 100.000.000,-

PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna membahas tentang akuntansi istishna dan istishna paralel dari sudut pandang
LKS sebagai penjual dan pembeli. Dalam hal mengenai proses/alur tagihan (billing) istishna adalah sub-kontraktor
akan melakukan penagihan atas barang pesanan kepada LKS dan selanjutnya LKS melakukan penagihan kepada
pemesan atau pembeli akhir.
Sedangkan pada PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna bagian pengakuan dan pengukuran akuntansi untuk penjual
menjelaskan bahwa biaya perolehan istishna terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri
dari bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan. Biaya tidak langsung terdiri dari
biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad.Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad disepakati.Tetapi bila akad tidak disepakati, maka biaya tersebut
dibebankan di periode berjalan.Biaya perolehan istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui
sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta
biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna.
Biaya perolehan istishna paralel terdiri dari biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau
kontraktor kepada entitas; biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad; dan
semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, bila ada. Biaya
perolehanistishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari
produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.

2. Metode Pengakuan Pendapatan atas Keuntungan Transaksi Istishna


1. Metode Presentase Penyelesaian
 Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam
periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan;
 Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan
kepada aset istishnapalam penyelesaian;
 Pada akhir periode harga pokok istishnadiakui sebesar biaya istishna yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.

Dengan menggunakan kasus UJKS TIJARAH yang melakukan pesanan pembangunan SDIT Anak Soleh.

Tahun pertama penyelesaian: Harga jual Rp. 750.000.000,-

Harga Pokok Rp. 300.000.000,-

Keuntungan Rp. 450.000.000,-

Sesuai informasi diatas maka tahun pertama mengeluarkan biaya Rp. 200.000.000,- dan tahun kedua Rp.
100.000.000,-, dengan begitu perhitungannya sebagai berikut:

Tahun ke-1 Tahun ke-2


Persentase Penyelesaian 200/300 x 100% 100/300 x 100%
=66,66% =33,33%
Pencatatan Penerimaan Harga ke 750 x 66,66% =500jt 750 x 33,33% =250jt
Pembeli Akhir
Pendapatan Istishna yang diakui 450 x 66,66% =300jt 450 x 33,33% = 150jt
(Margin/Keuntungan istishna)
Atas perhitungan diatas maka jurnal yang dibuat oleh UJKS TIJARAH adalah sebagai berikut:

Tahun ke-1 Tahun ke-2


Harga Pokok Istishna Rp. 200.000.000,- Rp. 100.000.000,-
Aktiva Istishna dalam Rp. 300.000.000,- Rp. 150.000.000,-
Penyelesaian
Nilai Kontrak Istishna Rp. 500.000.000,- Rp. 250.000.000,-

Pada saat UJKAS TIJARAH menerima gedung yang selsesai dibangun, jurnalnya sebagai berikut:

Persediaan Rp. 300.000.000,-

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 300.000.000,-

Pada saat penyelesaian akad dan penyerahan barang dari UJKS TIJARAH kepada SDTI Anak Sholeh sebagai
pembeli akhir, jurnal yang dibuat adalah:

Termin Istishna Rp. 300.000.000,-

Persediaan Rp. 300.000.000,-

2. Metode Akad Selesai


 Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
 Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
 Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna ndalam penyelesaian sampai
dengan pekerjaan tersebut selesai;
 Pengakuan pendapatan istishna, harga poko istishna, dan keuntungan dilakukan hanya
pada akhir penyelesaian pekerjaan.

Jika menggunakan kasus UJKS TIJARAH maka metode akad selesai bisa digunakan untuk melakukanperhitungan
sebagai berikut:

1. Pada tahun pertama tidak terdapat perhitungan pendapatan


2. Pada tahun kedua terdapat pengakuan biaya dan pendapatan pada saat selsainya akad yang ditandai dengan
penyelesaian barang pesanan. Jurnal yang dibuat UJKS TIJARAH adalah:

Harga Pokok Istishna Rp. 300.000.000,-


Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian Rp. 450.000.000,-
Nilai Kontrak Istishna Rp. 750.000.000,-
3. Perlakuan akuntansi transaksi Istishna paralel dengan cara pembayaran tangguh diatur dalam PSAK 104 yaitu
biaya perolehan istishna paralel terdiri dari: (a) biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen/kontraktor
kepada entitas, (b) biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad, (c) semua biaya
akibat produsen/ kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada. Biaya perolehan istishna paralel diakui
sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen/ kontraktor sebesar jumlah
tagihan.

Contoh:

Trnsaksi istishna paralel antara UJKAS TIJARAH, SDIT Anak Sholeh dan CV. Bangun Indonesia.
Akad Istishna Akad Istishna paralel
(Nilai Rp 300jt)
(Nilai Rp 750 jt)

Tahun I Tahun II Tahun I Tahun II


a.Termin UJKS kepada CV. 200 jt 100jt
BI
b.Termin UJKS kepada 500jt 250jt
SDTIAS
c.Realisasi pembayaran ke 150jt 150jt
sub kontraktor
d.Realisasi penerimaan 450jt 300jt
tagihan dari SDTIAS

Atas perhitungan diatas maka jurnal yang yang dibuat UJKS TIJARAH adalah sebagai berikut:

a. Tahun I Tahun II
Aktiva istishna dalam Rp. 200.000.000,- Rp. 100.000.000,-
penyelesaian
Hutang Istishna Rp. 200.000.000,- Rp. 100.000.000,-

b. Tahun I Tahun II
Piutang Istishna Rp. 500.000.000,- Rp. 250.000.000,-
Termin Istishna Rp. 500.000.000,- Rp. 250.000.000,-

c. Tahun I Tahun II
Kas Rp. 450.000.000,- Rp. 300.000.000,-
Piutang Istishna Rp. 450.000.000,- Rp. 300.000.000,-

d. Tahun I Tahun II
Hutang Istishna Rp. 150.000.000,- Rp. 150.000.000,-
Kas Rp. 150.000.000,- Rp. 150.000.000,-

e. Persediaan Rp. 300.000.000,-


Aktiva Istishna dlm Rp. 300.000.000,-
pnylsaian

f. Tagihan Termin istishna Rp. 750.000.000,-


Persediaan Rp. 300.000.000,-
Pendapatan Bersih Rp. 450.000.000,-
Istishna
Ilustrasi 3.Perlakuan Akuntansi Istishna dengan Cara Pembayaran Setelah Penyerahan Barang.
PT. Mitra Sarana Sejahtera berencana membangun perumahan bagi PNS Guru di Magelang. PNS dan Guru yang
terdaftar sebagai pembeli adalah 500 orang. Mereka tidak memiliki dana tunai untuk membeli rumah bertipe 45. PT.
MSS segeramengajukan penawaran kepada Bank Syariah KARISMA untuk memfasilitasi pembiayaan para PNS
dan Guru tersebut.

Luas Tanah : 100 m2

Luas Bangunan : 45 m2

Spesifikasi Kayu : Kayu Kalimantan

Spesifikasi Tembok : Batu Bata Plester

Lantai : Keramik Ornamen (40 x 40 cm)

Jumlah Kamar Tidur : 2 buah

Kamar mandi : 1 buah

Listrik : 900 watt

Air : Sumur (10 meter)

Genting : Asbes

Harga/unit : Rp. 156.000.000,-

Jumlah Rumah : 500 unit

Jangka Waktu Penyerahan : 24 bulan (Target Desember 2009)

Pembayaran Nasabah : Secara cicilan dengan pemotongan gaji selama 60 bulan

Rincian angsuran : Pokok Rp. 2.000.000,-

Margin istishna Rp. 600.000,-


Harga Jual Rp. 2.600.000,-

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut, Bank Syariah KARISMA melakukan pemesanan
kepadaPT.MSS sebagai kontraktor untuk melaksanakan pembangunan perumahan di Komplek AKMIL CAWANG
sejumlah 500 unit.

Spesifikasi Rumah : Sesuai pesanan pembeli akhir (PNS dan Guru)

Jumlah Rumah : 500 unit

Harga/unit : Rp. 120.000.000,-

Total Nilai Kontrak : Rp. 60.000.000.000,-

Jangka Waktu Penyerahan : 18 bulan (Januari 2008 s/d Juni 2009)

Pembayaran : Termin I sebesar Rp. 30.000.000.000,-

Termin II sebesar Rp. 20.000.000.000,-

Termin III sebesar Rp. 10.000.000.000,-

Informasi tambahan:

1. Pada bulan ke-12 (Desember 2008), PT. MSS berhasil menyelesaikan 350 unit rumah yang dipesan Bank dan
segera diserahkan ke pada Bank 150 rumah berikutnya yang direncanakan akan diterima bulan ke-18 (Juni 2009).

2. Pada waktu yang sama rumah tersebut segera diserahkan kepada para pembeli (PNS dan Guru) sesuai nomor
antrian pembelian rumah (1 – 350).

Perlakuan Akuntansi Pembeli (Bank Syariah Karisma sebagai pembeli)


1. Tanggal 2 Januari 2008 ditandatangani kesepakatan transaksi Istishnaanata Bank dengan PT. MSS sebanyak
500 rumah. Atas kesepakatan tersebut, tanggal 10 Januari 2008 PT. MSS mengirimkan tagihan pada Bank
dan dilakukan pembayaran Termin I sebesar RP. 300.000.000.000,-
Aktiva Istishna dalam Rp. 30.000.000.000,-
Penyelesaian
Rekening PT. MSS Rp. 30.000.000.000,-

2. Tanggal 30 Juni 2008 Bank menerima tagihan dan dilakukan pembayaran Termin II kepada PT. MSS
sebesar Rp. 20.000.000.000,-

Aktiva Istishna dalam Rp. 20.000.000.000,-


Penyelesaian
Rekening PT. MSS Rp. 20.000.000.000,-

3. Tanggal 21 Desember 2008 PT MSS menyerahkan 350 unit rumah yang sudah siap pakai kepada
Bank dengan nilai persediaan (350 x 120.000.000 = Rp. 42.000.000.000,-).

Persediaan/Aktiva istishna Rp. 30.000.000.000,-


Aktiva Istishna dalam Rp. 30.000.000.000,-
Penyelesaian

4. Tanggal 28 Desember Bank menyerahkan 350 unit rumah kepada PNS dan Guru bernomor urut 1 –
350.

Piutang istishna Rp. 54.600.000.000,-


Persediaan/Aktiva istishna Rp. 42.000.000.000,-
Margin istishna Tangguhan Rp. 12.600.000.000,-

5. Tanggal 22 Februari 2009 Bank menerima tagihan dan dilakukan pembayaran termin III kepada PT.
MSS sebesar Rp. 10.000.000.000,-

Aktiva Istishna dalam Rp. 10.000.000.000,-


Penyelesaian
Rekening PT. MSS Rp. 10.000.000.000,-
6. Tanggal 18 Juni 2009 MSS menyerahkan 150 unit rumah siap pakai kepada Bank dengan nilai
persediaan (150 x 120000.000 = Rp. 18.000.000.000,-)

Persediaan/Aktiva istishna Rp. 18.000.000.000,-


Aktiva Istishna dalam Rp. 18.000.000.000,-
Penyelesaian

7. Tanggal 25 Juni 2009 Bank menyerahkan 150 unit rumah siap pakai kepada PNS dan Guru bernomor
urut 351-500.

Piutang istishna Rp. 23.400.000.000,-


Persediaan/Aktiva istishna Rp. 18.000.000.000,-
Margin istishna Tangguhan Rp. 5.400.000.000,-

8. Pembayaran angsuran sama dengan jurnal pembayaran anggaran dalam Murabahah, sebagai berikut :

a. Penerimaan secara kas/tunai pembayaran angsuran oleh nasabah sebesar Rp. 2.600.000,- / bulan
(pokok Rp. 2.000.000 dan keuntungan Rp. 600.000)

Rekening Nasabah Rp. 2.600.000,-


Rekening PT. MSS Rp. 2.600.000,-

Margin istishna Tangguhan Rp.


600.000,-
Pendapatan istishna Rp.
600.000,-
b. Pengakuan pendapatan atas angsuran yang tidak diterima (menunggak) yang dilakukan pada akhir
bulan (jika menggunakan accrual basis)

Piutang istishna jth tempo Rp. 2.600.000,-


Piutang istishna Rp. 2.600.000,-

Margin istishna Tangguhan Rp.


600.000,-
Piutang istishna Rp.
600.000,-

c. Penerimaan secara kas pembayaran angsuran yang menunggak.

Rekening Nasabah Rp. 2.600.000,-


Piutang istishna Jatuh Tempo Rp. 2.600.000,-

Ilustrasi 4. Penyelesaian Awal

Dalam catatan administrasi pembiayaan BPRS AMWALUNA tercatat bahwa piutang istishna dari nasabah Saudari
NABILA adalah Rp. 900.000.000,- yang akan jatuh tempo tanggal 30 Juni 2008. Piutang tersebut terdiri dari harga
pokok barang pesanan Rp. 650.000.000,- dan margin istishna yang belum direalisasikan sebesar Rp. 250.000.000,-.
Tanggal 21 Juni 2008 Sdri.NABILA melunasi seluruh pembiayaan istishna kepada BPRS AMWALUNA (LEBIH
CEPAT 9HARI DARI JATUH TEMPO).Atas perhitungan terhadap saldo pembiayaan dan kondisi Internal BPRS
AMWALUNA, maka Sdri. Nabila diberi potongan pembayaran Rp. 100.000.000,-. Jurnal-jurnal berkaitan dengan
transaksi tersebut antara lain:
1. Jika pada saat penyelesaian, BPRS AMWALUNA mengurangi piutang istishna dan
margin/pendapatan istishna.
Kas Rp. 800.000.000,-
Margin istishna Tangguhan Rp. 250.000.000,-
Pendapatan istishna Rp. 150.000.000,-
Piutang istishna Rp. 900.000.000,-

2. Jika setelah Penyelesaian, BPRS AMWALUNA terlebih dahulu menerima pelunasan


piutang istishna dari Sdri. NABILA, kemudian BPRS membayar muqosah kepada nasabah
dengan mengrangi keuntungan istishna.
Kas/ Rekening Nasabah Rp. 900.000.000,-
Margin istishna Tangguhan Rp. 250.000.000,-
Pendapatan istishna Rp. 250.000.000,-
Piutang istishna Rp. 900.000.000,-

Beban Muqosah Istishna Rp. 100.000.000,-


Kas/ Rekening NABILA Rp. 100.000.000,-

Ilustrasi 5. Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan

Tuan Fajar memesanrumah melalui Bank Syariah AMWALUNA dengan akad Istishna senilai Rp. 500.000.000,-.
Pada akhir masa akad ternyata terdapat perubahan harga material sehingga mengakibatkan nilai kontrak
berubah dan hal tersebut sudah disepakati dalam akad. Nilai rumah yang dipesan oleh Tuan Fajar
menjadi Rp. 600.000.000,- sebagai akibat penyesuaian harga-harga material meningkat. Maka Bank
Syariah AMWALUNA mencatat klaim tambahan sesuai dengan kesepakatan:
Biaya Istishna (klaim tambahan) Rp. 100.000.000,-
Pendapatan istishna Rp. 100.000.000,-

Dalam kasus ini, Bank tidak memperhitungkan tambahan margin sehubungan kenaikan harga material walaupun
harga pokok barang berubah.Hal ini sesuai dengan kesepakatan Tuan Fajar dan Bank dimana perubahan harga-harga
material diakomodasi namun tidak mempengaruhi margin istishna yang diterima oleh Bank.
Ilustrasi 6. LKS Sebagai Pembeli

Dalam PSAK 104 khususnya paragraf 36 – 42 menjelaskan akuntansi Istishna dari sudut pandang pembeli, antara
lain:
1. Pembeli mengakui aset Istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih
oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.
2. Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh lebih
dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai
beban istishna tangguhan.
3. Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan
hutang istishna.
4. Jika barang terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan
mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian
proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika
diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Biaya Kerugian Keterlambatan xx
Kas/ Hutang/ Rekenang xx
Pembelian

Pada saat yang sama, LKS juga mengajukan klaim kepada sub kontraktor selaku penjual dan mencatat
dalam jurnal sebagai berikut:

Piutang Istishna Jatuh Tempo xx


Pendapatan Nonoperasi xx

5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual,
maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada
penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Piutang Istishna Jatuh Tempo xx
Aktiva Istishna xx

Beban penyisihan Kerugian Piutang xx


Penyisihan Piutang Istishna xx
6. Jika pembeli menerima barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi maka barang tersebut
diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang
terjadi diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi LKS pada periode berjalan.
Kerugian Penurunan Aktiva Istishna xx
Persediaan/ Aktiva Istishna xx

7. Dalam Istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi, maka barang akan dinilai rendah antara nilai wajar dan harga
pokok Istishna.Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

Ilustrasi7. Beban Pemeliharaan dan Penjaminan Barang Pesanan

Biaya perawatan dan jaminan dari barang pesanan dapat dicatat dengan menggunakan metode berikut:

1. Accrual Basis, yaitu biaya perawatan dan jaminan yang diperkirakan akan terjadi untuk
masing-masing periode dihitung dan disesuaikan dengan pendapatan Istishna yang diakui
untuk periode yang sama. Ketika terjadi pengeluaran biaya perawatan dan jaminan, maka
biaya bisa dibebankan dengan menggunakan perkiraan “Cadangan Perawatan dan Jaminan”.
2. Cash basis, yaitu perawatan dan jaminan yang dibebankan pada
pendapatan Istishna untuk periode berjalan laporan keuangan saat terjadinya transaksi.
Accrual basis dipilih transaksi Istishna karena memberikan perhitingan perkiraan lebih baik dari pendapatan dan
biaya. Sedaangkan Cash basis dipilih untuk kontrak Istishna paralel berdasar prinsip materialitas karena terdapat
biaya-biaya yang ditanggung sub kontraktor. Pada transaksi Istishna, LKS dapat membentuk penyisihan sebesar
perkiraan biaya pemeliharaan dan penjaminan. Jurnal yang dicatat:
Beban penyisihan Aktiva Istishna xx
Penyisihan Aktiva Istishna xx

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Rifqi. 2008. Akuntansi Keuangan Syariah. Depok. B3EI FEUI
About these ads

Anda mungkin juga menyukai