Akuntansi Transaksi Istishna
Akuntansi Transaksi Istishna
Menurut jumhur ulama fuqaha, bai’ alistishna merupakan suatu jenis khusus dari bai’ assalam.Biasanya jenis ini
dibidang manufaktur.Dengan demikian ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan bai’ assalam. Produk
istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapakali pembayaran.
Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan no.104, Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara pemesan (pembeli, mustashni’) dengan penjual (pembuat,
shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai
shani’.
Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan (mashnu’) sesuai
spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.Ketentuan harga barang
pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
c) harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya.
Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual.Jikabarang
pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.
Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’. Jika entitas bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga
dengan cara istishna’ maka hal ini disebut istishna’ paralel.
istishna’ paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara entitas dan pembeli akhir, tidak bergantung
(mu’allaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain
b) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian
akad.
Akuntansi transaksi istishna dari sudut pandang penjual antara lain sebagai berikut :
1) Bila suatu akad istishna mencakup sejumlah aset pengakuan dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu akad
yang terpisah jika:
b. Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dimana penjual dan pembeli dapat menerima atau menolak
bagian akad yang berhubungan dengan masing-masing aset tersebut, dan
c. Biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan
2) Suatu kelompok akad istishna, dengan satu atau beberapa pembeli harus diperlakukan sebagai satu akad istishna
jika:
b. Akad tersebut berhubungan erat sekali,sebetulnya akad tersebut merupakan bagian dari akad tunggal dengan
suatu margin keuntungan dan
3) Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna terpisah, tambahan aset tersebut diperlakukan sebagai
akad yang terpisah jika :
a. Aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna awal dalam desain,teknologi atau
fungsi ; atau
b. Harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna awal
1) Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode presentase penyelesaian atau metode akad selesai.
Akad dikatakan selesai jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli
a. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui
sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan
b. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan pada aset istishna dalam
penyelesaian; dan
c. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan
periode tersebut.
3) Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak dengan ditentukan secara
rasional pada akhir periode laporan keuangan maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
b. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
c. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai; dan
d. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian
pekerjaan.
1) Jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari
satu tahun dari penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Margin keuntungan pendapatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna dilakukan secara tunai diakui
sesuai persentase penyelesaian; dan
b. Selisih antara nilai akad dengan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara
proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran. Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf 24-25 PSAK
102 : Akuntansi Murabahah
Meskipun istishna dilakukan dengan pembayaran tangguh, penjual harus menentukan nilai tukar istishna
pada saat penyerahan barang pesanan sebagai dasar untuk mengakui margin keuntungan terkait dengan
proses pembuatan barang pesanan. Margin ini menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan pada proses
pembuatan barang pesanan. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai akad dalam istishna dengan
pembayaran langsung adalah harga yang disepakati antara penjual dan pembeli akhir. Hubungan antara
biaya perolehan, nilai tunai, dan nilai akad diuraikan dalam contoh sebagai berikut:
2) Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun dari
penyerahan barang pesanan maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna dilakukan secara tunai, diakui
pada saat penyerahan barang pesanan
b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara
proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran
3) Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna dan termin istishna (istishna billing) pada
pos lawannya.
Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi istishna dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam
akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian pembuatan barang pesanan.
a. Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan
b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad
Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad disepakati.
Namun jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan.
2) Biaya perolehan istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aset istishna dalam
penyelesaian pada saat terjadinya.
Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya
istishna
b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad
c. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada
2) Biaya perolehan istishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan
dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Penyelesaian Awal
Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual memberikan potongan, maka
potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan istishna.
Pengurangan pendapatan istishna akibat penyelesaian awal piutang istishna dapat diperlakukan sebagai :
a) Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat pembayaran; atau
b) Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah
menerima pembayaran piutang istishna secara keseluruhan
Pengaturan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan biaya istishna akibat perubahan pesanan dan tagihan
tambahan adalah sebagai berikut :
a) Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual dan pembeli ditambahkan kepada
pendapatan istishna dan biaya istishna;
b) Jika kondisi pengenaan setiap tagihan tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi, maka jumlah biaya setiap
tagihan tambahan yang diakibatkan oleh setiap tagihan akan menambah biaya istishna; sehingga pendapatan istishna
akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya akibat klaim tambahan
c) Perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna paralel, akan tetapi biaya perubahan pesanan dan
tagihan tambahan ditentukan oleh produsen atau kontraktor dan disetujui penjual berdasarkan akad istishna paralel.
c) Jumlah laba yang diharapkan dari akad yang tidak diperlakukan sebagai suatu akad tunggal sesuai paragraf.
2. Akuntansi Pembeli
Akuntansi transaksi istishna dari sudut pandang pembeli antara lain sebagai berikut:
a) Pembeli mengakui aset istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan
sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.
b) Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui
sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya
perolehan tunai diakui sebagai beban istishna tangguhan.
c) Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan hutang istishna.
d) Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan pejual dan mengakibatkan kerugian
pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika
kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
e) Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak memperoleh
kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali
diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk pentisihan kerugian piutang.
f) Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut
diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai
kerugian pada periode berjalan
g) Dalam istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok
istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
D. Penyajian
a. Piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir
b. Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir
a. Hutang istishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi
i. Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna paralel; atau
E. Pengungkapan
1) Penjual mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
a. Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan dan keuntungan kontrak istishna;
b. Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang berjalan;
c. Rincian piutang istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis mata uang, dan kualitas piutang;
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
a. Pembuat/produsen
b. Pemesan/pembeli
3. Sigot
a. Serah (ijab)
b. Terima (qabul)
b. Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara
objektif;
2. Beban umum dari administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dari pengembangan tidak termasuk dalam
biaya istishna.
3. Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dari diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad
ditandatangani, tetapi jika akad tidak ditandatangani, maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan; dari
4. Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian
pada saat terjadinya.
b) Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang dialokasikan secara
obyektif ; dan
c) Semua biaya akibat sub-kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada;
b. Biaya istishna paralel diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari sub-
kontraktor sebesar jumlah tagihan.
5. Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir diakui sebagai piutang istishna dari sebagai termin
istishna (istishna billing) pada pos lawannya.
6. Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dari pembeli akhir; termasuk
margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan istishna dari harga pokok istishna.
Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau metode akad selesai.
a. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut diakui
sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan;
b. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aktiva istishna
dalam penyelesaian; dari
c. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan
periode tesebut.
8. Jika estimasi persentase penyelesaian akad dari biaya untuk penyelesaian tidak dapat ditentukan secara rasional
pada akhir periode laporan keuangan, maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
b. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
c. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai; dari
d. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dari keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian
pekerjaan.
9. Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dari bank memberikan potongan, maka
bank menghapus sebagian keuntungannya sebagai akibat penyelesaian awal tersebut.
10. Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal piutang istishna dapat diperlakukan sebagai:
a. Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat pembayaran; atau
b. Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah
menerima pembayaran piutang istishna secara keseluruhan.
1. Bank mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dari
sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.
2. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan
kerugian bank,maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual.
Apabila kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh
tempo kepada sub-kontraktor.
3. Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur
dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dari biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian
pada periode berjalan.
4. Dalam istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dari harga pokok
istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
5. Jika secara substansi terdapat transaksi bank syariah yang mengadakan/membeli barang pesanan dengan cara
istishna dan menjual dengan cara murabahah sehingga menimbulkan tenggang waktu yang lama (lebih dari 1 tahun)
antara waktu penyelesaian barang pesanan yang dikonstruksi dan waktu pelunasan tagihan bank dari pembeli akhir
maka pengakuan pendapatannya mengikuti ketentuan transaksi murabahah.
JURNAL STANDAR
(Dr) Kas XX
(Cr) Piutang Istishna XX
Maka,tidak ada jurnal, karena metode ini mengakui pendapatan istishna hanya pada akhir masa kontrak.
i. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode persentase.
j. Pengakuan kerugian pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode persentase.
k. Pengakuan keuntungan pada akhir masa kontrak dengan menggunakan metode akad selesai.
1. Akuntansi Pembeli
1. Saat pembeli menerima garansi penyelesaian proyek
Kas xx
Kas xx
Persediaan xx
Piutang kontraktor xx
Kas xx
Persediaan xx
Kas xx
Beban pra-akad xx
Beban istishna yang ditangguhkan xx
1. Saat LKS menerima garansi penyelesaian proyek
Kas xx
Kas xx
Persediaan xx
Piutang kontraktor xx
Kas xx
Persediaan xx
Kas xx
Piutang istishna xx
1. Pembeli menolak barang pesanan (nilai perolehan < nilai wajar)
Kerugian aktiva istishna xx
Aktiva istishna dalam penyelesaian xx
1. Bila aktiva istishna yang dipesan LKS kepada sub-kontraktor tidak sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan (LKS telah menerima aktiva) oleh pemesan akhir dan bank
harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memenuhi spesifikasi
Persediaan xx
1 November 2008: BPRS Rizki Ilahi menerima 300 unit rumah yang dipesan dari CV.
Griya Estetika sehingga nilai persediaan yang diterima adalah Rp 5.700.000.000,- (300 x Rp
19.000.000,- per unit)
Persediaan istishna Rp 5.700.000.000,-
Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp 5.700.000.000,-
11 November 2008: BPRS Rizki Ilahi menyerahkan 300 unit rumah kepada DD
Republika sehingga nilai jual yang diserahkan adalah Rp 6.000.000.000,- (300 x Rp
20.000.000,- per unit)
Hutang istishna Rp 6.000.000.000,-
Persediaan Rp 5.700.000.000,-
Persediaan Rp 3.800.000.000,-
Kas Rp 100.000.000,-
PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna membahas tentang akuntansi istishna dan istishna paralel dari sudut pandang
LKS sebagai penjual dan pembeli. Dalam hal mengenai proses/alur tagihan (billing) istishna adalah sub-kontraktor
akan melakukan penagihan atas barang pesanan kepada LKS dan selanjutnya LKS melakukan penagihan kepada
pemesan atau pembeli akhir.
Sedangkan pada PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna bagian pengakuan dan pengukuran akuntansi untuk penjual
menjelaskan bahwa biaya perolehan istishna terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri
dari bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan. Biaya tidak langsung terdiri dari
biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad.Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad disepakati.Tetapi bila akad tidak disepakati, maka biaya tersebut
dibebankan di periode berjalan.Biaya perolehan istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui
sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta
biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna.
Biaya perolehan istishna paralel terdiri dari biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau
kontraktor kepada entitas; biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad; dan
semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, bila ada. Biaya
perolehanistishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari
produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Dengan menggunakan kasus UJKS TIJARAH yang melakukan pesanan pembangunan SDIT Anak Soleh.
Sesuai informasi diatas maka tahun pertama mengeluarkan biaya Rp. 200.000.000,- dan tahun kedua Rp.
100.000.000,-, dengan begitu perhitungannya sebagai berikut:
Pada saat UJKAS TIJARAH menerima gedung yang selsesai dibangun, jurnalnya sebagai berikut:
Pada saat penyelesaian akad dan penyerahan barang dari UJKS TIJARAH kepada SDTI Anak Sholeh sebagai
pembeli akhir, jurnal yang dibuat adalah:
Jika menggunakan kasus UJKS TIJARAH maka metode akad selesai bisa digunakan untuk melakukanperhitungan
sebagai berikut:
Contoh:
Trnsaksi istishna paralel antara UJKAS TIJARAH, SDIT Anak Sholeh dan CV. Bangun Indonesia.
Akad Istishna Akad Istishna paralel
(Nilai Rp 300jt)
(Nilai Rp 750 jt)
Atas perhitungan diatas maka jurnal yang yang dibuat UJKS TIJARAH adalah sebagai berikut:
a. Tahun I Tahun II
Aktiva istishna dalam Rp. 200.000.000,- Rp. 100.000.000,-
penyelesaian
Hutang Istishna Rp. 200.000.000,- Rp. 100.000.000,-
b. Tahun I Tahun II
Piutang Istishna Rp. 500.000.000,- Rp. 250.000.000,-
Termin Istishna Rp. 500.000.000,- Rp. 250.000.000,-
c. Tahun I Tahun II
Kas Rp. 450.000.000,- Rp. 300.000.000,-
Piutang Istishna Rp. 450.000.000,- Rp. 300.000.000,-
d. Tahun I Tahun II
Hutang Istishna Rp. 150.000.000,- Rp. 150.000.000,-
Kas Rp. 150.000.000,- Rp. 150.000.000,-
Luas Bangunan : 45 m2
Genting : Asbes
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut, Bank Syariah KARISMA melakukan pemesanan
kepadaPT.MSS sebagai kontraktor untuk melaksanakan pembangunan perumahan di Komplek AKMIL CAWANG
sejumlah 500 unit.
Informasi tambahan:
1. Pada bulan ke-12 (Desember 2008), PT. MSS berhasil menyelesaikan 350 unit rumah yang dipesan Bank dan
segera diserahkan ke pada Bank 150 rumah berikutnya yang direncanakan akan diterima bulan ke-18 (Juni 2009).
2. Pada waktu yang sama rumah tersebut segera diserahkan kepada para pembeli (PNS dan Guru) sesuai nomor
antrian pembelian rumah (1 – 350).
2. Tanggal 30 Juni 2008 Bank menerima tagihan dan dilakukan pembayaran Termin II kepada PT. MSS
sebesar Rp. 20.000.000.000,-
3. Tanggal 21 Desember 2008 PT MSS menyerahkan 350 unit rumah yang sudah siap pakai kepada
Bank dengan nilai persediaan (350 x 120.000.000 = Rp. 42.000.000.000,-).
4. Tanggal 28 Desember Bank menyerahkan 350 unit rumah kepada PNS dan Guru bernomor urut 1 –
350.
5. Tanggal 22 Februari 2009 Bank menerima tagihan dan dilakukan pembayaran termin III kepada PT.
MSS sebesar Rp. 10.000.000.000,-
7. Tanggal 25 Juni 2009 Bank menyerahkan 150 unit rumah siap pakai kepada PNS dan Guru bernomor
urut 351-500.
8. Pembayaran angsuran sama dengan jurnal pembayaran anggaran dalam Murabahah, sebagai berikut :
a. Penerimaan secara kas/tunai pembayaran angsuran oleh nasabah sebesar Rp. 2.600.000,- / bulan
(pokok Rp. 2.000.000 dan keuntungan Rp. 600.000)
Dalam catatan administrasi pembiayaan BPRS AMWALUNA tercatat bahwa piutang istishna dari nasabah Saudari
NABILA adalah Rp. 900.000.000,- yang akan jatuh tempo tanggal 30 Juni 2008. Piutang tersebut terdiri dari harga
pokok barang pesanan Rp. 650.000.000,- dan margin istishna yang belum direalisasikan sebesar Rp. 250.000.000,-.
Tanggal 21 Juni 2008 Sdri.NABILA melunasi seluruh pembiayaan istishna kepada BPRS AMWALUNA (LEBIH
CEPAT 9HARI DARI JATUH TEMPO).Atas perhitungan terhadap saldo pembiayaan dan kondisi Internal BPRS
AMWALUNA, maka Sdri. Nabila diberi potongan pembayaran Rp. 100.000.000,-. Jurnal-jurnal berkaitan dengan
transaksi tersebut antara lain:
1. Jika pada saat penyelesaian, BPRS AMWALUNA mengurangi piutang istishna dan
margin/pendapatan istishna.
Kas Rp. 800.000.000,-
Margin istishna Tangguhan Rp. 250.000.000,-
Pendapatan istishna Rp. 150.000.000,-
Piutang istishna Rp. 900.000.000,-
Tuan Fajar memesanrumah melalui Bank Syariah AMWALUNA dengan akad Istishna senilai Rp. 500.000.000,-.
Pada akhir masa akad ternyata terdapat perubahan harga material sehingga mengakibatkan nilai kontrak
berubah dan hal tersebut sudah disepakati dalam akad. Nilai rumah yang dipesan oleh Tuan Fajar
menjadi Rp. 600.000.000,- sebagai akibat penyesuaian harga-harga material meningkat. Maka Bank
Syariah AMWALUNA mencatat klaim tambahan sesuai dengan kesepakatan:
Biaya Istishna (klaim tambahan) Rp. 100.000.000,-
Pendapatan istishna Rp. 100.000.000,-
Dalam kasus ini, Bank tidak memperhitungkan tambahan margin sehubungan kenaikan harga material walaupun
harga pokok barang berubah.Hal ini sesuai dengan kesepakatan Tuan Fajar dan Bank dimana perubahan harga-harga
material diakomodasi namun tidak mempengaruhi margin istishna yang diterima oleh Bank.
Ilustrasi 6. LKS Sebagai Pembeli
Dalam PSAK 104 khususnya paragraf 36 – 42 menjelaskan akuntansi Istishna dari sudut pandang pembeli, antara
lain:
1. Pembeli mengakui aset Istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih
oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.
2. Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh lebih
dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai
beban istishna tangguhan.
3. Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan
hutang istishna.
4. Jika barang terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan
mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian
proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika
diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Biaya Kerugian Keterlambatan xx
Kas/ Hutang/ Rekenang xx
Pembelian
Pada saat yang sama, LKS juga mengajukan klaim kepada sub kontraktor selaku penjual dan mencatat
dalam jurnal sebagai berikut:
5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual,
maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada
penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Piutang Istishna Jatuh Tempo xx
Aktiva Istishna xx
7. Dalam Istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi, maka barang akan dinilai rendah antara nilai wajar dan harga
pokok Istishna.Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Biaya perawatan dan jaminan dari barang pesanan dapat dicatat dengan menggunakan metode berikut:
1. Accrual Basis, yaitu biaya perawatan dan jaminan yang diperkirakan akan terjadi untuk
masing-masing periode dihitung dan disesuaikan dengan pendapatan Istishna yang diakui
untuk periode yang sama. Ketika terjadi pengeluaran biaya perawatan dan jaminan, maka
biaya bisa dibebankan dengan menggunakan perkiraan “Cadangan Perawatan dan Jaminan”.
2. Cash basis, yaitu perawatan dan jaminan yang dibebankan pada
pendapatan Istishna untuk periode berjalan laporan keuangan saat terjadinya transaksi.
Accrual basis dipilih transaksi Istishna karena memberikan perhitingan perkiraan lebih baik dari pendapatan dan
biaya. Sedaangkan Cash basis dipilih untuk kontrak Istishna paralel berdasar prinsip materialitas karena terdapat
biaya-biaya yang ditanggung sub kontraktor. Pada transaksi Istishna, LKS dapat membentuk penyisihan sebesar
perkiraan biaya pemeliharaan dan penjaminan. Jurnal yang dicatat:
Beban penyisihan Aktiva Istishna xx
Penyisihan Aktiva Istishna xx
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Rifqi. 2008. Akuntansi Keuangan Syariah. Depok. B3EI FEUI
About these ads