Anda di halaman 1dari 2

D.

Objek Material Pengawasan Syariah Jasa Rahn


1. Pengertian dan Ketentuan Syariah
Rahn adalah pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan,
pihak pemberi pinjaman (bank) dapat menahan barang jaminan atau
menguasai surat bukti kepemilikan aset jaminan sampai pelunasan. Barang
jaminan tidak boleh dimanfaatkan oleh pemberi pinjaman kecuali dengan
izin pemilik barang, dengan tidak mengurangi nilai barang jaminan dan
pemanfaatannya sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.
Besarnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang jaminan tidak
boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Penjualan barang jaminan
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ongkos dan biaya
penyimpanan dan pemeliharaan barang ditanggung oleh pihak penggadai,
penetapan besarnya didasrkan pada pengeluaran riil pemberi pinjaman dan
berdasarkan akad ijarah.
Berikut ketentuan penjualan barang jaminan:
a. Pemberi pinjaman harus memperingatkan pemilik barang untuk segera
melunasi utangnya apabila sudah jatuh tempo;
b. Apabila tidak dilunasi, maka barang jaminan dijual paksa atau dieksekusi
melalui lelang sesuai syariah dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku;
c. Hasil penjualan barang jaminan digunakan untuk melunasi hutang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan;
d. Sisa penjualan menjadi milik pemilik barang dan apabila kurang menjadi
kewajiban pemilik barang (penggadai).
2. Tujuan Pengawasan Syariah
Tujuan pengawasan syariah terhadap jasa rahn adalah untuk
mendapatkan keyakinan atas:
a. Jasa rahn yang diberikan sesuai dengan fatwa DSN-MUI yang berlaku;
b. Penetapan biaya atas jasa rahn tidak mengacu pada suku bunga yang
dikaitkan dengan besarnya pinjaman;
c. Penaksiran barang gadai dan pelelangan barang gadai yang gagal bayar
dilakukan sesuai dengan prinsip syariah dengan memenuhi asas
transparansi dan keadilan.
3. Pengujian Substantif Materi Syariah
Berikut yang dilakukan DPS dalam melakukan pengujian substantif atas
transaksi rahn:
a. Memastikan bahwa pelaksanaan rahn sesuai dengan fatwa DSN-MUI
yang berlaku;
b. Meneliti soal penetapan biaya transaksi tidak mengacu pada suku bunga
yang dikaitkan dengan besarnya pinjaman
c. Meneliti apakah pihak yang melakukan akad rahn telah memenuhi syarat
dan rukun rahn;
d. Meneliti kegiatan penaksiran barang gadai dan pelelangan telah sesuai
dengan prinsip syariah.

Anda mungkin juga menyukai