4.1 Hasil
Hasil dari praktikum ini yaitu
No Gamabr Keteranngan
1 Nama dagang : Proclaim
Bahan aktif : emamektin
benzoat 5%
Volume semprot: 1-2g/10 l
Hama : ulat
Tanaman : pada kubis,
bawang merah cabai
Formuasi : 5 sg
Insektisida adalah salah satu dari jenis pestisida selain jenis fungisida, rodentisida,
herbisida, nematisida, bakterisida, virusida, acorisida, mitiusida, lamprisida dan lain-
lain. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 batasan dari pestisida
adalah semacam zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan
untuk : Memberantas atau mencegah hama, penyakit yang merusak tanaman, bagian
tanaman atau hasil-hasil pertanian. Memberantas gulma. Mematikan daun dan
mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. Mengatur/merangsang pertumbuhan
tanaman atau bagian tanaman (tidak termasuk pupuk). Memberantas atau mencegah
hama luar pada hewan peliharaaan/ternak. Memberantas atau mencegah binatang dan
jasad renik dalam rumah tangga. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang perlu yang dilindungi (Ristyanti,
2008).
Insektisida sebelum sampai ke tangan petani terlebih dahulu harus melalui Komisi
yang tugasnya mengawasi dan memberi izin pemakaian pestisida di Indonesia.
Kompes berada di bawah lindungan Departemen Pertanian dan biasanya ditetapkan
untuk dua kali satu tahun. Ini berarti bahwa pabrik-pabrik pestisida tidak adapt begitu
saja atau secara sembarangan untuk menghasilkan obat pemberantasan hama tersebut
dan memaksakan penggunaannya. Melalui Kompes hanya akan diizinkan impor atau
pembuatan macam-macam pestisida yang hanya dapat menimbulkan bahaya
keracunan yang sekecil-kecilnya terhadap manusia, ternak dan terhadap tanaman.
Posisi dan peran Kompes dapat dilihat seperti gambar dibawah ini: Syarat-syarat
pestisida untuk dijadikan percobaan harus mencakup percobaan formula serta
percobaan crop (pada tanaman). Percobaan harus dilakukan dua kali pada dua lokasi
dengan dua musim (Pracaya, 2007) .
2. Wettable Powders (WP), yaitu dalam bentuk tepung, kering dan agak pekat
ditujukan agar dapat diencerkan dan larut dalam air untuk
disemprotkan. Dibandingkan dengan EC, WP mempunyai toksisitas pada tanaman
yang rendah tetapi kurang baik untuk alat penyemprot karena menyebabkan macet
pada nozzle sehingga perlu pengadukan.
3. Flowable Powder (F), formulasi dalam bentuk padat atau semi padat dan dicampur
dengan formulasi EC kemudian digiling secara basah dengan bahan
pembawa/diluent dan air sehingga diperoleh bahan teknis yang tergiling halus dan
basah seperti puding. Formulasi ini dicampur dengan air untuk dapat disemprotkan,
dan harus selalu diaduk agar tidak terjadi pengendapan.
6. Dust (D), formulasi ini dalam bentuk debu, tidak efektif bila digunakan dalam
kondisi berangin karena sedikit yang mengenai sasaran dan bayak yang tertiup angin,
berbahaya bagi imago parasitoid ordo hymenoptera.
7. Granules (G), yaitu dalam bentuk butiran dalam aplikasinya cukup dibenamkan
dalam tanah di sekitar pangkal akar tanaman atau disebarkan di sekitar tanaman,
formulasi ini efektif untuk mengendalikan hama di tanah.
8. Aerosol (A), formulasi ini dibuat dengan cara insektisida dilarutkan dalam zat
pelarut berupa minyak yang menguap. Larutan kemudian diberi tekanan udara dalam
kaleng dengan gas propelan seperti karbondioksida atau fluorokarbon, apabila
disemprotkan larutan akan menjadi partikel-partikel yang sangat kecil dan secara
cepat menguap meninggalkan droplet-droiplet mikroskopik di udara. Formulasi ini
biasanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, di pekarangan atau di rumah
kaca.
Tepat Mutu
Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu baik. Untuk itu agar dipilih
pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Jangan menggunakan
pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena
efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Pestisida
yang terdaftar dan diijinkan beredar di Indonesia kemasannya diharuskan
menggunakan bahasa Indonesia.
Tepat Jenis Pestisida
Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT
pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar dipilih jenis pestisida yang
dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman.
Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
Dosis adalah jumlah pestisida yang dicampurkan atau diencerkan dengan air
digunakan untuk menyemprot hama atau penyakit tanaman dengan luas tertentu.
Pengertian inilah sebenarnya yang dimaksud dengan tulisan “dosis” pada label
kemasan pestisida. Ada beberapa satuan dalam menuliskan dosis.
Fungisida TORTORA, misalnya, tertulis dosisnya 3 – 5 g / 10 liter air; artinya dalam
10 liter air bisa dicampurkan 3 – 5 g TORTORA. Pengertian serupa juga berlaku
untuk fungisida DELAMIX 300 EC yang mempunyai dosis pemakaian 10 – 15 ml /
10 liter air, dan insektisida ASPRIL 100 EC dengan dosis pemakaian 10-15 ml/10
liter air (Semangun, 1996).
Melihat adanya tiga pengertian yang hampir sama tentang konsentrasi maka para
pemakai pestisida hendaknya membaca terlebih dahulu sebelum menggunakannya.
Konsentrasi formulasi insektisida POSTRIN 1,5 – 33 cc/l air artinya dalam 1 liter air
bisa dicampurkan 1,5-33 cc POSTRIN. Konsentrasi bahan aktif insektisida ASMEC
36 EC 0,12 % artinya dalam 10 liter air bisa dicampurkan 12 ml ASMEC 36 EC.
Konsentrasi larutan herbisida FOSTER 3.000 ppm artinya dalam 1 liter air bisa
dicampurkan 3 ml FOSTER (1000 ppm = 0,1 %) (Ristyanti, 2008).
Volume semprot selama ini banyak yang mengartikan volume semprot secara salah.
Umumnya mereka mengartikan volume semprot hanya merupakan volume air
pencampur pestisida saja. Padahal sebenarnya yang dimaksud dengan volume
semprot adalah volume akhir, yaitu jumlah campuran air dengan pestisida yang
disemprotkan. Ambil misal fungisida ROMANIL yang mempunyai konsentrasi
formulasi 2 gram/l air dengan volume semprot 500 gr/ha. Banyaknya fungisida itu
untuk penyemprotan luasan 1 ha adalah 1 kg (1000 gram); maka jumlah air
pencampur yang perlu ditambahkan hanya 499 liter. Jadi, total bila keduanya
dijumlahkan menjadi 500 liter. Jumlah yang terakhir itulah yang dimaksud dengan
volume semprot (Semangun, 1996).