Anda di halaman 1dari 10

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil dari praktikum ini yaitu
No Gamabr Keteranngan
1 Nama dagang : Proclaim
Bahan aktif : emamektin
benzoat 5%
Volume semprot: 1-2g/10 l
Hama : ulat
Tanaman : pada kubis,
bawang merah cabai
Formuasi : 5 sg

2 Nama dagang : carbavin


Kosentrasi : 2-4 g/l
Bahan aktif : karbaril 85%
Volume semprot: 600 l/ha
Hama :lalat daun
Formuasi :85wp
3 Nama dagang : Decis
Kosentrasi :0,3
Bahan aktif :deltametin
Dosis :1 ml/ha
Hama :belalang
Tanaman :sayuran

4 Nama dagang :Arrivo 30 Ec


Kosentrasi :30g/l
Bahan aktif :siper metrin
Volume semprot: 1-4 ml/l
Hama :ulat grayap
Tanaman :bawang merah

5 Nama dagang : matador


Kosentrasi :1-2 ml/l
Bahan aktif :lamda sehalatrin
25 g/l
Dosis :1-2 m/l
Hama :ulat grayap
Tanaman :bawang merah
danputih
6 Nama dagang : servin
Kosentrasi :1,5 kg/ha
Bahan aktif :barbavin
Dosis : 400-500 l/ha
Hama :belalang
Tanaman :jagung
Formuasi :85 s

7 Nama dagang : ambush


Kosentrasi :0,5-1 ml/l
Bahan aktif :permetvin 20 g/l
Hama :penghisap daun
Formuasi :der

8 Nama dagang : marshal


Kosentrasi :1-2g//l
Bahan aktif :karbo sulfan 200
Dosis :400-600 l/ha
Hama :ulat grayap
Formuasi : 200 Ec
9 Nama dagang : pegasus
Bahan aktif :diafentiaron
Volume semprot: 0,5-2m/l
Dosis :0,25-1l/ha
Hama :pada kentang dan
kubis

10 Nama dagang : bactospeine


Kosentrasi :1g/l
Bahan aktif :bacilluc+heriny
Dosis :300-600 l/ha
Hama :perusak daun
Formuasi :WP
4.2 Pembahasan

Insektisida adalah salah satu dari jenis pestisida selain jenis fungisida, rodentisida,
herbisida, nematisida, bakterisida, virusida, acorisida, mitiusida, lamprisida dan lain-
lain. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 batasan dari pestisida
adalah semacam zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan
untuk : Memberantas atau mencegah hama, penyakit yang merusak tanaman, bagian
tanaman atau hasil-hasil pertanian. Memberantas gulma. Mematikan daun dan
mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. Mengatur/merangsang pertumbuhan
tanaman atau bagian tanaman (tidak termasuk pupuk). Memberantas atau mencegah
hama luar pada hewan peliharaaan/ternak. Memberantas atau mencegah binatang dan
jasad renik dalam rumah tangga. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang perlu yang dilindungi (Ristyanti,
2008).

Insektisida sebelum sampai ke tangan petani terlebih dahulu harus melalui Komisi
yang tugasnya mengawasi dan memberi izin pemakaian pestisida di Indonesia.
Kompes berada di bawah lindungan Departemen Pertanian dan biasanya ditetapkan
untuk dua kali satu tahun. Ini berarti bahwa pabrik-pabrik pestisida tidak adapt begitu
saja atau secara sembarangan untuk menghasilkan obat pemberantasan hama tersebut
dan memaksakan penggunaannya. Melalui Kompes hanya akan diizinkan impor atau
pembuatan macam-macam pestisida yang hanya dapat menimbulkan bahaya
keracunan yang sekecil-kecilnya terhadap manusia, ternak dan terhadap tanaman.
Posisi dan peran Kompes dapat dilihat seperti gambar dibawah ini: Syarat-syarat
pestisida untuk dijadikan percobaan harus mencakup percobaan formula serta
percobaan crop (pada tanaman). Percobaan harus dilakukan dua kali pada dua lokasi
dengan dua musim (Pracaya, 2007) .

Apabila percobaan-percobaan menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan


pemakaiannya, maka pada tindakan selanjutnya oleh Kompes, pestisida-pestisida
akan dimasukkan dalam daftar putih untuk iberikan izin sementara (1 tahun) atau izin
tetap (5 tahun). Pengadaan pestisida, khususnya insektisida tidak boleh dilakukan
secara gegabah, para pemakai (petani) ketika menggunakan insektisida harus:
Memperhatikan etiket pada tempat penyimpanan insektisida (kaleng, botol,
bungkusan/ plastik) dari pabrik pembuatnya. Perhatikan etiket tentang tata cara
penggunaan/keterangan mengenai insektisida. Kerusakan pada tempat penyimpanan
(kaleng, botol, bungkusan/plastik), sebaiknya tidak usah dibeli (Ristyanti, 2008).

(Pracaya, 2007) membagi formulasi insektisida sebagai berikut:

1. Emulsifiable Concentrates (EC), yaitu formulasi yang paling banyak diproduksi,


terdiri atas campuran bahan aktif, perantara/emulsi (emulsifier), suatu emulsi minyak-
dalam-air terbentuk bila formulasi ini dicampur dengan air akan terbentuk cairan
seperti susu. Emulsifier memungkinkan melarutkan bahan kimia yang sukar larut
dalam air, mengurangi tekanan permukaan dari semprotan sehingga dapat lebih
menyebar dan membasahi permukaan yang disemprot sehingga memungkinkan
terjadinya kontak yang lebih baik dengan kutikula serangga.

2. Wettable Powders (WP), yaitu dalam bentuk tepung, kering dan agak pekat
ditujukan agar dapat diencerkan dan larut dalam air untuk
disemprotkan. Dibandingkan dengan EC, WP mempunyai toksisitas pada tanaman
yang rendah tetapi kurang baik untuk alat penyemprot karena menyebabkan macet
pada nozzle sehingga perlu pengadukan.

3. Flowable Powder (F), formulasi dalam bentuk padat atau semi padat dan dicampur
dengan formulasi EC kemudian digiling secara basah dengan bahan
pembawa/diluent dan air sehingga diperoleh bahan teknis yang tergiling halus dan
basah seperti puding. Formulasi ini dicampur dengan air untuk dapat disemprotkan,
dan harus selalu diaduk agar tidak terjadi pengendapan.

4. Soluble Powder (SP), formulasi berbentuk bubuk kering ditambah dengan


bahan inert(membantu pelekatan) dan bahan pembantu untuk menyebarkan pada
permukaan tanaman. Formulasi ini dapat larut dalam air dan mengandung 75-95%
bahan aktif. Formulasi ini dapat diaplikasikan sebagai racun kontak maupun racun
perut, adanya inert maka dapat diaplikasikan pada musim penghujan.
5. Solutions (S), formulasi ini jarang digunakan untuk tanaman karena fitotoksitas
yang tinggi. Umumnya digunakan utnuk mengendalikan serangga yang menyerang
ternak, jentik-jentik nyamuk yang ada pada permukan air.

6. Dust (D), formulasi ini dalam bentuk debu, tidak efektif bila digunakan dalam
kondisi berangin karena sedikit yang mengenai sasaran dan bayak yang tertiup angin,
berbahaya bagi imago parasitoid ordo hymenoptera.

7. Granules (G), yaitu dalam bentuk butiran dalam aplikasinya cukup dibenamkan
dalam tanah di sekitar pangkal akar tanaman atau disebarkan di sekitar tanaman,
formulasi ini efektif untuk mengendalikan hama di tanah.

8. Aerosol (A), formulasi ini dibuat dengan cara insektisida dilarutkan dalam zat
pelarut berupa minyak yang menguap. Larutan kemudian diberi tekanan udara dalam
kaleng dengan gas propelan seperti karbondioksida atau fluorokarbon, apabila
disemprotkan larutan akan menjadi partikel-partikel yang sangat kecil dan secara
cepat menguap meninggalkan droplet-droiplet mikroskopik di udara. Formulasi ini
biasanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, di pekarangan atau di rumah
kaca.

Menurut (Ristyanti, 2008) Prinsip 5T yaitu:

 Tepat Mutu
Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu baik. Untuk itu agar dipilih
pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Jangan menggunakan
pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena
efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Pestisida
yang terdaftar dan diijinkan beredar di Indonesia kemasannya diharuskan
menggunakan bahasa Indonesia.
 Tepat Jenis Pestisida
Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT
pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar dipilih jenis pestisida yang
dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman.
Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.

 Tepat Waktu Penggunaan


Waktu penggunaan pestisida harus tepat, yaitu pada saat OPT mencapai ambang
pengendalian dan penyemprotannya harus dilakukan pada sore hari (pukul
16.1 atau 17.00) ketika suhu udara < 30 oC dan kelembaban udara 50-80%.

 Tepat Dosis atau Konsentrasi Formulasi


Dosis atau konsentrasi formulasi harus tepat yaitu sesuai dengan rekomendasi anjuran
karena telah diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut pada suatu jenis tanaman.
Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi
efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen yang membahayakan bagi
konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi anjuran untuk setiap jenis OPT pada
tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.

 Tepat Cara Penggunaan


Pada umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara disemprotkan.
Namun demikian, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan dengan cara disemprot.
Pada jenis OPT tertentu dan tanaman tertentu, aplikasi pestisida dapat dilakukan
dengan cara penyiraman, perendaman, penaburan, pengembusan, pengolesan, dan
lain-lain Informasi tersebut dapat diperoleh dari brosur atau label kemasan pestisida.

Dosis adalah jumlah pestisida yang dicampurkan atau diencerkan dengan air
digunakan untuk menyemprot hama atau penyakit tanaman dengan luas tertentu.
Pengertian inilah sebenarnya yang dimaksud dengan tulisan “dosis” pada label
kemasan pestisida. Ada beberapa satuan dalam menuliskan dosis.
Fungisida TORTORA, misalnya, tertulis dosisnya 3 – 5 g / 10 liter air; artinya dalam
10 liter air bisa dicampurkan 3 – 5 g TORTORA. Pengertian serupa juga berlaku
untuk fungisida DELAMIX 300 EC yang mempunyai dosis pemakaian 10 – 15 ml /
10 liter air, dan insektisida ASPRIL 100 EC dengan dosis pemakaian 10-15 ml/10
liter air (Semangun, 1996).

Dosis anjuran pemakaian pestisida sebaiknya dipatuhi. Pemakaiannya secara


berlebihan bisa menyebabkan tanaman merana dan merusak lingkungan. Selain itu
juga menyebabkan populasi hama meledak karena malah merangsang
pertumbuhannya. Pemakaian pestisida dalam dosis rendah pun menyebabkan hama
atau penyakit yang dituju tidak mati. Dan mendorong timbulnya resistensi pada hama
atau penyakit yang menyerang tanaman (Ristyanti, 2008).

Konsentrasi ada tiga macam pembagian konsentrasi, yaitu konsentrasi formulasi,


konsentrasi bahan aktif, dan konsentrasi larutan. Konsentrasi formulasi adalah
banyaknya pestisida dihitung dalam cc atau gram bahan pestisida per liter air yang
dicampurkan; sedangkan konsentrasi bahan aktif adalah persentase bahan aktif yang
terdapat dalam larutan jadi (larutan yang sudah dicampur air). Tidak jauh berbeda
dengan dua pengertian di atas, konsentrasi larutan adalam persentase kandungan
pestisida yang terdapat dalam larutan jadi (Semangun, 1996).

Melihat adanya tiga pengertian yang hampir sama tentang konsentrasi maka para
pemakai pestisida hendaknya membaca terlebih dahulu sebelum menggunakannya.
Konsentrasi formulasi insektisida POSTRIN 1,5 – 33 cc/l air artinya dalam 1 liter air
bisa dicampurkan 1,5-33 cc POSTRIN. Konsentrasi bahan aktif insektisida ASMEC
36 EC 0,12 % artinya dalam 10 liter air bisa dicampurkan 12 ml ASMEC 36 EC.
Konsentrasi larutan herbisida FOSTER 3.000 ppm artinya dalam 1 liter air bisa
dicampurkan 3 ml FOSTER (1000 ppm = 0,1 %) (Ristyanti, 2008).

Volume semprot selama ini banyak yang mengartikan volume semprot secara salah.
Umumnya mereka mengartikan volume semprot hanya merupakan volume air
pencampur pestisida saja. Padahal sebenarnya yang dimaksud dengan volume
semprot adalah volume akhir, yaitu jumlah campuran air dengan pestisida yang
disemprotkan. Ambil misal fungisida ROMANIL yang mempunyai konsentrasi
formulasi 2 gram/l air dengan volume semprot 500 gr/ha. Banyaknya fungisida itu
untuk penyemprotan luasan 1 ha adalah 1 kg (1000 gram); maka jumlah air
pencampur yang perlu ditambahkan hanya 499 liter. Jadi, total bila keduanya
dijumlahkan menjadi 500 liter. Jumlah yang terakhir itulah yang dimaksud dengan
volume semprot (Semangun, 1996).

Anda mungkin juga menyukai