Anda di halaman 1dari 6

1.

Identifikasi risiko
Identifikasi risiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko – risiko yang
mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan.
Risiko yang dihadapi oleh perusahaan kodak adalah :
a. Risiko Operasional
Resiko operasional timbul akibat dua hal dimana dari dalam perusahaan(internal) dan
dari luar perusahaan (eksternal). Dari sisi internal dapat dilihat dari perusahaan hidup hanya
dari mengandalkan biaya lisensi dari properti intelektual perusahaan tanpa memikirkan
bagaimana berinovasi untuk tetap eksis dalam lingkungan bisnis.
Dari sisi eksternalnya dapat dilihat dari ketidakmampuan Kodak untuk melawan arus
digital yang semakin berkembang sehingga Kodak tertinggal karena kalah saing dengan
perusahaan yang mampu memanfaatkan globalisasi dengan baik.
b. Risiko Likuiditas
Perusahaan memiliki risiko tidak dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya
kepada sejumlah perusahaan dan investornya, apalagi perusahaan mengalami pailit karena
produk yang dijual tidak bisa menghasilkan keuntungan pada perusahaan
c. Risiko Reputasi
Resiko reputasi ini timbul ketika para pengamat binis meramalkan bahwa Kodak tidak
akan sanggup beroperasi di tahun 2012 akibatnya harga saham Kodak semakin merosot.
d. Risiko Tenaga Kerja
Karena perusahaan secara terus menerus mengalami kerugian maka perusahaan harus
mengurangi banyak tenaga kerjanya serta permasalahan untuk membayar gaji dan biaya
pensiun bagi para karyawannya yang masih berkerja
e. Risiko Bisnis
Persaingan bisnis didunia tekonologi sangatlah pesat, pesaing selalu mengeluarkan
produk terbaru dan lebih canggih, sehingga lebih digemari oleh konsumen dan laku dipasaran,
risiko ini menjadi salah satu risiko yang tidak bisa dilalui oleh perusahaan Kodak.
2. Pengukuran risiko
Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar kecilnya resiko yang akan terjadi. hal
ini dilakukan untuk tinggi rendahnya resiko yang dihadapi perusahaan, kemudian bisa melihat
dampak dari resiko terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melihat prioritisasi resiko, resiko
yang mana yang paling relevan.
a. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcakapan atau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, faktor eksternal yang
mempengaruhi perusahaan.
(Hanafi,2016 : 196) Salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan
menggunakan dua klasifikasi berikut ini :
1. Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko
2. Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut

Risiko Operasional perusahaan Kodak ada pada kuadran IV dimana tingkat severity tinggi dan
frekuensi juga tinggi. Pada kuadran IV dapat disimpulkan bahwa perusahaan Kodak tidak lagi bisa
mengendalikan risiko dan akhirnya berakhir pada kebangkrutan. Seharusnya bila Kodak ingin
mempertahankan perusahaannya agar tidak bangkrut, maka Kodak harus melakukan penanganan yang
agresif dan secepat mungkin.

b. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh perusahaan yang tidak mampu
memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo. Metode pengukuran Risiko Likuiditas dibagi
menjadi beberapa kategori sebagai berikut :
1. Pengukuran berdasarkan ukuran nominal (Stock Based)
2. Pengukuran berdasarkan arus kas (Flow Based)

c. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap perusahaan. Risiko reputasi dapat timbul dari adanya
publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan atau persepsi negatif tentang perusahaan. Dalam
proses pengukuran resiko reputasi, perusahaan dapat menggunakan dengan kombinasi
pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang disusun secara terstruktur sehingga dapat
menggambarkan profil resiko reputasi yang sesuai.

3. Pengelolaan risiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah berikutnya adalah mengelola risiko. Risiko harus dikelola.
Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian
yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention),
diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya. Erat kaitannya dengan manajemen risiko adalah
pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing).
a. Penghindaran. Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah menghindar. Tetapi cara
semacam ini barangkali tidak optimal. Sebagai contoh, jika kita ingin memperoleh keuntungan dari bisnis,
maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola
risiko tersebut.
b. Ditahan (Retention). Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut
(menahan risiko tersebut, atau risk retention). Sebagai contoh, misalkan seseorang akan keluar rumah
membeli sesuatu dari supermarket terdekat, dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan tersebut tidak
diasuransikan. Orang tersebut merasa asuransi terlalu repot, mahal, sementara dia akan mengendarai
kendaraan tersebut dengan hati-hati. Dalam contoh tersebut, orang tersebut memutuskan untuk
menanggung sendiri (menahan, retention) risiko kecelakaan.
c. Diversifikasi. Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi
pada satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh, kita barangkali akan memegang aset tidak hanya satu,
tetapi pada beberapa aset, misal saham A, saham B, obligasi C, properti, dan sebagainya. Jika terjadi
kerugian pada satu aset, kerugian tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh keuntungan dari aset lainnya.
 Tujuan Diversifikasi Usaha:
Harberg dan Rieple (2003:347 )menyatakan diversifikasi dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yakni:
 Pertumbuhan dan nilai tambah
Tujuan ini dapat terpenuhi ketika investasi yang dilakukan perusahaan memberikan
keuntunga bagi perusahaan, misalnya mengakuisisi perusahaan yang memiliki sumber daya
strategis seperti pemasok yang memproduksi bahan baku utama perusahaan atau merupaka
distributor yang telah memiliki saluran distribusi yang luas. Diversifikasi usaha seperti ini akan
memberikan nilai tambah secara tidak langsung dari perusahaan yang diakuisisi tersebut
 Meratakan resiko
Tujuan ini dimaksudkan bahwa dengan berinvestasi pada beberapa usaha maka resiko yang
dimiliki satu usaha tidak berpengaruh secara total terhadap perusahaan karena dapat diimbangi
oleh return dari usaha lainnya
 Mencegah pesaing
Penguasaan pada usaha yang memiliki sumber daya strategis selain dapat memberikan
nilai tambah juga mencegah penguasaan oleh pesaing
 Mencapai sinergi
Kombinasi antara segmen usaha diharapkan memiliki kemampuan untuk mencapai
sesuatu, yang tidak mungkin dicapai bila usaha tersebut bekerja sendiri-sendiri
 Mengendalikan pemasok dan distributor
Ini bertujuan memudahkan perusahaan dalam mengendalikan harga dan mutu agar dapat
bersaing
 Pemenuhan ambisi dari personel manajer
Ini berkaitan dengan penghargaan yang akan diterima oleh manajer tersebut. Saat
perusahaan melakukan diversifikasi usaha, maka ruang lingkup tugas manajer juga biasanya
semakin besar.
d. Transfer Risiko. Jika kita tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita bisa mentransfer risiko
tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut. Sebagai contoh, kita bisa
membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian
dari kecelakaan tersebut.
e. Pengendalian Risiko. Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas
terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Sebagai contoh, untuk mencegah terjadinya
kebakaran, kita memasang alarm asap di bangunan kita. Alarm tersebut merupakan salah satu cara kita
mengendalikan risiko kebakaran.
f. Pendanaan Risiko. Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang terjadi
jika suatu risiko muncul. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian
akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan? Isu semacam
itu masuk dalam wilayah pendanaan risiko.
Dalam kasus Kodak tindakan pengelolaan risiko yang cocok yaitu :
a. Diversifikasi
Diversifikasi bertujuan untuk mengurangi tingkat risiko dan tetap memberikan potensi tingkat
keuntungan yang cukup. Diversifikasi yang dilakukan oleh Kodak dapat berupa penambahan atau
penganekaragaman jenis produksi, misalnya kodak membuat produk kamera polaroid atau kamera
underwater.
b. Transfer risiko
Transfer risiko yang dapat dilakukan Kodak adalah dengan bekerja sama dengan pihak lain yang
lebih cakap untuk meminimalkan tingkat risiko tersebut. Kodak mengumumkan dirinya masuk ke
industry gadget dengan bikin ponsel berbasis Android. Kodak bahkan terbilang tetap unggul di aspek
penyediaan tinta tak kasat mata, untuk pengamanan antipembajakan dan antipemalsuan. Kodak juga
bermain di pasar sempit. Dengan melayani kebutuhan atas dedicated-sensor dan personalized box
packaging. Pun masuk melayani aspek renik industri farmasi dan medis.
DAFTAR PUSTAKA
Genia Prima. 2016. Studi Kasus Manajemen Risiko Beserta Analisisnya di
https://94genia.blogspot.com/2016/02/studi-kasus-manajemen-risiko-berserta.html (di akses 21
November 2019)
Hanafi, M. 2016. Manajemen Risiko. Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Handi, 2016. Resiko Reputasi BPR di http://edukasi.handy.co.id/keuangan/resiko-reputasi-bpr/
(diakses 22 November 2019)
Laura, 2015. Diversifikasi menurut para pakar di http://ciputrauceo.net/blog/2015/9/16/diversifikasi.
(diakses 23 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai