Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES FISIK & KIMIA – TL 3101


MODUL 06
DESINFEKSI

Nama Praktikan : Brianna Salsabila Bermanda


NIM : 15317024
Kelompok :2
Tanggal Praktikum : 12 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 21 November 2019
PJ Modul : Inat Shani Fathuna
Okti Dinasakti Nurul Mentari
Asisten yang Bertugas : Inat Shani Fathuna
Okti Dinasakti Nurul Mentari

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
I. Tujuan Praktikum

1. Mengindentifikasi mekanisme desinfeksi mikroba dalam air


2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi desinfeksi
3. Menentukan jenis desinfektan yang paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri

II. Teori Dasar


Mikroorganisme penting untuk dikendalikan karena dapat mencegah terjadinya
penyebaran penyakit dan infeksi. Salah satu cara untuk mengendalikan mikroorganisme
adalah dengan melakukan desinfeksi. Desinfeksi adalah proses pembuangan semua
mikroorganisme patogen pada objek yang tidak hidup dengan bakteri endospora sebagai
pengecualian (Alimul, 2006). Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan desinfektan.
Desinfektan yang dimaksud adalah suatu bahan yang biasanya adalah zat kimia yang
mematikan sel vegetatif namun belum tentu mematikan bentuk-bentuk spora
mikroorganisme penyebab penyakit.
Desinfeksi dapat dilakukan secara fisik maupun secara kimia. Secara fisik desinfeksi
dapat dilakukan dengan prosedur yang mengakibatkan perubahan suhu, tekanan dan
radiasi. Contoh desinfeksi secara fisik adalah sterilisasi dan pembakaran. Desinfeksi
dengan bahan kimia menggunakan suatu substansi (padat, cair, atau gas) yang dicirikan
oleh komposisi molekular yang pasti dan menyebabkan terjadinya reaksi, contohnya
senyawa fenolik, alkohol, klor, iodium dan etilen oksida (Pelczar, Michael J dan E.C.S.
Chan, 1998).
Terdapat berbagai cara untuk melakukan desinfeksi. Namun, cara-cara tersebut
memiliki beberapa kendala, salah satunya adalah desinfeksi dengan menggunakan suhu
tinggi atau pemanasan. Penggunaan suhu tinggi dapat menjadi tidak efektif karena
beberapa bakteri menghasilkan endospora yang tahan pada suhu yang sangat tinggi sampai
beberapa jam. Endospora tersebut masih dapat membahayakan manusia, terlebih bila
endospora tersebut dihasilkan oleh bakteri patogenik. Setelah mendapatkan tempat dan
lingkungan yang sesuai, endospore dapat kembali aktif dan menjadi bakteri. Selain itu,
terdapat juga cara lain untuk melakukan desinfeksi yaitu dengan radiasi menggunakan
sinar ultraviolet. Radiasi dengan menggunakan sinar ultraviolet dapat menjadi tidak efektif
karena sinar ultraviolet memiliki daya tembus yang kecil sehingga hanya dapat
mendesinfeksi mikroorganisme yang ada di permukaan suatu benda (Pelczar, Michael J
dan E.C.S. Chan, 1998).
Kemampuan desinfeksi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu konsentrasi desinfektan,
waktu kontak, jenis dan jumlah mikroorganisme dan temperatur.
1. Konsentrasi desinfektan
Semakin besar konsentrasi desinfektan, maka semakin besar pula laju
desinfeksinya.
2. Jenis desinfektan
Desinfektan tiap jenisnya memiliki karakteristik dan komposisi tertentu yang
mempengaruhi keefektifannya dalam proses desinfeksi.
3. Waktu kontak
Waktu kontak adalah waktu yang diperlukan desinfektan untuk membunuh
mikroorganisme.
4. Mikroorganisme
Jenis dan jumlah mikroorganisme mempengaruhi kemampuan desinfeksi.
Setiap jenis mikroorganisme memiliki kepekaan yang berbeda terhadap
desinfektan. Selain itu, jumlah mikroorganisme yang besar akan memerlukan
konsentrasi atau dosis desinfektan yang besar pula.
5. Temperatur
Temperatur mempengaruhi desinfeksi karena peningkatan suhu akan
mempercepat kematian mikroorganisme.

III. Data Praktikum

Tabel III.1 Hasil Pengamatan


Jenis Volume Faktor Pengamatan pada Hari ke-
Disinfe Disinfekt Pengen
1 2 3
ktan an (ml) ceran

Klorin 0,1 10-2


10-4

10-6

10-2

1 10-4

10-6

10-2

Fenol 0,1

10-4
10-6

10-2

1 10-4

10-6

10-2

Karbol 0,1 10-4

10-6
10-2

1 10-4

10-6

Tabel III.2 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni E.coli pada hari ke-1
Jumlah koloni berdasarkan disinfektan
Pengenceran Klorin Fenol Karbol
0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml
10-2 TNTC TNTC 154 0 105 34
10-4 77 TFTC 32 0 TFTC 0
10-6 64 48 TFTC 50 0 0

Tabel III.3 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni E.coli pada hari ke-2
Jumlah koloni berdasarkan disinfektan
Pengenceran Klorin Fenol Karbol
0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml
10-2 TNTC TNTC TNTC 0 272 50
10-4 208 TNTC 82 0 TFTC TFTC
10-6 174 94 TFTC 78 0 0
Tabel III.4 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni E.coli pada hari ke-3
Jumlah koloni berdasarkan disinfektan
Pengenceran Klorin Fenol Karbol
0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml
10-2 TNTC TNTC TNTC 0 279 57
10-4 238 TNTC 94 0 TFTC TFTC
10-6 218 168 TFTC 96 0 0

IV. Pengolahan Data


Pada praktikum ini, dilakukan analisis kuantitas mikroorganisme dengan cara uji TPC
(Total Plate Count). Pada uji ini, perhitungan dilakukan pada cawan petri yang
mengandung jumlah koloni antara 30-300. Dimana, jika jumlah koloni lebih kecil dari
30, maka dikategorikan TFTC (Too Few To Count) dan jika jumlah koloni melebihi 300
maka dikategorikan TNTC (Too Numerous To Count). Selain itu, pada praktikum ini,
karena perhitungan jumlah koloni dilakukan secara manual, maka beberapa koloni yang
menyatu/menumpuk dihitung sebagai satu koloni.
Jumlah bakteri E.coli per ml (CFU/ml) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖
𝐶𝐹𝑈/𝑚𝑙 =
(𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛)(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑖𝑎𝑘𝑎𝑛)
dengan volume biakan sebesar 1 ml, perhitungan jumlah koloni untuk uji coba desinfektan
karbol sebanyak 1 ml dengan faktor pengenceran sebesar 10-2 pada hari ke-2 adalah
50
𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑙10−2 ;1 𝑚𝑙;ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒−2 = = 5000 𝐶𝐹𝑈⁄𝑚𝑙
(10−2 )(1 𝑚𝑙)
sehingga diperoleh jumlah koloni untuk uji coba desinfektan karbol sebanyak 1 ml dengan
faktor pengenceran sebesar 10-2 pada hari ke-2 adalah sebesar 5000 CFU/ml. Perhitungan
jumlah koloni per ml untuk variasi lainnya mengikuti metode perhitungan yang sama. Data
hasil perhitungan jumlah koloni E.coli per ml setiap cawan pada ketiga hari pengamatan
ditunjukkan oleh tabel IV.1, tabel IV.2, dan tabel IV.3 berikut
Tabel IV.1 Hasil perhitungan jumlah bakteri E.coli pada hari ke-1
Jumlah bakteri berdasarkan disinfektan (CFU/ml)
Pengenceran Klorin Fenol Karbol
0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml
10-2 TNTC TNTC 15400 0 10500 3400

10-4 770000 TFTC 320000 0 TFTC 0

10-6 48000000 48000000 TFTC 50000000 0 0

Tabel IV.2 Hasil perhitungan jumlah bakteri E.coli pada hari ke-2
Jumlah koloni berdasarkan disinfektan (CFU/ml)
Pengenceran Klorin Fenol Karbol
0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml
10-2 TNTC TNTC TNTC 0 27200 5000

10-4 2080000 TFTC 820000 0 TFTC TFTC

10-6 1,74E+08 94000000 TFTC 78000000 0 0

Tabel IV.3 Hasil perhitungan jumlah bakteri E.coli pada hari ke-3
Jumlah koloni berdasarkan disinfektan (CFU/ml)
Pengenceran Klorin Fenol Karbol
0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml 0,1 ml 1 ml
10-2 TNTC TNTC TNTC 0 27900 5700

10-4 2380000 TNTC 940000 0 TFTC TFTC

10-6 2,18E+08 168000000 TFTC 96000000 0 0

V. Analisis

V.1 Analisis Cara Kerja


Pada praktikum ini, digunakan metode TPC (Total Plate Count). Setiap tahap pada
praktikum ini dilakukan dengan metode aseptis. Metode aseptis merupakan usaha untuk
menghindarkan setiap kontak antara kultur murni, medium steril, wadah steril serta
permukaan kerja dari mikroorganisme kontaminan atau kompetitor (mikroorganisme yang
tidak diinginkan). Teknik aspektik harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi
dari mikroorganisme kompetitor karena ancaman kontaminasi dari mikroorganisme
kompetitor selalu ada, sebab mikroorganisme hidup dimanapun dan berukuran sangat kecil
sehingga mudah tersebar melalui udara dan mudah ditemukan pada berbagai permukaan
media pertumbuhan mikroorganisme atau permukaan perlalatan praktikum (Curtiz, 2009).
Tahap pertama dari praktikum ini adalah pengenceran sampel dengan menggunakan
aquades. Pengenceran sampel dilakukan untuk mengurangi jumlah kandungan mikroba
dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara
spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang lebih tepat dan akurat. Pengenceran yang
dilakukan pada praktikum ini adalah pengenceran 10-2, 10-4 dan 10-6. Selanjutnya dilakukan
isolasi mikroba dengan metode tuang (pour plate). Metode tuang dilakukan dengan cara
menuangkan 1 ml suspensi dari setiap pengenceran ke dalam cawan petri kosong. Kemudian
ke dalam cawan petri dimasukkan media agar yang masih cair. Selanjutnya dituangkan juga
desinfektan tertentu. Pada praktikum ini digunkan tiga jenis desinfektan yaitu klorin, fenol
dan karbol. Percobaan dilakukan dengan variasi desinfektan untuk menentukan desinfektan
yang paling efektif untuk digunakan. Selain itu desinfektan yang digunakan juga
divariasikan dosisnya yaitu 0.1 dan 1 ml. Hal ini dilakukan untuk menentukan dosis
optimum desinfektan dalam proses desinfeksi. Kemudian media dicampurkan dengan
memutar cawan petri mengikuti pola angka delapan. Hal ini dilakukan agar sel-sel bakteri
tersebar dan tidak hanya tumbuh pada permukaan media yang kaya oksigen, tetapi juga
tumbuh di dalam media yang tidak begitu banyak mengandung oksigen. Selanjutnya media
dibiarkan hingga memadat. Kemudian sampel diinkubasi pada suhu 37o C selama 3 hari.
Selama proses inkubasi harus dipastikan agar cawan petri diposisikan terbalik. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya penguapan air yang terkandung di dalam media
sehingga tidak menciptakan embun pada cawan petri yang akan berakibat fatal apabila
embun tersebut jatuh mengenai agar dan mengkontaminasi agar tersebut. Selain itu, embun
yang jatuh ke agar dapat membuat agar tersebut menjadi cair.

V.2 Analisis Hasil Percobaan

Berdasarkan hasil praktikum yang tercantum pada Tabel IV.1, Tabel IV.2 dan Tabel
IV.3, secara umum didapatkan bahwa jumlah bakteri yang terdapat pada media cenderung
lebih sedikit pada dosis desinfektan sebesar 1 ml dibandingkan dosis desinfektan sebesar
0.1 ml untuk setiap jenis desinfektan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada hasil
perhitungan bakteri pada hari ke-1 untuk desinfektan karbol. Dapat dilihat bahwa untuk
pengenceran 10-2 pada dosis 0.1 ml, jumlah bakteri yang terhitung adalah 105 dan pada dosis
1 ml didapatkan jumlah bakteri hanya 34. Menurut Reynolds dan Richards (1996), semakin
tinggi konsentrasi/dosis desinfektan yang digunakan, maka semakin sedikit waktu yang
dibutuhkan untuk membunuh bakteri. Maka, dapat disimpulkan hasil percobaan sesuai
dengan teori.
Selain itu, dapat dilihat bahwa setiap jenis desinfeksi memberikan hasil yang berbeda-
beda. Dapat dilihat bahwa desinfektan klorin tidak begitu efektif untuk digunakan karena
hasil yang didapatkan adalah bakteri yang terdapat pada cawan tetap banyak baik dengan
variasi dosis, juga dengan variasi waktu. Bahkan dapat dilihat bahwa data menunjukkan
jumlah bakteri melebihi 300 (TNTC) untuk pengenceran 10-2 pada dosis 0.1 ml maupun 1
ml pada hari ke-1, ke-2 dan ke-3. Sedangkan untuk desinfektan karbol, dapat dilihat bahwa
pada hari ke-1, ke-2 dan ke-2 untuk pengenceran 10-6, jumlah bakteri yang terdapat pada
cawan adalah 0. Hal ini menunjukkan bahwa karbol cukup efektif untuk membunuh bakteri
pada praktikum ini. Perbedaan hasil yang didapatkan dari berbagai jenis desinfektan dapat
terjadi karena setiap desinfektan memiliki komposisi dan karakteristik yang berbeda.
Menurut Dwidjoseputro (1978), desinfektan klorin hanya berkhasiat kuat dalam membunuh
bakteri dengan jumlah yang kecil, sedangkan fenol merupakan salah satu desinfektan tertua
yang diakui memiliki keefektifan yang tinggi. Selain itu, karbol merupakan nama lain dari
fenol. Menurut teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa, penggunaan desinfektan klorin
pada percobaan ini dapat menjadi kurang efektif karena jumlah bakteri yang tumbuh berada
pada konsentrasi tinggi.
. Selanjutnya, secara umum didapatkan juga bahwa semakin tinggi pengenceran,
semakin sedikit jumlah bakeri yang masih tersisa. Hal ini sesuai dengan teori, dimana
semakin besar pengenceran, maka jumlah koloni yang tersedia semakin sedikit. Namun,
dibeberapa data masih terdapat ketidaksesuaian, dimana di pengenceran lebih tinggi, jumlah
koloni yang tersisa justru semakin besar, dapat dilihat pada perhitungan hari ke-2 untuk
desinfektan fenol, didapatkan untuk pengenceran 10-2 dan 10-4 jumlah koloni yang terdapat
pada cawan adalal nol, namun jumlah ini meningkat menjadi 78 pada pengenceran 10-6.
Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena tidak aseptiknya tempat penyimpanan cawan,
sehingga dapat terjadi kontaminasi.
Dari hasil praktikum, dapat dilihat jugq bahwa semakin lama proses inkubasi, semakin
banyak jumlah mikroorganisme yang terdapat pada media. Menuut Budiyono dan
Sumardiyono (2013) semakin lama waktu kontak antara desinfektan dengan mikroba, maka
daya bunuhnya akan semakin besar. Hal ini menunjukkan hasil praktikum tidak bersesuaian
dengan teori karena pada waktu kontak atau waktu inkubasi 3 hari, jumlah mikroorganisme
justru semakin banyak. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena tidak aseptiknya tempat
penyimpanan cawan, sehingga dapat terjadi kontaminasi.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi proses desinfeksi.
1. Konsentrasi desinfektan
Semakin besar konsentrasi desinfektan, maka semakin besar pula laju
desinfeksinya.
2. Jenis desinfektan
Desinfektan tiap jenisnya memiliki karakteristik dan komposisi tertentu yang
mempengaruhi keefektifannya dalam proses desinfeksi.
3. Waktu kontak
Waktu kontak adalah waktu yang diperlukan desinfektan untuk membunuh
mikroorganisme. Secara umum, semakin lama waktu kontak, maka daya bunuh
terhadap mikroorganisme akan semakin tinggi.
4. Mikroorganisme
Jenis dan jumlah mikroorganisme mempengaruhi kemampuan desinfeksi. Setiap
jenis mikroorganisme memiliki kepekaan yang berbeda terhadap desinfektan.
Selain itu, jumlah mikroorganisme yang besar akan memerlukan konsentrasi atau
dosis desinfektan yang besar pula.
5. Temperatur
Temperatur mempengaruhi desinfeksi karena peningkatan suhu akan mempercepat
kematian mikroorganisme.

V.3 Aplikasi di Bidang Teknik Lingkungan


Di bidang Teknik Lingkungan, disinfeksi digunakan dalam pengolahan air. Proses
desinfeksi merupakan metode untuk membunuh mikroorganisme yang tidak dikehendaki
berada dalam air minum, seperti bakteri patogen sebagai penyebab berbagai penyakit, (Hadi.
2005, Said 2011). Desinfeksi merupakan benteng manusis terhadap paparan
mikroorganisme patogen penyebab penyakit seperti bakteri, virus, dan protozoa. Untuk
memenuhi pertimbangan praktis desinfeksi harus memenuhi persyaratan, diantaranya:
1. Dapat membunuh berbagai jenis dan semua patogen yang ada di dalam air minum
dalam waktu dan suhu tertentu
2. Desinfektan yang digunakan tidak beracun
3. Beaya pengadaannya murah, penyimpanannya aman
4. Kadar dalam air minum mudah dianalisis
5. Masih menyisakan sejumlah konsentrasi tertentu sebelum air dikonsumsi (Fair,
1971).

VI. Kesimpulan
1. Mekanisme desinfeksi mikroba dalam air adalah sebagai berikut.
- Menghancurkan dinding sel
- Mengubah permeabilitas dinding sel
- Mengubah sifat koloid protoplasma
- Menghambat/merusak aktivitas enzim
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi desinfeksi adalah jenis dan konsentrasi desinfektan,
jenis dan konsentrasi mikroorganisme, waktu kontak dan temperatur.
3. Berdasarkan hasil praktikum, desinfektan karbol paling konsisten dalam menghambat
pertumbuhan bakteri dilihat dari penurunan jumlah bakteri untuk tiap kenaikkan
pengenceran. Penurunan jumlah bakteri juga ditunjukkan untuk peningkatan dosis dan
waktu kontak.
VII. Daftar Pustaka

Fair, Geyer dan Okun, D.A. 1968. Water and Wastewater Treatment Engineering
Volume 2. New York: John Wiley & Sons Inc.

Metcalf & Eddy. 1991. Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse 3rd
Edition. New York: McGraw-Hill.

Reynolds, Ton D. 1996. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering


2nd Edition. Boston: PWS Publishing Company.

Alimul, Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Salemba


Medika.

Pelczar, Michael J dan Chan, E.C.S. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I. Jakarta:
UI Press.

Said, Nusa Idaman. 2011. Pengelolaan Limbah Domestik. Jakarta: BPPT.

Hadi, Wahyono. 2005. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. FTSP ITS
Surabaya.

Budiyono, dan Sumardiono, S,. 2013. Teknik Pengolahan Air. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Bogor: Penerbit Alumni.

Anda mungkin juga menyukai