Anda di halaman 1dari 23

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II

KOTA MOJOKERTO TAHUN 1950 - 1989

A. Letak Geografis Kota Mojokerto

Wilayah Kota Mojokerto secara geografis berjarak sekitar 50 km di

sebelah barat Kota Surabaya. Kota Mojokerto berada diantara koordinat kurang
o o
lebih 7 27’ lintang selatan sampai dengan 7 29’ lintang selatan dan kurang lebih

o o
112 24’ bujur timur sampai dengan 112 28’ bujur timur. Kota Mojokerto memilik

ketinggian rata-rata 22 km diatas permukaan laut35. Kota Mojokerto sejak

ditetapkan sebagai daaerah otonomi kota kecil berdasarkan Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 1950 mempunyai tanah seluas 7,25 km² dan pada tahun 1971

Kota Mojokerto berpenduduk sejumlah 57.295 orang36.

Wilayah Kota Mojokerto berada di tengah-tengah Kabupaten

Mojokerto, batas-batas wilayah Kota Mojokerto di sebelah utara berbatasan

dengan sungai Brantas dan daerah Kecamatan Gedeg dan Kecamatan Jetis

Kabupaten Mojokerto, sebelah timur berbatasan dengan daerah Kecamatan Puri

Kabupaten Mojokerto, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sooko dan

35
Imam Sampurno, Profil Kota Mojokerto Tahun 2007, (Mojokerto: Badan
Perencanaan dan Pembangunan Kota Mojokerto, 2007), hlm.5.
36
Chabib Sjarbini, Lima Tahun Menjadi Walikota Kepala Daerah Kotamadya
Mojokerto, (Mojokerto: SUB-DIT-SUS Kotamadya Mojokerto, 1974), hlm. 7.

21

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

22

Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto, serta di sebelah barat berbatasan dengan

Sungai Brangkal dan daerah Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto37.

Gambar. 1.
Peta Kota Mojokerto Tahun 1982

Sumber: diedit dari httparca-kerla.blogspot.com201012kondisi-geografis-kotaku-


mojokerto.html diakses pada tanggal 5 Maret 2014 pukul 10.44 WIB.

Dilihat dari letak geografis yang berada di sepanjang tepi Sungai

Brantas, wilayah Kota Mojokerto merupakan penyangga dari Kota Surabaya.

Beberapa kebutuhan penting seperti bahan makanan dan air warga Kota Surabaya

di suplai dari Mojokerto. Pengendalian air bersih dan irigasi yang bersumber dari

Sungai Brantas diatur di Mlirip yang sejak lama dibuat bendungan agar Surabaya

tidak kekuarangan air saat kemarau dan sebaliknya, tidak banjir saat musin hujan,

37
Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah
Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 2.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

23

bendungan atau dam itu disebut Rolak Songo38. Di Kota Mojokerto juga terdapat

beberapa sungai, diantaranya Sungai Brangkal yang berada di sebelah barat kota

sepanjang ± 2,25 km, Sungai Sadar yang berada disebelah selatan kota sepanjang

± 2 km, dan Sungai Gedeg di sebelah barat kota sepanjang ± 2 km39.

Kota Mojokerto merupakan wilayah yang hanya terdiri dari dataran

rendah yang luas, dan tidak satupun terdapat gunung berapi maupun dataran

tinggi. Luas dataran rendah Kota Mojokerto yang mencapai 7,25 km² terdiri dari

tanah sawah seluas 3,4 km², tanah tegalan seluas 0,47 km², tanah pekarangan

seluas 2,35 km² dan tanah lainnya seluas 1,01 km²40. areal tanah persawahan yang

terdapat di Kota Mojokerto terluas terdapat di desa Kranggan seluas 47 Ha41.

Wilayah Kota Mojokerto sejak ditetapkan sebagai daerah otonomi pada

tahun 1950 terdiri dari satu kecamatan, yaitu Kecamatan Kota Mojokerto yang

terdiri dari 41 dukuhan42. Kota Mojokerto mengalami perluasan wilayah pada

tahun 1982. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47

Tahun 1982, luas Kota Mojokerto mengalami perubahan dari 7,25 km2 menjadi

38
Ayuhanafiq, Garis Depan Pertempuran Laskar Hizbullah 1945-1950,
(Yogyakarta: Azza Grafika, 2013), hlm. 8.
39
Badan Pusat Statistik Kotamadya Mojokerto, Kotamadya Mojokerto Dalam
Angka 1991, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1991), hlm. 1.
40
Harijadi, log. cit.,
41
Wahyudi, Seraut Wajah Kotamadya Mojokerto Dalam Sorotan Pers,
(Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm. 51.
42
Selanjutnya 41 Dukuhan tersebut terdiri dari 44 RK dan 333 RT yang
merupakan hasil realisasi dari Peraturan Daerah Kotamadya Mojokerto Nomor 4 tahun
1970. Sjarbini, op. cit., hlm. 9.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

24

menjadi 16,48 km243 yang terdiri dari sawah seluas 9,02 km2, tanah tegalan seluas

0,65 km2, tanah pekarangan seluas 6,08 km2, tanah lainnya seluas 0,72 km244.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1982 juga

menetapkan Kota Mojokerto menjadi 2 kecamatan yang terdiri dari Kecamatan

Magersari dan Kecamatan Prajurit Kulon. Dari dua kecamatan itu Kota Mojokerto

terdiri dari 18 kelurahan dengan 12 daerah berstatus sebagai kelurahan sedangkan

6 daerah hasil penyerahan dari Kabupaten Mojokerto berstatus sebagai desa.

Kecamatan Magersari terdiri dari Kelurahan Meri, Gunung Gedangan,

Kedundung, Balong Sari, Jagalan, Sentanan, Purwotengah, Gedongan, Magersari,

dan Wates. Sedangkan Kecamtan Prajurit Kulon, terdiri kelurahan Surodinawan,

Kranggan, Miji, Prajurit Kulon, Blooto, Mentikan, Kauman, dan Pulorejo45.

B. Penduduk Kota Mojokerto

Penduduk kota adalah semua yang mendiami atau yang bermukim di

suatu kota, penduduk kota sangat bervariasi baik dari segi etnis, lapangan

pekerjaan, tingkat pendidikan serta latar belakang agama dan kebudayaan46.

Penduduk Kota Mojokerto pada tahun 1971 merupakan jumlah penduduk sebelum

mengalami perluasan wilayah, Jumlah penduduk Kota Mojokerto pada tahun 1971

43
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Mojokerto, “Karya Lima Tahun
DPRD Kotamadya Dati II Mojokerto (Kurun Waktu Tahun 1977-1982) Sebagai Wakil
Rakyat”, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm. 28.
44
Harijadi, op. cit., hlm. 3.
45
Sampurno, op. cit., hlm. 10
46
Sapari Imam Asy’ari, Sosiologi Kota dan Desa, (Surabaya: Usaha Nasional
Surabaya, 1993), hlm. 60.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

25

sejumlah 57.295 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan kewarganegaraan tersaji

dalam tabel dengan rincian sebagai berikut:

Tabel. 1.
Penduduk Kota Mojokerto Tahun 1971

Warga Negara Kategori Jumlah


Mojokerto Asli/ Pribumi 50.711 orang
Bukan asli/pendatang 4.071 orang
Asing Cina 2.439 orang
Arab 9 orang
India 22 orang
Pakistan 4 orang
Belanda 3 orang

Sumber: Chabib Sjarbini, Lima Tahun Menjadi Walikota Kepala Daerah Kotamadya
Mojokerto, (Mojokerto: Sub-Dit-Sus, 1973), hlm. 8.

Pada tahun 1970an, mata pencaharian penduduk Kota Mojokerto

tersebar di berbagai bidang, diantaranya pertanian sejumlah 20%, peternakan

sejumlah 9%, industri rakyat sejumlah 2%, angkutan sejumlah 5%, perdagangan

30% dan pegawai negeri sejumlah 29%47. Sektor yang paling besar adalah sektor

perdagangan yang terpusat di Jalan Majapahit yang sejak lama kawasan ini

didominasi etnis China. Besarnya prosentase pada sektor perdagangan di Kota

Mojokerto juga disebabkan banyaknya pasar, diantaranya Pasar Tanjung, Pasar

Kliwon, Pasar Kranggan, dan Pasar Pon. Pada sektor pertanian, penduduk yang

bermata pencaharian bertani banyak terdapat di Desa Kranggan yang mempunyai

luas lahan pertanian 47 Ha48.

47
Chabib Sjarbini, Lima Tahun Menjadi Walikota Kepala Daerah Kotamadya
Mojokerto, (Mojokerto: Sub-Dit-Sus, 1973), hlm. 8.
48
Wahyudi, Seraut Wajah Kota Mojokerto Dalam Sorotan Pers, (Mojokerto:
Pemerintah Kota Mojokerto, 1982), hlm. 351.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

26

Kota Mojokerto tergolong kota yang padat penduduknya dengan jumlah

penduduk pada tahun 1971 sebanyak 57.295 orang dengan tanah seluas 7,25 km².

Jika dikalkulasi maka kepadatan penduduk Kota Mojokerto pada tahun 1971

dalam wilayah 1 km2, rata-rata terdapat penduduk berjumlah 7.902 jiwa. Jumlah

penduduk di Kota Mojokerto terus mengalami pertumbuhan. Kondisi ini terbukti

dengan adanya peningkatan jumlah penduduk Kota Mojokerto pada tahun 1979

berpenduduk sejumlah 66.289 orang, pada tahun 1980 sejumlah 68.507 orang,

tahun 1981 sejumlah 68.642 orang49. Jumlah penduduk pada tahun 1979-1982

merupakan jumlah penduduk sebelum terjadinya perluasan wilayah, pada tahun

1982 hingga 1988 jumlah penduduk Kota Mojokerto setelah perluasan wilayah.

Selanjutnya jumlah penduduk Kota Mojokerto sejak tahun 1979 hingga 1988

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel. 2.
Penduduk Kota Mojokerto Tahun 1979-1988

Berdasarkan Jenis Kelamin (jiwa)


Tahun Jumlah (jiwa)
Laki-laki Perempuan
1979 31.943 34.346 66.289
1980 32.767 35.740 68.507
1981 33.193 35.449 68.642
1982 42.030 44.405 86.437
1983 42.904 45.326 88.230
1984 43.665 45.913 89.578
1985 44.036 46.779 90.815
1986 45.524 48.035 93.559
1987 46.008 48.579 94.587
1988 46.208 48.790 94.998

Sumber: Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku,


(Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 4.

49
Harijadi, op. cit., hlm. 4.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

27

Padatnya penduduk dalam sebuah kota terjadi karena pertumbuhan

alami, urbanisasi, serta masalah-masalah lain seperti penyedia tempat pemukiman

atau perumahan, lahan, tempat pekerjaan, sarana pendidikan, pelayanan

kesehatan50. Kota Mojokerto tergolong padat penduduk karena berada di tengah-

tengah Wilayah Kabupaten Mojokerto, dimana pusat perbelanjaan, pasar, sarana

kesehatan serta berbagai fasilitas kota lainnya berada di pusat kota ini.

Terpusatnya berbagai fasilitas di Kota Mojokerto tersebut menyebabkan

penduduk banyak memilih bertempat tinggal di wilayah kota untuk menedekati

akses pekerjaan51.

Beberapa industri yang menjadi aset Kota maupun Kabupaten

Mojokerto juga mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Industri yang secara

geografis terletak di dekat Kota Mojokerto diantaranya adalah PT Ajinomoto, PT

Tjiwi Kimia, PT Mertex, PT Bokormas, PT Dragon, dan PT Barsindo. Industri-

industri ini mempengaruhi kenaikan jumlah penduduk Kota Mojokerto karena

pegawainya banyak yang bertempat tinggal di wilayah Kota Mojokerto52.

50
Asy’ari, op. cit., hlm. 88.
51
Wawancara dengan Bapak Irfan Sugiyanto (60 tahun) pada tanggal 1 Maret
2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Kota Mojokerto.
52
Wawancara dengan Bapak Dzakir Mukti (70 tahun) pada tanggal 1 Maret 2014
di Balongsari Gang 8 Nomor 2 Kota Mojokerto.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

28

C. Latar Belakang Historis Kota Mojokerto

Kota Mojokerto mempunyai alur sejarah yang panjang sejak masa

kolonial Belanda, masa Jepang hingga pasca Proklamasi Kemerdekaan. Seiring

dengan pergantian kekuasaan tersebut Kota Mojokerto juga mengalami beberapa

pergantian status. Pada masa kolonial Belanda, Kota Mojokerto ditetapkan

sebagai gemeente berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal tanggal 20 Juli 1918

Statsblad Nomor 24. Kemudian berdasarkan Ordonantie Hindia Belanda Statsblad

1928 Nomor 503, Gemeente Mojokerto berubah menjadi Stadsgemeente

Mojokerto53. Kota Mojokerto ditetapkan sebagai gemeente karena penduduk

Eropa di Kota Mojokerto dirasa telah mencukupi sehingga bisa dipercaya untuk

dilimpahi kekuasaan atau wewenang dalam menjalankan pemerintahan daerah.

Sejak ditetapkan sebagai gemeente, penduduk Eropa di Kota Mojokerto sejumlah

2.342 orang, penduduk Tionghoa sejumlah 7.63854.

Penetapan Kota Mojokerto sebagai gemeente menyebabkan

pembangunan sarana fisik di kota ini cukup pesat. Pembangunan sarana fisik

diperuntukkan untuk kepentingan penduduk Eropa, tetapi penduduk Bumi Putra

dan penduduk asing lainnya juga ikut merasakan dampak dari pembangunan

tersebut. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kota meliputi

53
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Mojokerto, op. cit., hlm 36.
54
Volkstellingen 1930, Voorloopige Uitkomsten le Gedeelte Java en Madoera.
Departemen Van Landbouw, Nigherheid en Handel. Landsdrukkerij, Batavia Centrum
1931, mengutip Yulianingsih, op. cit., hlm. 4-5.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

29

pembangunan jalan, perbaikan kampung, pembangunan pasar serta pembentukan

dinas-dinas kota55.

Pada tahun 1942, kekuasaan pemerintah kolonial Belanda berakhir

kemudian digantikan oleh Jepang yang berkuasa antara tahun 1942 hingga 1945.

Pemerintah kota yang pada masa kolonial Belanda bernama gemeente dan

kemudian stadsgemeente diubah namanya dengan nama Jepang menjadi shi,

seperti Jakarta Shi, untuk menggantikan Stadsgemeente Batavia. Jabatan walikota

yang pada masa Kolonial Belanda bernama burgermeester diubah menjadi

shico56. Adanya perubahan tersebut juga merubah status Kota Mojokerto dari

stadsgemeente Mojokerto menjadi Mojokerto Shi. Ketika Kota Mojokerto

berstatus sebagai Shi, yang menjadi Shico di Kota Mojokerto saat itu adalah Ki Ro

Da yang menjabat sejak 8 Mei 1942 hingga 15 Agustus 194557.

Setelah kekuasaan Jepang berakhir pada tahun 1945, Proklamasi

kemerdekaan Indonesia di tandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada

tanggal 17 Agustus 1945. Kemudian, Pada tanggal 22 Agustus 1945 diumumkan

instruksi-instruksi dari Jakarta supaya segera daerah-daerah seluruh Indonesia

mendirikan KNI yaitu Komite Nasional Indonesia58. Atas instruksi presiden

tersebut, Kota Mojokerto dalam pemerintahannya masih masuk dalam wilayah

Kabupaten Mojokerto. Bupati Mojokerto yang diangkat oleh Pemerintah Republik

55
Ibid., hlm. 5.
56
Basundoro, 2012, op. cit., hlm. 112-113.
57
Sampurno, op. cit., hlm. 4.
58
Roeslan Abdulgani, Seratus Hari di Surabaya yang Menggemparkan
Indonesia, (Jakarta: Jayakarta Agung, 1994), hlm. 7.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

30

Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan adalah Soekandar, kemudian

digantikan oleh M . Pamudji 59.

1. Kota Mojokerto Pada Orde Lama

Menjelang 17 Agustus 1950 sudah ada gejala bahwa Negara Republik

Indonesia Serikat akan berakhir dan akan terwujud kembali Negara Kepresidenan

Republik Indonesia Kesatuan. Negara Jawa Timur buatan Belanda juga telah di

lebur menyatukan diri dengan Negara Republik Indonesia, hal inilah yang

menyebabkan pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 1950 tertanggal 8 Agustus 1950. Dalam undang-undang tersebut

dinyatakan sebab-sebab lahirnya undang-undang tersebut adalah sebagai berikut:

“menimbang: bahwa telah tiba saatnya untuk membentuk daerah-daerah


kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur termasuk dalam undang-undang
nomor 22 tahun 1948 tentang pemerintah daerah”60.

Dengan dileburnya Negara Jawa Timur ke dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia, maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950

Kota Mojokerto dibentuk sebagai daerah otonomi kota kecil. Pada saat itu

Walikota pertama dijabat oleh R. Soedarsono Poespowardoyo yang menjabat

sejak tahun 1950 hingga 195461. Pada masa ini pembangunan tidak banyak

diketahui karena konsentrasi pemerintah masih pada pemulihan keamanan daerah.


59
Soekandar menjabat sebagai Bupati Mojokerto sejak tanggal sejak tanggal 30
Agustus 1945 dan berakhir pada tanggal 19 Oktober 1947. Kemudian digantikan oleh M.
Pamudji hingga tahun 1949. Ayuhanafiq, op. cit., hlm. 183.
60
Widjaja Soeriadiradja, Himpunan Peraturan-Peraturan Mengenai Pemerintah
Daerah, (Jakarta: Swatantra Kolf, 1953), hlm. 234.
61
Sampurno, op. cit., hlm. 4.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

31

Ketika jabatan R. Soedarsono berakhir, Pemerintah mengambil tindakan untuk

mengangkat M. Soetimbul Kartowisastro sebagai Walikota sementara yang

menjabat sejak tanggal 10 Juni 1954 kemudian berakhir pada tanggal 1 Juli

195462.

Setelah jabatan Soetimbul Kartowisastro berakhir kemudian digantikan

oleh M. Ng Arsid Kromohadisoero yang menjabat sejak tanggal 1 Juli 1954

hingga 1 November 1961. Pada masa pemerintahan M. Ng Arsid Kromohadisoero

Kota Mojokerto dikukuhkan sebagai Kota Praja berdasarkan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 195763. Setelah masa jabatan M. Ng Arsid Kromohadisoero

berakhir kemudian digantikan oleh R. Soedibjo sebagai Walikota Mojokerto

terhitung sejak tanggal 1 November 1961 kemudian berakhir pada tanggal 30 Juli

196864. Pada masa pemerintahan R. Soedibjo Kota Mojokerto kembali mengalami

perubahan status dari Kota Kecil Mojokerto menjadi Kotamadya Mojokerto

berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965. Kemudian berdasarkan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Kotamadya Mojokerto berubah statusnya

menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto65.

Pada tahun 1965, terjadi kudeta dan pembunuhan terhadap 6 jenderal

besar angkatan darat telah membuat kekacauan di ibu kota jakarta yang dikenal

dengan peritiwa G30S/PKI. Di kota-kota besar, kota-kota kecil, dan desa-desa,

62
Harijadi, op. cit., hlm. 1.
63
Sampurno, log. cit.,
64
Wahyudi, op. cit., hlm. 261.
65
Harijadi, log. cit.,

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

32

kaum komunis maupun anti komunis juga sedang mempersiapkan pembunuhan

dan mempersiapkan daftar calon korbannya66. Pada saat terjadinya pemberontakan

G30S/PKI Kota Mojokerto berada dibawah pemerintahan Walikota R. Soedibjo.

Kondisi di Kota Mojokerto pasca terjadinya G30S/PKI secara umum

awalnya tenang-tenang saja. Kondisi ini terjadi karena dalam masyarakat beredar

isu terdapat gerakan yang mendukung PKI yang dipelopori oleh TNI yang

berkedudukan di dekat alun-alun Kota Mojokerto yang merupakan markas Korem

Batalyon 51667. Berkembangnya isu tersebut membuat masyarakat takut untuk

mengadakan gerakan perlawanan, kemudian muncul salah satu tokoh PKI yang

tidak diketahui namanya yang berani tampil di masyarakat dan melakukan

provokasi. Sejak bulan Oktober masyarakat memulai gerakan anti PKI di Kota

Mojokerto. Setiap malam masyarakat dari semua komponen organisasi baik

Muhammadiyah, GP Ansor, dan beberapa ormas keagamaan lainnya berkumpul

di masjid jami’ Al-fattah untuk mengadakan pengajian. Pada siang hari ormas

keagamaan itu juga mengadakan rapat di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin

milik KH. Achyat Halimy yang berlokasi disebelah selatan kantor PKI. Pertemuan

ini dilakukan untuk merencanakan pergerakan yang akan dilakukan pada malam

hari, karena tidak ada yang mau menjadi komando pasukan, akhirnya pergerakan

anti komunis di Kota Mojokerto di komandoi sendiri oleh KH. Achyat Halimy68.

66
M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: Serambi,
2008), hlm. 552.
67
Wawancara Dengan Bapak Yazid Qohar (64 tahun) pada tanggal 9 Maret 2014
di Miji Gang 3, Kota Mojokerto.
68
Wawancara dengan Bapak Yazid Qohar (64 tahun) pada tanggal 9 Maret 2014
di Miji Gang 3, Kota Mojokerto.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

33

Gerakan anti PKI di Kota Mojokerto dimulai dengan rencana

pembakaran kantor PKI yang berada di Jalan Prapanca69. Di kantor PKI ini

pasukan membongkar semua dokumen-dokumen dan melakukan pengrusakan

terhadap gedung, namun tidak melakukan pembakaran. Setelah itu pasukan

bergerak ke arah timur untuk melakukan pengrusakan di SMP Udaya yang berada

di Jalan Taman Siswa, sekolah ini merupakan sekolah yang berafiliasi dengan

PKI. Setelah itu pasukan bergerak ke arah selatan menuju daerah panggreman,

daerah ini menjadi sasaran pengrusakan karena di daerah ini sejak lama menjadi

basis kesenian genjer-genjer yang merupakan basis kesenian PKI di Kota

Mojokerto. Rangkaian pengrusakan itu dilakukan dalam waktu satu malam, pasca

kejadian tersebut kondisi Kota Mojokerto relatif stabil, namun pada malam hari di

jalan-jalan desa dilakukan penutupan kampung serta orang-orang takut untuk

keluar malam70.

Dua minggu kemudian muncul kembali gerakan anti PKI yang di

provokasi oleh kematian orang etnis China. Menurut kabar yang beredar di

masyarakat, mayat tersebut merupakan etnis Cina yang berasal dan dibunuh di

Jombang kemudian mayatnya dibuang di Jalan Majapahit Kota Mojokerto.

Adanya provokasi ini kemudian ketegangan terjadi kembali pada malam hari,

setiap tengah malam dilakukan eksekusi terhadap orang-orang PKI di sepanjang

Sungai Brangkal mulai dari daerah Prajurit Kulon hingga daerah Brangkal. Pada

69
Jalan Prapanca merupakan salah satu jalan di Kota Mojokerto yang terletak di
dekat sungai Brantas, kira-kira berjarak 1 km dari Alun-Alun Kota Mojokerto.
70
Wawancara dengan Bapak Yazid Qohar (64 tahun) pada tanggal 9 Maret 2014
di Miji Gang 3, Kota Mojokerto.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

34

sore hari berikutnya mayat-mayat yang telah di eksekusi itu hanyut terbawa air

memasuki Sungai Brantas, kondisi ini menjadi tontonan rutin masyarakat Kota

Mojokerto setiap sore hari. Kondisi mayat-mayat itu paling banyak tanpa kepala,

kondisi ini berlangsung kurang lebih selama dua bulan. Bahkan gelandangan juga

mengambil barang-barang berharga yang melekat pada mayat tersebut.71.

Akibat dari adanya peristiwa G30S/PKI untuk membersihkan sisa-sisa

tersebut pada masa pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini dibentuklah SUB-

Direktorat Khusus yang menjalankan tugas bersama koordinasi aparatur

pemerintahan yang lain untuk melakukan penelitian dan pembinaan terhadap

tugas-tugas dan keamanan yang menyangkut G30S/PKI72. Sub-Dit-Sus ini juga

menyebar di beberapa organisasi lokal maupun regional, Sub-Dit-Sus yang

dibentuk di Kota Mojokerto keanggotaannya menyebar dalam SKI (Staf

Koordinasi Intelegence), anggota panitia ujian pegawai negeri, panitia lomba

desa, anggota team screaning G30S/PKI, anggota PMI (Palang Merah Indonesia),

anggota tim penertib radio siaran non pemerintah, anggota BAPPENKAR,

anggota kelompok kerja DPD Golkar, sekretaris Dewan Pembina KORPRI Kota

Mojokerto73.

71
Wawancara dengan Bapak Yazid Qohar (64 tahun) pada tanggal 9 Maret 2014
di Miji Gang 3, Kota Mojokerto.
72
Direktorat Khusus ini merupakan eselon bawahan dari Direktorat Khusus
Propinsi dan Dirjen Khusus Departemen Dalam Negeri yang bertugas untuk
melaksanakan tugas-tugas administrasi Sub Direktorat Khusus sendiri serta melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat politis didalam
Daerah Kotamadya Mojokerto. Sjarbini, op. cit., hlm. 31.
73
Ibid., hlm. 35.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

35

Dalam proses screaning pegawai negeri dilakukan berdasarkan pada

Instruksi Presiden tanggal 13 Mei 1966 Nomor 09/KODAM/5/1966 yang berisi

tentang kebijaksanaan yang harus dilakukan sehubungan dengan pegawai negeri

atau karyawan yang terlibat langsung dengan peristiwa G30S/PKI, proses

screaning ini diketuai oleh Mayor Soedarman74. Proses screaning terhadap

pegawai negeri di lingkungan Pemerintah Kota Mojokerto itu tercatat dengan

hasil yang tersaji dalam tabel berikut:

Tabel. 3.
Data Screaning Pegawai Pemerintah Daerah Kota Mojokerto:

No Dinas/ Jumlah Diberhenti Hilang Meninggal Pensiun Yang


Bagian Anggota/ kan dunia masih
pengurus aktif
bekerja
1. Kan. 10 1 - - 1 8
Kodya.
Mr.
2. S.A.M 5 3 - - - 2
3. Pemban 2 2 - - - -
taian
4. Kesehat 27 9 - - 2 16
an
5. Pasar 61 3 - 14 17 27
6. Pek. 207 29 - 25 25 128
Umum
Jumlah 312 47 - 39 45 181
Sumber: Chabib Sharbini, Lima Tahun Menjadi Walikota Kepala Daerah
Kotamadya Mojokerto, (Mojokerto: Sub-Dit-Sus Kotamadya Mojokerto, 1974), hlm.
34.

Dari tabel tersebut dapat dianalisis bahwa dari 312 orang pegawai

negeri maupun karyawan yang terlibat periatiwa G30S/PKI sebanyak 39

maninggal karena sakit, 47 dipecat, 45 sudah pensiun, dan 181 masih bekerja

74
Ibid., hlm., 34.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

36

aktif75. Pengaruh G30/SPKI itu telah menyebar di kalangan pegawai dalam bentuk

gerakan-gerakan separatis daerah. Untuk pegawai yang masih aktif bekerja,

pemerintah Kota Mojokerto kemudian menetapkan status yang berbeda-beda, ada

yang di rehabilitasi, dan terkena tindakan pemecatan, kemudian ada juga yang

tetap menduduki jabatan pemerintahan.

2. Kota Mojokerto Pada Masa Orde Baru

Tahun 1966 merupakan tahun kemenangan bagi rezim Orde Baru76

setelah tepatnya pada tanggal 11 Maret 1966 permainan halus antara Soekarno

dengan Soeharto yang menghasilkan kekerasan berdarah di Ibukota berakhir

dengan meyakinkan kemenangan Soeharto. Beberapa bulan berada dalam ketidak

pastian pasca kudeta tahun 1965, masa depan politik Indonesia belum jelas. Pada

akhirnya, Soeharto membangun apa yang dikenal dengan “Orde Baru” untuk

membedakannya dengan Orde Lama pada masa pemerintahan Soekarno77.

Berlangsungnya perpolitikan Soeharto memang berbeda dengan yang

terjadi ketika Orde lama, jika pada masa Orde Lama berpikir bahwa kebebasan

politik adalah alat untuk mencapai kemajuan perekonomian, termasuk

perekonomian pedesaan, sedangkan masa Orde Baru berpikir sebaliknya bahwa

75
Ibid.,
76
Yang dimaksud Orde Baru ialah tatanan seluruh kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara yang di letakkan kembali kepada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Orde baru dilihat dari prosesnya merupakan suatu proses
yang panjang, mengingat penyelewengan yang terjadi pada masa lampau telah berjalan
bertahun-tahun, sehingga hampir menyentuh segala segi kehidupan bangsa. Soebijono,
dkk., Dwi fungsi ABRI : Perkembangan dan Peranannya Dalam Kehidupan Politik di
Indonesia. (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1992), hlm. 33.
77
Rickleft, op. cit., hlm. 558.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

37

pembangunan ekonomi harus didahulukan kemudian baru pembangunan politik78.

Orde Baru yang mengidentitaskan dirinya sebagai orde pembangunan selalu

mendegungkan isu-isu mengenai pembangunan nasional. Pelaksanaan

pembangunan yang diusung oleh rezim Orde Baru kemudian dirangkai menjadi

sebuah konsep yang dikenal sebagai trilogi pembangunan dan dilaksanakan

melalui 8 jalur pemerataan yang mencakup semua bidang79.

Pada masa awal Orde Baru Kota Mojokerto dipimpin oleh Walikota

Chabib Sjarbini yang diangkat sebagai Walikota Mojokerto sejak tanggal 1

Oktober 1968 sampai dengan 7 Januari 197480. Pada tahun 1971 di Kota

Mojokerto dilakukan pemilhan anggota DPRD periode 1971-1976. Hasil dari

pemilihan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

78
Soegeng Sarjadi, Kaum Pinggiran Kelas Menengah Quo Vadis (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 24.
79
Trilogi pembangunan itu antara lain pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Sedangkan 8 jalur
pemerataan itu meliputi pemerataanpemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan,
pelayanan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, pemerataan
pembagian pendapatan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan kesempatan
berpartisipasi dalam pembangunan pemuda dan wanita, pemerataan penyebaran
pembangunan, pemerataan kesempatan kerja, dan pemerataankesempatan memperoleh
keadilan.
80
Harijad., op. cit., hlm. 1.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

38

Tabel. 4.
Daftar Anggota Dewan Terpilih Tahun 1971

Berasal dari Partai Partai Nama


NU Akhmad Rifai
Rosjad Mochamad
Mokh. Makhroed Barnawi
Anshor Cholil
Partai Muslimin Abdul Kohar Dihardjo
Partai Golongan Karya Basuki
Harisoeyanti
Normansjah Bajuri
Ali Mokhtar
Sono Soedibjo Pronoprawiro
Spedarso
Mokh. Yasin
Boentarman
Martin Notodiharjo
David Sarjono
Partai PNI Soepardi K. S

Sumber: Chabib Sjarbini, Lima Tahun Menjadi Walikota Kepala Daerah


Kotamadya Mojokerto, (Mojokerto: Sub-Dit-Sus, 1974), hlm. 66.

Pada masa pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini, Indonesia mulai

memasuki pembangunan nasional Pelita I. Pelaksanaan Pelita I yang dilakukan

secara nasional adalah pemberian bantuan atau subsidi kepada desa yang diatur

dalam Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1969 dan Instruksi Presiden yang

dikeluarkan setiap tahun. Bantuan tersebut dikenal dengan nama Inpres Bantuan

Desa, dengan subsidi yang diberikan berupa uang sebesar Rp 100.000 untuk tiap

desa yang digunakan untuk membangun prasarana desa81. Pemberian subsidi pada

81
Taliziduhu Ndraha, Pembangunan Masyarakat: Menciptakan Masyarakat
Tinggal Landas, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1990), hlm. 64.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

39

masa pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini sudah mengalami lima kali

pemberian subsidi kepada masing-masing kepala desa untuk meningkatkan

bangunan-bangunan prasarana perhubungan, pertanian, maupun prasarana

pemerintahan yang secara keseluruhan mencapai Rp 1.200.000 untuk 12 Desa.

Pencapaian dari 12 Desa tersebut yang paling menonjol adalah gotong-royong

masyarakat Desa Miji pada tahun 1972/1973 telah mewujudkan bangunan dari

Rp 100.000 dapat mewujudkan bangunan yang nilai bangunannya mencapai Rp

450.00082.

Selain pembangunan fisik di Kota Mojokerto, yang tidak kalah

pentingnya adalah program Keluarga Berencana (KB) yang menjadi program

nasional pada masa Orde Baru. Keberhasilan pelaksanaan program Keluarga

Berencana di Kota Mojokerto terbukti dengan dibentuknya Klinik Keluarga

Berencana (KKB) yang berasal dari beberapa unit, yaitu dari unit Departemen

Kesehatan sejumlah 7 klinik, dari unit swasta sejumlah dua klinik, dari unit ABRI

satu unit, dari unit instansi pemerintah lainnya satu klinik83. Keberhasilan itu

dapat dilihat dari peningkatan jumlah perempuan yang melaksanakan program

Keluarga Berencana sejak tahun 1971/1972 sampai dengan 31 Agustus 1973

BKKBN Kota Mojokerto melalui klinik-kliniknya telah berhasil mengumpulkan

sejumlah 4.223 orang yang mengikuti program keluarga Berencana84.

82
Sjarbini, op. cit., hlm 13.
83
Ibid., hlm. 57.
84
Ibid., hlm. 58.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

40

Masa pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini berakhir pada tanggal 7

Januari 1974, kemudian jabatan sebagai walikota digantikan oleh R. Soehartono

yang menjabat sebagai Walikota Mojokerto sejak tanggal 15 Januari 197485. Pada

masa pemerintahan R. Soehartono, ia membuat gebrakan baru dalam rangka

meningkatkan pengetahuan pegawai dengan melakukan ceramah umum mengenai

GBHN di Gedung Nasional Majapahit pada tanggal 31 Mei 1975. Untuk

selanjutnya akan dilakukan selama sebulan sekali agar masing-masing pimpinan

satuan unit kerja dijajaran pemerintah daerah mempunyai sikap cepat tanggap

terhadap kejadian ditengah kehidupan masyarakat86.

Pada tahun 1977 diadakan pemilihan anggota DPRD Kota Mojokerto

dengan menggandeng ABRI dan menggunakan Partai Golkar sebagai kendaraan

politik utama dalam membangun kehidupan politik nasional. Dalam kebijakan

Soeharto yang mengambil langkah untuk mengubah tata tertib yang menempatkan

DPR dan MPR sebagai institusi politik yang sepenuhnya berada dibawah

pengawasannya. Hak-hak yang dimiliki Soeharto sebagai kepala negara

diantaranya adalah menunjuk seperlima anggota DPR dan tiga perlima anggota

MPR. Tata tertib mengenai pembagian kursi DPR dan MPR tersebut sangat

membatasi peran politik dari PDI dan PPP, serta hanya menguntungkan Golkar

85
Sampurno, op. cit., hlm. 5.
86
Abdullah Masrur, Birokrat Tanpa Keberanian Tanpa Hati Nurani, (Bogor:
Swawedar 69, 2001), hlm. 71

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

41

yang tentu saja menjamin berlanjutnya dominasi pemerintah Orde Baru yang

mengabaikan pandangan mayoritas publik87.

Pemberlakuan kebijakan tersebut terlihat dalam susunan keanggotaan

DPR Kota Mojokerto terpilih yang terdiri atas wakil-wakil dari organisasi peserta

pemilihan, yakni Organisasi Sosial Politik Golongan Karya (Golkar), Partai

Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta wakil

dari Golongan Karya ABRI. Perwakilan dari keempat kekuatan politk tersebut

dalam DPRD berbentuk fraksi88. DPRD Tingkat II Kotamadya Mojokerto

berdasarkan Keputusan Gubernur Daerah Tingkat I Jawa Timur sejumlah 20

Orang yang terdiri dari beberapa Fraksi, diantaranya Fraksi Persatuan

Pembangunan sejumlah 5 Orang, Fraksi Golongan Karya sejumlah 10 Orang,

Fraksi ABRI sejumlah 3 Orang, dan Fraksi Demokrasi Indonesia sejumlah 2

Orang89. Adapun nama-nama anggota DPRD pemilihan tahun 1977 dapat dilihat

dalam tabel dibawah ini:

87
Dwi Wahyono Hadi, “Propaganda Pemerintah Orde Baru Tahun 1966-1980”,
(Skripsi, tidak diterbitkan pada Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Airlangga, 2012), hlm. 19.
88
Fraksi ABRI dalam melaksanakan fungsi sosial politik dilembaga
permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat merupakan ujung tombak ABRI untuk
memperjuangkan konsepsi-konsepsinya tentang pembangunan Nasional di segala bidang.
ABRI mewakili golongan karya ABRI seperti halnya dengan fraksi lain. Soebijono dkk,
Dwifungsi ABRI : Perkembangan dan Peranannya Dalam Kehidupan Politik di
Indonesia, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press. 1992), hlm. 146-147.
89
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Mojokerto, op. cit.,hlm. 35.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

42

Tabel. 5.
Daftar Nama Anggota DPRD Kota Mojokerto Tahun 1977

Unsur Nama Jabatan


ABRI Let. Kol. Soehadi Ketua
Golkar Noermansya Badjuri, B, BA Wakil Ketua
PPP 1. H. Ahmad Rifa’i 4. Machfoed Ali
2. Ach. Ansor Cholil, Ba 5. Zuhria
3. Achmad
Golkar 1. Imam Soepardi 6. Ny. Srimiati Soekirno
2. Ny. Hari Soejanti, S 7. Soebijanto Bastam
3. Sigit Moerdojo 8. Soetjipto
Anggota
4. Harjono Hardjo Soegito 9. R. Soetihardjo
5. Sono Soedibjo Pronoprawiro
ABRI 1. Mayor Moch. Tojib
2. Roemadi
PDI 1. Listyowardojo
2. R. Rooswandi

Sumber: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Mojokerto, Karya Lima Tahun
DPRD Kotamadya Dati II Mojokerto (Kurun Waktu Tahun 1977-1982) Sebagai Wakil
Rakyat, (Mojokerto: Pemerintah Kota Mojokerto.1982), hlm. 49.

Struktur keanggotaan DPRD Kota Mojokerto mengalami perubahan

dua kali yang kemudian digantikan oleh anggota baru dari fraksi yang sama.

Anggota DPRD dari fraksi PPP yang mengundurkan diri yaitu Machfoed Ali,

kemudian digantikan oleh Yazid Qohar yang diangkat sebagai anggota DPRD

fraksi PPP sejak tanggal 21 Mei 1979 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur

Jawa Timur Nomor 012.4/33/1979/SK. Fraksi Golkar juga mengalami perubahan

karena salah satu keanggotaannya meninggal dunia yaitu Sono Soedibjo

Pronoprawiro yang digantikan oleh Astro sejak tanggal 13 Maret 1982 yang

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

43

diangkat berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor

170.416.13/1982/SK90.

90
Ibid., hlm. 52.

Skripsi KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN SARI RAHMAWATI


WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989

Anda mungkin juga menyukai