Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI SYARIAH

KELOMPOK 5 :

1. Muh.Akbar (90100118026)
2. Sri maghfirah (90100118029)
3. Aninda Aprilia (90100118031)
4. Rismayanti (90100118033)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
EKONOMI ISLAM
2019/2020
Bab 8

GARIS BESAR PEMIKIRAN MAKNA DAN PENGAKUAN ASET MENURUT


ENTITAS PONDOK PESANTREN SALAF

A. Aset dari sudut pandang pondok pesantren


Makna aset bagi komunitas pondok diartikan berbeda dengan makna yang terkandung

dalam akuntansi konvensional. Dalam entitas pondok pesantren, aset lebih dimaknai

sebagai harta yang pada hakikatnya bukan milik manusia melainkan sebatas titipan Allah,

sehingga harus dikelola dan dibelanjakan dijalan Allah. Kita sebagai hamba tidak

berkuasa penuh atas keberadaan herta tersebut, sehingga kita tidak berdaya jika sewaktu-

waktu Allah bosan menitipkan pada kita dan mengambilnya kembali. Baik dengan cara

baik-baik maupun dengan cara tidak baik. Itulah satu ajaran tentang hidup yang sudah

menjadi bagian doktrin di lingkungan pondok pesantren.

Entitas pondok pesantren menganggap aset sebagai suatu bentuk amanah yang telah

diberikan pada manusia dari Sang Khaliq, untuk dikelola dan dimanfaatkan dijalan yang

benar. Sebagai harta titipan, aset tersebut harus disucikan dengan cara bersedekah kalau

hal itu jumlahnya kurang dari nisab,dan wajib dikeluarkan zakatnya kalau itu sudah

masuk dalam nisab. Nisab merupakan batasan jumlah kekayaan yang sydah wajib

dikeluarkan zakatnya.

Karena aset dipandang sebagai amanah, maka sebagai umat islam yang taat, aset yang

dimilikinya harus diperoleh dan dibelanjakan dijalan Allah., sehingga apa yang mereka

lakukan ini sesuai dengan ajaran yang mereka yakini. Bahwa jika seseorang bisa

memagang amanah, maka mereka adalah golongan orang-orang yang beriman, dan

sebagai imbalan bagi orang-orang berimn adalah surga Firdaus, seperti yang telah

difirmankan Allah dalam surat Al-Mu’minuun[23] ayat 8,10 dan 11 yang artinya
Dan orang yang memlihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya (ayat 8)

Mereka itulah orang orang yang akan mewarisi (ayat 10)

(yakni) yang akan mewarisi surga firdaus, mereka kekal didalamnya (ayat 11)

Sebagai lembaga atau organisasi kemasyarakatan dan keagamaan yang tidak

beririentasi pada laba, tujuan utama dari keberadaan pondok pesantren adalah untuk

pemberdayaan masyarakat dibidang keagamaan. Sehingga, para pengelola pesantran

(dalam hal ini adalah pengasuh,pengurus,dan pengajar) tidak mendapatkan imbalan upah

yang selayaknya, seperti dalam sebuah perusahaan yang profit oriented. Apa yang mereka

kerjakan adalah atas dasar ibadah, sehingga apapun yang mereka kerjakan dilakukan

dengan penuh rasa ikhlas. Dalam menjalankan aktuvitasnya, para ponpes juga tidak lepas

dari pengelolaan keuangan, karena setiap kegiatan pesantren selalu membutuskan

pembiayaan. Sehingga, meskipun dalam bentuk yang sederhana, para pengelola pesantren

tersebut secara otomatis juga melakukan praktik akuntansi, tentunya model pondok

pesantren. Yang menginformasikan besarnya dana masuk, besarnya dana keluar dan

besarnya saldo.

B. Aset Lahiriah : Bagian dari sumber pendanaan pesantren


Lahiriah diartikan sebagai bentuk penampakan suatu benda, karena segala

sesuatunya dapat dengan mudah diliht oleh mata, sehingga mudah untuk menghitungnya.

Dengan kata lain bisa dinominalakan. Iurang wali santri meskipun bukan sumber utama

bagi keberhasilan hidup pesantren, tapi juga memberikan kontribusi materi yang cukup

berarti, terutama walin santri yang termasuk kategori kaya,biasanya memberikan

sumbangan yang lebih besar dari umumnya. Dalam pesaantren untuk iuran dana dari wali

santri tidak ada standarnya, semua diminta atas dasar keikhlasan. Karena dengan begitu
dana yang diperoleh pesantren sebiasa mungkin merupakan dana yang halal berkah

(sehingga tidak ada unsur paksaan dalam mengeluarkan sumbangan, bahkan tidak

menyumbang pun tidak ada perbedaan perlakuan terhadap santri), begitu juga dana yang

berasal dari para donatur-donatur tetap maupun donatur musiman (donatur yang hanya

menyumbang pada saat acara-acara tertentu,misalnya pada tahun ajaran baru,atau pada

saat haflah atau perpisahan pondok pesantren). Semua itu adalah bentuk dari aset lahriah.

Dana-dana tersebut kemudian dialokasikan tiap tiap pos yang membutuhkan. Selain itu

digunakan untuk pengembangan sarana dan prasarana yang ada dalam pondok pesantren.

Bentuk aset lahriah yang lainnya berasal dari sumber kegiatan pendapatan ekonomi

pesantren yang berupa kopontren, usaha pertanian,peternakan, dan perkebunan yang

dikelola oleh para pengurus pesantren. Keuntungan hasil ekonomi tersebut telah

dikurangi dengan biaya-biaya yang terkait dan menjadi laba bersih, semua akan

dialokasikan pada biaya pengembangan dan pengelolaan pesantren.

C. Aset Batiniah : Jiwa Amanah dan Ikhlas sebagai kekayaan utama


Aset batiniah merupakan kebalikan dari aset lahiriah. Dikatakan batiniah karena aset

ini tidak berwujud dan berasal dari dalam diri pribadi tiap-tiap pengelola pondok

pesantren. Yang termasuk dalam aset batiniah ini menurut merekaadalah amanah yang

berbentuk dasi sifat sabar,neriman,noman,ngalah,akas,temen. Selain amanah ada juga

ikhlas. Dalam menjalankan aktivitas yang ada dilingkungan pesantren.

Aset batiniah merepukan penyebutan dari bentuk kekayaan yang sifatnya tidak kasat

mata, bentuk aset ini berasal dari hati nurani setiap insanm dan kemudian tercermin dari

kepribadian dan perilaku. Amanah dan ikhlas itulahndua aset dalam batiniah yang

menurut entitas pondok pesantren sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup

pesantren, karena keduanya bisa membentuk karakter yang benar-benar berpengaruh


positif pada pertumbuhan pesantren dimasa mendatang. Pengaruh itu akan tampak pada

setiap keputusan yang diambil oleh para pengelola dalam segala hal.

Karakter amanah yang sudah melekat pada manusia akan membimbingnya untuk

selalu berhati hati dalam mengerjakan segala sesuatu dengan penuh tanggung jawab.

Begitu juga sengan ikhlas karakter ini akan membentuk pribadi yang santun karena apa

yang mereka kerjakan semata-mata karena Allah. Amanah dan ikhlas itu merupakan dua

hal yang selalu ditekankan dalam lingkungan pondok pesantren, karena dua karakter ini

jika sudah tertanam pada jiwa tiap-tiap individu, maka pekerjaan yang berat sekalipun

akan terasa ringan kalau dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab. Faktor

kebersamaan dan rasa ingin memiliki pesantren, telah memupuk loyalitas mereka,

sehingga dalam menjalankan aktivitas kesehariannya akan berjalan secara otomatis tanpa

harus diawasi semua akan berjalan lancar.

D. Kekayaan materi sebagai wujud dari aset Lahiriah


Lahiriah bisa diartikan sebagai sesuatu yang kelihatan dan dapat dengan mudah

didentifikasi secara fisik. Sehingga dapat dihitung atau dinilai dengan uang. Aset lahiriah

merupakan bentuk kekayaan yang ada wujudnya atau tampak oleh mata, yang bisa

digunakan untuk kesejahteraan pondok pesantren secara keseluruhan. Wujud artinya ada

atau kelihatan. Maka dapat dihitung beberapa aset lahiriah yang dimiliki pondok

pesantren, dan bagaimana pemeliharaan serta pemanfaatannya.

Jenis aset semacam itu menurut para pengelola pesantren agar benar-benar amanah

dalam mendistribusikannya. Karena menurut mereka kekayaan melimpah itu sebenarnya

adalah amanah dari tuhan yang digunakan sebagai alat mensejahterakan umat. Sehingga

dalam membelanjakannya harus sesuai aturan dan ajaran agama islam. Salah satu bentuk

pengaturab dalam pemakaian harta adalah dengan adanya perintah zakat bagi harta yang

sudah wajib dikeluarkan zakatnya. Hal itu telah diperintahkan allah dalam QS.Al-A’laa :
14 sebagai cara untuk membersihkan diri dari harta yang tidak halal. Atau dengan adanya

anjuran bersedekah pada pihak-pihak yang berhak menerimanya untuk mensucikan harta

tersebut, karena sebenarnya ada hak-hak mereka dalam harta yang kita peroleh.

ASET Lahiriah

Jenis Usaha Jenis Usaha

Profit Oriented non prifit Oriented

Kopontren,pertokoan Iuran wali santri,

Peternakan,pertanian Bantuan dari donatur,

Perkebunan, perikanan Hibah yang tidak mengikat

E. Sumber Aset Lahiriah


Sebenarnya yang masuk dalam kategori kekayaan lahiriah menurut pondok pesantren

ini sumbernya banyak, berasal dari berbagai jenis usaha yang dilakukan oleh pesantren,

selain iuran dari wali santri, dana dari kantong pribadi kiai, sumbangan dari para

simpatisan yang jelas sumbernya. Dan berbagai hibahnyang tidak mengingat dari instansi

manapun. Untuk iuran dari wali santri biasanya pesantren salaf tidak menetapkan

beberapa jumlah yang harus dibayar setiap santrinya, melainkan semampunya. Banyak

juga para wali santri yang tidak membayar ajeg (rutin) bagi setiap bulannya tapi tidak

dipermasalahkan pesantren, karena memang mereka dari keluarga tidak mampu.

Sehingga kembali pada komitmen awal berdirinya pesantren, yaitu untuk memperbanya

numat Nabi Muhammad Saw. Yang menegerti tentang agama secara utuh yang mendalam
serta mampu mengamalkannya secara istiqamah. Karena menurut mereka itu merupakan

bekal utama dalam mengarungi hidup bisa mengendalikan manusia dari hawa nafsu yang

terkadang menyesatkan.

Bagi pondok pesantren yang terpenting dana tersebut harus diperoleh dari sumber dan

proses yang halal sehingga membawa keberkahan. Pada umumnya pondok pesantren

salaf dalam menggali dana untuk aktivitas pesantren, tidak semata-mata mengandalkan

sumber dana dari wali santri maupun donatur yang simpati saja, melainkan banyak

sumber. Pondok pesantren juga memiliki kegiatan atau usaha ekonomi yang bersifat

profit orinted, dimana keuntungan dari usaha ekonomi tersebut tujuan utamanya untuk

memenuhi dana pondok pesantren. Usaha ekonomi yang dijalankan pada umumnya

berupa perdagangan,pertanuan,perkebunan,dan perikanan. Sehingga bisa dimasukkan

dalam kategori usaha profit oriented. Dalam mengakui keuntungan yang diperolehnya,

sebelum masuk kas pesantren biasanya dikurangi terlebih dahuku biaya biaya yang

melekat pada usaha tersebut, termasuk upah untuk pengelola dan yang terpenting adalah

zakatnya. Sehingga keuntungan tersebut benar-benar bersih pada saat dialokasikan

kedalam pesantren. Rezeki yang berkah akan jauh lebih baik dibandingkan dengan rezeki

melimpah tetapi tidak berkah, biasanya jenis rezeki yang semacam itu diperoleh diperoleh

dengan cara yang tidak halaldan akan selalu mendatangkan bala’ atau bencana. Segala

sesuatu yang mengandung unsur berkah memang tidak bisa dirasionalkan, tapi hal itu

benar adanya bukan sekedar keyakinan semata. Hal itu juga dijelaskan dalam firman

Allah yang intinya bersedekahlah dijalan allah, maka akan dilipat gabdakan hartamu dari

sumber yang tidak diduga-duga datangnya. Ajaran itulah yang diyakini dan diamalkan

para pengelola pondok pesantren salaf dalam pengelola aset yang dimilikinya untuk

membesarkan pesantren. Adapun sumber aset lahiriah dalam entitas pondok pesantren

dapat dikelompokkan kedalam dua golongan sebagai berikut :


1. Jenis pendapatan dari usaha bersifat profit oriented
Jenis usaha dalam pondok pesantren yang bersifat profit oriented terdiri dari

beberapa macam. Antara lain

kopontren,pertokoan,peternakan,pertanian,perkebunan,dan perikanan. Meskipun

masuk dalam kategori jenis usaha yang profit oriented, semua jenis usaha tersebut

dikelola dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab (amanah). Kebanyakan mereka

tidak mengharapkan imbalan berupa materi (upah) tetapi semua dijalankan dengan

mengharap berkah. Berapapun upah yang mereka terima selalu disyukurinya,

meskipun tidak sebanding dengan pekerjaan yang merke lakukan. Amanah dan

ikhlas merupakab tujuan utama bagi mereka dalam mendapatkan berkah dan

kiainya. Hal itu merupakam cermin dari kepatuhan santri pada kiai.

2. Jenis pendapatan besifat non profit oriented


Untuk jenis dana yang ini berupa iuran wali santri, bantuan dari donatur, dan

hibah yang tidak mengika. Satu hal yang menjadi perhatian para kiai dalam

menerima jenis bantuan adalah, bahwa dana tersebut harus jelas, halal dan tanpa

tendensi apa pun. Adapun jenis-jenis dana yang bersifat non profit oriented

tersebut bisa berupa iuran wali santri, bantuan dari donatur, dan hibah yang tidak

mengikat.

F. Kekayaan Mental Spiritual Sebagai Wujud dari Aset Batiniah


Mental dan spiritualitas manusia itu adalah satu kesatuan. Artinya, keduanya saling

memengaruhi, ketika sesoarang memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi, maka secara

mental dia memiliki kepribadian yang baik pula. Karena orang yang tingkat
spiritualitasnya tinggi, bertindak sesuai dengan ajaran islam dan tidak berdasarkan logika

semata. Hal itu menjadikan orang lebih amanah.

G. Aset Mental Menurut Budaya Pondok Pesantren


Mental bisa disamakan dengan kepribadian sesorang, yang merupakan cerminan dari

isi hati dan fikiran orang tersebut. Pondok pesantren selain tempat menuntut ilmu jagama

juga merupakan tempat untuk menggembleng mental para santrinya agar bisa menjadi

manusia yang amanah. Karena hanya seorang amanah bisa memegang sebuah tanggung

jawab, apapaun bentuk tanggung jawab itu jika dijalankan dengan penuh amanah maka

sampailah pada tujuan yang diinginkan, tentunya dengan izin Alllah Swt.

Unsur amanah ini dinilai para kiai sebagai aset yang penting dibandingkan dengan

aset-aset yang lain berupa materi. Karena pribadi yang amanah merupakan sifat yang

harus dimiliki oleh setiap manusia sebagai khalifatullah fil ardhi. Karena tidak akan

tercapai kemaslahatan jika para pemimpin di muka bumi tidak memiliki kepribadian

tersebut. Dari pribadi-pribadi yang amanah itulah terletak kesuksesan sebuah institusi

atau organisasi. Seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Maidah sebagai berikut:

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra

Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.

Mereka satu sama lain tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.

Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu (QS Al-Maidah [5]:

78-79).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa amanah merupakan aset mental menurut

tradisi pondok pesantren yang merupakan salah satu modal untuk menjalankan amar

ma’ruf nahi munkar, dimana amanah tersebut bisa dibangun dengan sifat sabar, neriman,
loman, ngalah, akas, temen yang ditanamkan pada setiap individu dalam pesantren, mulai

dari pengasuh pesantren, pengurus, dan ustaz serta para santri.

Dari semua penjelasan tentang aset mental menurut pondok pesantre , disini Hawari

(2001) dalam Widati (2010:78) mengartikan mental sebagai suatu kepribadian yang

merupakan kebulatan dinamika yang dimiliki seseorang dan tercermin dalam sikap

perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Jadi dapat disimpulkan bahwa mental adalah

pendorong seseorang dalam melakukan suatu tindakan nyata dengan motivasi tindakan

tertentu.

Menerapkan semua itu bukanlah suatu hal yang mudah, perlu adanya penanaman

keyakinan sejak dini, disiplin, dan mental yang baik untuk mengamalkannya secara

istikamah. Sehingga sebagai khalifatullah kita bisa mengamalkan amar ma’ruf nahi

munkar seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT. dalam firmannya yang artinya:

(Lukman Berkata) Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan mencegah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal

yang diwajibkan (oleh Allah). (QS Luqman [31] : 17)

Perintah yang harus dilakukan dalam ayat tersebut, benar-benar memerlukan tekad,

ketegaran, dan ketepatan hati untuk menjalankannya (Ilyas, 1999: 40). Di sinilah nilai

mental memainkan peran penting. Mental ini menentukan karakter manusia yang

tercermin dalam tindakannya. Mental melahirkan tindakan, dimana tindakan merupakan

penampakan paling mudah dilihat dari fenomena jiwa (Samuji, 2010:122).


H. . Sabar, Neriman, Ngalah, Akas, Temen sebagai Pilar Terbentuknya Pribadi yang
Amanah

Sabar, beriman, loman, ngalah, akas, temen merupakan kosa kata jawa yang sampai

saat ini dijadikan slogan di banyak pondok pesantren salaf, dan kata-kata itu tidak hanya

sebatas slogan melainkan benar-benar diajarkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sabar merupakan sebuah sikap yang tenang, dan ketenangan itu sumbernya berasal dari

dalam hati nurani yang membuat sesorang mampu menahan diri dari amanah dan

mengendalikan nasfsunya. Sabar itu bisa diartikan sebagai sikap yang diam dan selalu cair

dalam menghadapi permasalahan sepelik apa pun. wong seng kanggonan sabar, dia akan

menghadapi segala sesuatu dengan tidak grusu-grusu., melainkan diperhitungkan dengan

matang baik buruknya. sabar itu juga bisa diartikan sebagai jiwa yang tenang. orang yang

hatinya tenang maka fikirannya pun ikut tenang. dengan begitu segala tindakan dan

keputusannya tidk dipengaruhi oleh setan, sehingga kuncinya terletak pada pengendalian

hawa nafsu. karena hawa nafsu pada diri manusia itu sering kali dikendalikan oleh setan.

kalau sudah demikian,maka bukan lagi kemaslahatan yang tercipta melainkan kerusakan dan

kemaksiatan.

Neriman atau istilah bahasa arabnya kona’ah. merupakan sikap yang berkaitan dengan

sabar. Neriman ini merupakan sifat pasif tetapi diikuti dengan perasaan yang ikhlas terhadap

sesuatu yang dihadapinya. neriman itu beda dengan pasrah, kalau pasrah itu orang yang tidak

berdaya sementara hatinya berontak.sedangkan neriman orang gersebut pasrah dan hatinya

ikhlas. terkadang demi tercapainya suatu tujuan mulia kita harus mengorbankan milik kita

yang berharga. dan hanya aorang yang neriman saja yang mampu melepaskan barang

berharganya tersebut dengan penuh ikhlas, karena ia yakin Allahg mempunyai rencana

dibalik semuanya. seseorang yang memiliki sifat neriman maka ia akan tau batasan-batasan

dalam setiap perbuatannya. Kalau dilingkungan pondok pesantren sifat neriman ini dilatih
dengan membiasakan diri selalu mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah dalam kondidi

apa pun.

Loman atau istilah bahasa arabnya Assakho’ merupakan kerelaan hati dengan sukarela

melepaskan apa yang disukainya untuk diberikan pada orang lain yang menginginkannya.

dengan bersikap loman maka kita termasuk orang yang bisa mengamalkan ajaran agama.

Bukankah islam mengajarkan perbanyaklah sedekah, karena sedekah itu selain

menghindarkanmu dari balak juga rezekimu akan dilipatgandakan oleh Allah. Loman itu ada

batas-batasannya. Dawuhe nabi “sampean iku kudu loman ning kudu enek batase”. Jika kau

terlalu loman maka kau akan diperas, dan jangan terlalu perhitungan kau akan jadi orang

kikir. maka yang baik adalah yang tengah-tengah.

Pilar selanjutnya adalah ngalah. Kerelaan untuk menyenangkan orang lain dengan

melepaskan kesenangan individu, mau berkprban untuk kepentingan dan kebaikan orang lain

diatas kepentingan dan kesenangannya sendiri, merupakan cirri dari sifat ngalah. Ngalah itu

menun jukka kedewasaan diri pribadi seseorang, “ngalah bukan berari kalah”. Orang yang

ngalah itu ibarat air yang membawa kesejukan, dan sebalinya orang yang tidak bisa mengalah

itu diibaratkan bara api yang suatu saat akan membakar dirinya sendiri. Sifat ngalah ini

sebenarnya masih memiliki keterkaitan dengan sabar dan neriman. Ngalah dalam hal ini

bykan berarti tidak berdaya melainkan menjalankan sesuatu dengan bujaksana, karena

tindakan lahir yang dilakukan senada dengan apa yang ada didalam hati. tidak ada unsure

dendam didalamnya melainkan semata-mata tujuannya untuk kemaslahatan bersama. Kalau

dalam pondok pesantren sikap ngalah ditanamkan dengan membiasakan para santrin untuk

selalu menghormati hak-hak orang lain dan saling menolong sesame untuk menjaga

kerukunan.
Pilar selanjutnya adalah akas yakni cekatan dalam menyelesaikan segala sesuatu. apa

yang dikerjakannya bukan karena ada kepentingan tertentu melainkan semata-mata karena

tanggung jawab sehingga dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Cekatan dan tidak tidak

mengeluh terhadap setiap pekerjaaan yang sudah diniati ibadah, meskipun berat secara fisik

maka akan ringan dihati. sifat akas diaplikasikan dalam pondok pesantren dengan kerja bakti

dilingkungan pesantren, selain mengerjakan tugas-tugas lainnya dengan penuh tanggung

jawab.

Temen artinya bersunggung-sungguh dalam menjalankan setiap amanah yang

dipercayakan kepadanya. Dengan kata lain bertanggung jawab. Temen itu suatu perkataan

dan perbuatan itu sejalan. Antara lisan dengan hati itu seirama, sehingga tidak ada yang

ditutup tutupi atau tidak ada kebohongan didalamnya. Orang yang temen itu pasti amanah

karena kejujuran yang dipegangnya sehingga bisa dipercaya. Dalam pondok pesantren ada

banayak aturan, salah satunya adalah bagi yang tidak jujur akan dapat sanksi. Hal tersebut

merupakan salah satu cara untuk menanamkan atau membiasakan para penghuni pesantren

agar bersikap jujur atau temen.

I. Aset Spiritual Menurut Budaya Pondok Pesantren


Sama seperti aset mental aset spiritual ini tidak tampak tapi bukan berarti tidak ada

melainkan kita bisa merasakannya.Aset ini terwakili oleh tingkat keimanan

seseorang,seberapa besar orang tersebut mampu meletakkan dirinya pada posisi yang benar

benar-benar ikhlas dalam menjalani setiap aktivitas kehidupan dan menyelesaikan segala

permasalahan.ikhlas di snini berarti tidak pernah mengharapkan imbalan atas apa yang tela

dilakukannya untuk keuntungan dan kebahagiaan orang lain.Semua telah dipasrahkan kepada

allah swt, dengan berkeyakinan bahwa allah akan membalas segala kebaikan yang kita

lakukan baik secara langsung semasa hidup di dunia maupun nanti pada saat di kehidupan
akhirat.Ikhlas ini merupakan manifestasi dari tingkat keimanan seseorang mulai dari

iman,islam dan ihsan.Aset batiniah merupakan aset yang tertanam dalam kalbu atau hati

nurani itu sura tuhan jadi tidak mungkin salah,Apalagi menjerumuskan kejalan yang

sesat.Kalbu adalah hati yang membimbing manusia untuk selalu berbuat kebaikan dan

kejujuran,dalam kalbu inilah tertanam aset batiniah yang berupa spritualitas seseorang .Jika

mengerjakan segala sesuatu itu,diniati ibadah maka akan ada keikhlsan di dalamnya.

Spritualitas hanya ada dalam situasi bebas ,termasuk kebebasan dari kekuatan

pikiran,Manusia kemudian didorong oleh kesadaran dalam dirinya sendiri untuk melakukan

sesuatu.Dimana sesuatu itu tidak dapat dijangkau oleh pikiran ,dan tidak dapat diungkapkan

dengan kata-kata .Widati(2010:100) mengatakan bahwa komitmen spritul adalah:

Sesuatu yang menggerakkan seseorang melakukan suatu pekerjan tidak semata mata

karena mengharapkan imbalan(komitmen intelektual atau materi)atau karena ikatan berupa

bentuk hubungan atau emosi tertentu(komitmen mental atau emosional ) tetapi ia

melakukannya demi kebahagiaan mengerjakan sesuatu dan memberikan sesuatu.

Lain lagi dengan capra mengartikan pengalaman spritual sebagai berikut:

Pengalaman spiritual adalah pengalaman akan hidupnya pikiran dan jasad sebagai satu

kesatuan.SelanJutnya pengalaman akan kesatuan ini melampui bukan sajaj antara pikiran dan

badan,tetapi juga antara diri dan dunia.Pusat kesadaran dalam momen spritual adalah

perasaan yang menyatu dan mendalam dengan segala Sesuatu ,perasaan kebersamaan dengan

seluruh alam semesta(capra 2000).

Dari pembahasan materi diatas dapat disimpulkan bahwa aset spiritual menurut

entitas pondok pesantren itu adalah ikhlas yang merupakan muara dari tingkt keimanan tiap

individu.dimana tingkatan iman seseorang tersebut dimulai dari islam,iman,dan ihsan.


J. Islam ,Iman,dan Ihshan Sebagai Tingkatan Iman yang Bermuara Pada Ikhlas.
Tingkat spiritualitas tertinggi pada manusia adalah ihsan,ihsan dapat diartikan

sebagai pernyataan cinta kepada allah .Cinta manusia kepada allah mampu menggeser

cinta manusia kepada yang lain.Tidak terkecuali cintanya manusia pada materi

duniawi.Seperti yang dijelaskan dalam sabda nabi Mummad Saw, yang diriwayatkan oleh

HR Muslim:

Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rasulullanh Saw tiba-tiba muncul

seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam.Kemudian ia

duduk dihadapan Nabi Muhammad Saw dan meletakkan kedua tangannya diatas kedua

pahanya kemudian berkata

Wahai Muhammad ,terangkanlah kepadaku tentang islam kemudian Rasulullah Saw

menjawab:

Islam yaitu hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang hak disembah kecuali

allah dan sesunggunya Muhammad adalah utusan allah.Hendaklah engkau mendirikan

solat membayar zakat berpuasa pada bulan ramadan dan mengerjakan haji ke rumah allah

jika engkau mampu mengerjakan.

Orang itu berkata engkau benar.Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan

dia pula yang membenarkannya,orang itu bertnya lagi lalu terangkanlah kepadaku tentang

iman. Rasulullah saw menjawab:

Hendaklah engkau beriman kepada allah beriman kepada para malaikatnya kitab

kitabnya para utusannya hari akhir dan hendaklah engkau beriman kepada takdir yng baik

dan takdir yang buruk.

Orang tadi berkata engkau benar.Lalu orang itu bertanya lagi,lalu terangkanlah

kepadaku tentang ihsan


Beliau menjawab :

Hendaklah engkau beribadah kepada allah seolah-olah engkau melihatnya.Namun jika

engkau tidak dapat beribadah seolah-olah melihatnya sesungguhnya ia melihat engkau.

Lalu nabi Muhammad Saw bersabda wahai umar tahuka engkau siapa orang yang

bertanya itu? Aku menjawab allah dan rasulnya yang lebih mengetahui .Lalu beliau

bersabda:dia itu adala malaikat jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan

agama kalian (hr muslim).

Dari hadis ini maka tampak jelas bahwa ihsan merupakan tingkat spritulitas yang

lebih tinggi disbanding iman. Sedangkan iman merupakan tingkat spritualitas yang lebih

tinggi di banding islam. Menurut ibnu taimiyah dalam an-nawwi menjelaskan bahwa

ihsan merupakan puncak tertinggi dari spritualits manusia.Begitu juga dengan bekerja di

pondok pesantren salaf itu merupakan suatu bentuk pengabdian yang secara material jauh

dari cukup,ikhlas menjalaninya itu suatu kunci dalam melaksanakan tanggung jawab dan

kewajiban secara bersungguh sungguh karen yang menjadi orientasi mereka adalah

ibadah,dan mengharapkan berkah. Seseorang yang sudah bisa mengistikamahkan

ikhlas,maka dia termasuk golongan orang orang yang beruntung karena hidupnya pasti

penuh dengan keberkahan.

K. Pengakuan Aset
Bentuk pelaporan aset atau kekayaan versi pondok pesantren secara garis besar dari

ketiga pondok pesantren yang peneliti amati memiliki kesamaan yaitu sebatas pencatatan

sederhana berupa arus kas (kalau didalam istilah akuntansi konvensioanl) untuk aset atau

kekayaan yang berwujud kas.Sedangkan untuk kekayaan lahirialah yang berwujud non

kas ,hanya dilakukan pengarsipan sederhana atas bukti bukti yang berupa sertifikat-

sertifikat ,surat keterangan bermeterai atau aset yang telah dihibakan pada pondok

pesantren.
Dalam hal pemanfaatan ,pengelolaan aset lahiria dalam pondok pesantren dilakukan

atas dasar kepercayaan para kiai kepada orang-orang kepercayaannya yang menjungung

tinggi kejujuran.Oleh karena itulah disini peran aset batiniah sangat besar

keberadaannya.Karena aset batiniah itu akan mewarnai bentuk pelaporan keuangan yang

dibuat dan dilaporkan pada para kiayi.Berdasarkan makna aset yang ada diatas maka

implikasinya pada bentuk pelaporan aset dalam enititas pondok pesantren sangat tampak

berbeda dengan penyajian aset menurut akuntansi akuntansi pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai