Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Word Health Organization (WHO), di negara maju
walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden gastroenteritis atau diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi
masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap
tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum
menderita gastroenteritis atau diare infeksi. Tingginya kejadian
gastroenteritis di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan
waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp,
Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) (Sinaga,
2009).
Di Indonesia dari 2.812 pasien gastroenteritis atau diare yang
disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi
seperti Jakarta, Jawa, Sumatra yang dianalisa dari 2004 s/d 2005. Menurut
Mary Phillips (2010) penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti
dengan Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella
typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi
A.
Berdasarkan data profil kesehatan 2011, jumlah kasus diare di Jawa
Tengah berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus
gastroenteritis dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan
penderita yang terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah
sebanyak 54 orang. Dari laporan surveilan terpadu tahun 2010 jumlah kasus
diare didapatkan 15,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,20% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. ( Haryawan, 2011).
Hal ini kalau tidak segera ditangani akan mengancam keselamatan
klien misalnya, jika terjadi dehidrasi akan menyebabkan syok hipovolemik,

1
serta dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan hai ini disebabkan oleh
kurangnya makanan yang tidak dapat diserap oleh tubuh dan kurangnya
masukan makanan yang masuk dalam tubuh. Oleh karena itu peran perawat
dalam menangani klien dengan gangguan gastroenteritis adalah dengan
memonitor intake dan output klien, monitor tanda-tanda vital, monitor
asupan makanan dan diet klien, menyarankan pada klien untuk banyak
minum, menjaga personal hygiene, dan menjaga lingkungan agar tetap
nyaman dan tenang ( Haryawan, 2011).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat
masalah Gangguan Sistem Pencernaan dalam laporan asuhan Keperawatan
dengan judul Asuhan keperawatan pada pasien An.S dengan gangguan
sistem pencernaan Gastroenteritis Akut di RSUD Sleman Yogyakarta.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada
anak dengan diare
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi penyakit diare
b. Untuk mengetahui etiologi penyakit diare
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit diare
d. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit diare
e. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit diare
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakt diare

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cairan dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi dan terjadi
terus-menerus (Hendarwanto, 2009).
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2008). Diare
adalah infeksi saluran pencernaan di sebabkan oleh berbagai enteropatogen,
termasuk bakteria, virus dan parasit (Kliegman, 2012).
B. Etiologi
Menurut Dwienda dkk, 2014 penyebab diare dapat dibedakan menjadi
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini terdiri dari :
 Infeksi bakteri : vibrio, E Coli, Sallmonela, Shigella,
Campylobacter, yersinia dan aeromonas.
 Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cokxsackie,
poliomyelitis), adenovirus, rutavirus.
 Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoeba
histiolytika, trycomonas huminis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parentral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilokaringitis
Brunchopneumonia. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Factor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat disakarida dan monosakarida

3
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. faktor makanan : makanan basi, beracun ataupun alergi makanan
4. faktor psikologi : meskipun dari faktor ini jarang terjadi, rasa takut dan
cemas dapat menimbulkan diare pada anak.

C. Klasifikasi
Menurut Manggiasih dan Jaya, 2016 diare dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
a. Diare akut, merupakan diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik, merupakan diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
yang disertai dengan berkurangnya berat badan ataupun berat badan
tidak bertambah selama masa diare tersebut.

D. Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus
meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motiliasi usus yang
mengkibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Diare juga dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi sebagai akibat renjatan syok
hipovolemik, perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak., kesadaran
menurun dan bila tidak segera ditangani pasien akan meninggal (Alatas,
2009).

4
E. Pathway

F. Manifestasi Klinik
Menurut Soeparman & Waspadji (2010) manifestasi klinis yang
terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:
1. Diare dengan dehidrasi ringan
a) Kehilangan cairan 5% dari berat badan
b) Kesadaran baik (composmetis)
c) Mata agak cekung

5
d) Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
e) Berak cair 1-2 kali perhari
f) Lemah dan haus
g) Ubun-ubun besar agak cekung
2. Diare dengan dehidrasi sedang
a) Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan
b) Keadaan umum dan kesadaran umum koma (apatis)
c) Denyut nadi cepat sekali
d) Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
e) Ubun-ubun besar cekung sekali
f) Mata cekung sekali
g) Tugor/tonus kurang sekali
h) Selaput lendir kurang/asidosis
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan
(2011) yaitu :
a) Pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer lengkap dan ureum
kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C +)
b) Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam
basa)
c) Pemeriksaan toksik (C. Diffcile)
d) Antigen (E. Hystolitica)
e) Feses meliputi analisa feses (rutin: leukosit difeses)
f) Pemeriksaan parasite: amoeba, hif
g) Pemeriksaan kultur
H. Komplikasi
Sedangakan menurut Suraatmaja (2009), kebanyakan penderita
sembuh tanpa adanya komplikasi, tetapi sebagian mengalami komplikasi
dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.
Komplikasi dapat terjadi yaitu hypernatremia, hiponatrimia, demam,

6
edema, asidosis, hypokalemia, ileus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa,
muntah dan gagal ginjal.
I. Penatalaksaan medik
Menurut Depkes RI (2011), Program lima langkah tuntaskan diare
yaitu:
1. Rehidrasi menggunkan oralit osmolalitas rendah
a) Diare dengan dehidrasi sedang
Sampai umur 1 tahun : 50-100 ml setiap kali berak
Umur 1-5 tahun : 100-200 ml setiap kali berak
Meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari
mangkuk/cangkir,gelas, jika anak muntah tunggu 10 menit
kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
b) Diare dengan dehidrasi berat
Bawa anak ke RS atau klinik terdekat, beri cairan intravena
secepatnya, jika anak bisa minum beri obat oralit melalui mulut.
Beri 100 ml/kg cairan RL jika tidak tersedia berikan cairan NaCl,
<12 bulan pemberian pertama 30 ml/kg selama 1 jam, pemberian
berikutnya 70 ml/kg selama 5 jam. 12-6 tahun pemberian pertama
30 ml/kg selama e30 menit, pemberian berikutnya 70 ml/kg selama
2 setengah jam.
2. Zinc diberikan selama 10hari berturut-turut
a) Umur <6 bulan :1/2 tablet (10 mg) perhari selama 10 hari
b) Umur >6 bulan : 1 tablet (20mg) perhari selam 10 hari
3. Teruskan pemberian ASI (<6 bulan) harus diberikan sesering mungkin,
sedangkan amak yang yang sudah diberi MPASI (>6 bulan) diberikan
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit semi sedikit tapi
sering.
4. Antibiotik Selektif
Antibiotik tidak digunkan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita disebabkan oleh bakteri, antibiotik hanya bermanfaat pada

7
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis),
suspek kolera.
Obat-obatan anti diare juga tidak boeleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah
tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah
dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak. Obat anti protozoa
digunakan bila bakteri terbukti diare disebabkan oleh parasite (amuba,
giardia).
5. Pemberian Nasehat
Kapan harus membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
a) Diare lebih sering
b) Muntah berulang
c) Sangat haus
d) Makan/minum sedikit
e) Timbul demam
f) Tinja berdarah
J. Pencegahan Diare
Menurut Sodikia (2011) berbagai kuman penyebab diare disebarkan
melalui jalan orofekal seperti air, makanan,dan tangan tercemar. Upaya
pemutusan penyebaran kuman penyebab harus diputuskan pada cara
pencegahan ini. Adapun upaya yang sudah terbukti efektif sebagai berikut
1. Pemberian ASI ekslusif (pemberian makanan berupa ASI saja pada bayi
umur 4-6 bulan).
2. Menghindari penggunaan susu botol.
3. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI.
4. Penggunaan air bersih untuk minum.
5. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang feses bayi
sebelum menyiapkan makanan atau saat makan.

8
K. Pengkajian
Menurut Sodika (2011)
1. Didapatkan riwayat penyakit termasuk hal-hal berikut:
a. Kemungkinan memakan makanan atau air terkontaminasi.
b. Kemungkinan infeksi di tempat lain (misalnya pernapasan, infeksi
saluran kemih).
2. Lakukan pengkajian fisik rutin.
3. Observasi adanya manifestasi gastrienteritis.
4. Kaji status dehidrasi.
5. Catat keluaran rektal yang meliputi jumlah, volume, dan karakteristik.
6. Observasi dan catat adanya tanda-tanda yang berkaitan seperti
muntah,kram,dan tenesmus.
7. Bantu dengan prosedur diagnostik, misalnya tampung spesimen sesuai
kebutuhan feses untuk pH, berat, jenis, frekuensi; urin untuk pH, berat
jenis,frekuensi; HDL, elektrolit serum, kreatinin, dan BUN.
8. Identifikasi sumber infeksi misalnya periksa anggota rumah yang lain
dan rujuk pada pengobatan bila diindikasikan.

L. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Diare (T. Heather Herdman, 2015)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
Definisi : Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau
intraselular ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan
saja tanpa perubahan kadar natrium.
Kode : 00027
Domain : 2 (Nutrisi)
Kelas :5

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan makanan.

9
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
Kode : 00002
Domain : 2 (Nutrisi)
Kelas :1
3. Kerusakan integritas kulit ditandai dengan ekskresi
Definisi : Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis
Kode : 00046
Domain : 11 ( Keamanan/Perlindungan)
Kelas :2
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar status kesehatan
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom ( sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
Kode : 00146
Domain : 9 (Koping/Toleransi Stres)
Kelas :2

M. Tujuan Keperawatan (NOC)


Tujuan Keperawatan Diare (Sue Moorhead, 2016)
1. Kekurangan volume cairanberhubungandengankehilangancairanaktif.
a. Keseimbangan cairan
Tabel 1.1
NOC Keseimbangan cairan
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
tergang tergang tergang tergang tergang
gu gu gu gu gu

10
Skala outcome
1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator :
060101 Tekanan
1 2 3 4 5
darah
060122 Denyut nadi
1 2 3 4 5
radial
060107 Keseimbanga
n intake dan
1 2 3 4 5
output dalam
24 jam
060116 Turgor kulit 1 2 3 4 5
060117 Kelembaban
membran 1 2 3 4 5
mukosa

2. Ketidakseimbangannutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandenga
nkurang asupan makanan.
a. Status Nutrisi : Intake makanandancairan

Tabel 1.2
NOC Status Nutrisi : Intake makanandancairan
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
menyi menyi menyi menyi menyi
mpang mpang mpang mpang mpang
dari dari dari dari dari
rentang rentang rentang rentang rentang
normal normal normal normal normal
Skala outcome
1 2 3 4 5
keseluruhan

11
Indikator :
100401 Asupan gizi 1 2 3 4 5
100402 Asupan
1 2 3 4 5
makanan
100408 Asupan
1 2 3 4 5
cairan
100405 Rasio berat
badan/tinggi 1 2 3 4 5
badan
100403 energi 1 2 3 4 5
3. Kerusakanintegritaskulit ditandai dengan ekskresi.
a. Tissue Integrity skin (integriitasjaringankulit).
Tabel 1.3
NOC Tissue Integrity skin (integriitasjaringankulit)
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
tergang tergang tergang tergang tergang
gu gu gu gu gu
Skala outcome
1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator :
110101 Sensasi 1 2 3 4 5
110104 Hidrasi 1 2 3 4 5
110113 Integritas
1 2 3 4 5
kulit
110111 Perfusi
1 2 3 4 5
jaringan
110115 Lesi pada
1 2 3 4 5
kulit

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar status kesehatan.


a. Penerimaan : status kesehatan

12
Tabel 1.4
NOC Penerimaan : status kesehatan
Tidak Jarang Kadang Sering dilakuk
pernah dilakuk -kadang dilakuka an
dilakuk an dilakuk n secara
an an konsist
en
Skala outcome
1 2 3 4 5
keseluruhan

Indikasi :
130008 Menjelaska
n situasi 1 2 3 4 5
kesehatan
130020 Memotifasi
dengan hal 1 2 3 4 5
yang positif
130017 Edukasi
untuk
menyesuaik
an 1 2 3 4 5
perubahan
dalam status
kesehatan
130012 Menjelaska
n nilai-nilai 1 2 3 4 5
personal
130010 Mengatasi
situasi
1 2 3 4 5
kesehatan
yang

13
dialami

N. Intervensi (NIC)
Menurut Gloria M. Bulechek (2016)
1. Kekurangan volume cairanberhubungandengankehilangancairanaktif.
a. Manajemen Cairan (4120)
Aktivitas-aktivitas :
1) Monitor status hidrasi (memran mukosa lembab, nadi adekuat,
dan tekanan darahortostatik)
2) Pertahankan intake dan output yang akurat
3) Edukasi keluarga untuk membantu pasien makan
4) Kolaborasidengan dokter untuk pemberian obat

2. Ketidakseimbangannutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandenga
nkurang asupan makanan.
a. Manajemen Nutrisi (1100)
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Monitor asupan nutrisi
3) Edukasi pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan klien

3. Kerusakanintegritaskulit ditandai dengan ekskresi.


a. Manajemen tekanan (3500)
1) Kaji area kulit klien
2) Monitor kulit dari adanya kemerahan dan pecah-pecah atau luka
3) Edukasi klien untuk menjaga kebersihaan kulit agar tidak terjadi
infeksi
4) Kolaborasi dengan dokter untukpemberian terapi obat.

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar status kesehatan.

14
a. Pengurangan Kecemasan (5820)
1) Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
2) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
3) Berikan aktivitas pasien untuk mengurangi kecemasan
4) Berikan informasi terkait perubahan status kesehatan
5) Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
6) Kolaborasi dengan dengan dokter untuk pemberian terapi pada
klien

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare merupakan suatu keadaan frekuensi buang air besar melebihi
4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengaan konsistensi
feses encer. Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor
infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis. Apabila
penanganan tidak tepat dapat terjadi komplikasi seperti hypernatremia,
demam, edema, asidosis, hypokalemia, ileus paralitikus, kejang, intoleransi
laktosa, muntah dan gagal ginjal.
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya diare pada anak adalah pemberian asi eksklusif pada bayi umur
4-6 bulan, menghindari penggunaan susu botol, penggunaan air bersih
untuk minum, menjaga kebersihan tangan seperti mencuci tangan sebelum
dan sesudah membuang air besar dan membuang feses pada bayi sebelum
menyiapkan makanan atau saat makan

B. Saran
Diare merupakan penyakit yang dapat memyebabkan kematian pada
bayi maupun anak, maka dari itu diharapkan semua pihak dapat
mengupayakan strategi dalam mengurangi angka kematian pada bayi dan
anak akibat diare demi peningkatan kualitas anak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, H. & Hassan R, 2009. Buku Ilmu Kesehatan Anak, cetakan 11. Hal
1. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta

Depkes RI, 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta :
Depkes RI

Dwienda, Maita, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Neonatus, Bayi/Balita


dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish.

Gloria M. Bulecheck.,dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC)


(6th ed). Singapore: Elsevier Inc.

Herdman, T Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi


2015-2016. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Heryawan, Edi. 2011. Kasus Diare. Diunduh dari


http://harianseputarindonesia.com.Diakses pada 4 April 2018.

Hendrawanto. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit


Fakultas Kedokteran Jakarta : Interna Publising

Manggiasih, Vidia. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi Balita


dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Muttaqin Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Nelwan, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV :
Pemakaian Antinikroba Secara Rasional Di Klinik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Ngastinah, 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

17
Simatupang M. 2004. Analis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Diare Pada Balita Sibolga tahun 2003, program Pascasarjana. Mendari
: Universitas Sumatera Utara.

Sinaga, Yusuf. 2009. Gastroenteritis Akut. Diunduh dari


http://pustakakedokteran.com/gastroenteritis-akut. diakses Pada 10
September 2019

Soeparman & Waspadji. 2010. Ilmu Pengantar Dalam. Jakarta : BPFKUI

Sue Moorhead, d. 2016. Edisi Enam Nursing Outcomes Classification


(NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Suraatmaja. 209. Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto.

18

Anda mungkin juga menyukai