Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI BANGSAL SRIKANDI 5 RUMAH SAKIT AKADEMIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA (RSA UGM)

Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Dasar

Disusun Oleh:
Agata Niken Cahyaningrum
19/451261/KU/21778

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT,
DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
A. Chronic Kidney Disease
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu kondisi dimana ginjal mengalami
kerusakan jaringan sehingga tidak berfungsi optimal dalam menyaring darah dalam jangka
waktu lebih dari tiga bulan karena bersifat kronis. Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan
gejala yang spesifik. Pada tahap yang lebih lanjut, gejala yang muncul adalah kelalahan,
edema pada kaki karena ketidakseimbangan cairan, sesak nafas, dan adanya darah dalam
urin. CKD ditandai dengan adanya kadar albumin yang abnormal dan penurunan fungsi ginjal
yang dapat diketahui melalui laju filtrasi glomerulus (GFR/Gromerular Filtration Rate).
Nilai normal albumin yaitu 3,5-5,9 g/dL dan GFR (eGFR) yaitu 90-120 mL/menit per 1,73
m2.

Adapun lima stase yang membedakan setiap tingkatan CKD, yaitu:

 Stase 1: eGFR normal ≥ 90 mL / menit per 1,73 m2 dan albuminuria persisten


 Stase 2: eGFR bernilai 60-89 mL / menit per 1,73 m2
 Stase 3: eGFR bernilai 30-59 mL / menit per 1,73 m2
 Stase 4: eGFR bernilai 15-29 mL / menit per 1,73 m2
 Stase 5: eGFR <15 mL / menit per 1,73 m2 atau penyakit ginjal stadium akhir

Penyakit CKD ini bisa semakin memburuk dari waktu ke waktu terutama jika tidak
mendapatkan penanganan yang tepat dan tidak adanya perubahan pola hidup. Komplikasinya
antara lain penyakit kardiovaskuler seperti CHF, perubahan atau ketidakseimbangan elektrolit
dan cairan dalam tubuh, masalah kebutuhan nutrisi karena penurunan nafsu makan, dan gagal
ginjal yang hingga membutuhkan transplantasi ginjal. Terapi untuk CKD pada umumnya
yaitu hemodialisis serta farmakologi dengan memperhatikan penyakit penyertanya.
Contohnya Diabetes Mellitus akan diberi inhibitor dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4), glukagon-
like peptide (GLP), dan inhibitor sodium / glukosa cotransporter 2 (SGLT2).

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena CKD adalah:

 Hipertensi, bisa membuat pembuluh darah di ginjal menjadi vasokonstriksi dan


menghentikan kerja ginjal secara perlahan
 Diabetes Mellitus, kadar glukosa yang tinggi di dalam darah dapat mengganggu
prose filtrasi
 Hiperkolesterol, adanya penumpukan lemak di pembuluh darah ginjal sehingga
beban kerja ginjal meningkat
 Glomerulonephritis, merupakan peradangan pada glomerulus ginjal

Penyakit kardiovaskuler memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan CKD.


Penderita hipertensi memiliki beban kerja jantung yang lebih berat dibandingkan dengan
orang biasa. Seiring berjalannya waktu, dapat menyebabkan hipertrofi. Keadaan ini dapat
membuat nilai eGFR semakin menurun. CKD meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler
lainnya seperti disritmia ventrikel, atrial fibrilasi, dan supraventrikular takikardi.

B. Supraventrikular takikardi (SVT) adalah

SVT adalah suatu kondisi dimana jantung secara tiba-tiba berdetak lebih cepat
daripada biasanya yang terjadi ketika sistem kelistrikan yang mengontrol irama jantung tidak
berfungsi dengan baik. Dalam kondisi istirahat pun, detak jantung yang bisa diketahui
melalui denyut nadi akan lebih cepat (lebih dari 100x/menit) atau biasa dikenal takikardi.
Sistem listrik yang mengalami masalah berada di nodus atrioventrikular (AV) yang letaknya
di antara atrium dan ventrikel (diatas ventrikel) sehingga disebut supraventrikular. Penyakit
ini akan didiagnosis melalui hasil EKG yang mengalami ketidaknormalan pada lead II dan
lead V1. Gejala SVT antara lain mengalami nyeri dada, lemah/kelelahan, dan pusing.
Penatalaksanaan untuk penderita SVP adalah terapi farmakologi seperti beta-blockers,
calcium channel blockers, dan antiarrhythmic agents.
B. Konsep Oksigenasi

1. Definisi

Oksigenasi adalah sebuah proses untuk mendapatkan oksigen (O2) dan mengeluarkan
karbondioksida (CO2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang berguna untuk keberlangsungan metabolisme tubuh, terutama pada
tingkat sel. Jika seseorang dalam waktu lebih dari 4 menit tidak mendapatkan oksigen maka
akan berakibat pada kerusakan sel tubuh terutama pada otak yang sangat sulit untuk
diperbaiki. Tidak adanya oksigen di dalam tubuh maka tubuh pun akan mengalami penurunan
secara fungsional. Proses distribusi oksigen ke seluruh tubuh dipengaruhi oleh sistem
pernafasan, sistem kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.

Saluran pernafasan terbagi menjadi dua yaitu atas dan bawah. Saluran pernafasan atas
meliputi hidung, esofagus, faring, laring, dan epligotis. Sedangkan saluran pernafasan bawah
terdiri atas trakhea, bronkus, bronkiolus, alveoli, dan paru-paru (pulmo). Pernafsan atau
respirasi adalah pertukaran gas yaitu proses menghirup oksigen dari udara serta
mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat
kebutuhan utama yang diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Dalam proses pernapasan,
oksigen dibutuhkan untuk proses oksidasi (pembakaran) zat makanan yang berupa gula
(glukosa), dimana glukosa merupakan zat makanan yang mengandung energi. Jadi, proses
respirasi yang dilakukan organisme bertujuan untuk mengambil energi yang terkandung di
dalam makanan. Hasil utama pernapasan adalah energi.

Sistem pernafasan meliputi proses ventilasi, perfusi, dan difusi. Proses ventilasi yaitu
proses keluar masuknya udara dari paru-paru maupun menuju ke paru-paru yang terjadi
karena adanya perbedaan tekanan. Perfusi merupakan proses oksigenasi yang ada di sirkulasi
darah ke pembuluh kapiler paru-paru. Difusi yaitu pergerakan molekul udara baik oksigen
dan karbondioksida karena adanya perbedaan konsentrasi antara alveoli dan membran
kapiler.

Sistem kardiovaskuler mempengaruhi proses oksigenasi karena jantung berperan


dalam memompa darah yang mengandung oksigen untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Darah
yang membawa oksigen masuk ke atrium kiri melalui vena pulmonalis lalu diteruskan ke
ventrikel kiri. Selanjutnya disalurkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh aorta. Darah yang
dipompa melewati aorta akan dialirkan ke seluruh tubuh. Setelah mengalirkan darah secara
sistemik ke seluruh tubuh, darah kembali melalui ventrikel kanan keluar ke arteri pulmonalis
untuk dibawa ke paru-paru dan masuk kembali ke atrium kanan melalui vena pulmonalis.

Hematologi yang dimaksud dalam konteks ini yaitu keadaan sel darah. Proses
oksigenasi tentunya memerlukan transportasi untuk menuju ke seluruh tubuh. Oksigen yang
dibawa darah tersebut diikat oleh Hemoglobin. Jumlah Hb dalam eritrosit pun juga
mempengaruhi proses oksigenasi.

2. Nilai Normal

Parameter yang biasa digunakan antara lain:

 Respiratory Rate dengan nilai normal 12-20x/menit


 Volume tidal (Tidal volume/TV), yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan ke
luar dari paru pada saat istirahat. Nilainya berkisar 500 ml.
 Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume/IRV), yaitu jumlah udara
yang masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi
biasa atau dengan kata lain yaitu banyaknya udara yang dapat dihisap sebanyak
mungkin diluar pernafasan biasa. Nilai normalnya 3000 ml.
 Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ERV), merupakan jumlah
udara yang dikeluarkan secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa. Nilai
normal yaitu 1200 ml.
 Volume residu yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi
maksimal, tetap ada udara yang masih tersimpan di dalam paru-paru. Nilai normal
yaitu 1200 ml.
 Kapasitas paru total (total lung capacity/ TLC), yaitu jumlah total udara dalam paru
setelah inspirasi maksimal. Nilai normal 6 liter.
 Kapasitas vital (vital capacity/ VC), yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi
maksimal setelah inspirasi maksimal. Hal ini memberi gambaran klinis seberapa
besar kemampuan paru-paru seseorang untuk menggerakkan udara pada kondisi
inspirasi dan ekspirasi maksimal atau secara fisiologis yaitu kemampuan
menghisap dan menghembuskan udara. Nilai normal berkisar 5 liter.
 Kapasitas inspirasi, yaitu jumlah udara maksimal yang dapat masuk ke dalam paru
setelah akhir ekspirasi biasa. Nilai normal 3500 ml.
 Kapasitas residu fungsional, yaitu jumlah udara dalam paru pada akhir ekspirasi
biasa. Nilai normal 2300 ml.
 Tekanan parsial O2 (PaO2) nilai normal 75-100 mmHg
 Tekanan parsial CO2 (PaCO2) nilai normal 35-45 mmHg
 pH normal 7,35 – 7,45
 SpO2 nilai normal 95-100%

3. Faktor yang Mempengaruhi

Kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya


yaitu:

 Lingkungan. Lingkungan panas  tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi


pembuluh darah perifer  darah banyak mengalir ke kulit panas banyak
dikeluarkan melalui kulit  curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun
meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin pembuluh darah mengalami
konstriksi dan penurunan tekanan darah  kerja jantung dan kebutuhan oksigen
menurun. Pada tempat tinggi  tekanan oksigen juga turun  tekanan oksigen
alveoli berkurang  oksigen dalam paru-paru sedikit. Selain itu, kadar oksigen
juga dipengaruhi oleh polusi udara  konsentrasi oksigenn rendah  kurangnya
pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh.
 Latihan. Latihan atau aktivitas fisik dapat meningkatkan denyut jantung dan
respirasi rate sehingga kebutuhan pemenuhan oksigen semakin tinggi.
 Emosi. Takut, cemas, dan marah menyebabkan denyut jantung makin cepat
sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
 Gaya Hidup. Merokok dapat mempengaruhi status oksigenasi karena memperburuk
penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam
rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh
darah koroner. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen ke jaringan pun
menurun.
 Status Kesehatan. Penderita penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

4. Hal-hal yang perlu Dikaji

Berbagai hal yang perlu dilakukan dalam proses pengkajian antara lain:
 Riwayat penyakit terkait pernafasan dan kardiovaskuler
 Sesak atau kesulitan bernafas
 Nyeri thorax
 Batuk: durasi, jenis (kering/berlendir); jumlah, warna, konsistensi sputum
 Suara nafas: snoring, gargling, crowing (lengking)
 Inspeksi: adanya penggunaan otot aksesoris (retraksi sternocleidomastoid,
suprasternal, intercostals, dan substernal), konjungtiva, edema, turgor kulit, CRT
 Auskultasi: wheezing sebagai penanda penyempitan jalan nafas; rales yang
terdengar pada peningkatan kelembapan saluran nafas; ronchi yang akan terdengar
pada akumulasi sekret
 Palpasi: pembesaran thyroid yang memungkinkan terdesaknya jalan nafas, vokal
fremitus, distensi vena pada leher
 Hasil analisa gas darah
 Hasil EKG

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus CKD dan SVT dengan
penyakit penyerta DM, HT antara lain:

 Risiko penurunan curah jantung


 Gangguan ventilasi spontan
 Gangguan pertukaran gas

Diagnosis Outcome Intervensi


1. Risiko penurunan 1. Status Sirkulasi (0401) 1. Circulatory Care:
curah jantung (00240) Definisi: Sirkulasi/aliran Venous Insufficiency
Definisi: Adanya darah untuk sirkulasi (4066)
kecurigaan pada jantung sistemik Definisi:
yang tidak adekuat Indikator: Mendukung/monitor
memompa darah untuk  Tekanan darah sistolik sirkulasi pembuluh darah
memenuhi kebutuhan dan diastolik mendekati Aktivitas:
metabolisme tubuh. normal  Memonitor sirkulasi
Faktor risiko:  PaO2 meningkat perifer
 Gangguan heart rate  PaCO2 menurun  Memonitor balance
 Gangguan irama  SpO2 meningkat cairan (urine output)
jantung  Urine output mendekati  Mengevaluasi adanya
normal edema
 Edema berkurang

2. Gangguan ventilasi 2. Status Respirasi: 2. Monitor TTV


spontan (00033) Ventilasi (0403) Definisi: Analisis data
Definisi: Ketidakmampuan Definisi: Proses keluar- tentang TD, suhu, RR, HR.
untuk memulai atau masuk udara Aktivitas:
mempertahankan  Respiratory Rate  Memonitor TD, RR,
pernafasan yang adekuat meningkat HR, suhu
secara mandiri.  Irama nafas mendekati  Memonitor irama
Batasan karakteristik: normal jantung
 Peningkatan heart rate  Memonitor SpO2,
 Gangguan metabolisme PaO2, PCO2

3. Gangguan pertukaran 3. Perfusi Jaringan: 3. Oxygen Therapy


gas Cardiac (0405) (3320)
(00030) Definisi: Aliran/sirkulasi Definisi: Monitor
Definisi: Berlebih atau darah untuk mempertahankan keefektifan oksigenasi
kurangnya oksigen atau fungsi jantung. Aktivitas:
karbondioksida di dalam Indikator:  Memonitor keefektifan
membran kapiler alveoli.  Hasil EKG mendekati pemberian terapi
Batasan karakteristik: normal oksigen
 Takikardi  Mual berkurang  Memonitor EKG, pulse
 Gangguan perfusi  Takikardi menurun oximetry, dan analisa
jaringan ataupun gas darah sesuai yang
ventilasi diperlukan
 Mengajarkan pasien
dan keluarga tentang
terapi farmakologi dan
penggunaan terapi
oksigen di rumah

Daftar Pustaka

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification Sixth Edition. America: Elsevier.

Centers for Disease Control and Prevention. (2018). Chronic Kidney Disease Basics.
https://www.cdc.gov/kidneydisease/basics.html

Kasiati, N.S. & Rosmalawati, N.W.D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kusnanto., (2016) .Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya: Penerbit


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

NANDA International. (2018). Nursing Diagnoses Eleventh Edition. New York: Thieme.

National Health Services United Kingdom. (2019). Chronic Kidney Disease.


https://www.nhs.uk/conditions/kidney-disease/

National Health Services United Kingdom. (2018). Supraventricular Tachycardia (SVT).


https://www.nhs.uk/conditions/supraventricular-tachycardia-svt/

Roumelioti, M.E., et.al. (2018). Fluid Balance Concepts in Medicine: Principles and Practice.
World Journal of Nephrology; 7(1): 1-28.

Thomas, R., Kanso, A., Sedor, J.R. (2009). Chronic Kidney Disease and Its Complications.
Journal Primary Care; 35(2): 329-337.

Wang, P.J. & Esteslll, N.A.M. (2012). Supraventricular Tachycardia. American Heart
Association Journal; 106(25): 206-208.

Zuber, K. & Dane, J.D.N.P. (2018). The ABCs of Chronic Kidney Disease. Journal of The
American Academy of PAs; 31:17-25.

Anda mungkin juga menyukai