Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Dasar
Disusun Oleh:
Agata Niken Cahyaningrum
19/451261/KU/21778
Penyakit CKD ini bisa semakin memburuk dari waktu ke waktu terutama jika tidak
mendapatkan penanganan yang tepat dan tidak adanya perubahan pola hidup. Komplikasinya
antara lain penyakit kardiovaskuler seperti CHF, perubahan atau ketidakseimbangan elektrolit
dan cairan dalam tubuh, masalah kebutuhan nutrisi karena penurunan nafsu makan, dan gagal
ginjal yang hingga membutuhkan transplantasi ginjal. Terapi untuk CKD pada umumnya
yaitu hemodialisis serta farmakologi dengan memperhatikan penyakit penyertanya.
Contohnya Diabetes Mellitus akan diberi inhibitor dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4), glukagon-
like peptide (GLP), dan inhibitor sodium / glukosa cotransporter 2 (SGLT2).
SVT adalah suatu kondisi dimana jantung secara tiba-tiba berdetak lebih cepat
daripada biasanya yang terjadi ketika sistem kelistrikan yang mengontrol irama jantung tidak
berfungsi dengan baik. Dalam kondisi istirahat pun, detak jantung yang bisa diketahui
melalui denyut nadi akan lebih cepat (lebih dari 100x/menit) atau biasa dikenal takikardi.
Sistem listrik yang mengalami masalah berada di nodus atrioventrikular (AV) yang letaknya
di antara atrium dan ventrikel (diatas ventrikel) sehingga disebut supraventrikular. Penyakit
ini akan didiagnosis melalui hasil EKG yang mengalami ketidaknormalan pada lead II dan
lead V1. Gejala SVT antara lain mengalami nyeri dada, lemah/kelelahan, dan pusing.
Penatalaksanaan untuk penderita SVP adalah terapi farmakologi seperti beta-blockers,
calcium channel blockers, dan antiarrhythmic agents.
B. Konsep Oksigenasi
1. Definisi
Oksigenasi adalah sebuah proses untuk mendapatkan oksigen (O2) dan mengeluarkan
karbondioksida (CO2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang berguna untuk keberlangsungan metabolisme tubuh, terutama pada
tingkat sel. Jika seseorang dalam waktu lebih dari 4 menit tidak mendapatkan oksigen maka
akan berakibat pada kerusakan sel tubuh terutama pada otak yang sangat sulit untuk
diperbaiki. Tidak adanya oksigen di dalam tubuh maka tubuh pun akan mengalami penurunan
secara fungsional. Proses distribusi oksigen ke seluruh tubuh dipengaruhi oleh sistem
pernafasan, sistem kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
Saluran pernafasan terbagi menjadi dua yaitu atas dan bawah. Saluran pernafasan atas
meliputi hidung, esofagus, faring, laring, dan epligotis. Sedangkan saluran pernafasan bawah
terdiri atas trakhea, bronkus, bronkiolus, alveoli, dan paru-paru (pulmo). Pernafsan atau
respirasi adalah pertukaran gas yaitu proses menghirup oksigen dari udara serta
mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat
kebutuhan utama yang diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Dalam proses pernapasan,
oksigen dibutuhkan untuk proses oksidasi (pembakaran) zat makanan yang berupa gula
(glukosa), dimana glukosa merupakan zat makanan yang mengandung energi. Jadi, proses
respirasi yang dilakukan organisme bertujuan untuk mengambil energi yang terkandung di
dalam makanan. Hasil utama pernapasan adalah energi.
Sistem pernafasan meliputi proses ventilasi, perfusi, dan difusi. Proses ventilasi yaitu
proses keluar masuknya udara dari paru-paru maupun menuju ke paru-paru yang terjadi
karena adanya perbedaan tekanan. Perfusi merupakan proses oksigenasi yang ada di sirkulasi
darah ke pembuluh kapiler paru-paru. Difusi yaitu pergerakan molekul udara baik oksigen
dan karbondioksida karena adanya perbedaan konsentrasi antara alveoli dan membran
kapiler.
Hematologi yang dimaksud dalam konteks ini yaitu keadaan sel darah. Proses
oksigenasi tentunya memerlukan transportasi untuk menuju ke seluruh tubuh. Oksigen yang
dibawa darah tersebut diikat oleh Hemoglobin. Jumlah Hb dalam eritrosit pun juga
mempengaruhi proses oksigenasi.
2. Nilai Normal
Berbagai hal yang perlu dilakukan dalam proses pengkajian antara lain:
Riwayat penyakit terkait pernafasan dan kardiovaskuler
Sesak atau kesulitan bernafas
Nyeri thorax
Batuk: durasi, jenis (kering/berlendir); jumlah, warna, konsistensi sputum
Suara nafas: snoring, gargling, crowing (lengking)
Inspeksi: adanya penggunaan otot aksesoris (retraksi sternocleidomastoid,
suprasternal, intercostals, dan substernal), konjungtiva, edema, turgor kulit, CRT
Auskultasi: wheezing sebagai penanda penyempitan jalan nafas; rales yang
terdengar pada peningkatan kelembapan saluran nafas; ronchi yang akan terdengar
pada akumulasi sekret
Palpasi: pembesaran thyroid yang memungkinkan terdesaknya jalan nafas, vokal
fremitus, distensi vena pada leher
Hasil analisa gas darah
Hasil EKG
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus CKD dan SVT dengan
penyakit penyerta DM, HT antara lain:
Daftar Pustaka
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification Sixth Edition. America: Elsevier.
Centers for Disease Control and Prevention. (2018). Chronic Kidney Disease Basics.
https://www.cdc.gov/kidneydisease/basics.html
Kasiati, N.S. & Rosmalawati, N.W.D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
NANDA International. (2018). Nursing Diagnoses Eleventh Edition. New York: Thieme.
Roumelioti, M.E., et.al. (2018). Fluid Balance Concepts in Medicine: Principles and Practice.
World Journal of Nephrology; 7(1): 1-28.
Thomas, R., Kanso, A., Sedor, J.R. (2009). Chronic Kidney Disease and Its Complications.
Journal Primary Care; 35(2): 329-337.
Wang, P.J. & Esteslll, N.A.M. (2012). Supraventricular Tachycardia. American Heart
Association Journal; 106(25): 206-208.
Zuber, K. & Dane, J.D.N.P. (2018). The ABCs of Chronic Kidney Disease. Journal of The
American Academy of PAs; 31:17-25.