Anda di halaman 1dari 98

PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN

PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI

RATIH MARINA KURNIATY

A34204032

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008
RINGKASAN
RATIH MARINA KURNIATY. A34204032. Pelaksanaan Konstruksi Taman
dan Pemeliharaan RTH Jalan Kota Bekasi. (Dibawah bimbingan Dr. Ir. NIZAR
NASRULLAH, MAgr).

Kota Bekasi merupakan kota yang memiliki letak strategis di antara dua
propinsi, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat. Bekasi sebagai kota yang
bersebelahan dengan ibukota Jakarta, membutuhkan sarana pendukung baik
transportasi, perumahan, kawasan perbelanjaan, kawasan rekreasi maupun
kawasan bisnis yang berfungsi dengan baik. Kota Bekasi memerlukan taman-
taman kota yang berfungsi sebagai penyeimbang terhadap ruang terbangun.

Pelaksanaan konstruksi taman dan pemeliharaan RTH jalan Kota Bekasi


diikuti melalui magang pada lokasi Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan
Pemakaman Kota Bekasi dibawah bimbingan bidang Pertamanan Kota Bekasi.
Bentuk RTH di Kota Bekasi yang dikelola bidang pertamanan berupa taman alun-
alun, jalur hijau jalan, dan pulau jalan (traffic island). Tujuan khusus dari magang
adalah mengetahui dan memahami proses dalam kegiatan pemeliharaan dan
pelaksanaan pekerjaan lanskap Kota Bekasi. Hasil identifikasi aspek-aspek yang
berkaitan dengan pemeliharaan taman-taman Kota Bekasi diperoleh melalui
pengamatan kegiatan pemeliharaan dan pelaksanaan konstruksi taman.

Tujuan selanjutnya adalah menganalisis permasalahan dan memberi solusi


dalam penataan lanskap Kota Bekasi khususnya dalam pemeliharaan dan
pelaksanaan lanskap. Untuk kegiatan pemeliharaan dianalisis termasuk kebutuhan
tenaga kerja dalam satu tahun.
Kegiatan pelaksanaan konstruksi selama magang dilaksanakan di median
Jl. Chairil Anwar dan taman pulau (traffic island) Jl. PMI. Untuk kegiatan
pemeliharaan dilakukan bertempat di Taman Cut Meutia, dan mengikuti semua
kegiatan pemeliharaan taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan dan
Pemakaman Kota Bekasi.

Proses pekerjaan pelaksanaan konstruksi pagar taman diawali dengan


penentuan pelaksana dengan pemilihan langsung. Metoda pemilihan langsung
dilakukan karena dengan menggunakan metode pelelangan umum atau pelelangan
terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan. Metode pemilihan
langsung dilakukan dengan membandingkan minimal 3 (tiga) penawaran dari
penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi dan negosiasi baik teknis
maupun biaya.

Jenis pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara rutin meliputi


pembersihan area taman, penyiraman tanaman, pemangkasan rumput,
pemangkasan semak, penutup tanah dan pohon, pengendalian hama dan penyakit,
pemupukan, pengendalian gulma, penyulaman tanaman, dan pembersihan
perkerasan. Pemeliharaan fisik yang dilakukan meliputi pemeliharaan softscape
dan hardscape. Pemeliharaan fisik pada bidang Pertamanan Kota Bekasi
cenderung lebih mengerjakan pemeliharaan softscape. Karena pemeliharaan
elemen hardscape yang ada hanya sedikit seperti pengecatan bak tanaman dan
pembersihan paving.
Analisis kapasitas kerja petugas taman diperoleh dengan membandingkan
kapasitas kerja petugas pemeliharaan taman antara bidang Pertamanan Kota
Bekasi dengan pustaka. Nilai efektivitas yang lebih tinggi hanya pada kegiatan
pemangkasan semak dan penutup tanah dengan gunting pangkas. Nilai efektivitas
yang lebih rendah pada kebanyakan kegiatan pemeliharaan dapat disebabkan
karena sistem pemeliharaan yang digunakan membuat pekerjaan menjadi
monoton untuk tiap petugas. Selama jam kerja sebagian dari mereka kurang
memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini juga dapat disebabkan karena
kurangnya dukungan pengawas lapangan sehingga motivasi pekerja cenderung
menurun.
Kegiatan pemeliharaan dapat dinilai dari jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Dari hasil perhitungan HOK pemeliharaan diperoleh kebutuhan HOK

untuk Taman Cut Meutia yang memiliki luas 5.710 m² adalah 6 orang. Untuk

taman segitiga Jl. Ahmad Yani yang memiliki luas 477 m² diperlukan HOK 3
orang.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN
PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

Ratih Marina Kurniaty

A34204032

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pelaksanaan Konstruksi Taman dan Pemeliharaan RTH


Jalan Kota Bekasi
Nama : Ratih Marina Kurniaty
NRP : A34204032

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Nizar Nasrullah, Magr


NIP 131 578 792

Menyetujui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie, M.Agr


NIP 131 124 019

Tanggal disetujui:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 22 Maret 1986 dan
merupakan putri pertama dari Bapak Santoso dan Ibu Desmutia Yetty. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis memperoleh pendidikan pertama di TK At-Taqwa pada tahun


1990/1992. Pendidikan selanjutnya di SDS Harapan Indonesia sampai tahun 1998.
Penulis diterima di SLTPN 5 Bekasi dan lulus pada tahun 2001. Di sekolah lanjut
tingkat pertama ini, penulis pernah berkecimpung dalam kegiatan PMR. Penulis
melanjutkan pendidikan dan diterima di SMUN 4 Bekasi. Penulis pernah terlibat
dalam kegiatan KIR SMUN 4 Bekasi. Penulis pernah mengikuti Olympiade
Kimia di Universitas Indonesia tahun 2003.

Penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di Institut Pertanian Bogor


melalui USMI dengan Program Studi Arsitektur Lanskap. Saat di perguruan
tinggi, pengalaman organisasi penulis pertama kalinya melangkah dalam kegiatan
DKM Al-Hurriyyah IPB tahun 2004 hingga 2007. Penulis pernah terlibat dalam
HIMASKAP periode 2005/2006 sebagai sekretaris. Penulis pernah berkecimpung
dalam kegiatan DPM FAPERTA periode 2006/2007.

Selain di organisasi formal dalam kampus, penulis juga pernah mengikuti


magang di Sub Bidang Pemeliharaan Koleksi, Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor pada bulan Juli-Agustus 2006. Penulis pernah mengikuti
seminar kesehatan lingkungan “Save The Earth, Stop Global Warming” dari BEM
Jurusan Kesehatan Lingkungan POLTEKES Jakarta II pada tanggal 16 Februari
2008. Sebelum masa studi berakhir, penulis mengikuti Stadium Generale: The
Prospect of Landscape Architecture Profession in The Global Era dari presiden
IFLA sebagai pembicara pada tanggal 8 Agustus 2008 yang diselenggarakan di
departemen Arsitektur Lanskap IPB.  
i
 

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum, Wr.Wb.

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena


atas berkat rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul “ Pelaksanaan Konstruksi Taman dan
Pemeliharaan RTH Jalan Kota Bekasi”.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan


dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik
dari segi moral maupun material. Pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Papa dan Mama, terima kasih atas do’a dan kasih sayang selama ini kepada
penulis. Intan, adik-ku, terima kasih juga atas semangat dan do’anya.
2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr., selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen pembimbing skripsi penulis selama masa perkuliahan. Terimakasih atas
bimbingan, motivasi, dan dukungan yang selalu diberikan pada penulis.
3. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS., selaku dosen penguji 1, terima kasih atas masukan,
saran, dan kritik yang membangun.
4. Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc., selaku dosen penguji 2, terima kasih atas
masukan, saran, dan kritik yang membangun.
5. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, Badan Pusat
Statistik Kota Bekasi, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Dinas Tata
Kota dan Pemukiman Kota Bekasi, terima kasih atas data-data yang
dibutuhkan penulis.
6. Bu Novi, Bu Ade, Bu Ummi, Bu Ida, Pak Agus dan staf-staf Dinas
Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, terima kasih atas
bimbingan dan bantuannya
7. Teman-teman wisma Nabila-Anggrek, terimakasih telah menjadi teman
berbagi suka dan duka selama masa kuliah.
ii
 

8. Teman-teman KKP penulis (Efi, Desi, Sari, Dede, dan Yudi), terima kasih
atas kebersamaan dan persaudaraan selama KKP di Subang, Kecamatan
Cisalak, Desa Pasanggrahan.
9. Peserta yang menghadiri seminar penulis, terimakasih atas pertanyaan yang
diberikan sebagai suatu masukan yang berarti.
10. Teman-teman se-Pebimbing Akademik (Putri, Fida, dan Soni) dan se-
Pembimbing Skripsi (Occy, Ozi, dan Kak Piko), terima kasih atas
kebersamaan dan motivasinya.
11. Saudara-saudara penulis lainnya di Lanskap’41…(Aini, Karina, Hendi, Ria,
Memey, Lintang, Sari, Dita, Mba Yu, Dimas, Neno, Nana, Syita, Anjar,
Anggy, Imad, Wahyuni, Dini, Tyas, Sekar, Dina, Dayat, Buyung, Dewina,
Deni, Ipah, Putera, Ridho, Ita, Intan, Fuji, Diana, Cici, Krista, Diah,
Faikoh), terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraan dalam suka dan
duka selama ini. Thanks for the memories.
12. Teman-teman se-Lanskap (angkatan 38, 39, 40, 42, dan 43), Terima kasih
atas motivasi, saran, dan do’anya.
13. Pihak-pihak lain yang tidak sempat disebutkan, terima kasih atas semuanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam hasil
tugas akhir ini. Walau demikian, dengan segala kekurangannya penulis tetap
berharap semoga hasil studi dari magang penulis ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak bidang Pertamanan Kota Bekasi khususnya dan pihak-pihak lain yang
membutuhkan.

Wassalam.

Bogor, Agustus 2008

Penulis
iii
 

DAFTAR ISI 
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Tujuan ...........................................................................................................2
1.3. Manfaat .........................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................4
2.1. Definisi Kota ................................................................................................4
2.2. Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau .................................................4
2.3. Lanskap dan Taman.....................................................................................6
2.4. Sistem Pertamanan Kota ..............................................................................7
2.5. Pelaksanaan Lanskap ....................................................................................8
2.6. Pemeliharaan Lanskap ................................................................................10
2.7. Manajemen Pemeliharaan ..........................................................................12
2.8. Sistem Pemeliharaan ..................................................................................13
2.9. Jalur Hijau Jalan dan Pemeliharaan Fisik...................................................14
III. METODOLOGI ...............................................................................................16
3.1. Lokasi dan Waktu .......................................................................................16
3.2. Metode Kerja ..............................................................................................17
3.3. Kerangka Pikir ............................................................................................20
IV. KONDISI UMUM ...........................................................................................22
4.1.Sejarah Kota ................................................................................................22
4.2. Wilayah Adminstrasi .................................................................................23
4.3. Kondisi Fisik ..............................................................................................25
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi .............................................................................27
4.5. Rencana Tata Ruang Kota Bekasi .............................................................27
4.5.1. Maksud dan Tujuan Penataan...........................................................27
4.5.2. Kebijaksanaan Pengembangan RTH ................................................28
4.6. Profil DKPP ...............................................................................................34
4.6.1. Tugas, Peranan dan Struktur Organisasi DKPP ..............................35
iv
 

V. PELAKSANAAN KONSTRUKSI ...................................................................37


5.1. Pelaksanaan Administrasi...........................................................................37
5.2. Pelaksanaan Konstruksi Taman..................................................................38
VI. PEMELIHARAAN ..........................................................................................40
6.1. Organisasi dan Zonasi Ruang Kerja ...........................................................40
6.2. Pemeliharaan Fisik .....................................................................................42
Pembersihan Area.......................................................................................42
Penyiraman tanaman ..................................................................................43
Pemangkasan ..............................................................................................44
Penggemburan dan Pengendalian Gulma ...................................................45
Pengendalian hama dan penyakit ...............................................................46
Pemupukan .................................................................................................46
Penyulaman tanaman ..................................................................................47
Pembersihan paving ...................................................................................47
6.3. RTH yang Dikelola Bidang Pertamanan Kota Bekasi ...............................47
6.4. Kapasitas dan Efektivitas Kerja .................................................................49
6.5. Alat dan Bahan Pemeliharaan ....................................................................50
6.6. Biaya Pemeliharaan ....................................................................................51
6.7. Jadwal Pemeliharaan ..................................................................................52
VII. PEMBAHASAN.............................................................................................54
7.1. Pelaksanaan Konstruksi ..............................................................................54
7.1.1. Pelaksanaan Administrasi.................................................................54
7.1.2. Pelaksanaan Konstruksi Pagar Taman .............................................54
7.2. Pemeliharaan ..............................................................................................55
7.2.1. Organisasi dan Zonasi Ruang Kerja .................................................55
7.2.2. Pengelolaan Tenaga Kerja ................................................................57
7.2.3. Pemeliharaan Ideal ...........................................................................57
7.2.4. Pemeliharaan Fisik ...........................................................................58
Pembersihan Area.............................................................................58
Penyiraman tanaman ........................................................................59
Pemangkasan ....................................................................................59
Penggemburan dan Pengendalian Gulma .........................................60
v
 

Pengendalian hama dan penyakit .....................................................60


Pemupukan .......................................................................................60
Penyulaman tanaman ........................................................................61
Pembersihan paving .........................................................................61
7.2.5. Kapasitas dan Efektivitas Kerja .......................................................62
7.2.6. Jadwal Pemeliharaan ........................................................................64
7.2.7. Alat dan Bahan Pemeliharaan ..........................................................64
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................66
8.1. Kesimpulan .................................................................................................66
8.2. Saran ...........................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................68
LAMPIRAN ...........................................................................................................70
vi
 

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Jenis Pengadaan Barang/Jasa ......................................................................10


2. Jadwal Kegiatan Magang ............................................................................17
3. Jenis Data, Unit Data, Sumber, Cara Pengumpulan dan Kegunaan ............19
4. Wilayah Administrasi Kota Bekasi .............................................................24
5. Jumlah Penduduk Kota Bekasi (jiwa) .........................................................27
6. Luasan Eksisting RTH Kota Bekasi berdasarkan Survei tahun 2007 .........33
7. Urutan Kegiatan Pelelangan Umum ...........................................................38
8. Kapasitas dan Efektivitas Kerja ..................................................................50
9. Alat-alat Kerja Kegiatan Pemeliharaan .......................................................51
10. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan ...............................................................52
11. Kebutuhan HOK Pemeliharaan Taman dalam satu tahun (Sistem Unit) ....63
 

 
vii
 

DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman

1. Peta Lokasi Kegiatan Magang .....................................................................16

2. Kerangka Pemikiran ....................................................................................21

3. Peta Batas Wilayah Administratif Kota Bekasi ..........................................23

4. Struktur DKPP Kota Bekasi ........................................................................35

5. Pemasangan Tiang Pagar di taman pulau Jl. PMI .......................................38

6. Struktur Pembagian Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja .................................41

7. Mekanisme Pengangkutan Sampah Kota Bekasi ........................................43

8. Pengisian Air dengan Mobil Tangki Air .....................................................44

9. Salah Satu Kegiatan Awal Penggemburan ..................................................45

10. Hama Keong pada Agave sp. .......................................................................46

11. Kegiatan Pembersihan paving Taman Cut Meutia dari gulma....................47

12. Beberapa Lokasi Kegiatan Pemeliharaan Taman ........................................48


viii
 

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1. Perbandingan Kondisi RTH Kota Bekasi dengan RTRW Kota Bekasi


tahun 2000-2010 ...........................................................................................70

2. Kualitas Jenis-jenis RTH di Kota Bekasi ......................................................74

3. Taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan tahun 2005 .......................77

4. Rumusan Penghitungan HOK .......................................................................78

5. Jadwal Kegiatan Wilayah Kerja Petugas Pemeliharaan Taman ...................79

6. Anggaran Biaya Pemeliharaan Tahun 2008 ..................................................82

7. Detail Konstruksi Pagar Taman ....................................................................84

 
1

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Letak Kota Bekasi yang bersebelahan dengan ibukota Jakarta,


membutuhkan sarana pendukung baik transportasi, perumahan, kawasan
perbelanjaan, kawasan rekreasi maupun kawasan bisnis yang berfungsi dengan
baik. Kota Bekasi memerlukan taman-taman kota yang berfungsi sebagai
penyeimbang terhadap ruang terbangun. Taman-taman Kota Bekasi memiliki
masalah yang berbeda-beda dari masalah estetika, pemeliharaan, maupun fungsi.
(DKPP Kota Bekasi, 2005)

Perda No. 4 tahun 2000 tentang rencana tata ruang Kota Bekasi yang
memperhatikan kebutuhan terhadap ruang-ruang terbuka hijau. Dalam hal ini,
RTH difungsikan untuk: (1) Meningkatkan kualitas kehidupan Kota Bekasi, (2)
Membentuk paru-paru kota di tengah-tengah sistem transportasi, perdagangan dan
industri, (3) Area rekreasi terbuka dan murah bagi warga Kota Bekasi, (4) Media-
media visualisasi kota yang menarik, segar dan hijau, (5) Ruang-ruang terbuka
pendukung dan penghubung antara ruang-ruang aktifitas kota, (6) Memberi citra
positif terhadap Kota Bekasi dalam bentuk penataan dan perencanaan taman yang
lebih estetis, spesifik dan memiliki karakteristik. (DKPP Kota Bekasi, 2005)

Untuk mewujudkan RTH Kota Bekasi sesuai yang diharapkan, Dinas


Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi memiliki tugas dan fungsi
membangun dan memelihara RTH. Tahap pelaksanaan lanskap dibagi dalam
pelaksanaan administrasi dan pelaksanaan fisik. Pelaksanaan administrasi
merupakan proses administrasi pengadaan pengadaan barang/jasa suatu proyek.
Proses pengadaan barang/jasa meliputi tahapan perencanaan kebutuhan, pemilihan
penyedia barang/jasa, pelaksanaan kontrak dan penerimaan barang/jasa.

Kegiatan pemeliharaan merupakan kunci keberhasilan pembangunan


lanskap. Pemeliharaan diartikan sebagai upaya menjaga taman baik fungsi/tujuan
dibuatnya, dan menjaga elemen taman seperti dalam keadaan awalnya atau
mendekati aslinya.

   
2

Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi secara rutin


melakukan pemeliharaan RTH agar RTH dapat berfungsi dan memberi estetika
kota. Oleh karena itu, magang (internship) di Kota Bekasi dalam kegiatan
pelaksanaan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau akan bermanfaat bagi
mahasiswa dalam menambah ilmu dan keprofesian mahasiswa.

1.2. Tujuan

Tujuan umum

  Secara umum tujuan dari magang ini yaitu:

1. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan serta memperluas wawasan


dan keahlian untuk mencapai profesionalisme di bidang Arsitektur
Lanskap.
2. Mengembangkan sikap dan keterampilan mahasiswa melalui keikutsertaan
dalam kegiatan lapang dan pengamatan teknik di lapang.
3. Mengenal dan menganalisis permasalahan yang ada pada lanskap
perkotaan dan mencari alternatif pemecahannya.

Tujuan khusus

Secara khusus tujuan dari kegiatan magang antara lain:

1. Mengetahui dan memahami proses dalam kegiatan pelaksanaan dan


pemeliharaan RTH Kota Bekasi.
2. Menganalisis permasalahan dan memberi solusi dalam aspek pemeliharaan
dan pelaksanaan lanskap.

1.3. Manfaat

  Manfaat yang diperoleh dari kegiatan magang antara lain:

1. Meningkatkan wawasan mahasiswa dan sikap profesionalisme dalam


dunia kerja instansi pemerintah khususnya pada bidang Arsitektur
Lanskap. 

 
3

2. Menambah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan teori-teori yang


telah diberikan pada perkuliahan pada pelaksanaan dan pemeliharaan
secara nyata di lapangan. 
3. Sebagai salah satu media pertukaran informasi ilmu pengetahuan dalam
bidang Arsitektur Lanskap antara DKPP (Dinas Kebersihan, Pertamanan,
Pemakaman) Kota Bekasi dengan IPB. 

   
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kota

Kota adalah suatu pusat populasi yang luas dan padat penduduknya untuk
aktivitas ekonomi, sosial dan politik, mempunyai sebuah posisi geografi yang
relatif tetap dan kekuasaan pemerintah spesifik. Selain itu, suatu kota harus
tumbuh, berfungsi untuk organisme di dalamnya, cukup cahaya, udara, air,
makanan, sirkulasi yang baik, sistem manajemen pengolahan limbah yang baik,
terciptanya pembaharuan atau kota tersebut akan rusak dan mati (Simonds, 1983).

Menurut Gallion dan Eisner (1994) bahwa kota merupakan sebuah pusat
industri, perdagangan, pendidikan, pemerintahan atau mencakup semua kegiatan
tersebut. Kota merupakan kawasan yang memiliki keaktifan, keanekaragaman dan
kompleksitasnya (Branch, 1995). Dijelaskan pula bahwa kepadatan perkotaan
tergantung pada tiga kondisi: persentase luas tanah yang tertutup oleh bangunan
tanpa adanya ruang terbuka, ketinggian bangunan, dan banyaknya ruang terbuka
yang permanen di seluruh wilayah kota.

Dalam Permendagri No. 1 tahun 2007 dijelaskan bahwa kawasan


perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

2.2. Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau

Menurut Simonds (1983), ruang terbuka meliputi seluruh bidang tanah


yang tidak ditempati oleh bangunan, seperti lapangan parkir, jalan-jalan
kendaraan, jalur hijau, taman-taman pribadi, jalan setapak (pedestrian line), dan
lainnya sehingga ruang terbuka bukan hanya berarti lahan yang belum terbangun,
tetapi dapat digunakan. Dalam Permendagri No. 1 tahun 2007 yang dimaksud
dengan ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas
baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur
dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa
bangunan.

 
5

Taman merupakan salah satu jenis RTH yang menjadi daya tarik
lingkungan yang memberikan nilai tambah. Taman dalam pengertian terbatas
merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai
keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemilik atau penggunanya (Arifin,
2005).

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat


RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya,
ekonomi dan estetika. Penataan RTHKP adalah proses perencanaan, pemanfaatan
dan pengendalian RTHKP (Permendagri No 1 tahun 2007).

Fungsi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (Permendagri No 1


tahun 2007) adalah

a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan


b. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara
c. Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati
d. Pengendali tata air, dan
e. Sarana estetika kota
Manfaat Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (Permendagri No 1
tahun 2007) adalah
a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah
b. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan
c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial
d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan
e. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah
f. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula
g. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat
h. Memperbaiki iklim mikro
i. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan
Disebutkan juga dalam Permendagri No 1 tahun 2007 mengenai jenis
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan yang meliputi taman kota;
taman wisata alam; taman rekreasi; taman lingkungan perumahan dan

   
6

pemukiman; taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan


raya; hutan kota; hutan lindung; bentang alam (seperti gunung, bukit, lereng dan
lembah); cagar alam; kebun raya; kebun binatang; pemakaman umum; lapangan
olahraga; lapangan upacara; parkir terbuka; lahan pertanian perkotaan; jalur di
bawah tegangan tinggi; sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa; jalur
pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian; kawasan
dan jalur hijau; daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan taman atap
(roof garden).

2.3. Lanskap dan Taman

Taman kota adalah ruang terbatas penggunaannya dan lentur bentuknya


yang dikembangkan dengan struktur yang minimal dan didominasi oleh elemen
alami yang dikembangkan dengan struktur minimal dan didominasi oleh elemen
alami yang dipergunakan untuk tempat santai secara umum (Eckbo, 1964).

Taman kota (Eckbo,1964) dibedakan berdasarkan luas dan penggunaannya


terdiri dari:

(1) Neighborhood Park

Taman ini terletak di sekitar pemukiman dan luasnya sekitar 2-4 ha


sebagai fasilitas rekreasi dan area interaksi sosial dalam lingkungan
pemukiman ketetanggaan.

(2) Community Park

Taman ini mempunyai sifat yang lebih akumulatif daripada ”neighborhood


park” dan untuk menampung kegiatan rekreasi bagi warga dalam bentuk
suatu ”community” dan luasnya sekitar 4-20 ha atau lebih

(3) City dan Regional Park

Taman ini cukup luas dapat mencapai 40 ha bahkan 400 ha atau lebih, dan
dilengkapi oleh nilai-nilai visual yang dapat menghilangkan kesan
perkotaan.

 
7

Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang


dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Dalam suatu lanskap karakter harus
menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat karakter lanskap tersebut.
Bentangan alam, salah satu contohnya adalah lingkungan kehidupan manusia
maupun hewan, lebih sederhana lagi dapat dicontohkan dengan sebuah
alam/lingkungan habitat kupu-kupu baik buatan manusia maupun hasil proses
alam (Simonds, 1983).

2.4. Sistem Pertamanan Kota

Standarisasi taman-taman kota tergantung dari keadaan kota tersebut


seperti topografi, luas kota, jumlah penduduk, kebiasaan sosial masyarakat dan
kebijaksanaan pemerintah setempat (Eckbo, 1964). Menurut Dahl dan Molnar
(2003), dijelaskan bahwa sistem pertamanan meliputi langkah-langkah berikut:

1. Awalnya, sebuah inventarisasi dibuat dengan taman yang ada meliputi ukuran
luas, lokasi, dan aktivitas yang tersedia. Ini menunjukkan kondisi taman saat
itu.

2. Menentukan ukuran luas yang ada dibandingkan dengan standar nasional


yang dipertimbangkan menjadi batas minimum untuk populasi yang ada.
Sebagai contoh, standar yang diusulkan untuk kota kecil sebaiknya luas
taman 4,6 ha untuk 1000 orang. Selanjutnya, sasaran tersebut ditetapkan.

3. Langkah berikutnya adalah menentukan dimana wilayah pemerintahan


dengan wilayah yang berpotensi untuk rekreasi ditempatkan. Bidang ini
diidentifikasi dengan analisa keberadaan alam dan kondisi budaya. Kemudian
belajar memahami tekanan populasi, arah perkembangan masa depan, daya
tarik pada waktu luang yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, etnik, dan
penghasilan kelompok yang diadakan untuk menyediakan informasi yang
akan memungkinkan perencana untuk mengetahui lahan berpotensi tinggi
yang diperoleh secara nyata.

4. Terakhir, prioritas tambahan diuraikan dan peluang biaya diperiksa.

   
8

2.5. Pelaksanaan Lanskap

Menurut Simonds (1983), pelaksanaan (construction) merupakan tahap


yang dilakukan setelah proses perencanaan dan perancangan selesai. Menurut
Harris dan Dines (1988), tahap pelaksanaan terdiri dari:

1. Pekerjaan pembangunan, pengawasan, dan koordinasi yang mencakup


administrasi, jadwal kerja, laporan, dokumentasi, pengawasan serta kontrol
biaya.

2. Penerimaan pekerjaan, meliputi penyetujuan kelengkapan pekerjaan dan


pembayaran kepada kontraktor.

Pelaksanaan Administrasi

Pelaksanaan administrasi lanskap adalah pekerjaan lanskap yang dimulai


dengan proses pembuatan dokumen pelaksanaan, tahap pelelangan, pembuatan
surat-surat, berita acara, perjanjian kerja/ kontrak dan pembuatan form untuk
laporan selama kegiatan pelaksanaan fisik serta beberapa prosedur kerja sebagai
penuntun dan panduan pekerjaan di lapang (Simonds, 1983).

Pelaksanaan administrasi merupakan proses administrasi pengadaan


barang dan jasa untuk suatu proyek. Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan
pengadaan barang/jasa yang diperlukan perusahaan, meliputi pengadaan: barang,
jasa pemborongan, jasa konsultasi dan jasa lainnya. Proses pengadaan barang/jasa
meliputi tahapan perencanaan kebutuhan, pemilihan penyedia barang/jasa,
pelaksanaan kontrak dan penerimaan barang/jasa. Menurut Perpres RI No 85
tahun 2006, tentang perubahan keenam atas Keppres No 80 tahun 2003 paragraf
kedua pasal 17, pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:

1. Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborong/jasa lainnya, pada


prinsipnya dilakukan melalui metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional
dan/atau satu surat kabar propinsi

2. Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan


diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan

 
9

penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas


dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar
nasional dan/atau satu surat kabar propinsi dengan mencantumkan
penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi

3. Dalam hal metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak
efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa
dapat dilakukan dengan metoda pemilihan langsung, yaitu pemilihan
penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-
banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari
penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan
negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal
melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila
memungkinkan melalui internet.

4. Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia


barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1
(satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis
maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis
dapat dipertanggungjawabkan.

Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi


dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau bernilai di atas lima puluh miliar
rupiah. Penggolongan penyedia barang/jasa adalah penetapan batas nilai
pekerjaan/kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa sesuai
dengan kualifikasi dan klasifikasinya. Kualifikasi merupakan penilaian tingkat
kemampuan finansial, personalia, peralatan dan perlengkapan pada masing-
masing bidang pekerjaan. Klasifikasi penyedia barang/jasa meliputi jasa
pengadaan barang/pemborongan/jasa lainnya dan jasa pengadaan konsultasi.

Prakualifikasi wajib dilaksanakan untuk pengadaan jasa konsultasi dan


pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang menggunakan metoda
penunjukan langsung untuk pekerjaan kompleks, pelelangan terbatas dan
pemilihan langsung. Adapun kualifikasi terhadap klasifikasi/jenis pengadaan
tersebut dibedakan dalam tabel berikut.

   
10

Tabel 1. Jenis Pengadaan Barang/Jasa

Jenis Pengadaan Kompleksitas Pekerjaan


Kompleks Tidak Kompleks
Jasa Pengadaan a. Pelelangan Pascakualifikasi/ Pascakualifikasi
Barang/Pemborongan/ Umum Prakualifikasi
Jasa Lainnya b. Pelelangan Prakualifikasi Prakualifikasi
Terbatas
c. Pemilihan Prakualifikasi Prakualifikasi
Langsung
d. Penunjukan Prakualifikasi -
Langsung
Jasa Pengadaan a. Seleksi Umum Prakualifikasi Prakualifikasi
Konsultasi b. Seleksi
Terbatas Prakualifikasi Prakualifikasi
c. Seleksi
Langsung Prakualifikasi Prakualifikasi
d. Penunjukan Prakualifikasi Prakualifikasi
Langsung

Pelaksanaan Fisik

Pelaksanaan fisik meliputi pekerjaan pengukuran dan pematokan,


pengolahan tanah, pelaksanaan soft material dan pelaksanaan hard material dan
pemeliharaan (Rachman, 1984). Pelaksanaan fisik merupakan tahap pekerjaan
lanskap yang dilaksanakan oleh penerima pekerjaan di lapangan dimana jenis,
lokasi, volume dan persyaratan lain telah ditetapkan sebelumnya pada
pelaksanaan administrasi.

2.6. Pemeliharaan Lanskap

Pemeliharaan adalah usaha untuk merawat serta mempertahankan suatu


taman sehingga dapat tetap terjaga keindahannya dari fungsi taman tersebut.
Pemeliharaan dapat dilakukan pada hard material maupun soft material (Dinas
Pertamanan DKI Jakarta, 1994). Carpenter et al. (1975) mendefinisikan
pemeliharaan sebagai bagian dari industri lanskap yang menangani dan
memelihara kondisi tapak agar selalu tampak seperti yang diharapkan secara
estetik dan menyenangkan dengan lingkup tanggung jawab pada manajemen,
pengetahuan penanganan tanaman dan elemen lanskap lainnya.

 
11

Lebih lanjut Arifin dan Nurhayati (2005) menyatakan bahwa terdapat dua
jenis pemeliharaan, yaitu pemeliharaan fisik dan pemeliharaan ideal.
Pemeliharaan ideal adalah jenis pemeliharaan untuk mempertahankan tujuan dan
fungsi dibuatnya taman atau jenis lainnya. Pemeliharaan ini dilakukan dengan
membuat peraturan-peraturan penggunaan lahan. Pemeliharaan fisik meliputi
pemeliharaan elemen keras maupun elemen lunak (tanaman).
Menurut Sternloff dan Warren (1984), prinsip-prinsip pemeliharaan taman
adalah sebagai berikut:

1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan


2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis baik waktu, tenaga kerja,
peralatan dan bahan
3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana
pemeliharaan tertulis yang logis
4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan taman harus didasarkan pada
kebijaksanaan dan prioritas yang benar
5. Pemeliharaan dan pencegahan perlu ditekankan
6. Pengelolaan pemeliharaan taman harus diorganisir dengan baik
7. Sumber dana yang cukup perlu untuk mendukung program pemeliharaan
yang telah ditetapkan
8. Penyediaan tenaga kerja yang cukup penting untuk melaksanakan fungsi-
fungsi pemeliharaan
9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan
alami
10. Pengelola pemelihara taman harus bertanggungjawab terhadap keamanan
masyarakat dan pekerja
11. Pemeliharaan dijadikan pertimbangan utama dalam perancangan dan
pembangunan taman
12.Para pegawai pemeliharan harus bertanggungjawab menjaga citra
perusahaan di mata publik.

   
12

2.7. Manajemen Pemeliharaan


Manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan
sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain (Robbins dan Coulter, 2004). Menurut Sternloff dan Warren
(1984), perencanaan pengelolaan taman yang baik dan logis harus mencakup hal-
hal berikut ini:
1. Pendataan lengkap mengenai seluruh area taman, fasilitas, dan peralatan
yang dipelihara
2. Perencanaan pemeliharaan secara tertulis, meliputi:
a. Standar pemeliharaan semua area, fasilitas dan peralatan
b. Pengidentifikasian dan pembuatan daftar kegiatan pemeliharaan
rutin untuk mencapai standar yang telah ditetapkan
c. Prosedur yang menerangkan metode yang efisien dalam
melaksanakan kegiatan pemeliharaan rutin
d. Frekuensi kegiatan pemeliharaan
e. Karyawan yang melaksanakan kegiatan
f. Bahan-bahan termasuk bahan sekali pakai
g. Peralatan untuk melaksanakan kegiatan
h. Pendugaan waktu yang akurat
3. Cara pelaksanaan pemeliharaan tidak rutin dan insidental seperti pekerjaan
perbaikan dan persiapan tenaga khusus
4. Pemeliharaan preventif terhadap kondisi yang dapat mempercepat keausan
dan kerusakan melalui inspeksi yang sistematik dan terjadwal
5. Jadwal penugasan untuk tiap pekerjaan pemeliharaan meliputi perorangan,
tim atau kontraktor sehingga terpantau apakah pekerjaan dapat
dilaksanakan dengan baik
6. Sistem untuk mendesain dan merencanakan pekerjaan, jadwal
pemeliharaan, dan pengawasan
7. Sistem analisis dan pengawasan biaya pemeliharaan

Carpenter et al. (1975) bahwa hal terpenting lainnya yang perlu dilakukan
dalam pemeliharaan adalah melakukan pekerjaan yang tepat pada waktu yang

 
13

tepat. Oleh karena itu, diperlukan jadwal pemeliharaan yang dijadikan sebagai
acuan dalam melakukan kegiatan terdapat 3 tahap dalam membuat jadwal
pemeliharaan, yaitu:
1. Mengklasifikasikan area berdasarkan tingkat pemeliharaan
2. Membuat daftar tanaman yang ada dalam area yang harus dipelihara
dan tentukan jenisnya (semak, pohon, herba). Karena jenis aktivitas
pemeliharaan tergantung dari jenis tanaman tersebut
3. Menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan untuk mencapai
pemeliharaan yang diinginkan

Dijelaskan juga oleh Carpenter et al. (1975) bahwa tingkat pemeliharaan


taman dibedakan menjadi 3 area, yaitu area yang membutuhkan tingkat
pemeliharaan tinggi (intensif), sedang (semi-intensif), dan rendah (ekstensif).
Faktor utama yang membedakan tingkat pemeliharaan tersebut adalah biaya.
Tingkat pemeliharaan yang intensif membutuhkan biaya yang tinggi, begitu pula
sebaliknya.

2.8. Sistem Pemeliharaan

Sistem penetapan metode pemeliharaan pada umumnya terbagi menjadi


tiga, yaitu pemeliharaan unit, pemeliharaan khusus, dan pemeliharaan kontrak
(Sternloff dan Warren, 1984) dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan unit, yaitu karyawan unit melakukan semua jenis pekerjaan
pemeliharaan sendiri. Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan
sistem ini adalah:
- Karyawan lebih mengenal fasilitas yang ada
- Relatif lebih mudah dalam menentukan penugasan
- Memudahkan direktur unit mengontrol pemeliharaan dan program
karyawan sehingga lebih mudah terkoordinasi
- Karyawan cenderung loyal kepada unit dan bangga pada pekerjaannya
Pekerjaan ini akan lebih efektif jika cukup banyak pekerjaan sehingga
karyawan dapat bekerja sepanjang tahun dan jika terdapatnya alat
sederhana tidak akan terlalu mahal.

   
14

2. Pemeliharaan khusus, yaitu karyawan dilatih mengerjakan pekerjaan


tertentu saja seperti memangkas, mengendalikan gulma, dan sebagainya.
Keuntungan dari sistem khusus ini adalah :
- Karyawan jadi ahli dalam pekerjaannya
- Peralatan mahal yang disediakan dapat digunakan dengan baik,
sehingga biaya-biaya alat dapat diminimalkan
Namun kekurangan dari sistem ini adalah :
- Terjadi pengulangan-pengulangan yang membuat pekerjaan monoton
bagi karyawan
- Kehilangan waktu untuk berpindah dari satu unit ke unit lain
Pekerjaan ini akan efektif jika keterampilan yang diperlukan untuk alat
tertentu cukup sulit untuk dipelajari, dan jumlah area yang kecil membuat
pekerjaan menjadi tidak praktis
3. Pemeliharaan oleh kontraktor, yaitu semua pekerjaan dilakukan oleh
kontraktor, dan keuntungan yang diperoleh adalah :
- Tidak ada investasi alat
- Karyawan yang terlatih dapat digunakan dalam pekerjaan
- Tidak ada persoalan karyawan
Sedangkan kerugiannya antara lain:
- Kehilangan kontrol kapan dan bagaimana pekerjaan diselesaikan
dengan baik
- Biaya lebih mahal karena kontraktor mengambil keuntungan

2.9. Jalur Hijau Jalan dan Pemeliharaan Fisik

Menurut Simonds (1983), jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat


dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap
dan diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas. Dijelaskan juga fungsi tanaman
pada jalan adalah untuk mengisi ruang yang membatasi antara jalan dengan
bagian lain yang ditempatkan mengikuti alur jalan dan merupakan bagian dalam
sistem jaringan jalan, sehingga tanaman menjadi pagar alami pada jalan (Harris
dan Dines, 1988).

 
15

Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen


taman yang meliputi elemen keras dan elemen lembut agar tetap menampilkan
sifat fisiknya sesuai desain awal yang diinginkan, sehingga aspek estetika dan
fungsi elemen tetap seperti semula. Konsep pemeliharaan fisik merupakan
pemeliharaan taman untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehingga
taman tetap rapi indah, asri, nyaman dan aman.

Secara umum, pemeliharaan elemen keras merupakan pemeliharaan


pencegahan, yaitu pembersihan lumut dan karat, pengecatan, dan penggantian
atau perbaikan elemen yang rusak. Sementara pemeliharaan tanaman meliputi
pembersihan areal taman, penyiangan, penggemburan tanah, penyiraman,
pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penyulaman dan
pemindahan tanaman, pembibitan, serta pemeliharaan peralatan. (Arifin dan
Arifin, 2005)

   
16

III.. METOD
DOLOGI
3.1. Lokasi dan Wak
ktu

Keegiatan maagang ini dilaksanaka


d an di Dinaas Kebersihhan Pertam
manan
Pemakamaan Kota Beekasi (DKP
PP Kota Beekasi). Kegiiatan maganng ini dilak
kukan
mulai 21 Februari 2008 samppai 20 Jun
ni 2008 diibawah bim
mbingan bidang
Pertamanaan.

Daalam kegiattan magangg tersebut berbagai kegiatan


k yanng dilaksan
nakan
bidang Pertamanan dan Pemakam
man Kota Bekasi
B diikuuti dan dipellajari, khusu
usnya
pada aspeek pemelihharaan, pellaksanaan konstruksi dan admiinistrasi. Lokasi
L
kegiatan magang
m melliputi tamann pulau jalaan (Traffic Island),
I jaluur hijau kotaa, dan
taman-tam
man yang dikkelola oleh bidang Perttamanan daan Pemakam
man Kota Beekasi.

Gambbar 1. Peta Orientasi


O Lo
okasi Kegiaatan Magangg

 
17

Selama magang, kegiatan pelaksanaan konstruksi dilakukan di median


Jalan Chairil Anwar dan taman pulau jalan (traffic island) PMI, sedangkan untuk
kegiatan pemeliharaan dilakukan di Taman Cut Meutia, namun mengikuti
kegiatan pemeliharaan pada semua taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan
dan Pemakaman Kota Bekasi.

Tabel 2. Jenis dan waktu kegiatan selama magang.

Nama Feb Maret April Mei Juni


No
Kegiatan 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Orientasi
kantor dan v v v
kondisi lapang   
2 Pengenalan Organisasi dan Manajemen
Pengenalan
Lembaga
kerja dan v v v v v v
struktur
organisasi   
Pengenalan
Kondisi v v v v
Lapang   
3 Pemeliharaan
lanskap v v v v
  
4 Pelaksanaan pekerjaan lanskap
Pelaksanaan
Administrasi v v v v v
  
Pelaksanaan
Konstruksi v v v v
taman   
5 Analisis dan
evaluasi v v v v v v v v v v v v v v
pekerjaan   
6 Penulisan
v v v v v v v v v v v v v v v
skripsi

3.2. Metode Kerja

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan administrasi, lapang,


dan studio. Sebagian besar waktu kegiatan magang meliputi kegiatan
pemeliharaan. Kegiatan administrasi meliputi pengenalan struktur organisasi
dinas, sistem pembagian kerja, mempelajari prosedur pelelangan dan RKS

   
18

(Rencana Kerja dan Syarat-syarat) proyek pada salah satu pekerjaan bidang
Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi yang dilaksanakan yaitu pelaksanaan
konstruksi pagar taman. Kegiatan studio meliputi pembuatan rencana
pemeliharaan, desain ulang dan penyusunan RAB.

Selama magang, mahasiswa mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan administrasi antara lain mempelajari dan mengamati sistem


kerja, prosedur pelelangan dan penyusunan RKS proyek

2. Kegiatan pelaksanaan pekerjaan antara lain mengamati pekerjaan


konstruksi pagar taman

3. Kegiatan manajemen proyek, meliputi: kegiatan lelang dan pembuatan


Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4. Kegiatan pemeliharaan dan manajemen karyawan.

Data diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan, wawancara


serta studi pustaka. Sumber data diperoleh melalui Dinas Tata Kota dan
Pemukiman Kota Bekasi, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Dinas
Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, Bappeda, BPS Kota Bekasi
serta survai lapang seperti dijelaskan pada Tabel 3 berikut.

 
19

Tabel 3. Jenis Data, Unit Data, Sumber, Cara Pengumpulan dan Kegunaan
Cara
Jenis Data Sumber Kegunaan
Pengumpulan
A ASPEK BIOFISIK DAN
SOSIAL
Administrasi BAPPEDA Studi pustaka Mengetahui kondisi luas dan batas
dan wawancara wilayah administratif
Sejarah Kota BAPPEDA Studi pustaka Mengetahui kondisi umum kota
dari segi sejarah

Topografi BAPPEDA Studi pustaka Mengetahui kemiringan lahan,


dan wawancara kondisi ketinggian kota di atas
permukaan laut
Hidrologi BAPPEDA Studi pustaka Mengetahui sumber air kota dan
dan wawancara sistem irigasi serta
pemanfaatannya
Iklim
a. Temperatur
b. Kelembaban Studi pustaka Mengetahui tingkat kenyamanan
BAPPEDA
c. Curah hujan dan wawancara kota
d. Intensitas matahari
Vegetasi DKPP Studi pustaka Mengetahui jenis dan persebaran
Bekasi dan dan pengamatan
pengamatan foto
lapang
Penggunaan lahan BAPPEDA Studi pustaka Mengetahui peruntukkan lahan
dan wawancara spesifik dan spasial jika ada
View Pengamatan Pengamatan foto Mengetahui kondisi ruang terbuka
Lapang hijau kota saat di lapang

Pertamanan kota DKPP Studi pustaka Mengetahui taman-taman yang


Bekasi dan wawancara ada baik berupa tabel maupun
secara spasial
Demografi/kependudukan BPS Studi pustaka Mengetahui persebaran dan
dan wawancara jumlah penduduk
B ASPEK
PEMELIHARAAN
Struktur organisasi
Tujuan,Visi,Misi
Wawancara, Mengenal kondisi organisasi dan
Manajemen pemeliharaan DKPP studi pustaka, aspek pengelolaan yang dilakukan
a. Pelaksanaan Bekasi pengamatan dan aspek pemeliharaan yang
pemeliharaan lapang dibutuhkan
b. Jadwal pemeliharaan
c. Kapasitas kerja
C ASPEK
PELAKSANAAN
Pelaksanaan Konstruksi DKPP Studi pustaka Mengetahui proses administrasi
dan Proses administrasi Bekasi dan Wawancara dan konstruksi

   
20

3.3. Kerangka Pikir

Adanya taman-taman kota yang dikelola bidang Pertamanan dan


Pemakaman Kota Bekasi merupakan bagian perwujudan dari visi Dinas
Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) untuk menjadikan Kota Bekasi
sebagai kota terbersih, tertata dan terasri se-Jawa Barat. Program Adipura yang
diselenggarakan Kementrian Lingkungan Hidup tiap setahun sekali mendorong
Kota Bekasi untuk meningkatkan kebersihan dan keasrian kota.

Proses pembelajaran (magang) dilakukan di bawah bimbingan bidang


Pertamanan Kota Bekasi dalam bidang Pemeliharaan dan Pembangunan Taman.
Kegiatan magang mencakup 3 aspek yaitu:

1. Aspek pemeliharaan meliputi pemeliharaan fisik dan ideal


2. Aspek kelembagaan dan SDM meliputi pengenalan lembaga kerja dan
sistem kerja.
3. Aspek pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan konstruksi pagar taman,
mengikuti dan mempelajari proses administrasi.
Ketiga aspek tersebut dianalisis potensi yang dapat dipertahankan dan
permasalahan yang ditemukan di lapangan. Seluruh hasil analisis dirangkum
secara deskriptif, kemudian dibuat rekomendasi untuk pengelolaan pemeliharaan.
Adapun kerangka pikir dalam kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 2.

 
21

Kota Bekasi

Program Adipura Kota Bekasi

Proses
Belajar/Magang

Pemeliharaan Pelaksanaan
Kelembagaan
dan SDM
Administrasi dan
Fisik Ideal Fisik

Potensi Permasalahan

Dipertahankan Pemecahan Masalah

Analisis

(Deskriptif)

Rekomendasi

Gambar 2. Kerangka Pikir Kegiatan Magang

   
22

IV. KONDISI UMUM

4.1. Sejarah Kota Bekasi

Dalam catatan sejarah, nama "Bekasi" memiliki arti dan nilai sejarah yang
khas. Menurut Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno),
asal mula kata Bekasi secara filosofis berasal dari kata Chandrabhaga. Chandra
berarti "bulan" (dalam bahasa Jawa Kuno, sama dengan kata Sasi) dan Bhaga
berarti "bagian". Jadi, secara etimologis kata Chandrabhaga berarti bagian dari
bulan. Kata Chandrabhaga berubah menjadi Bhagasasi yang pengucapannya
sering disingkat menjadi Bhagasi. Kata Bhagasi ini dalam pelafalan bahasa
Belanda seringkali ditulis "Bacassie" kemudian berubah menjadi Bekasi hingga
kini. Bekasi dikenal sebagai "Bumi Patriot", yakni sebuah daerah yang dijaga oleh
para pembela tanah air. Mereka berjuang disini sampai titik darah penghabisan
untuk mempertahankan negeri tercinta dan merebut kemerdekaan dari tangan
penjajah. Balada kepahlawanan tersebut tertulis dengan jelas dalam setiap bait
guratan puisi heroik Pujangga Besar Chairil Anwar yang berjudul "Krawang -
Bekasi".

Berdasarkan UU No.14 tahun 1950, terbentuklah Kabupaten Bekasi.


Kabupaten Bekasi ini memiliki wilayah yang cukup luas, dan terdiri dari 4
kewedanaan, 13 kecamatan dan 95 desa. Pesatnya perkembangan Kecamatan
Bekasi menuntut adanya pemekaran Kecamatan Bekasi menjadi Kota
Administratif Bekasi. Pembentukan Kota Administratif Bekasi ini dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 1981. Pada awal pembentukan ini Kota
Administratif Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April
1982 dengan walikota pertama adalah H. Soedjono.

Kota Administratif Bekasi mengalami perkembangan yang cukup pesat.


Hal ini tampak pada peningkatan jumlah penduduk serta tingginya aktivitas
ekonomi. Oleh karena itu, status Kota Administratif Bekasi diubah menjadi
Kotamadya Bekasi. Hal ini diatur dalam UU No. 9 tahun 1996.

 
23

4.2. Wilayah Administrasi


Letak Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi Kota
Bekasi terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan
kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi menjadi salah satu
daerah penyeimbang DKI Jakarta. Secara geografi Kota Bekasi berada pada posisi
106⁰55' BT dan 6⁰15' - 6⁰15' LS dengan ketinggian 19 m di atas permukaan laut.
Batas-batas wilayah administrasi Kota Bekasi adalah:
Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor
Sebelah Barat : Kota Jakarta Timur
Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

Gambar 3. Peta Batas Wilayah Administratif Kota Bekasi

   
24

Sejak tahun 2001 wilayah administrasi Kota Bekasi terbagi menjadi 12


kecamatan yang terdiri dari 52 kelurahan (Tabel 4). Kota Bekasi memiliki luas

wilayah sekitar 210,49 km², dengan Kecamatan Bantar Gebang sebagai wilayah

terluas (41,78 km²) sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil

(13,49 km²).
Tabel 4. Wilayah Administrasi Kota Bekasi

No Kecamatan Kelurahan
1 Bekasi Timur 1. Bekasi Jaya
2. Aren Jaya
3. Duren Jaya
4. Margahayu
2 Bekasi Barat 1. Bintara
2. Kota Baru
3. Jakasampurna
4. Kranji
5. Bintara Jaya
3 Bekasi Selatan 1. Pekayon Jaya
2. Jakamulya
3. Kayuringin Jaya
4. Margajaya
5. Jakasetia
4 Rawalumbu 1. Bojong Rawalumbu
2. Pengasinan
3. Bojongmenteng
4. Sepanjang Jaya
5 Bekasi Utara 1. Kaliabang Tengah
2. Harapan Baru
3. Teluk Pucung
4. Perwira
5. Harapan Jaya
6. Margamulya

6 Medan Satria 1. Medan Satria


2. Kalibaru
3. Pejuang
4. Harapan Mulya

7 Jatiasih 1. Jatimekar
2. Jatirasa
3. Jatiluhur
4. Jatiasih
5. Jatikramat
6. Jatisari

 
25

No Kecamatan Kelurahan
8 Jatisampurna 1. Jatisampurna
2. Jatirangga
3. Jatiraden
4. Jatikarya
5. Jatiranggon
9 Pondok Gede 1. Jatiwaringin
2. Jatimakmur
3. Jatibaru
4. Jatibening
5. Jaticempaka
10 Bantar Gebang 1. Bantar Gebang
2. Ciketing Udik
3. Cikiwul
4. Sumur Batu
11 Pondok Melati 1. Jati Melati
2. Jati warna
3. Jati Rahayu
4. Jati murni
12 Mustika Jaya 1. Mustika Jaya
2. Mustikasari
3. Pedurenan
4. Cimuning
Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2005

4.3.Kondisi Fisik

1. Topografi
Kondisi topografi relatif datar dengan kemiringan lahan 0-2%. Wilayah
Kota Bekasi terletak pada ketinggian antara 10-45 meter di atas permukaan laut.
Wilayah dengan ketinggian kurang dari 25 meter di atas permukaan laut terletak
pada kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur dan Pondok Gede.
Sedangkan wilayah dengan ketinggian lebih dari 25 meter di atas permukaan laut
terletak pada Kecamatan Bantar Gebang, Jatiasih dan Jatisampurna (Bappeda
Kota Bekasi, 2005).

2. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kota Bekasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air
permukaan dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi

   
26

meliputi sungai/kali Bekasi dan beberapa sungai/kali kecil lainnya serta saluran
irigasi yang selain digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air
baku bagi kebutuhan air minum wilayah Bekasi dan DKI Jakarta. (Bappeda Kota
Bekasi, 2005)

3. Jenis Tanah dan Geologi


Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh Pleistocene
Volcanic Facies. Struktur aluvium menempati sebagian kecil wilayah Kota Bekasi
bagian utara. Sedangkan struktur Miocene Sedimentary Facies terdapat di bagian
timur wilayah Kota Bekasi sepanjang perbatasan dengan DKI Jakarta. Tanah di
Kota Bekasi didominasi oleh jenis tanah latosol dan aluvial (Bappeda Kota
Bekasi, 2005).

4. Vegetasi
Kondisi vegetasi di wilayah Kota Bekasi sedikit penyebarannya dan
meliputi tanaman yang terletak pada taman kota, taman rumah dan pekarangan,
jalur hijau jalan, serta areal pertanian (Bappeda Kota Bekasi, 2005).

5. Iklim dan Curah Hujan


Wilayah Kota Bekasi secara umum tergolong pada iklim kering dengan
tingkat kelembaban yang rendah. Penutupan lahan yang didominasi oleh
bangunan (industri/perdagangan serta pemukiman) menimbulkan kondisi
lingkungan yang panas. Temperatur harian berkisar antar 24-33⁰C. (Bappeda Kota
Bekasi, 2005).
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Maret, yaitu masing-
masing tercatat 294 mm dan 391 mm dengan jumlah hari hujan 15 dan 14 hari.
Jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 36 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak empat. Total curah hujan yang tercatat sepanjang
tahun 2006 adalah 1.941 mm (Bappeda Kota Bekasi, 2006).

 
27

4.4. Kondisi Sosial Ekonomi


Mayoritas penduduk Kota Bekasi adalah pendatang/migran dari daerah
lain. Secara umum komposisi penduduk di Kota Bekasi dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu yang datang dari DKI Jakarta dan yang datang dari luar
Jakarta, yang secara umumnya tinggal menetap di Kota Bekasi. Penyebaran
penduduk di Kota Bekasi memiliki kecenderungan terkonsentrasi di wilayah barat
dan pusat (Pondok Gede dan Bekasi Barat) yang berbatasan dengan DKI Jakarta
serta di bagian utara dan timur (Bekasi Utara dan Bekasi Timur) yang berbatasan
dengan Kabupaten Bekasi.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Bekasi (jiwa)

Tahun
No Kecamatan
2006 2007
1 Pondok Gede 210.999 224.176
2 Jatisampurna 71.750 73.744
3 Pondok Melati* 111.056 118.935
4 Jatiasih 168.896 165.520
5 Bantar Gebang 77.680 78.224
6 Mustika Jaya* 89.632 92.932
7 Bekasi Timur 270.256 276.496
8 Rawa Lumbu 174.205 184.380
9 Bekasi Selatan 200.790 207.744
10 Bekasi Barat 276.879 287.989
11 Medan Satria 150.628 160.152
12 Bekasi Utara 268.673 273.512
Kota Bekasi 2.071.444 2.143.804
*) Kecamatan pemekaran
Sumber: BPS Kota Bekasi

4.5. Rencana Tata Ruang Kota Bekasi


4.5.1. Maksud dan Tujuan Penataan
Rencana tata ruang suatu kota berfungsi untuk menjaga konsistensi
perkembangan kota/kawasan perkotaan, baik pada level makro/wilayah kota
maupun pada level rencana detail. Dalam UU No. 26 tahun 2007 dengan tegas
lebih mengarahkan pemanfaatan untuk RTH baik lahan privat maupun publik.
Tujuan penyelenggaraan RTH di perkotaan adalah untuk meningkatkan mutu

   
28

lingkungan perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai sarana
pengamanan lingkungan perkotaan. RTH Kota mempunyai fungsi ekologis
(utama) dan fungsi tambahan sebagai arsitektur kota, sosial dan ekonomi
(Bappeda, 2007).
Menurut Permendagri No.1 tahun 2007, perencanaan pembangunan ruang
terbuka hijau kawasan perkotaan memuat jenis, lokasi, luas, kebutuhan biaya,
target waktu pelaksanaan, dan disain teknis. Pembangunan RTH berdasarkan luas
wilayah perkotaan mempunyai ketentuan sebagai berikut:
• RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik (milik pemerintah dan terbuka
untuk umum) dan RTH privat (milik perorangan atau swasta)
• Proporsi RTH baik privat maupun publik pada wilayah perkotaan
disesuaikan dengan potensi kota dan mengacu pada ketentuan
perundangan
• Proporsi RTH Publik pada wilayah kota paling sedikit 10% dari wilayah
kota
• Jika luas RTH baik publik maupun privat di suatu kota memiliki total luas
lebih besar dari peraturan/ perundangan yang berlaku, maka proporsi
tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya (Bappeda, 2007).

4.5.2. Kebijaksanaan Pengembangan RTH


Kondisi RTH di Kota Bekasi jika dilihat pada RTRW Kota Bekasi dapat
digambarkan menurut jenis kawasan/RTH sebagai berikut:
Pertamanan
Jenis RTH ini di Kota Bekasi tersebar dalam berbagai kawasan fungsional
kota antara lain pemerintahan, perdagangan, dan jasa, industri, pendidikan dan
pusat BWK/Sub BWK. Arahan rencana pemanfaatan pada jenis RTH ini dalam
RTRW 2000-2010 mempunyai fungsi utama sebagai :
- Sarana untuk menciptakan keserasian dan keindahan lingkungan
- Sarana untuk mempengaruhi atau memperbaiki iklim mikro
mempertimbangkan jenis, letak/lokasi serta jenis vegetasinya memenuhi
kriteria yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

 
29

Dari kondisi lapangan tahun 2005, taman yang ada hanya sebagian kecil
dari kegiatan pembangunan di Kota Bekasi, baik itu kegiatan pemerintahan,
perdagangan dan jasa, pemukiman, dan industri, yang menyediakan pertamanan
dengan proporsi memadai. Bahkan di Kota Bekasi ini masih sedikit terdapat
taman kota yang berfungsi sebagai taman bermain serta tempat sosialisasi dan
interaksi antar penduduk kotanya. Pada kegiatan industri, perdagangan dan jasa
yang berkembang di Kota Bekasi umumnya tidak menyediakan taman, baik
berupa taman lingkungan atau yang berupa buffer guna memisahkan antar
kegiatan industri dengan kegiatan lainnya. Penyediaan taman ini hanya dilakukan
di pemukiman-pemukiman yang dikembangkan swasta dalam skala besar. Namun
demikian luasan taman yang tersedia belum mencukupi (Bappeda, 2007).
Lapangan Olahraga
Terletak menyebar sesuai dengan jenis skala pelayanan (pusat kota, pusat
BWK, pusat sub-BWK). Arahan rencana pemanfaatan untuk lapangan olahraga
dalam RTRW 2000-2010 difungsikan sebagai sarana olahraga dan rekreasi
dengan pola pengembangan yang perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan
pemukiman dan pusat-pusat kegiatan baru (pusat BWK, pusat sub-BWK,
lingkungan pemukiman). Jika dilihat dari kondisi di lapangan tahun 2005,
lapangan olahraga yang tetap terjaga keberadaannya berupa kompleks olahraga
Kota Bekasi di Jl. Ahmad Yani. Untuk lapangan olahraga skala lingkungan masih
sangat terbatas jumlahnya dengan proporsi yang masih belum mencukupi bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang harus dilayani fasilitas ini.
(Bappeda, 2007)
Jalur Hijau
Jenis RTH ini di Kota Bekasi tersebar dalam bentuk jalur. Arahan rencana
pemanfaatan untuk jalur hijau dalam RTRW 2000-2010 ini mempunyai fungsi
utama sebagai jalur pengaman utilitas/instalasi penting (sungai, jalan kereta api,
jalan tol, jaringan listrik tegangan tinggi); sekaligus menciptakan keserasian
lingkungan. Pola pengembangan perlu memperhatikan lokasi, jaringan yang
diamankan, serta kriteria vegetasi untuk jalur hijau yang dapat dilihat pada
Lampiran 1.

   
30

Jika dibandingkan dengan kondisi di lapangan tahun 2005, maka hampir


seluruh jalur hijau yang ada di Kota Bekasi khususnya yang ada di pusat kota
sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh bangunan, baik itu berupa jalur
hijau di sepanjang jalan, sepanjang KA, sepanjang tegangan tinggi, maupun jalur
hijau sepanjang sungai (sempadan sungai). (Bappeda, 2007)
Pemakaman
Jenis RTH yang terletak pada BWK (Bagian Wilaya Kota) Pusat kota
Bekasi antara lain TPU Kelurahan Perwira, Kelurahan Durenjaya, dan TMP di Jl.
Pahlawan), BWK Jatisampurna (desa Jatisari), BWK Bantargebang (Desa
Padureunan dan Sumurbatu) tersebar sebagai pemakaman. Arahan rencana
pemanfaatan pemakaman dalam RTRW 2000-2010 yaitu memiliki fungsi utama
sebagai sarana tempat pemakaman umum untuk memenuhi kebutuhan kota dan
BWK, sekaligus sebagai kawasan hijau kota. Pola pengembangan tersebar pada
setiap BWK dengan mempertimbangkan keberadaan pemakaman yang telah ada.
Penataan atau penetapan lokasi pemakaman secara tepat perlu
mempertimbangkan ketentuan yaitu tidak berada dalam kawasan yang padat
penduduknya, menghindari penggunaan lahan yang subur, memperhatikan
keserasian lingkungan, mencegah kerusakan lahan yang berlebihan. Sebagai unsur
dari kawasan hijau kota, kriteria vegetasi untuk pemakaman dapat dilihat pada
Lampiran 1. Kondisi di lapangan pada tahun 2005, sarana pemakaman yang ada di
Kota Bekasi kondisinya masih relatif cukup baik dan masih dipenuhi oleh ruang
terbuka hijau kota. (Bappeda, 2007)
Pertanian
Jenis RTH pertanian Kota Bekasi terletak di BWK Bantargebang (Desa
Ciketikngudik, Sumurbatu) dan BWK Jatisampurna. Arahan rencana pemanfaatan
RTH dalam RTRW 2000-2010 pada pertanian difungsikan sebagai penghasil
produksi pertanian sekaligus konservasi terhadap kegiatan budidaya pertanian
yang telah ada. Pola pengembangannya mempertimbangkan potensi yang ada
serta keserasian dengan kawasan sekitarnya. Pemanfaatan ruang yang
diperbolehkan: tanaman semusim, pertanian tanaman pangan, tanaman tahunan,
hortikultura perkampungan, wisata agro, budidaya perikanan darat.

 
31

Dilihat dari kondisi di lapangan tahun 2005, RTH yang berupa pertanian di
Kota Bekasi sebagian besar telah terpenetrasi oleh bangunan, terutama oleh
kegiatan pemukiman skala besar yang dikembangkan skala besar yang
dikembangkan swasta, baik yang ada di Kecamatan Jatisampurna. Apabila kondisi
ini tidak dikendalikan dan diawasi secara ketat diperkirakan dalam waktu dekat
RTH jenis ini akan hilang. (Bappeda, 2007)
Pekarangan
Merupakan jenis RTH Kota Bekasi yang terletak di BWK Bantargebang
dan BWK Jatisampurna. Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-
2010 pada pekarangan mempunyai fungsi sebagai sarana untuk menciptakan
keserasian pada kawasan pemukiman. Pola pengembangan yaitu menyatu dengan
kapling-kapling pemukiman yang direncanakan. Sesuai dengan kawasan hijau
kota, kriteria vegetasi untuk pekarangan dapat dilihat pada Lampiran 1. Dilihat
dari kondisi di lapangan pada tahun 2005, pola pengembangan pekarangan yang
masih menyatu dengan kapling-kapling pemukiman yang direncanakan
menyebabkan keberadaan RTH ini terpenetrasi oleh kegiatan terbangun. Untuk
itu, perlu adanya pengawasan yang cukup ketat oleh dinas-dinas terkait, terutama
dalam menerapkan garis sempadan bangunan, KDB dan intensitas kepadatan
bangunan yang difungsikan sebagai RTH pekarangan. (Bappeda, 2007)
Sempadan Situ
Keberadaan sempadan situ di Kota Bekasi terletak pada Situ Gede di
Bojongmenteng (BWK 3), Situ Lumbu di Bojong Rawalumbu (BWK 1), Situ
Pulo di Jatisampurna (BWK 4). Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW
2000-2010 untuk sempadan situ memiliki fungsi utama sebagai kawasan
konservasi bagi perlindungan air tanah serta sebagai sistem retensi dan pengisian
air tanah. Pola pengembangan antara lain:
- Melindungi dan mengamankan kawasan situ dari kegiatan budidaya yang
dapat menganggu budidaya kelestarian fungsi situ-situ tersebut.
- Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar kawasan situ
- Keberadaan situ-situ lainnya pada kawasan pemukiman perlu tetap
dipertahankan sebagai sistem retensi dan pengisian air tanah

   
32

Kondisi sempadan situ tahun 2005 umumya masih belum terjaga dengan
baik. Hampir semua situ yang ada tidak mempunyai daerah pengaman situ, baik
yang berupa sempadan situ yang merupakan RTH pada radius 200 meter dari
pinggir situ pada saat air pasang maupun RTH yang berfungsi sebagai daerah
resapan air. Sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh kegiatan
terbangun, baik yang berda di sekitar Situ Gede di Bojongmenteng, Situ Lumbu di
Bojong Rawalumbu, maupun di sekitar Situ Pulo di Jatisampurna (Bappeda,
2007).
Penyusunan rencana RTH Kota Bekasi ini cenderung menggabungkan 1)
Pengetahuan mengenai kondisi lokal; 2) Pertimbangan-pertimbangan para ahli;
dan 3) Ketersediaan perangkat hukum yang ada untuk mempermudah
implementasi di lapangan. Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota
Bekasi tahun 2000-2010 mengemukakan bahwa pengembangan kawasan
terbangun di Kota Bekasi lebih diarahkan untuk menarik perkembangan fisik kota
ke arah selatan. Sampai saat ini perkembangan Kota Bekasi di bagian selatan
masih tertinggal apabila dibandingkan dengan Kota Bekasi di bagian utara, karena
selama ini pembangunan lebih ditekankan di bagian utara. Sementara pada pusat
kota yang telah cukup terbangun, pengembangan lebih ditekankan pada
pemantapan terhadap fungsi-fungsi yang telah ada selama ini (Bappeda, 2007).
Pada umumnya, pemanfaatan lahan di Kota Bekasi lebih diarahkan pada
kawasan pemukiman perkotaan, yang jenis dan jumlahnya lebih diarahkan agar
sesuai dengan potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Dalam
RTRW Kota Bekasi juga dijelaskan bahwa rencana struktur tata ruang Kota
Bekasi lebih diarahkan pada terbentuknya suatu sistem pusat pemukiman di
wilayah Jabotabek yang terintegrasi (Setyorina,2007).
Kondisi eksisting RTH Kota Bekasi meliputi kondisi eksisting kuantitas
RTH Kota Bekasi, kondisi eksisting kualitas RTH kota Bekasi, serta potensi-
potensi RTH Kota Bekasi yang belum dikembangkan. Dari 27 jenis RTH yang
terdapat di kawasan perkotaan, Kota Bekasi memiliki 20 jenis Ruang Terbuka
Hijau (RTH). Sembilan jenis merupakan jenis RTH yang dikelola sektor publik
dan sisanya merupakan jenis RTH yang dikelola sektor privat. Jenis RTH yang
terdapat di Kota Bekasi antara lain sebagai berikut:

 
33

A. RTH Publik
1. Situ,danau,rawa, dan 6. Tempat Pemakaman Umum
sempadannya (TPU)
2. Semapadan sungai 7. Lapangan olahraga/lapangan
3. Hutan kota terbuka
4. Taman kota 8. Jalur Hijau Sempadan Jalan
5. Taman lingkungan 9. Pulau Jalan
B. RTH Privat
1. Sempadan instalasi berbahaya 7. Pekarangan Fasilitas
2. Sempadan Kereta Api Kesehatan
(KA) 8. Pekarangan Fasilitas
3. Pekarangan sarana Pendidikan
transportasi 9. Pekarangan Kawasan
4. Pekarangan Perumahan Militer
10. Pekarangan Fasilitas
5. Pekarangan Pemerintahan Perdagangan
6. Pekarangan Perkantoran 11. Pekarangan Kawasan
Industri/pergudangan

Berdasarkan hasil survei Bappeda yang telah dilakukan pada tahun 2007,
didapatkan temuan data luasan eksisting RTH Kota Bekasi. Perhitungan luasan
RTH ini didapatkan melalui asumsi-asumsi lebar RTH berdasarkan pengamatan di
lapangan. Ketersediaan RTH yang dapat dianalisis hanya berupa RTH publik
sedangkan RTH privat sulit untuk dihitung ketersediaannya karena tidak terdapat
data mengenai RTH privat (Bappeda, 2007).
Tabel 6. Luasan Eksisting RTH Kota Bekasi berdasarkan Hasil Survei

No Jenis RTH Jumlah Sediaan (m²)


1 Sempadan Jalan 124.350
2 Semapadan Sungai 4.062.120
3 Sempadan Instalasi Berbahaya 493.368
4 Sempadan Rel KA 96.840
5 Sempadan Jalan Tol 504.340
6 Situ dan sempadan 234.000
7 Taman 274.317

   
34

 Tabel 7. (Lanjutan)

No Jenis RTH Jumlah Sediaan (m²)


8 Taman Fasos Fasum di perumahan 1.401.137
9 Taman Pemakaman 548.823
Total Sediaan RTH 7.739.295
Sumber: Bappeda, 2007
Keterangan:
ƒ Asumsi lebar sempadan jalan = 1 meter, baik di kiri kanan jalan
ƒ Asumsi lebar sempadan sungai = 6 meter, baik di kiri maupun di kanan sungai
ƒ Asumsi lebar sempadan instalasi berbahaya = 4 meter, baik di kiri maupun di
kanan SUTET
ƒ Asumsi lebar sempadan rel KA = 4 meter, baik di kiri maupun di kanan rel
ƒ Asumsi lebar sempadan jalan tol = 10 meter, baik di kiri maupun di kanan tol

Apabila masing-masing perhitungan jenis RTH tersebut dijumlahkan maka


didapatkan total sediaan RTH Kota Bekasi dari ke-9 jenis RTH tersebut. Total

sediaan ke-9 jenis RTH tersebut adalah sebesar 774 ha. Dengan luas wilayah
Kota Bekasi sebesar 21.601 ha, maka total sediaan RTH tersebut adalah 3,58%
dari total luas Kota Bekasi. Sedangkan berdasarkan UUPR No. 26 tahun 2007,
persentase RTH Publik di kawasan perkotaan adalah 20%. Maka, Kota Bekasi
masih harus menambah RTH publik sebanyak 16,42% dari total luas Kota
Bekasi (Bappeda, 2007).
Oleh karena itu, jika peningkatan kuantitas tidak dapat memungkinkan
untuk mencapai kekurangan RTH publik maka perlu diambil langkah lain selain
langkah peningkatan kuantitas RTH, misalnya melalui peran teknologi, ataupun
peningkatan kualitas RTH Kota Bekasi. Selain kuantitas atau luasan RTH
eksisting, kualitas RTH juga sangat perlu ditingkatkan dalam penyediaan RTH
di Kota Bekasi. Kondisi jenis-jenis RTH yang ada di Kota Bekasi dapat dilihat
pada Lampiran 2 (Bappeda, 2007).

4.6. Profil DKPP Kota Bekasi


Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Bekasi
merupakan salah satu bentuk kedinasan di lingkungan pemerintah Kota Bekasi.
Pembentukannya merupakan refleksi dari pelaksanaan UU No. 32 tahun 2004
tentang otonomi daerah.
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 29 tahun 2003. Lingkup pelayanan Dinas

 
35

Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman terfokus kepada penataan kebersihan


kota, pertamanan dan pemakaman. Namun di lain pihak sarana penunjang,
teknologi, serta sumber daya manusia yang tersedia belum memadai seperti yang
dibutuhkan.

4.6.1. Tugas, Peranan dan Struktur Organisasi DKPP


Pembentukan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman sebagai
dinas pelayanan masyarakat membawahi bidang persampahan, bidang pertamanan
dan pemakaman, bidang pengendalian dan penyuluhan serta bidang peralatan dan
perlengkapan. Adapun struktur organisasi dinas dapat dilihat pada bagan berikut:

KEPALA DINAS

BAGIAN TATA
USAHA
JABATAN
FUNGSIONAL
SUBAG. SUBAG.
Perencanaan UMUM

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG


Pengendalian Persampahan Pertamanan & Peralatan &
& Penyuluhan Pemakaman Perlengkapan

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


Pengendalian Penampungan Pembangunan & Pengadaan
Pemeliharaan Peralatan dan
Taman & Makam Perlengkapan

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


Penyuluhan Pengangkutan Reklame & Pemeliharaan
Dekorasi Kota Peralatan &
Perlengkapan

UPTD TPA UPTD IPLT UPTD TPU

Keterangan: Lokasi magang

Gambar 4.Struktur Organisasi DKPP Kota Bekasi


Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, 2007
   
36

Kedudukan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman sebagai unsur


dinas yang bertanggungjawab langsung kepada walikota melalui sekretaris daerah
yang meliputi tugas-tugas pokok sebagai berikut:
- Bidang Kebersihan Kota meliputi perencanaan, penyuluhan dan
pengendalian, penampungan dan pengangkutan, pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan dan lumpur tinja.
- Bidang Pertamanan dan Pemakaman meliputi perencanaan, penyuluhan
dan pengendalian, pembangunan dan pemeliharaan taman, dekorasi kota,
registrasi dan penyiapan lahan pemakaman serta pemeliharaan dan
penertiban pemakaman.
Visi DKPP adalah “Menjadikan Kota Bekasi sebagai kota terbersih, tertata
dan terasri se-Jawa Barat”. Untuk mencapai visi tersebut maka misi DKPP, yaitu:
1. Meningkatkan pelayanan kebersihan, pertamanan dan pemakaman yang
prima kepada masyarakat dalam mendukung Bekasi sebagai kota Unggul
dalam Jasa dan Perdagangan bernuansa Ihsan.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ketertiban, kebersihan, dan
keindahan sebagai kebutuhan hidup dan tanggung jawab bersama antara
masyarakat dan pemerintah.
3. Memanfaatkan sampah sebagai bahan yang berguna dan bernilai ekonomis

 
37

V. PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN

5.1. Pelaksanaan Administrasi

Pelaksanaan konstruksi pagar taman dilaksanakan dari Dinas Kebersihan,


Pertamanan dan Pemakaman yang termasuk dalam kegiatan operasional
pemeliharaan taman. Pihak dinas dipilih sebagai panitia pengadaan barang dan
jasa. Untuk penyedia barang/jasa pada pelaksanaan konstruksi pagar taman dipilih
dengan pemilihan langsung. Adapun urutan kegiatan saat pelelangan umum
sebagai berikut:

Tabel 7. Urutan Kegiatan Pelelangan Umum

No Uraian Kegiatan Hari Kerja


1 Pengumuman Prakualifikasi 7 hari
2 Pendaftaran dan pengambilan dokumen 9 hari
prakualifikasi
3 Pemasukan dokumen prakualifikasi 9 hari
4 Evaluasi dokumen prakualifikasi tidak diatur
5 Pengumuman hasil prakualifikasi tidak diatur
6 Masa sanggah atas hasil prakualifikasi tidak diatur
7 Undangan lelang tidak diatur
8 Pengambilan dokumen pemilihan tidak diatur lama
penyedia pengambilan
9 Penjelasan (Aanwizing) min 7 hari sejak
pengumuman
10 Pemasukan dokumen penawaran 7 hari
11 Pembukaan dokumen penawaran hari terakhir pemasukan
dokumen penawaran
12 Evaluasi dokumen penawaran tidak diatur
13 Penetapan pemenang tudak diatur
14 Pengumuman pemenang surat penetapan diterima
panitia
15 Masa sanggah atas hasil prakualifikasi maks 5 hari sejak
pengumuman
16 Penunjukan pemenang (SPPBJ) paling lambat 5 hari sejak
pengumuman
17 Penandatanganan kontrak paling lambat 14 hari sejak
SPPBJ

Sumber: Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

   
38

Selama kegiatan magang, mahasiswa hanya mempelajari penyusunan RKS


proyek. Sebelum pelaksanaan penjelasan pekerjaan (aanwizing), penyedia
barang/jasa atau pelaksana diberikan dokumen prakualifikasi dan pemilihan
langsung dalam rangkap 1 (satu), yang berisikan perihal formulir isian
prakualifikasi dan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dari
pengumuman hasil prakualifikasi, pelaksana atau penyedia barang/jasa untuk
konstruksi pagar taman yang memenuhi persyaratan mengikuti pelelangan adalah
CV. Citra Alam Jaya, CV. Kartika Lestari, dan CV. Semarak abadi.

5.2. Pelaksanaan Konstruksi Taman

Pelaksanaan pemagaran di taman pulau jalan (traffic island) PMI Kota


Bekasi dikerjakan oleh pemborong dari CV. Citra Alam Jaya. Tahapan pembuatan
konstruksi pagar taman yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran lokasi taman; ukuran luas taman diketahui agar diperoleh


kebutuhan lubang pondasi tiang.

2. Penggalian dan pembuatan pondasi tiang pagar; pada taman pulau jalan
PMI ini dibuat lubang tiang sebanyak 68 lubang dengan jarak antar
lubang 2 m dan kedalaman lubang pondasi 30 cm.

3. Pemasangan tiang pagar; pagar yang digunakan pipa besi silinder yang
berukuran 2 inci dengan tinggi 120 cm. Tiang pagar diukur agar berdiri
tegak lurus.

Gambar 5. Pemasangan Tiang Pagar di taman pulau jalan PMI

 
39

4. Selanjutnya pengecoran pondasi tiang; untuk pengerjaan pengecoran


disediakan campuran bahan batu split, pasir dan semen dengan
perbandingan 5:1. Semen merupakan salah satu dari campuran yang
dibutuhkan dengan perbandingan bahan semen lebih sedikit daripada batu
split dan pasir. Setelah ketiga bahan tersebut dicampurkan, lalu siap untuk
dimasukkan ke lubang pondasi tiang pagar. Hasil pengerjaan pengecoran
tersebut ditunggu hingga beberapa hari.

5. Pemasangan behel dengan pengelasan; jenis behel yang digunakan adalah


besi ulir dengan panjang 6 m.

6. Pengecatan; merupakan tahap terakhir pada konstruksi pagar taman dan


tiang pagar dicat dengan dua warna yaitu hijau dan orange.

   
40

VI. PEMELIHARAAN

6.1. Organisasi dan Zonasi Ruang Kerja


Berdasarkan Keputusan Walikota Bekasi No. 21 tahun 2004 tentang tugas
pokok dan fungsi, bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi mempunyai
tugas pokok membantu kepala dinas melaksanakan kewenangan dinas di bidang
Pertamanan dan Pemakaman yang meliputi pembangunan dan pemeliharaan
taman dan makam serta reklame dan dekorasi kota. Untuk menyelenggarakan
tugas tersebut bidang Pertamanan dan Pemakaman mempunyai fungsi:
- Penyusunan rencana kerja bidang secara berjangka sesuai visi dan misi
dinas
- Perumusan penjabaran kebijakan teknis dinas di bidang pertamanan dan
pemakaman
- Pengkoordinasian dan pembnaan kegiatan pelaksanaan tugas seksi di
bawahnya
- Pemberian petunjuk administratif dan operasional pelaksanaan tugas
kepada seksi di bawahnya
- Penyusunan jadwal kegiatan operasional sesuai kebutuhan
- Pemberian pelayanan kepada masyarakat dan pihak ketiga lainnya di
bidang Pertamanan dan Pemakaman
- Pelaksanaan penataan dekorasi kota
- Pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan taman dan makam
- Penginventarisasi taman, taman pemakaman umum, taman makam
pahlawan dan reklame
- Pelayanan perizinan reklame
- Pengelolaan taman pemakaman umum
- Pelaksanaan hubungan kerjasama kegiatan dinas dengan perangkat daerah,
masyarakat dan pihak ketiga lainnya
- Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam lingkup
tugasnya
- Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya sesuai perintah kepala dinas
- Penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan kegiatan dinas

 
41

- Penyiapan bahan penyusunan LAKIP Dinas sesuai bidang tugasnya.

Pembagian kerja pada bidang Pertamanan Kota Bekasi dilakukan


berdasarkan pembagian lokasi taman-taman yang dikelola. Setiap taman
dipelihara oleh satu orang koordinator yang berperan sebagai pengawas taman,
dan beberapa petugas operasional taman, seperti dapat dilihat pada bagan struktur
organisasi sebagai berikut:

KEPALA BIDANG
PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN

PELAKSANA ADMINISTRASI
KABID.PERTAMANAN&PEMAKAMAN

KEPALA SEKSI
PEMBANGUNAN & PEMELIHARAAN
TAMAN & MAKAM

PELAKSANA OPERASIONAL PELAKSANA ADMINISTRASI


LAPANGAN 6 orang
45 orang  

KOORDINATOR PETUGAS PENYIRAMAN PETUGAS


6 orang PEMANGKASAAN
13 orang
13 orang
 

PETUGAS PEMOTONG PETUGAS PENGANGKUT SAMPAH


RUMPUT 2orang
11 orang

Gambar 6. Struktur Pembagian Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja

(Sumber: Laporan Praktek Kerja Profesi, 2005 yang telah disesuaikan dengan tahun 2008)

   
42

Selama mahasiswa mengikuti kegiatan pertamanan, sistem kerja


dilaksanakan mulai dari hari senin sampai jumat yang dimulai pada pukul 08.00
WIB hingga 12.00 WIB. Lokasi kerja terbagi dengan beberapa taman yang
dikerjakan oleh 13 tim kerja sesuai dengan jadwal kegiatan wilayah kerja petugas
yang telah ditentukan. Tim kerja tersebut terdiri dari 13 orang koordinator lapang
dan 25 petugas. Untuk satu taman dikerjakan 1 orang koordinator lapang bersama
3 atau lebih petugas taman. Zonasi ruang kerja pemeliharaan taman Kota Bekasi
mengikuti zona pembagian kerja yang telah disusun. Uraian jadwal pembagian
wilayah dan petugas dapat dilihat pada Lampiran 5.

6.2. Pemeliharaan Fisik

Jenis pekerjaan pemeliharaan yang telah dilakukan secara rutin meliputi


pembersihan area taman, penyiraman tanaman pemangkasan rumput,
pemangkasan semak, penutup tanah dan pohon, pengendalian hama dan penyakit,
pemupukan, pengendalian gulma, penyulaman tanaman, dan pembersihan
perkerasan. Berdasarkan pengamatan, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
bidang Pertamanan sebagai berikut:

Pembersihan area

Pembersihan area taman dilakukan agar kebersihan dan keasrian taman


dapat terjaga. Kegiatan ini dilakukan setiap hari kecuali hari sabtu dan minggu.
Kegiatan pembersihan area taman meliputi penyapuan taman dan pembuangan
sampah. Penyapuan taman dilakukan setelah kegiatan pemotongan dan
pemangkasan pada suatu area taman. Alat yang digunakan adalah sapu lidi dan
pengki. Kegiatan penyapuan taman ini dilakukan oleh tenaga kerja (pesapon) yang
ditugaskan dari bagian persampahan untuk mengangkut sampah yang kemudian
diangkut ke dump truck. Tenaga kerja (pesapon) yang ditugaskan membersihkan
area taman berjumlah 1-2 orang tiap taman tergantung luasan area taman. Adapun
mekanisme pengangkutan sampah Kota Bekasi dapat dilihat pada gambar berikut:

 
43

TPA

SUMUR BATU

Gambar 7. Mekanisme Pengangkutan Sampah Kota Bekasi

Mekanisme pengangkutan sampah Kota Bekasi dapat diuraikan sebagai


berikut: Sampah pemukiman yang diambil dari tong sampah rumah tangga yang
diangkut dengan gerobak untuk dikumpulkan di transfer depo. Selanjutnya
sampah dibawa dump truck ke TPA Sumur Batu. Berkisar 65% sampah dari
industri diambil dengan container yang kemudian dibawa arm roll ke TPA Sumur
Batu. Sampah perkantoran sekitar 65% diambil dari tong sampah diangkut oleh
gerobak ke tempat pembuangan sementara (TPS) yang selanjutnya diangkut
dump truck ke TPA Sumur Batu. Untuk sampah jalan dan taman sekitar 40% yang
dibersihkan oleh tenaga kerja (pesapon) menggunakan pengki yang selanjutnya
diangkut ke TPA Sumur Batu dengan dump truck. Sekitar 65% sampah pasar
diangkut ke TPS atau container yang selanjutnya dibawa ke TPA Sumur Batu
dengan dump truck atau arm roll.

Penyiraman tanaman

Penyiraman diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan


tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari termasuk hari libur kecuali hari
minggu. Kegiatan ini mulai dari pukul 06.30 karena biasanya harus mengisi
tangki air. Ada 3 tim yang mengerjakan kegiatan penyiraman dan masing-masing
mempunyai mobil tangki air sebagai mobil operasional dan mempunyai lokasi
kerja yang menjadi tanggungjawab tiap tim. Ketiga tim penyiram menggunakan

   
44

Gambar 8. Pengisian Air dengan mobil tangki air berkapasitas 5000 liter

mobil tangki air yang berkapasitas 4000 - 5000 liter. Kegiatan penyiraman dengan
menggunakan mobil tangki air dikarenakan taman-taman yang dikelola oleh
bidang Pertamanan Kota Bekasi letaknya menyebar. Mobil tangki ini dilengkapi
dengan selang berukuran 30 m untuk menyiram tanaman yang sulit dijangkau. Air
yang digunakan untuk penyiraman taman bersumber dari sungai Kalimalang.

Pemangkasan

Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan yang juga perlu


dilakukan. Pemangkasan (pruning) dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan
tanaman sesuai yang diinginkan, menjaga keamanan bagi pengguna jalan, serta
menjaga kesehatan tanaman dan dapat memberikan penampilan tanaman secara
estetis. Pemangkasan dilakukan terhadap penutup tanah, semak, perdu dan pohon.

Pemangkasan rumput dilakukan guna menjaga agar rumput tetap tampil


rapi dan tidak berbunga. Jenis rumput yang dijumpai pada beberapa taman yang
ada adalah rumput gajah (Axonopus compressus). Kegiatan pemangkasan rumput
dilakukan dengan menggunakan mesin pangkas gendong yang berkapasitas 1.5
liter bensin dilakukan secara rutin setiap hari di wilayah taman yang berbeda.
Pemilihan lokasi pemangkasan disesuaikan dengan prioritas taman sesuai dengan
ketinggian rumput yang dapat dilihat di lapangan. Kegiatan ini dilakukan di tiap
taman dengan minimal 3-4 petugas taman yang telah menjadi tanggung jawab
para petugas taman untuk memelihara taman.

Pemangkasan semak juga termasuk pemeliharaan rutin untuk satu lokasi


dilakukan 1-2 minggu sekali karena letak taman yang menyebar. Metode

 
45

pemangkasan yang dilakukan pada dasarnya agar terlihat rapi sehingga dibuat
suatu pangkasan yang berbentuk. Tanaman yang sering dipangkas adalah tanaman
Acalypha macrophylla (teh-tehan). Alat yang digunakan untuk memangkas semak
yaitu gunting pangkas bertipe trimmer.

Pemangkasan pohon dilakukan tiap setahun sekali pada lokasi jalur hijau
jalan. Pemangkasan pohon dilakukan oleh pihak ke tiga kontraktor. Faktor yang
menyebabkan pohon harus dipangkas karena pohon-pohon yang ada di sepanjang
jalan telah mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Pelaksanaan pemangkasan
pohon tahun 2008 ini telah dilakukan di jalur hijau jalan Ir.H.Juanda, Jl. Rawa
Tembaga, Jl. Chairil Anwar dan Jl. Kartini. Alat yang digunakan adalah chainsaw
(gergaji mesin) dan golok.

Penggemburan dan pengendalian gulma

Penggemburan bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah, seperti


pada pengamatan salahsatu taman yang dikelola bidang pertamanan Kota Bekasi
yaitu taman Cut Meutia (Gambar 9). Kegiatan penggemburan tanah pada Taman
Cut Meutia dilakukan 1 petugas dengan membuat parit yang mengelilingi jenis
tanaman semak atau penutup tanah. Kegiatan ini rutin dilakukan ketika terlihat
kondisi sekeliling tanaman terutama pada semak sudah banyak ditumbuhi gulma
atau rumput liar. Setelah kegiatan penggemburan tanah dilakukan, lalu diberi
pupuk NPK Mutiara dengan cara ditabur. Alat yang digunakan untuk
menggemburkan tanah adalah kored, cangkul, dan linggis.

Gambar 9. Salah satu kegiatan awal penggemburan dengan linggis

   
46

Pengendalian hama dan penyakit

Kegiatan pengendalian hama dan penyakit diperlukan tidak hanya untuk


memberantas hama dan penyakit secara langsung tetapi juga sebagai upaya
pencegahan dari serangan hama dan penyakit. Kondisi tanaman yang terlihat tidak
banyak yang rusak karena hama dan penyakit, seperti dalam pengamatan di
lapang ada diantaranya pada tanaman Agave sp. di Taman Pulau Jalan PMI
terserang hama keong seperti pada Gambar 10. Cara membasmi hama keong
adalah dengan manual.

Gambar 10. Hama Keong pada tanaman Agave sp. di taman pulau jalan PMI

Pemupukan

Pemupukan juga berperan penting dalam upaya pemeliharaan taman guna


memenuhi/menyeimbangkan kebutuhan pertumbuhan tanaman terhadap
kesuburan tanah. Aktivitas pemupukan yang dilakukan petugas Taman
menggunakan pupuk NPK Mutiara 15-15-15 dengan berat 25 kg untuk luas taman

5.710 m². Pupuk NPK tersebut diberikan langsung ke tanah yang bersamaan
dengan kegiatan penggemburan tanah. Pupuk disebar langsung ke tanah yang
dibuat parit pada sekitar semak, penutup tanah dan pohon. Cara lain pemupukan
yang pernah dilakukan adalah dengan mencampurkan pupuk urea yang diberikan
sebanyak 25 kg ke dalam mobil tangki air yang berkapasitas 4000 atau 5000 liter.
Kegiatan pemupukan pada taman Cut Meutia dilakukan oleh 1 orang petugas
taman.

 
47

Penyulaman tanaman

Penyulaman tanaman diperlukan untuk mengganti tanaman yang telah


mati, cacat atau telah habis masa pertumbuhannya. Kegiatan penyulaman
dilakukan pada taman pulau jalan PMI yaitu penyulaman tanaman Jatropha sp.
Kegiatan penyulaman dilakukan setahun sekali jika diperlukan.

Pembersihan paving

Kegiatan pembersihan paving seperti di Taman Cut Meutia sering


dilakukan karena jenis perkerasan tersebut ditumbuhi rumput. Rumput yang ada di
perkerasan tersebut selalu tumbuh meski telah diatasi dengan pembersihan secara
manual dengan kored. Biasanya dilakukan satu orang dari petugas kebersihan
namun sering dibantu oleh petugas dari pengangkut sampah lainnya, seperti yang
terlihat pada gambar berikut.

Gambar 11. Kegiatan Pembersihan paving Taman Cut Meutia dari gulma

6.3. RTH yang Dikelola Bidang Pertamanan Kota Bekasi


Berdasarkan perencanaan tahun 2005, RTH yang dikelola bidang
Pertamanan Kota Bekasi terdiri dari 26 titik lokasi yang dapat dilihat pada
Lampiran 3. Bentuk taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan dan
Pemakaman Kota Bekasi sebagian besar berupa alun-alun, taman sudut, jalur
hijau jalan, dan pulau jalan (traffic island). Gambar beberapa taman tersebut
disajikan pada Gambar 12.

   
48

(a) Median Jl. Chairil Anwar (b) Taman Bulan-bulan (c) Taman Segitiga DPRD

(d) Taman Cut Meutia

(e) Median Jalan PMI

(f) Alun-alun

 
49

(g) Jembatan Jl. Veteran

(h) Taman depan PMI

(i) Jl. Sersan Aswan (j) Taman segitiga Jl. A. Yani

Gambar 12. Beberapa Lokasi Kegiatan Pemeliharaan Taman

6.4. Kapasitas dan Efektivitas kerja


Perbandingan kapasitas kerja antara bidang Pertamanan Kota Bekasi
dengan pustaka dapat dilihat pada Tabel 9. Beberapa kegiatan pemeliharaan
taman Kota Bekasi memiliki nilai efektivitas yang lebih rendah yaitu pembersihan
area, penyiraman, pemangkasan rumput dengan mesin gendong, pengendalian
HPT, pemupukan, penggemburan, dan penyulaman. Nilai efektivitas yang lebih
tinggi hanya pada kegiatan pemangkasan semak dan penutup tanah. Nilai
efektivitas yang lebih rendah dapat disebabkan karena sistem pemeliharaan yang
digunakan membuat pekerjaan menjadi monoton untuk tiap petugas. Akibatnya,
selama jam kerja sebagian dari mereka kurang memanfaatkan waktu dengan baik.

   
50

Hal ini juga dapat disebabkan karena kurangnya dukungan dari pengawas
lapangan, sehingga motivasi pekerja cenderung menurun.
Adapun kapasitas kerja petugas Pertamanan Kota Bekasi berdasarkan hasil
pengamatan di lapang dan wawancara sebagai berikut:
Tabel 8. Kapasitas dan Efektivitas Kerja

Kapasitas Kerja (m2 per jam per orang)


No Jenis Pekerjaan Pemeliharaan
Efektivitas
DKPP(a) PUSTAKA(b)
Kerja (%)
Pembersihan area (penyapuan)
1 100 400 25%
2
Penyiraman tanaman dengan
mobil tangki air 500 700 71.4%
3 Pemangkasan rumput dengan
mesin gendong 129.6 250 51.8%
4 Pemangkasan semak dan penutup
tanah dengan gunting pangkas 24.8 10 248%
5 Pengendalian HPT pada semak
dan penutup tanah dengan tebar
furadan 500 500 100%
6 Pemupukan semak dan penutup
tanah 200 200 100%
7 Pemupukan pohon 7 pohon 7 pohon 100%
8 Penggemburan dan penyiangan
semak dan penutup tanah dengan
kored atau linggis 18.9 40 47.3%
9 Penyulaman tanaman semak 3 3 100%
10 Pembersihan perkerasan paving
-
dari rumput dengan manual 12.6 -
Sumber : (a) Pengamatan dan wawancara (DKPP)
(b) Adriana (1992)

6.5. Alat dan Bahan Pemeliharaan

Jumlah alat-alat kerja yang dipergunakan untuk kegiatan pemeliharaan


bidang Pertamanan Kota Bekasi sebanyak 61 alat. Fungsi alat-alat kerja tersebut
untuk mendukung berlangsungnya kegiatan pemeliharaan pada seluruh taman

yang dikelola Pertamanan Kota Bekasi seluas 68.957 m². Setiap alat kerja yang
ada dipegang oleh para petugas taman yang sudah menjadi tugasnya sehingga
kondisi ketahanan alat menjadi tanggungjawab tiap petugas. Alat yang dibagikan

 
51

pada para petugas adalah alat yang sering digunakan setiap hari sedangkan untuk
alat yang tidak dipergunakan sehari-hari seperti gergaji, cangkul, knapsack
sprayer, arit diberikan saat alat tersebut dibutuhkan.
Tabel 9. Alat-alat kerja Kegiatan Pemeliharaan bidang Pertamanan Kota Bekasi

No Alat Fungsi Jumlah


1 Mesin potong Memangkas rumput 10
rumput gendong
2 Mesin potong Memotong pohon besar
pohon 2
3 Gunting rumput Menggunting rumput 7
4 Gunting pangkas Pemangkasan semak 5
5 Gergaji Memotong pohon besar 2
6 Cangkul Menggemburkan tanah 5
7 Kored Menggemburkan tanah 4
8 Parang Memangkas tanaman penganggu, semak 1
maupun perdu secara manual
9 Arit Memangkas tanaman penganggu, semak 5
maupun perdu secara manual
10 Kape Pembersihan areal taman 2
11 Knapsack sprayer Menyemprotkan pestisida ke tanaman 4
12 Sapu lidi Membersihkan dan penyapuan areal 5
sekitar taman
13 Pengki Mengangkut sampah hasil penyapuan pada 5
areal
14 Mobil bak Kendaraan operasional petugas dinas 1
untuk melakukan pengawasan, survei
lapangan sekaligus mengantar setiap
petugas taman lokasi kerja masing-masing
15 Mobil tangki Kendaraan untuk penyiraman tanaman 3
Jumlah 61

6.6. Biaya Pemeliharaan


Anggaran biaya pemeliharaan dibuat untuk jangka waktu satu tahun
tersusun dalam rencana kegiatan anggaran (RKA). Besarnya anggaran yang
disediakan untuk pemeliharaan taman sangat terbatas. Semua biaya yang tersedia
digunakan untuk membayar gaji tenaga kerja pemeliharaan, biaya operasional,
biaya untuk peralatan, biaya untuk pembelian bahan-bahan seperti pupuk,
pestisida, dan bahan bakar. Anggaran tiap bulan yang dikeluarkan biasanya ada
untuk keperluan biaya operasional seperti bahan bakar mesin pemotong rumput.

   
52

Anggaran biaya pemeliharaan saat ini diprioritaskan untuk tiga taman


antaralain median Jl. Chairil Anwar, taman pulau jalan PMI, dan taman Cut
Meutia. Median Jl. Chairil Anwar dan taman pulau jalan PMI dibutuhkan untuk
pembuatan pagar taman, sedangkan taman Cut Meutia perlu penulaman tanaman,
pemasangan lampu taman dan pemupukan. Ketiga taman tersebut memerlukan
biaya sebanyak sembilan puluh lima juta rupiah. Uraian biaya untuk tiga taman
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6.

6.7. Jadwal Pemeliharaan


Dilihat dari kegiatan pemeliharaan program kerja tahunan meliputi
rencana pemeliharaan rutin dan pemeliharaan insidental. Kegiatan pemeliharaan
rutin yang dilakukan seperti penyiraman, pemangkasan rumput dan semak, serta
penggemburan. Untuk kegiatan pemeliharaan yang bersifat insidental seperti
pemangkasan pohon di tepi jalan dan pengendalian hama penyakit tanaman.
Jadwal pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, tahunan atau kegiatan yang
digolongkan sebagai kegiatan insidental pada taman-taman Kota Bekasi antaralain
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman

Frekuensi
No Kegiatan Pemeliharaan
Harian Mingguan Bulanan Tahunan Insidental

1 Penyapuan v
2 Pembuangan sampah v
3 Penyiraman v
4 Pemangkasan rumput v
5 Pemangkasan semak v
6 Pemangkasan pohon v
7 Pengendalian hama dan
penyakit tanaman v
dengan furadan

8 Pemupukan dan
penggemburan v

9 Penyiangan dan
pengendalian gulma v

10 Penyulaman tanaman v

 
53

  Tabel 11. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman

Frekuensi
No Kegiatan Pemeliharaan
Harian Mingguan Bulanan Tahunan Insidental
11 Pembersihan perkerasan
v

12 Evaluasi pekerjaan
pemeliharaan v

Sumber: Wawancara dan pengamatan, 2008

   
54

VII. PEMBAHASAN

7.1. Pelaksanaan Konstruksi Taman


7.1.1. Pelaksanaan Administrasi

Metoda pemilihan langsung dilakukan dalam pelaksanaan konstruksi pagar


taman, karena dengan menggunakan metode pelelangan umum atau pelelangan
terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan. Metode pemilihan
langsung dilakukan dengan membandingkan minimal 3 (tiga) penawaran dari
penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi dan negosiasi baik teknis
maupun biaya.

7.1.2. Pelaksanaan Konstruksi


Elemen keras dalam taman dapat berwujud aneka jenis bangunan taman,
mulai dari penutup permukaan tanah hingga berbagai jenis konstruksi bangunan
sebagai penunjang/fasilitas kegiatan pada tapak. Untuk dapat melakukan
pemeliharaan terhadap bangunan taman dengan tepat, terlebih dahulu harus
mengenal berbagai jenis material/bahan bangunan yang digunakan beserta sifat
atau karakternya.
Pagar yang digunakan adalah tiang pagar dari pipa besi silinder yang
berukuran 2 inci dengan ketinggian 120 cm, seperti pada uraian tahapan
pembuatan konstruksi pagar. Pembuatan pagar taman tersebut diperlukan untuk
menambah keindahan dari taman. Keindahan pagar yang dimunculkan selain dari
bentuk juga dapat dari pemilihan warna yang digunakan.

Pagar taman sebagai elemen taman memiliki fungsi sebagai pembatas,


penyekat ruang, dan terutama sebagai pengaman taman dari gangguan luar yang
tidak diinginkan (Arifin dan Arifin, 2005). Pada prinsipnya pagar yang digunakan
dalam taman hendaknya memenuhi beberapa ketentuan seperti berikut:

1. Pagar memiliki fungsi yang sesuai dengan tujuan desain taman, yaitu
sebagai pengamanan, pelengkap keindahan taman, atau keduanya. Adapun
fungsi tersebut dapat menentukan bentuk, tinggi, dan kekuatan pagar yang
digunakan. Bila keindahan pagar yang ditonjolkan, selain dari bentuk, juga
dapat ditunjang oleh warna dan ukuran yang digunakan

 
55

2. Pembuatan pagar dan pemilihan jenis bahan disesuaikan dengan dana yang
tersedia,

3. Kekuatan dan ketahanan pagar terhadap iklim sekitar perlu diperhatikan.


Misalnya, untuk daerah yang bercurah hujan tinggi dan kelembapan udara
tinggi sebaiknya tidak menggunakan material pagar dari kayu atau bambu
karena akan cepat keropos, lapuk, dan terserang rayap.

Dalam pelaksanaan pagar taman menggunakan jenis pipa besi silinder


sehingga tahan terhadap curah hujan yang tinggi.

4. Biaya pemeliharaan perlu dipertimbangkan karena setiap material


memerlukan tingkat dan biaya pemeliharaan yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, bila menggunakan pagar tanaman harus diperhitungkan frekuensi
pemeliharaan, penggunaan alat, dan tenaga pemangkasan yang akan
dilakukan secara reguler. Karena menggunakan jenis pipa besi silinder,
maka pemeliharaan pagar hanya perlu pengecatan ulang atau pengelasan
ulang pada bagian yang patah.

5. Unsur/segi estetika perlu dipertimbangkan. Bentuk, warna, ukuran,dan


tinggi pagar akan menentukan kesesuaian antara komposisi pagar, taman,
dan bangunan yang ada di dalamnya.

Jadi, jenis pagar yang dipilih sudah tepat dari bentuknya yang mudah
dalam pemeliharaan. Namun tinggi pagar tidak sesuai dengan komposisi taman
atau jalur hijau jalan yang ada didalamnya. Tinggi pagar lebih tinggi dari
komposisi dari tanaman. Ukuran pagar sebaiknya direndahkan agar komposisi
taman yang ada di dalamnya masih dapat terlihat estetis.

7.2. Pemeliharaan
7.2.1. Organisasi dan Zonasi Ruang Kerja
Struktur organisasi bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi
dalam kinerja di lapangan cukup fleksibel/ terkesan tidak kaku. Bagian kegiatan
pemeliharaan dipegang oleh Kepala Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan
Taman dan Makam yang bertugas memberikan arahan kerja pada pelaksana
operasional lapangan yang berjumlah 45 orang. Pelaksana operasional lapangan

   
56

bertugas melakukan kegiatan pemeliharaan rutin. Kepala Seksi Pembangunan dan


Pemeliharaan Taman dan Makam ini juga memberikan arahan kerja administrasi
yang dikerjakan oleh 6 orang. Seperti pada Lampiran 5 mengenai jadwal kegiatan
wilayah kerja petugas pemeliharaan yang telah dibuat, pelaksana operasional
lapangan yang terdiri dari koordinator dan petugas terlihat ada yang merangkap
kedua peran tersebut. Namun, saat di lapangan terkesan kinerjanya cukup baik,
dan telah menjadi tim kerja yang solid. Dijelaskan pula sebagai suatu bagian,
pemeliharaan taman biasanya terdiri dari beberapa seksi yang bekerja secara
spesifik dan bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja (Arifin dan
Arifin, 2005).
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja, maka diperlukan
pembagian kerja yang spesifik seperti pada usulan struktur organisasi berikut.

Bidang Pertamanan dan Pemakaman


Kota Bekasi

Seksi Seksi Seksi


Perencanaan, Desain dan
Konstruksi Taman dan Makam Pemeliharaan Taman Pembibitan

Gambar 13. Usulan Struktur Organisasi bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi

Spesialisasi kerja pada bidang Pertamanan Kota Bekasi diperlukan untuk


menggambarkan sejauh mana tugas-tugas di organisasi itu dibagi-bagi menjadi
sejumlah pekerjaan tersendiri. Seksi perencanaan, desain dan konstruksi taman
dan makam pada Gambar 13 berperan dalam memberi arahan teknis
pembangunan taman dan makam yang melibatkan pihak kontraktor. Seksi
pemeliharaan taman berperan dalam kegiatan operasional pemeliharaan. Seksi
pembibitan berperan dalam kegiatan perbanyakan tanaman hias yang
menyediakan tanaman untuk pelaksanaan dan pemeliharaan.

 
57

7.2.2. Pengelolaan Tenaga Kerja


Pembagian kerja dan tenaga kerja taman Kota Bekasi cukup baik dengan
dibuatnya pembagian wilayah kerja. Bentuk taman Kota Bekasi umumnya sebagai
jalur hijau jalan dan pulau jalan yang lebih diarahkan untuk menjaga
estetika/keindahan fisik taman kota.
Peningkatan kinerja petugas taman perlu dilakukan, seperti tiap tiga bulan
dilakukan rolling pekerjaan yang didasarkan pada hasil evaluasi pekerjaan di
lapang. Rolling pekerjaan dimaksudkan agar pekerja terampil dalam mengerjakan
semua jenis pekerjaan serta menghindari kejenuhan terhadap jenis pekerjaan yang
sama. Pekerja yang kinerjanya baik dipertahankan pada lokasi dan jenis pekerjaan
yang sama atau dipindahkan ke lokasi yang membutuhkan keterampilan lebih dan
sering dilewati oleh user. Demikian sebaliknya dengan pekerja yang belum
terampil. Pekerja yang kurang rajin dipindahkan ke lokasi yang sering dilewati
user agar termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Untuk lebih meningkatkan sense of belonging (rasa memiliki) terhadap
taman, maka taman atau jalur hijau jalan perlu ada yang direncanakan dan
dirancang ulang. Pada Gambar 15, pekerjaan merencanakan, merancang dan
konstruksi menggunakan jasa kontraktor dengan melibatkan petugas pemelihara
taman dalam kegiatan konstruksi.

7.2.3. Pemeliharaan Ideal


Pemeliharaan ideal pada taman dilakukan sebagai upaya menjaga taman
baik fungsi/tujuan dibuatnya. Penerapan pemeliharaan ideal pada taman biasanya
dengan penggunaan papan larangan untuk pengguna taman. Seperti pada beberapa
lokasi taman yang dikelola bidang Pertamanan Kota Bekasi pada gambar berikut.

   
58

(a) (b)

Gambar 14. Contoh Pemeliharaan Ideal yang ada pada taman Kota Bekasi
Keterangan : (a) Taman Cut Meutia (b) Taman pulau Jl. PMI

7.2.4. Pemeliharaan Fisik


Pemeliharaan fisik yang ditujukan untuk menjaga kondisi taman agar
taman tetap tampil indah, nyaman dan aman. Pemeliharaan yang dilakukan
meliputi softscape dan hardscape. Pemeliharaan fisik pada bidang Pertamanan
Kota Bekasi cenderung lebih mengerjakan pemeliharaan softscape. Karena
pemeliharaan elemen hardscape yang ada hanya sedikit seperti pengecatan bak
tanaman dan pembersihan paving.

Pembersihan area taman

Permasalahan yang terlihat adalah saat area taman atau jalur hijau jalan
telah dibersihkan, dibiarkan beberapa hari menjadi timbunan di sudut taman
ataupun pinggir jalan. Hal ini menyebabkan timbunan sampah hasil penyapuan
menjadi berserakan akibat hembusan angin. Kurangnya koordinasi yang jelas dari
koordinator taman dengan petugas pengangkut sampah, sehingga perlu
komunikasi dan kerjasama yang baik antara pengawas taman dengan petugas
pengangkut sampah. Karena petugas pengangkut sampah bukan dari bidang
Pertamanan tapi bagian persampahan, jadi perlu diketahui titik area taman yang
akan dilakukan pembersihan sehingga dapat diprediksikan waktu sampah yang
harus diangkut.

 
59

Penyiraman tanaman

Kegiatan penyiraman yang dilakukan sudah berjalan baik dari segi waktu
penyiraman, ketersediaan peralatan dan ketersediaan air. Pada musim penghujan,
kegiatan penyiraman tidak dilakukan, karena itu kegiatan difokuskan pada
kegiatan operasional lain. Pembagian petugas penyiraman juga cukup baik dengan
tiga mobil yang masing-masing mempunyai lokasi dan tenis kerja yang berbeda.
Misalnya, ada satu mobil yang bertugas untuk menyiram jalur median jalan
dengan media pot tanaman akan berbeda cara kerja penyiraman untuk taman
pulau jalan (traffic island) yang tidak ada media pot.
Kendala yang dihadapi pada kegiatan penyiraman sama seperti pada
laporan praktek kerja profesi (Erynayati, 2005) yaitu mempunyai masalah dengan
nozzle (mata penyemprot yang pancaran airnya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan). Jika nozzle ini mengalami kerusakan maka semburan air yang keluar
dari mobil tangki tidak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, sehingga semburan
air yang keluar dari dalam tangki jatuh terlalu keras pada tanah dan tanaman pada
taman menjadi rusak khususnya tanaman yang memiliki batang yang tidak kokoh
serta dapat merusak tanaman yang baru ditanam. Akibat lain dari kerusakan pada
nozzle, menyebabkan penyiraman jadi tidak merata, penyiraman pada semak
dengan kerapatan padat seringkali hanya mengenai permukaan daun saja
sedangkan tanah tidak tersiram dengan sempurna.

Pemangkasan

Pemangkasan tanaman ditujukan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman


sesuai yang diinginkan, menjaga keamanan serta menjaga kesehatan tanaman.
Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah
saat jalan yang ramai lalu lintas kendaraan sehingga perlu hati-hati. Pemangkasan
rumput dan semak sudah berjalan dengan baik dimana dilakukan setiap hari untuk
pemangkasan rumput sedangkan semak dilakukan dalam frekuensi mingguan.
Untuk kegiatan pemangkasan pohon merupakan kegiatan insidental namun
dilakukan dengan frekuensi waktu tahunan.

Elliot dan Widodo (1996) dalam Suryani (2007) menyatakan sebaiknya


pemangkasan tidak dilakukan secara berat agar tidak dihasilkan luka pangkas

   
60

yang besar karena membutuhkan proses penyembuhan yang lama, terutama pada
tanaman tua atau sakit. Prinsip pemangkasan perlu diketahui oleh pekerja agar
dapat dipraktekkan di lapang.

Penggemburan dan pengendalian gulma

Kegiatan penggemburan yang dilakukan selama magang, pada taman-


taman yang ada sudah cukup baik, meskipun tenaga kerja yang melakukan
pekerjaan ini terbatas. Bahkan dari pengamatan di lapang, ada tenaga kerja yang
biasanya memangkas semak juga turut berperan melakukan penggemburan namun
cara yang dilakukan sudah baik. Pekerjaan ini biasanya dikerjakan bersamaan
waktunya dengan penyiangan. Tanah yang gembur sangat diperlukan agar
pertumbuhan tanaman optimum (Sulistyantara, 2005). Penggemburan tanah akan
memberikan sirkulasi udara yang baik di daerah perakaran (Arifin dan Arifin,
2005).

Pengendalian Hama dan Penyakit

Respon petugas pemelihara cukup baik dan cepat dalam menangani


kemunculan HPT. Namun hal tersebut kurang optimal karena tidak diimbangi
dengan tersedianya pestisida sehingga kegiatan pengendalian hama dan penyakit
tanaman belum dapat dikatakan sempurna. Meskipun tidak dapat dilakukan
dengan baik, hama dan penyakit yang ada umumnya terdapat pada tanaman semak
yang dapat diatasi dengan memangkas semak yang terkena serangan hama dan
penyakit tanaman tersebut.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan yang dilakukan pada Taman Cut Meutia, diberikan


pupuk majemuk NPK 15-15-15. Hal ini lebih baik, karena sebagian besar tanaman
memerlukan ketiga unsur hara N, P dan K. Kegiatan pemupukan sangat
diperlukan untuk keberlangsungan pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Suatu
pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya
diberikan pada tanah, tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang sebagai
larutan (Harjadi,1978). Dalam kegiatan pemupukan bidang Pertamanan Kota
Bekasi ini, pemupukan diberikan pada tanah yang telah digemburkan.

 
61

Menurut Lingga (1986), setiap tanaman memerlukan paling tidak 16


unsur hara untuk pertumbuhannya yang normal. Dari 16 unsur ini, 3 unsur
(karbon, hidrogen, oksigen) diperoleh dari udara, 13 unsur lagi disediakan oleh
tanah. Dari 13 unsur hara, hanya 6 unsur yang diambil tanaman dalam porsi cukup
banyak. Karena dibutuhkan dalam jumlah banyak, maka disebut unsur makro
(yaitu N,P,K,S,Ca,Mg). Unsur N, P, K yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan
mutlak ada maka pupuk yang sering ada diutamakan mengandung ke tiga unsur
tersebut. Dan muncullah pupuk yang mengandung N (seperti urea), P (seperti
TSP), dan K (seperti KCl).

Di bidang Pertamanan Kota Bekasi pupuk yang diberikan pupuk majemuk


NPK mutiara 15-15-15 seperti yang dilakukan pada Taman Cut Meutia.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh, kegiatan pemupukan diberikan pada saat
tanam untuk pohon, tanaman semak, dan rumput. Pada masa pemeliharaan,
pemberian pupuk dilakukan dengan cara menabur di atas permukaan tanah.
Pemakaian pupuk organik sebaiknya diterapkan dengan memperoleh
humus/kompos yang berasal dari sisa-sisa tanaman. Untuk memperoleh
humus/kompos ini salah satunya dapat dibuat dengan sanitary landfill pada salah
satu sudut taman sehingga dapat membantu aktivitas pembersihan area taman.

Penyulaman tanaman

Kegiatan penyulaman tanaman yang dilakukan pada salah satu taman ini
sudah cukup baik meskipun tenaga kerja yang melakukan pekerjaan ini terbatas.
Kegiatan ini dilakukan tanpa memperhatikan musim, karena kerusakan tanaman
hias dapat terjadi kapan saja sehingga kegiatan ini tetap dilakukan. Penyulaman
dilakukan dengan tetap memperhatikan desain yang telah dibuat. Cara ini
memungkinkan kita mengganti tanaman dengan jenis yang lain dari yang ditanam
sebelumnya (Sulistyantara, 1992).

Pembersihan paving

Kendala yang terjadi adalah belum adanya tindakan efektif dan efisien
baik untuk pengendalian maupun pemberantasan rumput pada paving yang
mengganggu fungsi dan keindahan penglihatan serta tujuan semula dari perancang
dan perencana taman. Pemeliharaan paving ini sebaiknya lebih ditekankan pada

   
62

pemeliharaan rutin. Cara mengatasi gulma pada paving selain menggunakan kored
yaitu dengan penyemprotan herbisida.

7.2.4 Kapasitas Kerja dan Efektifitas Kerja


Selain dengan mengetahui kapasitas kerja, kegiatan pemeliharaan dapat
dinilai dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pemeliharaan taman atau
jalur hijau Kota Bekasi. Dari hasil Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah petugas
Taman Cut Meutia saat ini yang dikerjakan oleh 2 orang masih kurang. Kenyataan
di lapang, para petugas bekerja dengan tidak ada target waktu, sehingga untuk
kegiatan seperti penggemburan dapat terselesaikan beberapa hari untuk Taman
Cut Meutia yang saat ini dikerjakan 2 orang. Jika dihitung dengan pendekatan
jumlah HOK (Hari Orang Kerja) seperti tertera pada Tabel 12, maka kebutuhan
petugas taman dalam pekerjaan pemeliharaan Taman Cut Meutia adalah 6 orang
dengan catatan dalam satu tahun.
Kendala yang terlihat adalah jumlah tenaga kerja pada satu taman yang
tidak mencukupi seperti pada Taman Cut Mutia. Bidang Pertamanan Kota Bekasi
termasuk menggunakan sistem pemeliharaan unit. Karena terlihat keseharian
aktivitas petugas taman dengan pekerjaan dan lokasi taman yang telah menjadi
tanggungjawab masing-masing petugas dalam sebuah tim kerja. Menurut
Sternloff dan Warren (1984), sistem pemeliharaan unit, yaitu semua unit
melakukan semua jenis pekerjaan pemeliharaan sendiri. Keuntungan yang
didapatkan dengan menggunakan sistem ini adalah:
- Karyawan lebih mengenal fasilitas yang ada
- Relatif lebih mudah dalam menentukan penugasan
- Memudahkan direktur unit mengontrol pemeliharaan dan program
karyawan sehingga lebih mudah terkoordinasi
- Karyawan cenderung loyal kepada unit dan bangga pada pekerjaannya

 
63

Tabel 12. Kebutuhan HOK Pemeliharaan Taman dalam satu tahun (Sistem Unit)
di Taman Cut Meutia dan Taman Segitiga Jl. Ahmad Yani 

Waktu Frek.
HOK Kebutuhan
KK Jumlah yang HOK Per
setahun Pekerja
dibutuhkan tahun
Pembulatan
No Parameter
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 
{6}:245
{[2]:[1]} [3]:4 {[4]*[5]}
hari kerja   
Taman Cut
1 Meutia   
Pembersihan area
(penyapuan)
100m2 997.1 m² 9.97 2.49 312 776.88   
Penyiraman
tanaman 500m2 1068.9m² 2.14 0.54 312 168.48   
Pemangkasan
rumput 129.6m2 997.1m² 7.69 1.92 245 470.4   
Pemangkasan
semak dan
penutup tanah 24.8m2 71.8m² 2.90 0.72 24 17.28   
Pemupukan
semak dan
penutup tanah 200m2 71.8m² 0.36 0.09 24 2.16   
Pemupukan pohon 7 phn 68 phn 9.71 2.43 24 58.32   
Penggemburan
dan penyiangan
semak dan
penutup tanah 18.9m2 71.8m² 3.80 0.95 48 45.6   
Pembersihan
perkerasan paving
dari rumput
dengan manual 12.6m2 25m² 1.98 0.50 48 24   

JUMLAH HOK 1563.12 6.38 6


Taman Segitiga
2 Ahmad Yani
Pembersihan area
(penyapuan)
100m2 378.8m² 3.79 0.95 312 296.4
Penyiraman
tanaman 500m2 451.8m² 0.90 0.22 312 68.64
Pemangkasan
rumput 129.6m2 378.8m² 2.92 0.73 245 178.85   
Pemangkasan
semak dan
penutup tanah 24.8m2 73.09m² 2.95 0.74 24 17.76   
Pemupukan
semak dan
penutup tanah 200m2 73.09m² 0.36 0.09 24 2.16   
Pemupukan pohon 7 phn 0 0 0 24 0   
Penggemburan
dan penyiangan
semak dan
penutup tanah 18.9m2 73.09m² 3.87 0.97 48 46.56   

JUMLAH HOK 610.37 2.49 3

Ket: KK : Kapasitas Kerja Pengamatan Pemeliharaan Pertamanan Kota Bekasi


HOK : Hari Orang Kerja (3.5 jam)

   
64

7.2.5. Jadwal Pemeliharaan

Hal yang menjadi kendala adalah tidak adanya target dan keterbatasan
kemampuan pekerja untuk mematuhi jadwal yang telah dibuat. Program kerja
yang diketahui hanya pada jadwal pembagian wilayah kerja dan setiap petugas
mempunyai kegiatan pemeliharaan masing-masing. Untuk waktu kapan petugas
harus memangkas, menyulam, memupuk, jika ada perintah dari koordinator
lapang.

Dalam pengamatan di lapang, evaluasi belum rutin dilakukan setiap bulan,


sehingga perlu ada evaluasi terhadap jadwal pembagian kerja dan kegiatan
pemeliharaan. Taman yang ada tidak dikatakan tingkat pemeliharaan yang tinggi,
tapi dari beberapa taman ada yang perlu dipertahankan bentuknya, seperti pada
taman pulau jalan (traffic island) PMI yang mempunyai fungsi estetika dan
kenyamanan pengguna jalan yang baik. Untuk Taman Cut Meutia, keberadaan
taman tersebut di dekat terminal yang banyak dilintasi transportasi dan tingkat
polutan yang tinggi, maka taman perlu ditingkatkan pemeliharaan dari
pertumbuhan tanaman dan perlu penyulaman dengan tanaman yang mereduksi
polusi udara transportasi seperti hanjuang merah. Selain itu, perlunya pemindahan
lokasi terminal kota yang saat ini terlihat semerawut.

Untuk taman alun-alun yang juga merupakan salah satu bentuk RTH Kota
Bekasi yang terluas dari taman atau bentuk RTH lainnya yang dikelola bidang
Pertamanan Kota Bekasi. Alun-alun dapat ditingkatkan fungsi keberadaannya
sebagai hutan kota. Sebaiknya alun-alun Kota Bekasi perlu dirancang ulang
dengan mengetahui beberapa hal antara lain (1) persepsi masyarakat Kota Bekasi
mengenai hutan kota, (2) persepsi terhadap alun-alun pada saat ini, dalam
kaitannya dengan fungsi alun-alun sebagai RTH, (3) sejarah perkembangan alun-
alun dan faktor-faktor penyebab perubahan fungsi alun-alun, (4) dan
mengevaluasi fungsi alun-alun sebagai RTH.

7.2.6. Alat dan Bahan Pemeliharaan


Berdasarkan data inventarisasi dan hasil pengamatan, diketahui bahwa
peralatan pemeliharaan bidang Pertamanan Kota Bekasi tergolong sederhana dan

 
65

kurang dari segi kuantitas maupun keragaman, terutama gunting potong tanaman
semak. Selain keterbatasan alat, bahan pemeliharaan juga tidak selalu tersedia di
gudang. Hal tersebut mempengaruhi kecepatan penanganan masalah di lapang.
Pendataan alat dan bahan pemeliharaan yang dilakukan setiap satu bulan sekali
dapat ditindaklanjuti dengan pengajuan pembelian alat dan bahan yang masih
kurang atau belum dimiliki demi lancarnya pekerjaan pemeliharaan.
Alat pertamanan ada yang bersifat sementara dan cepat rusak, ada pula
yang relatif tahan lama. Masa efektif peralatan tersebut sebenarnya tergantung
dari aspek perawatan dan penyimpanan sesudah digunakan. Peralatan dapat tahan
lama bila dirawat dan disimpan secara benar. Sebaliknya, penyimpanan dan
penggunaan yang sembarangan serta tidak pernah dirawat dapat mempercepat
rusaknya alat-alat pemeliharaan taman (Arifin dan Arifin, 2005).

   
66

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan
1. Kegiatan magang di bidang Pertamanan pada Dinas Kebersihan, Pertamanan
dan Pemakaman Kota Bekasi memberikan pengalaman tentang situasi dan
kondisi di lapangan khususnya pada kegiatan pemeliharaan taman yang
dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi.
2. Pelaksanaan administrasi adalah proses administrasi pengadaan barang dan
jasa untuk suatu proyek. Proses pengadaan barang/jasa meliputi tahapan
perencanaan kebutuhan, pemilihan penyedia barang/jasa, pelaksanaan kontrak
dan penerimaan barang/jasa.
3. Pelaksanaan konstruksi pagar taman yang dilaksanakan pemborong terdiri
atas proses pengukuran lokasi, penggalian dan pembuatan pondasi,
pematokan, pengecoran pondasi, pemasangan behel dan pengecatan
4. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan bidang Pertamanan Kota Bekasi
meliputi pemeliharaan rutin dan pemeliharaan insidental. Kegiatan
pemeliharaan rutin yang dilakukan seperti penyiraman, pemangkasan rumput
dan semak, serta penggemburan dan pemupukan. Untuk kegiatan
pemeliharaan yang bersifat insidental seperti pemangkasan pohon dan
pengendalian hama dan penyakit tanaman.
5. Kebutuhan tenaga kerja dengan melihat HOK pemeliharaan dalam satu tahun

dengan sistem unit untuk Taman Cut Meutia yang memiliki luas 5.710 m²
adalah 6 orang (4 petugas taman dan 2 penyiram tanaman). Untuk taman

segitiga Jl. Ahmad Yani yang memiliki luas 477 m² adalah 3 orang cukup
(1 petugas taman dan 2 penyiram tanaman).

8.2. Saran
1. Peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan tenaga ahli yang kompeten
untuk meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan
adanya pelatihan.

 
67

2. Peningkatan jumlah pengawas lapang dan terdapat uraian peran yang jelas
sebagai pengawas.
3. Penyusunan rencana tertulis baik program kerja dan evaluasi hasil pekerjaan
yang disetujui oleh kepala bidang, kepala dinas khususnya untuk pekerjaan
selanjutnya.

   
68

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, N. 1992. Pengelolaan Taman Bunga Keong Emas TMII, Jakarta. Jurusan
Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak
dipublikasikan)

Arifin, H.S. dan N.H.S. Arifin, 2005. Pemeliharaan Taman edisi revisi. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2007. Penyusunan


Rencana Induk Penataan, Pengelolaan dan Pengendalian Ruang Terbuka
Hijau Kota Bekasi. Draft Laporan Akhir. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, 2006. Kota Bekasi Dalam Angka (Bekasi
Municipality in Figure) 2006. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, 2007. Indeks Pembangunan Manusia Kota
Bekasi Tahun 2007. Bekasi.

Branch, M.C. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif (terjemahan): Pengantar dan


Penjelasan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Carpenter, P.L, Walker, dan Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. United
States of America. W.H. Freeman and Company, San Fransisco.

Dahl, B. dan Molnar. 2003. Anatomy of a Park - Essentials of Recreation Area


Planning and Design. Waveland Press, Inc. United States of America.

Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi. 2005. Final Report
Perencanaan Penataan Taman-taman Kota Bekasi. Puri Dimensi, pt.

Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. McGraw-Hill inc. New York.

Elliot, R. dan W.D. Widodo. 1996. Pedoman Praktis Pemangkasan Tanaman.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Erynayati, L, 2005. Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Hasibuan dan Jalan Chairil
Anwar, Bekasi. Laporan Praktek Kerja Profesi.Jurusan Arsitektur
Lanskap. Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan.
Universitas Trisakti. Jakarta.

Gallion, A.B. dan Eisner. 1994. Pengantar Perancangan Kota (terjemahan). Edisi
kelima. Jilid pertama. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harris, C.W. dan N.T. Dines. 1988. Time Saver Standar for Landscape
Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York. 961p.

 
69

Keppres RI No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan


Barang/jasa Pemerintah. http://www.pu.go.id.5 Agustus 2008.

Lingga, P. 1986. Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

Lestari, G. dan Kencana, 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Menteri Dalam Negeri. Jakarta.

Pratiwi, U.N. 2007. Pemeliharaan Lanskap, Pelaksanaan Renovasi dan


Pengembangan Fasilitas Kemang Jaya Apartemen Taman, Jakarta. Skripsi.
Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. (Tidak dipublikasikan)

Rachman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam


Arsitektur Lanskap. Bogor: Makalah dalam Festival Tanaman VI-
Himagron.

Sari, D.P. 2002. Sistem Pertamanan Kota di Kotamadya Surabaya, Jawa Timur.
Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Setyorina, E.,2007. Distribusi Spasial Lahan Pertanian Perkotaan Sebagai


Salahsatu Bentuk RTH di Kota Bekasi. Skripsi. Program Studi Arsitektur
Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor (Tidak
Dipublikasikan).

Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture-A Manual of Site Planning and


Design. Second Edition. McGraw-Hill Pub. Co., New York.

Sternloff, R dan Warren, 1984. Park and Recreation Maintenance Management.


Second Edition. North Carolina State University.

Sulistyantara. 1995. Taman Rumah Tinggal. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suryani. 2007. Pelaksanaan Pekerjaan dan Pemeliharaan Lanskap Pemukiman


Bogor Nirwana Residence. Skripsi. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan)

   
70 

Lampiran 1. Perbandingan Kondisi RTH Kota Bekasi dengan Rencana RTRW


Kota Bekasi tahun 2000-2010

Jenis Arahan Rencana Pemanfaatan Kondisi di lapangan


Lokasi
Kawasan/RTH RTH dalam RTRW 2000-2010 tahun 2005
Pertamanan Tersebar dalam Fungsi Utama: sebagai sarana Hanya sebagian kecil dari
berbagai untuk menciptakan keserasian kegiatan pembangunan di
kawasan dan keindahan lingkungan, kota Bekasi, baik itu
fungsional sarana untuk kegiatan pemerintahan,
kota: mempengaruhi/memperbaiki perdagangan dan jasa,
pemerintahan, iklim mikro permukiman, dan industri,
perdagangan, mempertimbangankan jenis, yang menyediakan
dan jasa, letak/lokasi serta jenis pertamanan dengan
industri, vegetasinya memenuhi kriteria: proporsi memadai. Bahkan
pendidikan dan - Karakteristik tanaman: di Kota Bekais ini masih
pusat pekarangan tidak menganggu belum terdapat taman kota
BWK/Sub pondasi, dahan tidak mudah yang berfungsi sebagai
BWK patah, struktur daun setengah taman bermain serta
rapat sampai rapat tempat sosialisai dan
- Ketinggian bervariasi, warna interaksi antar penduduk
hijau dan variasi warna lain kotanya. Sedangkan pada
secara seimbang kegiatan industri,
- Kecepatan tumbuh sedang perdagangan dan jasa yang
- Berupa habitat tanaman lokal berkembang di Kota
dan tanaman budidaya Bekasi umumnya tidak
- Jenis tanaman tahunan atau menyediakan taman, baik
musiman berupa taman bermain,
- Jenis tanaman setengah rapat, taman lingkungan atau
90% dari luas area harus yang berupa buffer guna
dihijaukan Bentuk-bentuk memisahkan antar
kawasan hijau pertamanan yang kegiatan industri dengan
dikembangkan: taman kota, kegiatan lainnya.
taman dalam kawasan fungsional Penyediaan taman ini
(pemerintahan, perdagangan dan hanya dilakukan di
jasa, pendidikan), taman pemukiman-pemukiman
lingkungan pemukiman, pulau yang dikembangkan
jalan, taman gerbang tol, taman swasta dalam skala besar.
gerbang kota Namun demikian luasan
taman yang tersedia belum
mencukupi
Lapangan Tersebar sesuai Fungsi utama: sebagai sarana Lapangan olahraga yang
olahraga dengan jenis olahraga dan rekreasi. Pola tetap tejaga keberadaannya
skala pelayanan pengembangan perlu dikaitkan berupa kmpleks olahraga
(pusat kota, dengan pengembangan kawasan kota Bekasi di Jl. Ahmad
pusat BWK, pemukiman dan pusat-pusat Yani. Sedangkan lapangan
pusat sub- kegiatan baru (pusat BWK, pusat olahraga skala lingkungan
BWK) sub-BWK, lingkungan masih sangat terbatas
permukiman). Pemanfaatan jumlahnya dengan
ruang: lapangan olahraga sesuai proporsi yang masih
dengan jenisnya, sarana belum mencukupi bila
penunjang olahraga) dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang
harus dilayani fasilitas ini

 
71 

 
Lampiran 1. (Lanjutan)
Jenis Arahan Rencana Pemanfaatan Kondisi di lapangan
Lokasi
Kawasan/RTH RTH dalam RTRW 2000-2010 tahun 2005
Jalur hijau Tersebar dalam Fungsi utama: sebagai jalur Hampir seluruh jalur hijau
bentuk jalur pengaman utilitas/instalasi yang ada di Kota Bekasi
penting (sungai, jalan kereta api, khususnya yang ada di
jalan tol, jaringan listrik pusat kota sebagian besar
tegangan tinggi); sekaligus kondisinya sudah
menciptakan keserasian terpenetrasi oleh
lingkungan. Pola pengembangan bangunan, baik itu berupa
perlu memperhatikan lokasi, jalur hijau di sepanjang
jaringan yang diamankan, serta jalan, sepanjang KA,
kriteria vegetasi untuk jalur sepanjang tegangan tinggi,
hijau sebagai berikut: maupun jalur hijau
- Kriteria tanaman: struktur daun sepanjang sungai
setengah sampai rapat, dominan (sempadan sungai).
warna hijau, pekarangan tidak Apabila hal ini terus
menganggu pondasi dibiarkan, diperkirakan
- Kecepatan tumbuh bervariasi dalam waktu tidak lama
- Berupa habitat tanaman lokal jalur hijau yang ada di
dan tanaman budidaya Kota Bekasi akan habis
- Jenis tanaman tahunan atau menjadi daerah terbangun
musiman itu perlu dibuat aturan
- Jenis tanaman setengah rapat, yang jelas tentang
90% dari luas area harus pengamanan jalur hijau ini
dihijaukan dan dilakukan pengawasan
yang ketat dengan sangsi
berat bagi para
pelanggarnya.Jalur hijau
yang sudah gundul perlu
segera ditanami kembali
dengan jenis vegetasi
tanaman keras seperti
kriteria yang sudah
ditetapkan dalam RTRW
Pemakaman BWK Pusat Fungsi utama: sebagagi sarana Sarana pemakaman yang
Kota (TPU Kel. tempat pemakaman umum ada di Kota Bekasi
Perwira, Kel. (TPU) untuk memenuhi kondisinya masih relatif
Duren jaya, dan kebutuhan kota dan BWK, cukup baik dan masih
TMP di Jl. sekaligus sebagai untuk kawasan diipenuhi oleh ruang hijau
Pahlawan) hijau kota. Pola pengembangan kota
BWK tersebar pada setiap BWK
Jatisampurna dengan mempertimbangkan
(desa Jatisari) keberadaan pemakaman yang
BWK telah ada. Penataan/penetapan
Bantargebang lokasi secara tepat perlu
(desa mempertimbangkan ketentuan:
Padurenan dan tidak berada dalam kawasan
Sumurbatu) yang padat penduduknya,
tersebar sebagai menghindari penggunaan lahan
pemakaman yang subur, memperhatikan
keserasian lingkungan,
mencegah pengrusakan lahan
yang berlebihan. Sebagai unsur
dari kawasan hijau kota, kriteria
vegetasi untuk pemakamn
adalah:
- Kriteria tanaman: perakaran

 
72 

 
Lampiran 1. (Lanjutan)
Jenis Arahan Rencana Pemanfaatan Kondisi di lapangan
Lokasi
Kawasan/RTH RTH dalam RTRW 2000-2010 tahun 2005
tidak menganggu pondasi,
struktur daun renggang sampai
setengah rapat, dominan warna
hijau
- Berupa habitat tanaman lokal
dan tanaman budidaya
- Jenis tanaman tahunan atau
musiman
- Jenis tanaman renggang sampai
setengah rapat, sekitar 50% dari
luas areal harus dihijaukan
Pertanian BWK Fungsi utama: sebagai penghasil Ruang tebuka hijau yang
Bantargebang produksi pertanian sekaligus berupa pertanian di Kota
(Desa konservasi terhadap kegiatan Bekasi sebagian besar
Ciketikngudik, budidaya pertanian yang telah telah berpeneterasi oleh
Sumurbatu) ada. Pola pengembangannya kegiatan terbangun,
BWK perlu mempertimbangkan terutama oleh kegiatan
Jatisampurna potensi yang ada serta keserasian pemukiman skala besar
dengan kawasan sekitarnya. yang dikembangkan
Pemanfaatan ruang yang swasta, baik yang ada di
diperbolehkan: tanaman Kecamatan Jatisampurna.
semusiman, pertanian tanaman Jika kondisi ini tidak
pangan, tanaman tahunan, dikendalikan dan diawasi
hortikultura perkamungan, secara ketat diperkirakan
wisata agro, budidaya perikanan dalam waktu dekat ruang
darat. terbuka hijau jenis ini akan
hilang
Pekarangan BWK Fungsi utama: sebagai sarana Pola pengembangan
Bantargebang, untuk menciptakan keserasian perkarangan yang masih
BWK pada kawasan pemukiman. Pola menyatu dengan kapling-
Jatisampurna pengembangan: menyatu dengan kapling pemukiman yang
kapling-kapling pemukiman direncanakan
yang direncanakan. Sesuai menyebabkan keberadaan
dengan kawasan hijau kota, RTH ini rawa terpenetrasi
kriteria vegetasi unuk oleh kegiatan terbangun.
perkarangan: Untuk itu perlu adanya
- Berupa habitat tanaman lokal pengawasan yang cukup
dan tanaman budidaya ketat oleh dinas-dinas
- Jenis tanaman tahunan atau terkait, terutama dalam
musiman menerapkan garis
- Jarak tanaman bervariasi, sempadan bangunan, KDB
persentase hijau disesuaikan dan intensitas kepadatan
dengan intensitas kepadatan bangunan yang
bangunan difungsikan sebagai RTH
pekarangan

 
73 

 
Lampiran 1. (Lanjutan)
Jenis Arahan Rencana Pemanfaatan Kondisi di lapangan
Lokasi
Kawasan/RTH RTH dalam RTRW 2000-2010 tahun 2005
Sempadan Situ Situ Gede di Fungsi utama: sebagai kawasan Keberadaan situ-situ di
Bojongmenteng konservasi bagi perlindungan air Kota Bekasi umumnya
(BWK 3) Situ tanah serta sebagai sistem retensi masih belum terjaga
Lumbu di dan pengisian air tanah. Pola dengan baik. Hampir
Bojong Pengembangan: semua situ yang ada tidak
Rawalumbu - Melindungi dan mengamankan mempunyai daerah
(BWK 1) Situ kawasan situ dari kegiatan pengaman situ, baik yang
Pulo di budidaya yang dapat berupa sempadan situ yang
Jatisampurna mengganggu budidaya yang merupakan ruang terbuka
(BWK 4) dapat mengannggu kelestarian hijau pada radius 200
fungsi situ-situ tersebut - meter dari pinggir situ
Pengendalian kegiatan budidaya pada saat air pasang
yang telah ada di sekitar maupun ruang terbuka
kawasan situ hijau yang berfungsi
- Keberadaan situ-situ lainnya sebagai daerah resapan air.
pada kawasan pemukiman perlu Sebagian besar kondisinya
tetap dipertahankan sebagai sudah terpenetrasi oleh
sistem retensi dan pengisian air kegiatan terbangun, baik
tanah yang berada di sekitar Situ
Gede di Bojongmenteng,
Situ Lumbu di Bojong
Rawalumbu, maupun di
sekitar Situ Pulo di
Jatisampurna
Sumber: Revisi RTRW Kota Bekasi Tahun 2010

 
74 

Lampiran 2. Kualitas Jenis-jenis Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi

Jenis Ketersediaan Ketersediaan


No Jenis RTH Penggunaan
Tanaman Aksesibilitas Street Furniture
1. Situ, danau, rawa Rumput, Akses jalan Tidak tersedia > Sebagai tegalan,
dan sempadannya pohon besar, menuju situ street furniture, > pada beberapa titik
pohon perdu kondisi masih cenderung digunakan sebagai
perkerasannya alami, belum sarana pemancingan
kurang baik dan tersentuh
sempit penataan
2 Sempadan sungai > Rumput Kurang ditemui Tidak tersedia > Sebagai saluran
> Pohon Besar jalan inspeksi street furniture, drainase utama Kota
> Pohon masih cenderung Bekasi
Sedang alami, belum > Untuk sempadan
> Pohon Kecil tersentuh sungai besar
> Pohon Palm penataan digunakan sebagai
> Pohon Perdu sawah/ tegalan dan
lahan kosong
> Pada beberapa titik,
sempadan sungai ini
dimanfaatkan untuk
membangun rumah
non permanen
> Ada yang
dimanfatkan sebagai
tempat pembuangan
sampah sementara

3 Hutan kota > Rumput Berada di > Tersedia Taman alun-alun ini
> Pohon besar kawasan pusat pedestrian selain berfungsi
> Pohon kota yang dapat > Terdapat situs sebagai paru-paru kota
sedang diakses dengan Tugu Perjuangan juga mewadahi
> Pohon kecil mudah di dalam kawasan berbagai macam
taman alun-alun aktivitas, seperti
ini sehingga dapat olahraga, tempat
menjadi landmark duduk-duduk, dsb
taman
> Tersedia tempat
untuk beraktivitas
sosial seperti
tempat duduk,
shelter, dsb
4 Taman kota > Rumput Berada di Kurang didukung > Aktivitas yang ada
> Pohon Besar kawasan pusat oleh fasilitas di taman kota ini
> Pohon kota yang dapat penunjang, seperti relatif beragam
Sedang diakses dengan shelter/gazebo, > Sebagai sarana
> Pohon Kecil mudah arena bermain, berolahraga
> Pohon Palm kantin permanen, > Sarana pemancingan
> Perdu mushola, toilet, > Tempat duduk dan
lampu taman, dsb bercengkrama
> Tempat aktivitas
ekstrakurikuler siswa

 
75 

 
Lampiran 2. (Lanjutan)
Jenis Ketersediaan Ketersediaan
No Jenis RTH Penggunaan
Tanaman Aksesibilitas Street Furniture
5 Taman > Rumput > Taman > Sebagian besar > Sebagian besar
lingkungan > Pohon Besar lingkungan sudah tersedia terdiri dari fasilitas
> Pohon berada di dalam tempat duduk sosial dan fasilitas
Sedang kawasan > Ada beberapa umum berupa masjid,
> Pohon Kecil perumahan taman yang lapangan olahraga, dan
> Pohon Palm > Sebagian menyediakan balai pertemuan
> Perdu besar letaknya arena bermain
strategis, yaitu
berada di jalan
utama
perumahan
6 Tempat > Rumput Akses ke TPU > Tersedia tempat > Pemanfaatan TPU
Pemakaman > Pohon Besar kurang baik duduk hanya sebagai tempat
Umum (TPU) > Pohon karena jalan > Sudah tersedia makam
Sedang utamanya kecil > Kecuali untuk TPU
> Pohon Kecil Perwira yang cukup
> Perdu luas besarannya, ada
yang menggunakan
TPU ini sebagai
tempat duduk-duduk
dan tempat berjualan
makanan dan
minuman
7 Lapangan > Rumput > Letaknya > Untuk lapangan > Melakukan aktivitas
olahraga/lapangan > Pohon strategis berada olahraga skala olahraga
terbuka Sedang di kawasan kota, seperti GOR > Pada kesempatan
> Pohon Kecil pusat kota A.Yani dan tertentu juga
> Pohon Palm > Untuk lapangan digunakan sebagai
> Perdu lapangan multiguna Jl. tempat untuk
olahraga di Sersan Aswan, panggung kesenian,
perumahan, kurang baik berupa pagelaran
sebagian besar menyediakan 17 Agustus, maupun
letaknya fasilitas acara lain
strategis yaitu pendukung yang
berada di jalan baik, seperti
utama mushola, toilet,
perumahan katin, dsb
8 Jalur Hijau > Rumput > Untuk > Untuk kawasan > Tidak hanya sebatas
Sempadan Jalan > Pohon Besar sempadan jalan pusat kota sudah ruang terbuka hijau
> Pohon di pusat kota, tersedia halte, > dipergunakan oleh
Sedang sudah tersedia tempat sampah, pedagang informal
> Pohon Kecil trotoar yang lampu, dsb sebagai lahan
> Pohon Palm cukup memadai > Sedangkan berjualan
> Perdu > Untuk jalan di untuk sempadan > sebagai areal parkir
kawasan lain, diluar kawasan kendaraan
sebagian besar pusat kota, > etalase toko atau
belum memiliki penyediaan street tempat meletakkan
trotoar furniture masih barang jualannya
minim > Pemanfaatan ini
seringkali
menghilangkan
keberadaan RTH
sempadan jalan
tersebut

 
76 

 
Lampiran 2. (Lanjutan)
Jenis Ketersediaan Ketersediaan
No Jenis RTH Penggunaan
Tanaman Aksesibilitas Street Furniture
9 Pulau Jalan > Rumput > Untuk pulau > Untuk pulau > Berupa taman pasif
> Pohon Besar jalan yang jalan yang sehingga bukan
> Pohon luasannya luasannya cukup merupakan taman
Sedang cukup besar besar sudah yang dipergunakan
> Pohon Kecil dapat diakses tersedia sarana untuk aktivitas lainnya
> Pohon Palm dengan baik, hal duduk-duduk dan > Keberadaan taman
> Perdu ini dapat dilihat lampu taman, ini lebih untuk
melalui tetapi kurang kepentingan fungsi
ketersediaan dalam hal estetika
pedestrian di perawatan > Pada beberapa lokasi
dalam pulau > Untuk pulau pulau jalan tersebut
jalan jalan yang digunakan
> Untuk pulau luasannya kecil, gelandangan sebagai
jalan yang tidak tersedia tempat tinggalnya. Hal
luasannya kecil, street furniture ini tentu mengurangi
akses terbatas nilai estetika dari
taman pulau jalan
tersebut
10 Sempadan > Rumput > Akses di Tidak tersedia > dimanfaatkan
instalasi > Pohon Kecil dalam street furniture sebagai tegalan/sawah
berbahaya > Pohon Palm sempadan > untuk sempadan
> Perdu cukup terbuka instalasi SUTT yang
> Kecuali untuk berada di kawasan
gardu listrik, perumahan, pihak
akses di dalam pengembang
sempadan mengalokasikan lahan
terbatas di bawah
SUTT/SUTET untuk
digunakan sebagai
taman/median jalan
11 Sempadan Kereta > Rumput Akses cukup Tidak tersedia Pada beberapa titik
api > Pohon Kecil terbuka street furniture ada yang
> Perdu dimanfaatkan untuk
membangun rumah
liar non permanen
Sumber: Hasil Observasi dan Hasil Analisis, Bappeda, 2007

 
77 

Lampiran 3. Taman-taman yang dikelola bidang pertamanan dan pemakaman


Dinas Kebersihan,Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi tahun 2005

No Nama Taman Lokasi Luas (m²) Tahun Pembuatan


1 Taman Alun-alun Jl. Veteran 40.253 ex. Kab. Bekasi
2 Taman PMI Jl. Veteran 918 ex. Kab. Bekasi
3 Taman Bulan-bulan Jl. Ir. H.Juanda 1.732 ex. Kab. Bekasi
4 Taman Segitiga A. Yani Jl. A. Yani 477 ex. Kab. Bekasi
5 Taman Proyek Jl. Ir. H.Juanda 1.084 ex. Kab. Bekasi
6 Taman depan Hero Jl. KH. Noer Ali 483 ex. Kab. Bekasi
7 Taman Jaka Sampurna Jl. KH. Noer Ali 286 ex. Kab. Bekasi
8 Taman Hasibuan Jl. Hasibuan 887 ex. Kab. Bekasi
9 Taman Cut Meutia Jl.Ir. H.Juanda 5.710 ex. Kab. Bekasi
10 Taman depan TMP Jl.Ir. H.Juanda 1.024 ex. Kab. Bekasi
11 Taman Tol Timur Arah Cikampek Jl. Joyo Martono 485 ex. Kab. Bekasi
12 Taman Kantor Walikota Jl. Ir. H.Juanda 1.577 ex. Kab. Bekasi
13 Taman Sudut Bina Bangsa Jl. A. Yani 117 1999
14 Taman jalur A. Yani Jl. A. Yani 700 1999
15 Taman Bougenvil Chairil Anwar Jl. Chairil Anwar 1.555 1999
16 Taman Sudut Sersan Aswan Jl. Sersan Aswan 150 1999
17 Taman Depan Asrama Haji Jl. Kemakmuran 710 2000
18 Taman Jembatan Jl. Veteran Jl. Veteran 180 2000
19 Taman Oleander Sersan Aswan Jl. Sersan Aswan 850 2001
20 Taman Jembatan Hasibuan Jl. Hasibuan 145 2002
21 Taman samping PDAM Jl. Hasibuan 348 2002
22 Taman samping RM Patin Jl. Hasibuan 30 2002
23 Taman Jalur Kalimalang Jl. KH. Noer Ali 2.000 2002
24 Taman Jembatan Tol Bekasi Timur Jl. Joyo Martono 525 2002
25 Taman Pintu Tol Bekasi Timur Jl. Chairil Anwar 6481 2002
26 Taman Segituga DPRD Jl. Chairil Anwar 250 2003
Sumber: DKPP Kota Bekasi dalam Laporan Pendahuluan Perencanaan Penataan
Taman-taman kota Bekasi, 2005

 
78 

Lampiran 4. Rumusan Penghitungan Kebutuhan HOK Pemeliharaan Taman


dalam satu tahun (Sistem Unit)
Adapun rumus-rumus dalam penghitungan tabel di atas diperoleh dari:
• Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan (3):
=
Jumlah area atau pohon
Kapasitas Kerja
Contoh penghitungan:
Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan pemangkasan rumput di
Taman Cut Meutia:
= 997,1 m² = 7,69 jam
129.6 m²/jam

• Hari Orang Kerja atau HOK (4):


= Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan
jam per hari kerja

Contoh penghitungan:
HOK untuk pekerjaan pemangkasan rumput dengan mesin gendong di taman Cut
Meutia:
= 7,69 jam = 1.92 HOK
3,5 jam

• Hari Orang Kerja atau HOK dalam setahun (6):


= HOK x frekuensi kerja (hari) dalam setahun
Contoh penghitungan:
HOK untuk pekerjaan pemangkasan rumput dalam setahun di Taman Cut Meutia:
= 1,92 x 365 = 470,4 HOK
• Kebutuhan pekerja dalam setahun (7):
= HOK setahun
Jumlah hari kerja dalam setahun (245 hari)

Contoh penghitungan:
Kebutuhan pekerja untuk pekerjaan pemangkasan rumput dengan mesin gendong
dalam setahun di taman Cut Meutia:
= 470,4 = 1,92 orang dibulatkan menjadi 2 orang
245

 
77 

Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Wilayah Kerja Petugas Pemeliharaan Taman Bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi tahun 2008

Minggu ke
No Koordinator Anggota/Petugas Lokasi
I II III IV V
1 Hasbullah Uta Fauzi 1. Taman Eks Kantor Walikota
2. Taman Proyek
3. Taman Sudut Multiguna
4. Taman Rumah Dinas Wakil Walikota

2 Jum'at Frans Cobe 1. Taman sepanjang Jl. Hasibuan


Wahyudin 2. Taman sepanjang Jl. Kartini
Jum'at 3. Taman Jl. Veteran

3 Suryana Suryana 1. Taman Bulak Kapal (TMP)


Supriyadi 2. Tama Tol Timur
3. Taman Cut Mutiah

4 Usad Murtani 1. Taman Plaza dan Tugu dan Alun-alun kota Bekasi
M. Adun 2. Taman PMI
Agus Muh. Zen 3. Taman Bulan-bulan

5 Jahri Eko Setiadi 1. Taman sepanjang Jl. Chairil Anwar


Suharyono 2. Taman sudut Jl. Chairil Anwar
Jahri 3. Taman sudut jembatan tol Timur
M. Syafaat

 
78 

  Lampiran 5. (Lanjutan)

6 Mansur Mufrodih 1. Taman Bina Bangsa


      Tumbras 2. Taman A. Yani (Taman segitiga A. Yani)               
         3. Taman depan Asrama haji dan Olender               
  
7 Ir. Agus Azhari Rohimin 1. Taman Jaka Sampurna               
Sulaeman 2. Taman jalur KH. Noer Alie               
Uus Purwanto 3. Perumnas I               

8 Nuraida Iman Hilman 1. Seluruh taman Kota Bekasi               


      Jamiludin 2. Taman Jalur Sersan Aswan               
      Rohadirja 3. Jalur A. Yani dan KH. Noer Ali               
      Rohadirta 4. Alun-alun Kota Bekasi dan Pos Polisi               
      Udin 5. Taman Tol Timur dan Pos Polisi               
      Sugiono 6. Taman Bina Bangsa               
         7. Lokasi yang dianggap kritis               
  
9 Nazarudin Nazarudin Taman Fly Over               

10 Sudirman Yasin 1. Tol Barat sampai Rawa Panjang               


2. Jembatan 2 (Asrama Haji)               
3. Depan RS. Hermina               
4. Jl. A. Yani               
5. Depan Hero               
6. Jl. K.H. Noer Ali               

 
79 

 
Lampiran 5. (Lanjutan)
7. Kantor Dinas Bertaman               
8. Jl. Ngurah Rai               
9. Taman Bina Bangsa               

11 Rasono Nano 1. Taman Bulan-bulan               


2. Taman PMI               
3. Taman Alun-alun (Tugu)               
4. Taman Proyek               
5. Taman Eks Kantor Walikota               
6. Taman dan pinggir lapangan Multiguna               
7. Taman Jembatan samping Bank Jabar               

12 Tabrani Alan 1. Taman tol timur samping pos polisi               


2. Jl. Chairil Anwar dari tol timur s/d SMP 2               
3. Jl. Hasibuan dari SMP 2 s/d Hero               
4. Taman segitiga samping DPRD               
5. Taman PDAM               
6. Taman Cut Meutia               
13 Heru MP Heru MP Taman lingkungan kantor DKPP               

seluruh staf
14 Kerja bakti taman Taman lingkungan kantor DKPP               
Sumber: bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, 2008

 
Lampiran 6. Anggaran Biaya Pemeliharaan dan Konstruksi tahun 2008
80 
I.
 
Pemagaran Median Jl. Chairil Anwar
(sepanjang 435 m x 2 sisi)
> Kebutuhan Bahan Pemagaran,
antara lain :
1. Besi behel 12 pool Ks 870 m : 12 m x Rp110.000 Rp 23. 925.000
(2 sisi kiri kanan) x 3 susun
2. Pipa besi 2 inchi untuk
tiang 870 m : 2m x Rp75.000  
Rp 32. 625.000
(Tinggi tiang : 155 cm)
JUMLAH Rp 56. 550.000
> Kebutuhan Konstruksi, antara
lain :
1. Semen 10 zak x Rp50.000 Rp500.000
2. Pasir 2 colt x Rp500.000 Rp1.000.000
3. Batu split 2 colt x Rp500.000 Rp1.000.000
4. Cat hijau "Yunior" 20 klg x Rp35.000 Rp700.000
5. Cat orange "Emco" 10 klg x Rp35.000 Rp350.000
6. Tinner 10 liter x Rp12.000 Rp120.000
7. Kuas 4 in 1 dus x Rp80.000 Rp80.000
8. Kuas 2 in 1 dus x Rp75.000 Rp75.000
 

JUMLAH Rp3.825.000
> Total Kebutuhan Rp 56.550.000 + Rp3.825.000 Rp60.375.000

II. TAMAN PULAU JALAN PMI


(panjang lingkaran ±150 m)

Kebutuhan Bahan Pemagaran,


> antara lain :
1. Besi behel 12 pool Ks 150 m : 12 m x Rp11.000 Rp412.500
x 3 susun
2. Pipa besi 2 inchi untuk
tiang 150 m : 2m x Rp75.000 Rp5.625.000
(Tinggi tiang : 155 cm)
JUMLAH Rp6.037.500
> Kebutuhan Konstruksi, antara
lain :
1. Semen 10 zak x Rp50.000 Rp500.000
2. Pasir 2 colt x Rp500.000 Rp1.000.000
3. Batu split 2 colt x Rp500.000 Rp1.000.000
4. Cat hijau "Yunior" 20 klg x Rp35.000 Rp700.000
5. Cat orange "Emco" 10 klg x Rp35.000 Rp350.000
6. Tinner 10 ltr x Rp12.000 Rp120.000
7. Kuas 4 in 1 dus x Rp80.000 Rp80.000
8. Kuas 2 in 1 dus x Rp75.000 Rp75.000
 
Rp3.825.000
> Total Kebutuhan Rp 6.037.500 + Rp3.825.000 Rp9.862.500

 
81 

 
Lampiran 6. (Lanjutan)
III. TAMAN CUT MEUTIA
> Kebutuhan tanaman
1. Pangkas kuning 1000 ph Rp2.500 Rp2.500.000
2. Bayam merah 700 ph Rp3.000 Rp2.100.000
3. Lili brasil 450 ph Rp3.500 Rp1.575.000
4. Nanas-nanasan 300 ph Rp3.000 Rp900.000
5. Agave 75 ph Rp50.000 Rp3.750.000
6. Kamboja 15 ph Rp250.000 Rp3.750.000
7. Pupuk NPK Mutiara Ls Rp437.500
JUMLAH Rp15.012.500
> Pemasanga Lampu Taman
1. Lampu Taman 13 titik x Rp750.000 Rp9.750.000
JUMLAH Rp9.750.000
> Total Kebutuhan Rp 15.012.500 + Rp9.750.000 Rp24.762.500
IV. TOTAL BIAYA I S/D III Rp 60.375.000 + Rp9.862.500 Rp95.000.000
+ Rp24.762.500
 

 
82 

TIANG PAGAR : PIPA BESI SILINDER UKURAN 2"

BESI ULIR, P =6 M

120 CM
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN
JARAK TIAP LUBANG = 2 CM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
JUDUL GAMBAR

30 cm
DETAIL KONSTRUKSI PAGAR TAMAN

SEMEN, PASIR, BATU SPLIT 5:1 DOSEN PEMBIMBING


SEMEN < PASIR DAN BATU SPLIT

Dr.Ir. NIZAR NASRULLAH, MAgr

DIGAMBAR OLEH

RATIH MARINA KURNIATY


A34204032
TANGGAL

30 JULI 2008
ORIENTASI DAN SKALA

Anda mungkin juga menyukai