A34204032
FAKULTAS PERTANIAN
2008
RINGKASAN
RATIH MARINA KURNIATY. A34204032. Pelaksanaan Konstruksi Taman
dan Pemeliharaan RTH Jalan Kota Bekasi. (Dibawah bimbingan Dr. Ir. NIZAR
NASRULLAH, MAgr).
Kota Bekasi merupakan kota yang memiliki letak strategis di antara dua
propinsi, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat. Bekasi sebagai kota yang
bersebelahan dengan ibukota Jakarta, membutuhkan sarana pendukung baik
transportasi, perumahan, kawasan perbelanjaan, kawasan rekreasi maupun
kawasan bisnis yang berfungsi dengan baik. Kota Bekasi memerlukan taman-
taman kota yang berfungsi sebagai penyeimbang terhadap ruang terbangun.
untuk Taman Cut Meutia yang memiliki luas 5.710 m² adalah 6 orang. Untuk
taman segitiga Jl. Ahmad Yani yang memiliki luas 477 m² diperlukan HOK 3
orang.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN
PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI
Skripsi
Oleh:
A34204032
FAKULTAS PERTANIAN
2008
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Menyetujui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal disetujui:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 22 Maret 1986 dan
merupakan putri pertama dari Bapak Santoso dan Ibu Desmutia Yetty. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara.
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum, Wr.Wb.
1. Papa dan Mama, terima kasih atas do’a dan kasih sayang selama ini kepada
penulis. Intan, adik-ku, terima kasih juga atas semangat dan do’anya.
2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr., selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen pembimbing skripsi penulis selama masa perkuliahan. Terimakasih atas
bimbingan, motivasi, dan dukungan yang selalu diberikan pada penulis.
3. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS., selaku dosen penguji 1, terima kasih atas masukan,
saran, dan kritik yang membangun.
4. Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc., selaku dosen penguji 2, terima kasih atas
masukan, saran, dan kritik yang membangun.
5. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, Badan Pusat
Statistik Kota Bekasi, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Dinas Tata
Kota dan Pemukiman Kota Bekasi, terima kasih atas data-data yang
dibutuhkan penulis.
6. Bu Novi, Bu Ade, Bu Ummi, Bu Ida, Pak Agus dan staf-staf Dinas
Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, terima kasih atas
bimbingan dan bantuannya
7. Teman-teman wisma Nabila-Anggrek, terimakasih telah menjadi teman
berbagi suka dan duka selama masa kuliah.
ii
8. Teman-teman KKP penulis (Efi, Desi, Sari, Dede, dan Yudi), terima kasih
atas kebersamaan dan persaudaraan selama KKP di Subang, Kecamatan
Cisalak, Desa Pasanggrahan.
9. Peserta yang menghadiri seminar penulis, terimakasih atas pertanyaan yang
diberikan sebagai suatu masukan yang berarti.
10. Teman-teman se-Pebimbing Akademik (Putri, Fida, dan Soni) dan se-
Pembimbing Skripsi (Occy, Ozi, dan Kak Piko), terima kasih atas
kebersamaan dan motivasinya.
11. Saudara-saudara penulis lainnya di Lanskap’41…(Aini, Karina, Hendi, Ria,
Memey, Lintang, Sari, Dita, Mba Yu, Dimas, Neno, Nana, Syita, Anjar,
Anggy, Imad, Wahyuni, Dini, Tyas, Sekar, Dina, Dayat, Buyung, Dewina,
Deni, Ipah, Putera, Ridho, Ita, Intan, Fuji, Diana, Cici, Krista, Diah,
Faikoh), terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraan dalam suka dan
duka selama ini. Thanks for the memories.
12. Teman-teman se-Lanskap (angkatan 38, 39, 40, 42, dan 43), Terima kasih
atas motivasi, saran, dan do’anya.
13. Pihak-pihak lain yang tidak sempat disebutkan, terima kasih atas semuanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam hasil
tugas akhir ini. Walau demikian, dengan segala kekurangannya penulis tetap
berharap semoga hasil studi dari magang penulis ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak bidang Pertamanan Kota Bekasi khususnya dan pihak-pihak lain yang
membutuhkan.
Wassalam.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Tujuan ...........................................................................................................2
1.3. Manfaat .........................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................4
2.1. Definisi Kota ................................................................................................4
2.2. Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau .................................................4
2.3. Lanskap dan Taman.....................................................................................6
2.4. Sistem Pertamanan Kota ..............................................................................7
2.5. Pelaksanaan Lanskap ....................................................................................8
2.6. Pemeliharaan Lanskap ................................................................................10
2.7. Manajemen Pemeliharaan ..........................................................................12
2.8. Sistem Pemeliharaan ..................................................................................13
2.9. Jalur Hijau Jalan dan Pemeliharaan Fisik...................................................14
III. METODOLOGI ...............................................................................................16
3.1. Lokasi dan Waktu .......................................................................................16
3.2. Metode Kerja ..............................................................................................17
3.3. Kerangka Pikir ............................................................................................20
IV. KONDISI UMUM ...........................................................................................22
4.1.Sejarah Kota ................................................................................................22
4.2. Wilayah Adminstrasi .................................................................................23
4.3. Kondisi Fisik ..............................................................................................25
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi .............................................................................27
4.5. Rencana Tata Ruang Kota Bekasi .............................................................27
4.5.1. Maksud dan Tujuan Penataan...........................................................27
4.5.2. Kebijaksanaan Pengembangan RTH ................................................28
4.6. Profil DKPP ...............................................................................................34
4.6.1. Tugas, Peranan dan Struktur Organisasi DKPP ..............................35
iv
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perda No. 4 tahun 2000 tentang rencana tata ruang Kota Bekasi yang
memperhatikan kebutuhan terhadap ruang-ruang terbuka hijau. Dalam hal ini,
RTH difungsikan untuk: (1) Meningkatkan kualitas kehidupan Kota Bekasi, (2)
Membentuk paru-paru kota di tengah-tengah sistem transportasi, perdagangan dan
industri, (3) Area rekreasi terbuka dan murah bagi warga Kota Bekasi, (4) Media-
media visualisasi kota yang menarik, segar dan hijau, (5) Ruang-ruang terbuka
pendukung dan penghubung antara ruang-ruang aktifitas kota, (6) Memberi citra
positif terhadap Kota Bekasi dalam bentuk penataan dan perencanaan taman yang
lebih estetis, spesifik dan memiliki karakteristik. (DKPP Kota Bekasi, 2005)
2
1.2. Tujuan
Tujuan umum
Tujuan khusus
1.3. Manfaat
3
4
Kota adalah suatu pusat populasi yang luas dan padat penduduknya untuk
aktivitas ekonomi, sosial dan politik, mempunyai sebuah posisi geografi yang
relatif tetap dan kekuasaan pemerintah spesifik. Selain itu, suatu kota harus
tumbuh, berfungsi untuk organisme di dalamnya, cukup cahaya, udara, air,
makanan, sirkulasi yang baik, sistem manajemen pengolahan limbah yang baik,
terciptanya pembaharuan atau kota tersebut akan rusak dan mati (Simonds, 1983).
Menurut Gallion dan Eisner (1994) bahwa kota merupakan sebuah pusat
industri, perdagangan, pendidikan, pemerintahan atau mencakup semua kegiatan
tersebut. Kota merupakan kawasan yang memiliki keaktifan, keanekaragaman dan
kompleksitasnya (Branch, 1995). Dijelaskan pula bahwa kepadatan perkotaan
tergantung pada tiga kondisi: persentase luas tanah yang tertutup oleh bangunan
tanpa adanya ruang terbuka, ketinggian bangunan, dan banyaknya ruang terbuka
yang permanen di seluruh wilayah kota.
5
Taman merupakan salah satu jenis RTH yang menjadi daya tarik
lingkungan yang memberikan nilai tambah. Taman dalam pengertian terbatas
merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai
keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemilik atau penggunanya (Arifin,
2005).
6
Taman ini cukup luas dapat mencapai 40 ha bahkan 400 ha atau lebih, dan
dilengkapi oleh nilai-nilai visual yang dapat menghilangkan kesan
perkotaan.
7
1. Awalnya, sebuah inventarisasi dibuat dengan taman yang ada meliputi ukuran
luas, lokasi, dan aktivitas yang tersedia. Ini menunjukkan kondisi taman saat
itu.
8
Pelaksanaan Administrasi
9
3. Dalam hal metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak
efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa
dapat dilakukan dengan metoda pemilihan langsung, yaitu pemilihan
penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-
banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari
penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan
negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal
melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila
memungkinkan melalui internet.
10
Pelaksanaan Fisik
11
Lebih lanjut Arifin dan Nurhayati (2005) menyatakan bahwa terdapat dua
jenis pemeliharaan, yaitu pemeliharaan fisik dan pemeliharaan ideal.
Pemeliharaan ideal adalah jenis pemeliharaan untuk mempertahankan tujuan dan
fungsi dibuatnya taman atau jenis lainnya. Pemeliharaan ini dilakukan dengan
membuat peraturan-peraturan penggunaan lahan. Pemeliharaan fisik meliputi
pemeliharaan elemen keras maupun elemen lunak (tanaman).
Menurut Sternloff dan Warren (1984), prinsip-prinsip pemeliharaan taman
adalah sebagai berikut:
12
Carpenter et al. (1975) bahwa hal terpenting lainnya yang perlu dilakukan
dalam pemeliharaan adalah melakukan pekerjaan yang tepat pada waktu yang
13
tepat. Oleh karena itu, diperlukan jadwal pemeliharaan yang dijadikan sebagai
acuan dalam melakukan kegiatan terdapat 3 tahap dalam membuat jadwal
pemeliharaan, yaitu:
1. Mengklasifikasikan area berdasarkan tingkat pemeliharaan
2. Membuat daftar tanaman yang ada dalam area yang harus dipelihara
dan tentukan jenisnya (semak, pohon, herba). Karena jenis aktivitas
pemeliharaan tergantung dari jenis tanaman tersebut
3. Menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan untuk mencapai
pemeliharaan yang diinginkan
14
15
16
III.. METOD
DOLOGI
3.1. Lokasi dan Wak
ktu
17
18
(Rencana Kerja dan Syarat-syarat) proyek pada salah satu pekerjaan bidang
Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi yang dilaksanakan yaitu pelaksanaan
konstruksi pagar taman. Kegiatan studio meliputi pembuatan rencana
pemeliharaan, desain ulang dan penyusunan RAB.
19
Tabel 3. Jenis Data, Unit Data, Sumber, Cara Pengumpulan dan Kegunaan
Cara
Jenis Data Sumber Kegunaan
Pengumpulan
A ASPEK BIOFISIK DAN
SOSIAL
Administrasi BAPPEDA Studi pustaka Mengetahui kondisi luas dan batas
dan wawancara wilayah administratif
Sejarah Kota BAPPEDA Studi pustaka Mengetahui kondisi umum kota
dari segi sejarah
20
21
Kota Bekasi
Proses
Belajar/Magang
Pemeliharaan Pelaksanaan
Kelembagaan
dan SDM
Administrasi dan
Fisik Ideal Fisik
Potensi Permasalahan
Analisis
(Deskriptif)
Rekomendasi
22
Dalam catatan sejarah, nama "Bekasi" memiliki arti dan nilai sejarah yang
khas. Menurut Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno),
asal mula kata Bekasi secara filosofis berasal dari kata Chandrabhaga. Chandra
berarti "bulan" (dalam bahasa Jawa Kuno, sama dengan kata Sasi) dan Bhaga
berarti "bagian". Jadi, secara etimologis kata Chandrabhaga berarti bagian dari
bulan. Kata Chandrabhaga berubah menjadi Bhagasasi yang pengucapannya
sering disingkat menjadi Bhagasi. Kata Bhagasi ini dalam pelafalan bahasa
Belanda seringkali ditulis "Bacassie" kemudian berubah menjadi Bekasi hingga
kini. Bekasi dikenal sebagai "Bumi Patriot", yakni sebuah daerah yang dijaga oleh
para pembela tanah air. Mereka berjuang disini sampai titik darah penghabisan
untuk mempertahankan negeri tercinta dan merebut kemerdekaan dari tangan
penjajah. Balada kepahlawanan tersebut tertulis dengan jelas dalam setiap bait
guratan puisi heroik Pujangga Besar Chairil Anwar yang berjudul "Krawang -
Bekasi".
23
24
wilayah sekitar 210,49 km², dengan Kecamatan Bantar Gebang sebagai wilayah
terluas (41,78 km²) sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil
(13,49 km²).
Tabel 4. Wilayah Administrasi Kota Bekasi
No Kecamatan Kelurahan
1 Bekasi Timur 1. Bekasi Jaya
2. Aren Jaya
3. Duren Jaya
4. Margahayu
2 Bekasi Barat 1. Bintara
2. Kota Baru
3. Jakasampurna
4. Kranji
5. Bintara Jaya
3 Bekasi Selatan 1. Pekayon Jaya
2. Jakamulya
3. Kayuringin Jaya
4. Margajaya
5. Jakasetia
4 Rawalumbu 1. Bojong Rawalumbu
2. Pengasinan
3. Bojongmenteng
4. Sepanjang Jaya
5 Bekasi Utara 1. Kaliabang Tengah
2. Harapan Baru
3. Teluk Pucung
4. Perwira
5. Harapan Jaya
6. Margamulya
7 Jatiasih 1. Jatimekar
2. Jatirasa
3. Jatiluhur
4. Jatiasih
5. Jatikramat
6. Jatisari
25
No Kecamatan Kelurahan
8 Jatisampurna 1. Jatisampurna
2. Jatirangga
3. Jatiraden
4. Jatikarya
5. Jatiranggon
9 Pondok Gede 1. Jatiwaringin
2. Jatimakmur
3. Jatibaru
4. Jatibening
5. Jaticempaka
10 Bantar Gebang 1. Bantar Gebang
2. Ciketing Udik
3. Cikiwul
4. Sumur Batu
11 Pondok Melati 1. Jati Melati
2. Jati warna
3. Jati Rahayu
4. Jati murni
12 Mustika Jaya 1. Mustika Jaya
2. Mustikasari
3. Pedurenan
4. Cimuning
Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2005
4.3.Kondisi Fisik
1. Topografi
Kondisi topografi relatif datar dengan kemiringan lahan 0-2%. Wilayah
Kota Bekasi terletak pada ketinggian antara 10-45 meter di atas permukaan laut.
Wilayah dengan ketinggian kurang dari 25 meter di atas permukaan laut terletak
pada kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur dan Pondok Gede.
Sedangkan wilayah dengan ketinggian lebih dari 25 meter di atas permukaan laut
terletak pada Kecamatan Bantar Gebang, Jatiasih dan Jatisampurna (Bappeda
Kota Bekasi, 2005).
2. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kota Bekasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air
permukaan dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi
26
meliputi sungai/kali Bekasi dan beberapa sungai/kali kecil lainnya serta saluran
irigasi yang selain digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air
baku bagi kebutuhan air minum wilayah Bekasi dan DKI Jakarta. (Bappeda Kota
Bekasi, 2005)
4. Vegetasi
Kondisi vegetasi di wilayah Kota Bekasi sedikit penyebarannya dan
meliputi tanaman yang terletak pada taman kota, taman rumah dan pekarangan,
jalur hijau jalan, serta areal pertanian (Bappeda Kota Bekasi, 2005).
27
Tahun
No Kecamatan
2006 2007
1 Pondok Gede 210.999 224.176
2 Jatisampurna 71.750 73.744
3 Pondok Melati* 111.056 118.935
4 Jatiasih 168.896 165.520
5 Bantar Gebang 77.680 78.224
6 Mustika Jaya* 89.632 92.932
7 Bekasi Timur 270.256 276.496
8 Rawa Lumbu 174.205 184.380
9 Bekasi Selatan 200.790 207.744
10 Bekasi Barat 276.879 287.989
11 Medan Satria 150.628 160.152
12 Bekasi Utara 268.673 273.512
Kota Bekasi 2.071.444 2.143.804
*) Kecamatan pemekaran
Sumber: BPS Kota Bekasi
28
lingkungan perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai sarana
pengamanan lingkungan perkotaan. RTH Kota mempunyai fungsi ekologis
(utama) dan fungsi tambahan sebagai arsitektur kota, sosial dan ekonomi
(Bappeda, 2007).
Menurut Permendagri No.1 tahun 2007, perencanaan pembangunan ruang
terbuka hijau kawasan perkotaan memuat jenis, lokasi, luas, kebutuhan biaya,
target waktu pelaksanaan, dan disain teknis. Pembangunan RTH berdasarkan luas
wilayah perkotaan mempunyai ketentuan sebagai berikut:
• RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik (milik pemerintah dan terbuka
untuk umum) dan RTH privat (milik perorangan atau swasta)
• Proporsi RTH baik privat maupun publik pada wilayah perkotaan
disesuaikan dengan potensi kota dan mengacu pada ketentuan
perundangan
• Proporsi RTH Publik pada wilayah kota paling sedikit 10% dari wilayah
kota
• Jika luas RTH baik publik maupun privat di suatu kota memiliki total luas
lebih besar dari peraturan/ perundangan yang berlaku, maka proporsi
tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya (Bappeda, 2007).
29
Dari kondisi lapangan tahun 2005, taman yang ada hanya sebagian kecil
dari kegiatan pembangunan di Kota Bekasi, baik itu kegiatan pemerintahan,
perdagangan dan jasa, pemukiman, dan industri, yang menyediakan pertamanan
dengan proporsi memadai. Bahkan di Kota Bekasi ini masih sedikit terdapat
taman kota yang berfungsi sebagai taman bermain serta tempat sosialisasi dan
interaksi antar penduduk kotanya. Pada kegiatan industri, perdagangan dan jasa
yang berkembang di Kota Bekasi umumnya tidak menyediakan taman, baik
berupa taman lingkungan atau yang berupa buffer guna memisahkan antar
kegiatan industri dengan kegiatan lainnya. Penyediaan taman ini hanya dilakukan
di pemukiman-pemukiman yang dikembangkan swasta dalam skala besar. Namun
demikian luasan taman yang tersedia belum mencukupi (Bappeda, 2007).
Lapangan Olahraga
Terletak menyebar sesuai dengan jenis skala pelayanan (pusat kota, pusat
BWK, pusat sub-BWK). Arahan rencana pemanfaatan untuk lapangan olahraga
dalam RTRW 2000-2010 difungsikan sebagai sarana olahraga dan rekreasi
dengan pola pengembangan yang perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan
pemukiman dan pusat-pusat kegiatan baru (pusat BWK, pusat sub-BWK,
lingkungan pemukiman). Jika dilihat dari kondisi di lapangan tahun 2005,
lapangan olahraga yang tetap terjaga keberadaannya berupa kompleks olahraga
Kota Bekasi di Jl. Ahmad Yani. Untuk lapangan olahraga skala lingkungan masih
sangat terbatas jumlahnya dengan proporsi yang masih belum mencukupi bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang harus dilayani fasilitas ini.
(Bappeda, 2007)
Jalur Hijau
Jenis RTH ini di Kota Bekasi tersebar dalam bentuk jalur. Arahan rencana
pemanfaatan untuk jalur hijau dalam RTRW 2000-2010 ini mempunyai fungsi
utama sebagai jalur pengaman utilitas/instalasi penting (sungai, jalan kereta api,
jalan tol, jaringan listrik tegangan tinggi); sekaligus menciptakan keserasian
lingkungan. Pola pengembangan perlu memperhatikan lokasi, jaringan yang
diamankan, serta kriteria vegetasi untuk jalur hijau yang dapat dilihat pada
Lampiran 1.
30
31
Dilihat dari kondisi di lapangan tahun 2005, RTH yang berupa pertanian di
Kota Bekasi sebagian besar telah terpenetrasi oleh bangunan, terutama oleh
kegiatan pemukiman skala besar yang dikembangkan skala besar yang
dikembangkan swasta, baik yang ada di Kecamatan Jatisampurna. Apabila kondisi
ini tidak dikendalikan dan diawasi secara ketat diperkirakan dalam waktu dekat
RTH jenis ini akan hilang. (Bappeda, 2007)
Pekarangan
Merupakan jenis RTH Kota Bekasi yang terletak di BWK Bantargebang
dan BWK Jatisampurna. Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW 2000-
2010 pada pekarangan mempunyai fungsi sebagai sarana untuk menciptakan
keserasian pada kawasan pemukiman. Pola pengembangan yaitu menyatu dengan
kapling-kapling pemukiman yang direncanakan. Sesuai dengan kawasan hijau
kota, kriteria vegetasi untuk pekarangan dapat dilihat pada Lampiran 1. Dilihat
dari kondisi di lapangan pada tahun 2005, pola pengembangan pekarangan yang
masih menyatu dengan kapling-kapling pemukiman yang direncanakan
menyebabkan keberadaan RTH ini terpenetrasi oleh kegiatan terbangun. Untuk
itu, perlu adanya pengawasan yang cukup ketat oleh dinas-dinas terkait, terutama
dalam menerapkan garis sempadan bangunan, KDB dan intensitas kepadatan
bangunan yang difungsikan sebagai RTH pekarangan. (Bappeda, 2007)
Sempadan Situ
Keberadaan sempadan situ di Kota Bekasi terletak pada Situ Gede di
Bojongmenteng (BWK 3), Situ Lumbu di Bojong Rawalumbu (BWK 1), Situ
Pulo di Jatisampurna (BWK 4). Arahan rencana pemanfaatan RTH dalam RTRW
2000-2010 untuk sempadan situ memiliki fungsi utama sebagai kawasan
konservasi bagi perlindungan air tanah serta sebagai sistem retensi dan pengisian
air tanah. Pola pengembangan antara lain:
- Melindungi dan mengamankan kawasan situ dari kegiatan budidaya yang
dapat menganggu budidaya kelestarian fungsi situ-situ tersebut.
- Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar kawasan situ
- Keberadaan situ-situ lainnya pada kawasan pemukiman perlu tetap
dipertahankan sebagai sistem retensi dan pengisian air tanah
32
Kondisi sempadan situ tahun 2005 umumya masih belum terjaga dengan
baik. Hampir semua situ yang ada tidak mempunyai daerah pengaman situ, baik
yang berupa sempadan situ yang merupakan RTH pada radius 200 meter dari
pinggir situ pada saat air pasang maupun RTH yang berfungsi sebagai daerah
resapan air. Sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh kegiatan
terbangun, baik yang berda di sekitar Situ Gede di Bojongmenteng, Situ Lumbu di
Bojong Rawalumbu, maupun di sekitar Situ Pulo di Jatisampurna (Bappeda,
2007).
Penyusunan rencana RTH Kota Bekasi ini cenderung menggabungkan 1)
Pengetahuan mengenai kondisi lokal; 2) Pertimbangan-pertimbangan para ahli;
dan 3) Ketersediaan perangkat hukum yang ada untuk mempermudah
implementasi di lapangan. Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota
Bekasi tahun 2000-2010 mengemukakan bahwa pengembangan kawasan
terbangun di Kota Bekasi lebih diarahkan untuk menarik perkembangan fisik kota
ke arah selatan. Sampai saat ini perkembangan Kota Bekasi di bagian selatan
masih tertinggal apabila dibandingkan dengan Kota Bekasi di bagian utara, karena
selama ini pembangunan lebih ditekankan di bagian utara. Sementara pada pusat
kota yang telah cukup terbangun, pengembangan lebih ditekankan pada
pemantapan terhadap fungsi-fungsi yang telah ada selama ini (Bappeda, 2007).
Pada umumnya, pemanfaatan lahan di Kota Bekasi lebih diarahkan pada
kawasan pemukiman perkotaan, yang jenis dan jumlahnya lebih diarahkan agar
sesuai dengan potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Dalam
RTRW Kota Bekasi juga dijelaskan bahwa rencana struktur tata ruang Kota
Bekasi lebih diarahkan pada terbentuknya suatu sistem pusat pemukiman di
wilayah Jabotabek yang terintegrasi (Setyorina,2007).
Kondisi eksisting RTH Kota Bekasi meliputi kondisi eksisting kuantitas
RTH Kota Bekasi, kondisi eksisting kualitas RTH kota Bekasi, serta potensi-
potensi RTH Kota Bekasi yang belum dikembangkan. Dari 27 jenis RTH yang
terdapat di kawasan perkotaan, Kota Bekasi memiliki 20 jenis Ruang Terbuka
Hijau (RTH). Sembilan jenis merupakan jenis RTH yang dikelola sektor publik
dan sisanya merupakan jenis RTH yang dikelola sektor privat. Jenis RTH yang
terdapat di Kota Bekasi antara lain sebagai berikut:
33
A. RTH Publik
1. Situ,danau,rawa, dan 6. Tempat Pemakaman Umum
sempadannya (TPU)
2. Semapadan sungai 7. Lapangan olahraga/lapangan
3. Hutan kota terbuka
4. Taman kota 8. Jalur Hijau Sempadan Jalan
5. Taman lingkungan 9. Pulau Jalan
B. RTH Privat
1. Sempadan instalasi berbahaya 7. Pekarangan Fasilitas
2. Sempadan Kereta Api Kesehatan
(KA) 8. Pekarangan Fasilitas
3. Pekarangan sarana Pendidikan
transportasi 9. Pekarangan Kawasan
4. Pekarangan Perumahan Militer
10. Pekarangan Fasilitas
5. Pekarangan Pemerintahan Perdagangan
6. Pekarangan Perkantoran 11. Pekarangan Kawasan
Industri/pergudangan
Berdasarkan hasil survei Bappeda yang telah dilakukan pada tahun 2007,
didapatkan temuan data luasan eksisting RTH Kota Bekasi. Perhitungan luasan
RTH ini didapatkan melalui asumsi-asumsi lebar RTH berdasarkan pengamatan di
lapangan. Ketersediaan RTH yang dapat dianalisis hanya berupa RTH publik
sedangkan RTH privat sulit untuk dihitung ketersediaannya karena tidak terdapat
data mengenai RTH privat (Bappeda, 2007).
Tabel 6. Luasan Eksisting RTH Kota Bekasi berdasarkan Hasil Survei
34
Tabel 7. (Lanjutan)
sediaan ke-9 jenis RTH tersebut adalah sebesar 774 ha. Dengan luas wilayah
Kota Bekasi sebesar 21.601 ha, maka total sediaan RTH tersebut adalah 3,58%
dari total luas Kota Bekasi. Sedangkan berdasarkan UUPR No. 26 tahun 2007,
persentase RTH Publik di kawasan perkotaan adalah 20%. Maka, Kota Bekasi
masih harus menambah RTH publik sebanyak 16,42% dari total luas Kota
Bekasi (Bappeda, 2007).
Oleh karena itu, jika peningkatan kuantitas tidak dapat memungkinkan
untuk mencapai kekurangan RTH publik maka perlu diambil langkah lain selain
langkah peningkatan kuantitas RTH, misalnya melalui peran teknologi, ataupun
peningkatan kualitas RTH Kota Bekasi. Selain kuantitas atau luasan RTH
eksisting, kualitas RTH juga sangat perlu ditingkatkan dalam penyediaan RTH
di Kota Bekasi. Kondisi jenis-jenis RTH yang ada di Kota Bekasi dapat dilihat
pada Lampiran 2 (Bappeda, 2007).
35
KEPALA DINAS
BAGIAN TATA
USAHA
JABATAN
FUNGSIONAL
SUBAG. SUBAG.
Perencanaan UMUM
37
Sumber: Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
38
2. Penggalian dan pembuatan pondasi tiang pagar; pada taman pulau jalan
PMI ini dibuat lubang tiang sebanyak 68 lubang dengan jarak antar
lubang 2 m dan kedalaman lubang pondasi 30 cm.
3. Pemasangan tiang pagar; pagar yang digunakan pipa besi silinder yang
berukuran 2 inci dengan tinggi 120 cm. Tiang pagar diukur agar berdiri
tegak lurus.
39
40
VI. PEMELIHARAAN
41
KEPALA BIDANG
PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN
PELAKSANA ADMINISTRASI
KABID.PERTAMANAN&PEMAKAMAN
KEPALA SEKSI
PEMBANGUNAN & PEMELIHARAAN
TAMAN & MAKAM
(Sumber: Laporan Praktek Kerja Profesi, 2005 yang telah disesuaikan dengan tahun 2008)
42
Pembersihan area
43
TPA
SUMUR BATU
Penyiraman tanaman
44
Gambar 8. Pengisian Air dengan mobil tangki air berkapasitas 5000 liter
mobil tangki air yang berkapasitas 4000 - 5000 liter. Kegiatan penyiraman dengan
menggunakan mobil tangki air dikarenakan taman-taman yang dikelola oleh
bidang Pertamanan Kota Bekasi letaknya menyebar. Mobil tangki ini dilengkapi
dengan selang berukuran 30 m untuk menyiram tanaman yang sulit dijangkau. Air
yang digunakan untuk penyiraman taman bersumber dari sungai Kalimalang.
Pemangkasan
45
pemangkasan yang dilakukan pada dasarnya agar terlihat rapi sehingga dibuat
suatu pangkasan yang berbentuk. Tanaman yang sering dipangkas adalah tanaman
Acalypha macrophylla (teh-tehan). Alat yang digunakan untuk memangkas semak
yaitu gunting pangkas bertipe trimmer.
Pemangkasan pohon dilakukan tiap setahun sekali pada lokasi jalur hijau
jalan. Pemangkasan pohon dilakukan oleh pihak ke tiga kontraktor. Faktor yang
menyebabkan pohon harus dipangkas karena pohon-pohon yang ada di sepanjang
jalan telah mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Pelaksanaan pemangkasan
pohon tahun 2008 ini telah dilakukan di jalur hijau jalan Ir.H.Juanda, Jl. Rawa
Tembaga, Jl. Chairil Anwar dan Jl. Kartini. Alat yang digunakan adalah chainsaw
(gergaji mesin) dan golok.
46
Gambar 10. Hama Keong pada tanaman Agave sp. di taman pulau jalan PMI
Pemupukan
5.710 m². Pupuk NPK tersebut diberikan langsung ke tanah yang bersamaan
dengan kegiatan penggemburan tanah. Pupuk disebar langsung ke tanah yang
dibuat parit pada sekitar semak, penutup tanah dan pohon. Cara lain pemupukan
yang pernah dilakukan adalah dengan mencampurkan pupuk urea yang diberikan
sebanyak 25 kg ke dalam mobil tangki air yang berkapasitas 4000 atau 5000 liter.
Kegiatan pemupukan pada taman Cut Meutia dilakukan oleh 1 orang petugas
taman.
47
Penyulaman tanaman
Pembersihan paving
Gambar 11. Kegiatan Pembersihan paving Taman Cut Meutia dari gulma
48
(a) Median Jl. Chairil Anwar (b) Taman Bulan-bulan (c) Taman Segitiga DPRD
(f) Alun-alun
49
50
Hal ini juga dapat disebabkan karena kurangnya dukungan dari pengawas
lapangan, sehingga motivasi pekerja cenderung menurun.
Adapun kapasitas kerja petugas Pertamanan Kota Bekasi berdasarkan hasil
pengamatan di lapang dan wawancara sebagai berikut:
Tabel 8. Kapasitas dan Efektivitas Kerja
yang dikelola Pertamanan Kota Bekasi seluas 68.957 m². Setiap alat kerja yang
ada dipegang oleh para petugas taman yang sudah menjadi tugasnya sehingga
kondisi ketahanan alat menjadi tanggungjawab tiap petugas. Alat yang dibagikan
51
pada para petugas adalah alat yang sering digunakan setiap hari sedangkan untuk
alat yang tidak dipergunakan sehari-hari seperti gergaji, cangkul, knapsack
sprayer, arit diberikan saat alat tersebut dibutuhkan.
Tabel 9. Alat-alat kerja Kegiatan Pemeliharaan bidang Pertamanan Kota Bekasi
52
Frekuensi
No Kegiatan Pemeliharaan
Harian Mingguan Bulanan Tahunan Insidental
1 Penyapuan v
2 Pembuangan sampah v
3 Penyiraman v
4 Pemangkasan rumput v
5 Pemangkasan semak v
6 Pemangkasan pohon v
7 Pengendalian hama dan
penyakit tanaman v
dengan furadan
8 Pemupukan dan
penggemburan v
9 Penyiangan dan
pengendalian gulma v
10 Penyulaman tanaman v
53
Frekuensi
No Kegiatan Pemeliharaan
Harian Mingguan Bulanan Tahunan Insidental
11 Pembersihan perkerasan
v
12 Evaluasi pekerjaan
pemeliharaan v
54
VII. PEMBAHASAN
1. Pagar memiliki fungsi yang sesuai dengan tujuan desain taman, yaitu
sebagai pengamanan, pelengkap keindahan taman, atau keduanya. Adapun
fungsi tersebut dapat menentukan bentuk, tinggi, dan kekuatan pagar yang
digunakan. Bila keindahan pagar yang ditonjolkan, selain dari bentuk, juga
dapat ditunjang oleh warna dan ukuran yang digunakan
55
2. Pembuatan pagar dan pemilihan jenis bahan disesuaikan dengan dana yang
tersedia,
Jadi, jenis pagar yang dipilih sudah tepat dari bentuknya yang mudah
dalam pemeliharaan. Namun tinggi pagar tidak sesuai dengan komposisi taman
atau jalur hijau jalan yang ada didalamnya. Tinggi pagar lebih tinggi dari
komposisi dari tanaman. Ukuran pagar sebaiknya direndahkan agar komposisi
taman yang ada di dalamnya masih dapat terlihat estetis.
7.2. Pemeliharaan
7.2.1. Organisasi dan Zonasi Ruang Kerja
Struktur organisasi bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi
dalam kinerja di lapangan cukup fleksibel/ terkesan tidak kaku. Bagian kegiatan
pemeliharaan dipegang oleh Kepala Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan
Taman dan Makam yang bertugas memberikan arahan kerja pada pelaksana
operasional lapangan yang berjumlah 45 orang. Pelaksana operasional lapangan
56
Gambar 13. Usulan Struktur Organisasi bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi
57
58
(a) (b)
Gambar 14. Contoh Pemeliharaan Ideal yang ada pada taman Kota Bekasi
Keterangan : (a) Taman Cut Meutia (b) Taman pulau Jl. PMI
Permasalahan yang terlihat adalah saat area taman atau jalur hijau jalan
telah dibersihkan, dibiarkan beberapa hari menjadi timbunan di sudut taman
ataupun pinggir jalan. Hal ini menyebabkan timbunan sampah hasil penyapuan
menjadi berserakan akibat hembusan angin. Kurangnya koordinasi yang jelas dari
koordinator taman dengan petugas pengangkut sampah, sehingga perlu
komunikasi dan kerjasama yang baik antara pengawas taman dengan petugas
pengangkut sampah. Karena petugas pengangkut sampah bukan dari bidang
Pertamanan tapi bagian persampahan, jadi perlu diketahui titik area taman yang
akan dilakukan pembersihan sehingga dapat diprediksikan waktu sampah yang
harus diangkut.
59
Penyiraman tanaman
Kegiatan penyiraman yang dilakukan sudah berjalan baik dari segi waktu
penyiraman, ketersediaan peralatan dan ketersediaan air. Pada musim penghujan,
kegiatan penyiraman tidak dilakukan, karena itu kegiatan difokuskan pada
kegiatan operasional lain. Pembagian petugas penyiraman juga cukup baik dengan
tiga mobil yang masing-masing mempunyai lokasi dan tenis kerja yang berbeda.
Misalnya, ada satu mobil yang bertugas untuk menyiram jalur median jalan
dengan media pot tanaman akan berbeda cara kerja penyiraman untuk taman
pulau jalan (traffic island) yang tidak ada media pot.
Kendala yang dihadapi pada kegiatan penyiraman sama seperti pada
laporan praktek kerja profesi (Erynayati, 2005) yaitu mempunyai masalah dengan
nozzle (mata penyemprot yang pancaran airnya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan). Jika nozzle ini mengalami kerusakan maka semburan air yang keluar
dari mobil tangki tidak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, sehingga semburan
air yang keluar dari dalam tangki jatuh terlalu keras pada tanah dan tanaman pada
taman menjadi rusak khususnya tanaman yang memiliki batang yang tidak kokoh
serta dapat merusak tanaman yang baru ditanam. Akibat lain dari kerusakan pada
nozzle, menyebabkan penyiraman jadi tidak merata, penyiraman pada semak
dengan kerapatan padat seringkali hanya mengenai permukaan daun saja
sedangkan tanah tidak tersiram dengan sempurna.
Pemangkasan
60
yang besar karena membutuhkan proses penyembuhan yang lama, terutama pada
tanaman tua atau sakit. Prinsip pemangkasan perlu diketahui oleh pekerja agar
dapat dipraktekkan di lapang.
Pemupukan
61
Penyulaman tanaman
Kegiatan penyulaman tanaman yang dilakukan pada salah satu taman ini
sudah cukup baik meskipun tenaga kerja yang melakukan pekerjaan ini terbatas.
Kegiatan ini dilakukan tanpa memperhatikan musim, karena kerusakan tanaman
hias dapat terjadi kapan saja sehingga kegiatan ini tetap dilakukan. Penyulaman
dilakukan dengan tetap memperhatikan desain yang telah dibuat. Cara ini
memungkinkan kita mengganti tanaman dengan jenis yang lain dari yang ditanam
sebelumnya (Sulistyantara, 1992).
Pembersihan paving
Kendala yang terjadi adalah belum adanya tindakan efektif dan efisien
baik untuk pengendalian maupun pemberantasan rumput pada paving yang
mengganggu fungsi dan keindahan penglihatan serta tujuan semula dari perancang
dan perencana taman. Pemeliharaan paving ini sebaiknya lebih ditekankan pada
62
pemeliharaan rutin. Cara mengatasi gulma pada paving selain menggunakan kored
yaitu dengan penyemprotan herbisida.
63
Tabel 12. Kebutuhan HOK Pemeliharaan Taman dalam satu tahun (Sistem Unit)
di Taman Cut Meutia dan Taman Segitiga Jl. Ahmad Yani
Waktu Frek.
HOK Kebutuhan
KK Jumlah yang HOK Per
setahun Pekerja
dibutuhkan tahun
Pembulatan
No Parameter
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
{6}:245
{[2]:[1]} [3]:4 {[4]*[5]}
hari kerja
Taman Cut
1 Meutia
Pembersihan area
(penyapuan)
100m2 997.1 m² 9.97 2.49 312 776.88
Penyiraman
tanaman 500m2 1068.9m² 2.14 0.54 312 168.48
Pemangkasan
rumput 129.6m2 997.1m² 7.69 1.92 245 470.4
Pemangkasan
semak dan
penutup tanah 24.8m2 71.8m² 2.90 0.72 24 17.28
Pemupukan
semak dan
penutup tanah 200m2 71.8m² 0.36 0.09 24 2.16
Pemupukan pohon 7 phn 68 phn 9.71 2.43 24 58.32
Penggemburan
dan penyiangan
semak dan
penutup tanah 18.9m2 71.8m² 3.80 0.95 48 45.6
Pembersihan
perkerasan paving
dari rumput
dengan manual 12.6m2 25m² 1.98 0.50 48 24
64
Hal yang menjadi kendala adalah tidak adanya target dan keterbatasan
kemampuan pekerja untuk mematuhi jadwal yang telah dibuat. Program kerja
yang diketahui hanya pada jadwal pembagian wilayah kerja dan setiap petugas
mempunyai kegiatan pemeliharaan masing-masing. Untuk waktu kapan petugas
harus memangkas, menyulam, memupuk, jika ada perintah dari koordinator
lapang.
Untuk taman alun-alun yang juga merupakan salah satu bentuk RTH Kota
Bekasi yang terluas dari taman atau bentuk RTH lainnya yang dikelola bidang
Pertamanan Kota Bekasi. Alun-alun dapat ditingkatkan fungsi keberadaannya
sebagai hutan kota. Sebaiknya alun-alun Kota Bekasi perlu dirancang ulang
dengan mengetahui beberapa hal antara lain (1) persepsi masyarakat Kota Bekasi
mengenai hutan kota, (2) persepsi terhadap alun-alun pada saat ini, dalam
kaitannya dengan fungsi alun-alun sebagai RTH, (3) sejarah perkembangan alun-
alun dan faktor-faktor penyebab perubahan fungsi alun-alun, (4) dan
mengevaluasi fungsi alun-alun sebagai RTH.
65
kurang dari segi kuantitas maupun keragaman, terutama gunting potong tanaman
semak. Selain keterbatasan alat, bahan pemeliharaan juga tidak selalu tersedia di
gudang. Hal tersebut mempengaruhi kecepatan penanganan masalah di lapang.
Pendataan alat dan bahan pemeliharaan yang dilakukan setiap satu bulan sekali
dapat ditindaklanjuti dengan pengajuan pembelian alat dan bahan yang masih
kurang atau belum dimiliki demi lancarnya pekerjaan pemeliharaan.
Alat pertamanan ada yang bersifat sementara dan cepat rusak, ada pula
yang relatif tahan lama. Masa efektif peralatan tersebut sebenarnya tergantung
dari aspek perawatan dan penyimpanan sesudah digunakan. Peralatan dapat tahan
lama bila dirawat dan disimpan secara benar. Sebaliknya, penyimpanan dan
penggunaan yang sembarangan serta tidak pernah dirawat dapat mempercepat
rusaknya alat-alat pemeliharaan taman (Arifin dan Arifin, 2005).
66
8.1. Kesimpulan
1. Kegiatan magang di bidang Pertamanan pada Dinas Kebersihan, Pertamanan
dan Pemakaman Kota Bekasi memberikan pengalaman tentang situasi dan
kondisi di lapangan khususnya pada kegiatan pemeliharaan taman yang
dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi.
2. Pelaksanaan administrasi adalah proses administrasi pengadaan barang dan
jasa untuk suatu proyek. Proses pengadaan barang/jasa meliputi tahapan
perencanaan kebutuhan, pemilihan penyedia barang/jasa, pelaksanaan kontrak
dan penerimaan barang/jasa.
3. Pelaksanaan konstruksi pagar taman yang dilaksanakan pemborong terdiri
atas proses pengukuran lokasi, penggalian dan pembuatan pondasi,
pematokan, pengecoran pondasi, pemasangan behel dan pengecatan
4. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan bidang Pertamanan Kota Bekasi
meliputi pemeliharaan rutin dan pemeliharaan insidental. Kegiatan
pemeliharaan rutin yang dilakukan seperti penyiraman, pemangkasan rumput
dan semak, serta penggemburan dan pemupukan. Untuk kegiatan
pemeliharaan yang bersifat insidental seperti pemangkasan pohon dan
pengendalian hama dan penyakit tanaman.
5. Kebutuhan tenaga kerja dengan melihat HOK pemeliharaan dalam satu tahun
dengan sistem unit untuk Taman Cut Meutia yang memiliki luas 5.710 m²
adalah 6 orang (4 petugas taman dan 2 penyiram tanaman). Untuk taman
segitiga Jl. Ahmad Yani yang memiliki luas 477 m² adalah 3 orang cukup
(1 petugas taman dan 2 penyiram tanaman).
8.2. Saran
1. Peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan tenaga ahli yang kompeten
untuk meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan
adanya pelatihan.
67
2. Peningkatan jumlah pengawas lapang dan terdapat uraian peran yang jelas
sebagai pengawas.
3. Penyusunan rencana tertulis baik program kerja dan evaluasi hasil pekerjaan
yang disetujui oleh kepala bidang, kepala dinas khususnya untuk pekerjaan
selanjutnya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, N. 1992. Pengelolaan Taman Bunga Keong Emas TMII, Jakarta. Jurusan
Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak
dipublikasikan)
Arifin, H.S. dan N.H.S. Arifin, 2005. Pemeliharaan Taman edisi revisi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, 2006. Kota Bekasi Dalam Angka (Bekasi
Municipality in Figure) 2006. Bekasi.
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, 2007. Indeks Pembangunan Manusia Kota
Bekasi Tahun 2007. Bekasi.
Carpenter, P.L, Walker, dan Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. United
States of America. W.H. Freeman and Company, San Fransisco.
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi. 2005. Final Report
Perencanaan Penataan Taman-taman Kota Bekasi. Puri Dimensi, pt.
Erynayati, L, 2005. Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Hasibuan dan Jalan Chairil
Anwar, Bekasi. Laporan Praktek Kerja Profesi.Jurusan Arsitektur
Lanskap. Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan.
Universitas Trisakti. Jakarta.
Gallion, A.B. dan Eisner. 1994. Pengantar Perancangan Kota (terjemahan). Edisi
kelima. Jilid pertama. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Harris, C.W. dan N.T. Dines. 1988. Time Saver Standar for Landscape
Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York. 961p.
69
Lestari, G. dan Kencana, 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Menteri Dalam Negeri. Jakarta.
Sari, D.P. 2002. Sistem Pertamanan Kota di Kotamadya Surabaya, Jawa Timur.
Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. (Tidak dipublikasikan).
70
71
Lampiran 1. (Lanjutan)
Jenis Arahan Rencana Pemanfaatan Kondisi di lapangan
Lokasi
Kawasan/RTH RTH dalam RTRW 2000-2010 tahun 2005
Jalur hijau Tersebar dalam Fungsi utama: sebagai jalur Hampir seluruh jalur hijau
bentuk jalur pengaman utilitas/instalasi yang ada di Kota Bekasi
penting (sungai, jalan kereta api, khususnya yang ada di
jalan tol, jaringan listrik pusat kota sebagian besar
tegangan tinggi); sekaligus kondisinya sudah
menciptakan keserasian terpenetrasi oleh
lingkungan. Pola pengembangan bangunan, baik itu berupa
perlu memperhatikan lokasi, jalur hijau di sepanjang
jaringan yang diamankan, serta jalan, sepanjang KA,
kriteria vegetasi untuk jalur sepanjang tegangan tinggi,
hijau sebagai berikut: maupun jalur hijau
- Kriteria tanaman: struktur daun sepanjang sungai
setengah sampai rapat, dominan (sempadan sungai).
warna hijau, pekarangan tidak Apabila hal ini terus
menganggu pondasi dibiarkan, diperkirakan
- Kecepatan tumbuh bervariasi dalam waktu tidak lama
- Berupa habitat tanaman lokal jalur hijau yang ada di
dan tanaman budidaya Kota Bekasi akan habis
- Jenis tanaman tahunan atau menjadi daerah terbangun
musiman itu perlu dibuat aturan
- Jenis tanaman setengah rapat, yang jelas tentang
90% dari luas area harus pengamanan jalur hijau ini
dihijaukan dan dilakukan pengawasan
yang ketat dengan sangsi
berat bagi para
pelanggarnya.Jalur hijau
yang sudah gundul perlu
segera ditanami kembali
dengan jenis vegetasi
tanaman keras seperti
kriteria yang sudah
ditetapkan dalam RTRW
Pemakaman BWK Pusat Fungsi utama: sebagagi sarana Sarana pemakaman yang
Kota (TPU Kel. tempat pemakaman umum ada di Kota Bekasi
Perwira, Kel. (TPU) untuk memenuhi kondisinya masih relatif
Duren jaya, dan kebutuhan kota dan BWK, cukup baik dan masih
TMP di Jl. sekaligus sebagai untuk kawasan diipenuhi oleh ruang hijau
Pahlawan) hijau kota. Pola pengembangan kota
BWK tersebar pada setiap BWK
Jatisampurna dengan mempertimbangkan
(desa Jatisari) keberadaan pemakaman yang
BWK telah ada. Penataan/penetapan
Bantargebang lokasi secara tepat perlu
(desa mempertimbangkan ketentuan:
Padurenan dan tidak berada dalam kawasan
Sumurbatu) yang padat penduduknya,
tersebar sebagai menghindari penggunaan lahan
pemakaman yang subur, memperhatikan
keserasian lingkungan,
mencegah pengrusakan lahan
yang berlebihan. Sebagai unsur
dari kawasan hijau kota, kriteria
vegetasi untuk pemakamn
adalah:
- Kriteria tanaman: perakaran
72
Lampiran 1. (Lanjutan)
Jenis Arahan Rencana Pemanfaatan Kondisi di lapangan
Lokasi
Kawasan/RTH RTH dalam RTRW 2000-2010 tahun 2005
tidak menganggu pondasi,
struktur daun renggang sampai
setengah rapat, dominan warna
hijau
- Berupa habitat tanaman lokal
dan tanaman budidaya
- Jenis tanaman tahunan atau
musiman
- Jenis tanaman renggang sampai
setengah rapat, sekitar 50% dari
luas areal harus dihijaukan
Pertanian BWK Fungsi utama: sebagai penghasil Ruang tebuka hijau yang
Bantargebang produksi pertanian sekaligus berupa pertanian di Kota
(Desa konservasi terhadap kegiatan Bekasi sebagian besar
Ciketikngudik, budidaya pertanian yang telah telah berpeneterasi oleh
Sumurbatu) ada. Pola pengembangannya kegiatan terbangun,
BWK perlu mempertimbangkan terutama oleh kegiatan
Jatisampurna potensi yang ada serta keserasian pemukiman skala besar
dengan kawasan sekitarnya. yang dikembangkan
Pemanfaatan ruang yang swasta, baik yang ada di
diperbolehkan: tanaman Kecamatan Jatisampurna.
semusiman, pertanian tanaman Jika kondisi ini tidak
pangan, tanaman tahunan, dikendalikan dan diawasi
hortikultura perkamungan, secara ketat diperkirakan
wisata agro, budidaya perikanan dalam waktu dekat ruang
darat. terbuka hijau jenis ini akan
hilang
Pekarangan BWK Fungsi utama: sebagai sarana Pola pengembangan
Bantargebang, untuk menciptakan keserasian perkarangan yang masih
BWK pada kawasan pemukiman. Pola menyatu dengan kapling-
Jatisampurna pengembangan: menyatu dengan kapling pemukiman yang
kapling-kapling pemukiman direncanakan
yang direncanakan. Sesuai menyebabkan keberadaan
dengan kawasan hijau kota, RTH ini rawa terpenetrasi
kriteria vegetasi unuk oleh kegiatan terbangun.
perkarangan: Untuk itu perlu adanya
- Berupa habitat tanaman lokal pengawasan yang cukup
dan tanaman budidaya ketat oleh dinas-dinas
- Jenis tanaman tahunan atau terkait, terutama dalam
musiman menerapkan garis
- Jarak tanaman bervariasi, sempadan bangunan, KDB
persentase hijau disesuaikan dan intensitas kepadatan
dengan intensitas kepadatan bangunan yang
bangunan difungsikan sebagai RTH
pekarangan
73
Lampiran 1. (Lanjutan)
Jenis Arahan Rencana Pemanfaatan Kondisi di lapangan
Lokasi
Kawasan/RTH RTH dalam RTRW 2000-2010 tahun 2005
Sempadan Situ Situ Gede di Fungsi utama: sebagai kawasan Keberadaan situ-situ di
Bojongmenteng konservasi bagi perlindungan air Kota Bekasi umumnya
(BWK 3) Situ tanah serta sebagai sistem retensi masih belum terjaga
Lumbu di dan pengisian air tanah. Pola dengan baik. Hampir
Bojong Pengembangan: semua situ yang ada tidak
Rawalumbu - Melindungi dan mengamankan mempunyai daerah
(BWK 1) Situ kawasan situ dari kegiatan pengaman situ, baik yang
Pulo di budidaya yang dapat berupa sempadan situ yang
Jatisampurna mengganggu budidaya yang merupakan ruang terbuka
(BWK 4) dapat mengannggu kelestarian hijau pada radius 200
fungsi situ-situ tersebut - meter dari pinggir situ
Pengendalian kegiatan budidaya pada saat air pasang
yang telah ada di sekitar maupun ruang terbuka
kawasan situ hijau yang berfungsi
- Keberadaan situ-situ lainnya sebagai daerah resapan air.
pada kawasan pemukiman perlu Sebagian besar kondisinya
tetap dipertahankan sebagai sudah terpenetrasi oleh
sistem retensi dan pengisian air kegiatan terbangun, baik
tanah yang berada di sekitar Situ
Gede di Bojongmenteng,
Situ Lumbu di Bojong
Rawalumbu, maupun di
sekitar Situ Pulo di
Jatisampurna
Sumber: Revisi RTRW Kota Bekasi Tahun 2010
74
3 Hutan kota > Rumput Berada di > Tersedia Taman alun-alun ini
> Pohon besar kawasan pusat pedestrian selain berfungsi
> Pohon kota yang dapat > Terdapat situs sebagai paru-paru kota
sedang diakses dengan Tugu Perjuangan juga mewadahi
> Pohon kecil mudah di dalam kawasan berbagai macam
taman alun-alun aktivitas, seperti
ini sehingga dapat olahraga, tempat
menjadi landmark duduk-duduk, dsb
taman
> Tersedia tempat
untuk beraktivitas
sosial seperti
tempat duduk,
shelter, dsb
4 Taman kota > Rumput Berada di Kurang didukung > Aktivitas yang ada
> Pohon Besar kawasan pusat oleh fasilitas di taman kota ini
> Pohon kota yang dapat penunjang, seperti relatif beragam
Sedang diakses dengan shelter/gazebo, > Sebagai sarana
> Pohon Kecil mudah arena bermain, berolahraga
> Pohon Palm kantin permanen, > Sarana pemancingan
> Perdu mushola, toilet, > Tempat duduk dan
lampu taman, dsb bercengkrama
> Tempat aktivitas
ekstrakurikuler siswa
75
Lampiran 2. (Lanjutan)
Jenis Ketersediaan Ketersediaan
No Jenis RTH Penggunaan
Tanaman Aksesibilitas Street Furniture
5 Taman > Rumput > Taman > Sebagian besar > Sebagian besar
lingkungan > Pohon Besar lingkungan sudah tersedia terdiri dari fasilitas
> Pohon berada di dalam tempat duduk sosial dan fasilitas
Sedang kawasan > Ada beberapa umum berupa masjid,
> Pohon Kecil perumahan taman yang lapangan olahraga, dan
> Pohon Palm > Sebagian menyediakan balai pertemuan
> Perdu besar letaknya arena bermain
strategis, yaitu
berada di jalan
utama
perumahan
6 Tempat > Rumput Akses ke TPU > Tersedia tempat > Pemanfaatan TPU
Pemakaman > Pohon Besar kurang baik duduk hanya sebagai tempat
Umum (TPU) > Pohon karena jalan > Sudah tersedia makam
Sedang utamanya kecil > Kecuali untuk TPU
> Pohon Kecil Perwira yang cukup
> Perdu luas besarannya, ada
yang menggunakan
TPU ini sebagai
tempat duduk-duduk
dan tempat berjualan
makanan dan
minuman
7 Lapangan > Rumput > Letaknya > Untuk lapangan > Melakukan aktivitas
olahraga/lapangan > Pohon strategis berada olahraga skala olahraga
terbuka Sedang di kawasan kota, seperti GOR > Pada kesempatan
> Pohon Kecil pusat kota A.Yani dan tertentu juga
> Pohon Palm > Untuk lapangan digunakan sebagai
> Perdu lapangan multiguna Jl. tempat untuk
olahraga di Sersan Aswan, panggung kesenian,
perumahan, kurang baik berupa pagelaran
sebagian besar menyediakan 17 Agustus, maupun
letaknya fasilitas acara lain
strategis yaitu pendukung yang
berada di jalan baik, seperti
utama mushola, toilet,
perumahan katin, dsb
8 Jalur Hijau > Rumput > Untuk > Untuk kawasan > Tidak hanya sebatas
Sempadan Jalan > Pohon Besar sempadan jalan pusat kota sudah ruang terbuka hijau
> Pohon di pusat kota, tersedia halte, > dipergunakan oleh
Sedang sudah tersedia tempat sampah, pedagang informal
> Pohon Kecil trotoar yang lampu, dsb sebagai lahan
> Pohon Palm cukup memadai > Sedangkan berjualan
> Perdu > Untuk jalan di untuk sempadan > sebagai areal parkir
kawasan lain, diluar kawasan kendaraan
sebagian besar pusat kota, > etalase toko atau
belum memiliki penyediaan street tempat meletakkan
trotoar furniture masih barang jualannya
minim > Pemanfaatan ini
seringkali
menghilangkan
keberadaan RTH
sempadan jalan
tersebut
76
Lampiran 2. (Lanjutan)
Jenis Ketersediaan Ketersediaan
No Jenis RTH Penggunaan
Tanaman Aksesibilitas Street Furniture
9 Pulau Jalan > Rumput > Untuk pulau > Untuk pulau > Berupa taman pasif
> Pohon Besar jalan yang jalan yang sehingga bukan
> Pohon luasannya luasannya cukup merupakan taman
Sedang cukup besar besar sudah yang dipergunakan
> Pohon Kecil dapat diakses tersedia sarana untuk aktivitas lainnya
> Pohon Palm dengan baik, hal duduk-duduk dan > Keberadaan taman
> Perdu ini dapat dilihat lampu taman, ini lebih untuk
melalui tetapi kurang kepentingan fungsi
ketersediaan dalam hal estetika
pedestrian di perawatan > Pada beberapa lokasi
dalam pulau > Untuk pulau pulau jalan tersebut
jalan jalan yang digunakan
> Untuk pulau luasannya kecil, gelandangan sebagai
jalan yang tidak tersedia tempat tinggalnya. Hal
luasannya kecil, street furniture ini tentu mengurangi
akses terbatas nilai estetika dari
taman pulau jalan
tersebut
10 Sempadan > Rumput > Akses di Tidak tersedia > dimanfaatkan
instalasi > Pohon Kecil dalam street furniture sebagai tegalan/sawah
berbahaya > Pohon Palm sempadan > untuk sempadan
> Perdu cukup terbuka instalasi SUTT yang
> Kecuali untuk berada di kawasan
gardu listrik, perumahan, pihak
akses di dalam pengembang
sempadan mengalokasikan lahan
terbatas di bawah
SUTT/SUTET untuk
digunakan sebagai
taman/median jalan
11 Sempadan Kereta > Rumput Akses cukup Tidak tersedia Pada beberapa titik
api > Pohon Kecil terbuka street furniture ada yang
> Perdu dimanfaatkan untuk
membangun rumah
liar non permanen
Sumber: Hasil Observasi dan Hasil Analisis, Bappeda, 2007
77
78
Contoh penghitungan:
HOK untuk pekerjaan pemangkasan rumput dengan mesin gendong di taman Cut
Meutia:
= 7,69 jam = 1.92 HOK
3,5 jam
Contoh penghitungan:
Kebutuhan pekerja untuk pekerjaan pemangkasan rumput dengan mesin gendong
dalam setahun di taman Cut Meutia:
= 470,4 = 1,92 orang dibulatkan menjadi 2 orang
245
77
Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Wilayah Kerja Petugas Pemeliharaan Taman Bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi tahun 2008
Minggu ke
No Koordinator Anggota/Petugas Lokasi
I II III IV V
1 Hasbullah Uta Fauzi 1. Taman Eks Kantor Walikota
2. Taman Proyek
3. Taman Sudut Multiguna
4. Taman Rumah Dinas Wakil Walikota
4 Usad Murtani 1. Taman Plaza dan Tugu dan Alun-alun kota Bekasi
M. Adun 2. Taman PMI
Agus Muh. Zen 3. Taman Bulan-bulan
78
Lampiran 5. (Lanjutan)
79
Lampiran 5. (Lanjutan)
7. Kantor Dinas Bertaman
8. Jl. Ngurah Rai
9. Taman Bina Bangsa
seluruh staf
14 Kerja bakti taman Taman lingkungan kantor DKPP
Sumber: bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, 2008
Lampiran 6. Anggaran Biaya Pemeliharaan dan Konstruksi tahun 2008
80
I.
Pemagaran Median Jl. Chairil Anwar
(sepanjang 435 m x 2 sisi)
> Kebutuhan Bahan Pemagaran,
antara lain :
1. Besi behel 12 pool Ks 870 m : 12 m x Rp110.000 Rp 23. 925.000
(2 sisi kiri kanan) x 3 susun
2. Pipa besi 2 inchi untuk
tiang 870 m : 2m x Rp75.000
Rp 32. 625.000
(Tinggi tiang : 155 cm)
JUMLAH Rp 56. 550.000
> Kebutuhan Konstruksi, antara
lain :
1. Semen 10 zak x Rp50.000 Rp500.000
2. Pasir 2 colt x Rp500.000 Rp1.000.000
3. Batu split 2 colt x Rp500.000 Rp1.000.000
4. Cat hijau "Yunior" 20 klg x Rp35.000 Rp700.000
5. Cat orange "Emco" 10 klg x Rp35.000 Rp350.000
6. Tinner 10 liter x Rp12.000 Rp120.000
7. Kuas 4 in 1 dus x Rp80.000 Rp80.000
8. Kuas 2 in 1 dus x Rp75.000 Rp75.000
JUMLAH Rp3.825.000
> Total Kebutuhan Rp 56.550.000 + Rp3.825.000 Rp60.375.000
81
Lampiran 6. (Lanjutan)
III. TAMAN CUT MEUTIA
> Kebutuhan tanaman
1. Pangkas kuning 1000 ph Rp2.500 Rp2.500.000
2. Bayam merah 700 ph Rp3.000 Rp2.100.000
3. Lili brasil 450 ph Rp3.500 Rp1.575.000
4. Nanas-nanasan 300 ph Rp3.000 Rp900.000
5. Agave 75 ph Rp50.000 Rp3.750.000
6. Kamboja 15 ph Rp250.000 Rp3.750.000
7. Pupuk NPK Mutiara Ls Rp437.500
JUMLAH Rp15.012.500
> Pemasanga Lampu Taman
1. Lampu Taman 13 titik x Rp750.000 Rp9.750.000
JUMLAH Rp9.750.000
> Total Kebutuhan Rp 15.012.500 + Rp9.750.000 Rp24.762.500
IV. TOTAL BIAYA I S/D III Rp 60.375.000 + Rp9.862.500 Rp95.000.000
+ Rp24.762.500
82
BESI ULIR, P =6 M
120 CM
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
JARAK TIAP LUBANG = 2 CM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
JUDUL GAMBAR
30 cm
DETAIL KONSTRUKSI PAGAR TAMAN
DIGAMBAR OLEH
30 JULI 2008
ORIENTASI DAN SKALA